Anda di halaman 1dari 4

A.

Tahap Literasi awal


Budaya literasi sangat penting dalam kehidupan siswa. Mengenalkan budaya
literasi bukan pekerjaan instant, tetapi merupakan suatu proses yang panjang dan
dilakukan dalam beberapa tahapan. Tiap-tiap tahapan dikerjakan melalui beberapa
kegiatan yang berbasis literasi sesuai dengan tingkat literasi yang mau dicapai. Berikut
adalah tingkatan-tingkatan literasi:
a. Tingkat Awal:
- Memahami bahwa simbul mempunyai makna
- Mampu menghubungkan antara tanda/simbul bahasa lisan dan tulis
- Mengenali dan mulai membaca tanda-tanda yang dikenal di lingkungannya
- Mulai membaca beberapa kata, misalnya nama sendiri
- Mulai menulis huruf-huruf atau nama sendiri
b. Tingkat Pemula
- Mulai memahami bahwa kata terdiri dari bunyi yang berbeda
- Memahami hubungan huruf dan bunyi dan bisa membacanya dengan pengucapan
yang benar
- Memahami gambar dalam buku, bacaan singkat dalam buku bergambar
- Memahami suku kata yang sering muncul/sight vocabulary.
- Mampu merangkai kata-kata untuk menyusun kalimat sederhana
- Mampu mengembangkan ide dalam urutan yang logis
- Menulis tentang topik diri sendiri dalam berbagai cara (cerita, catatan kecil dsb)
c. Tingkah Menengah
- Mulai membaca untuk kesenangan dan mendapatkan informasi
- Menulis ide sendiri
- Menjawab tentang text bacaan
- Membaca sendiri dalam kurun waktu tertentu
- Mampu mengatur ide dalam tulisan
- Mampu berinteraksi dan tanya jawab dalam menulis
- Menghasilkan tulisan dan karya seni yang menyatakan
- Jawaban personal untuk menyatakan pemahaman
d. Tingkat Lanjut
- Mengurangi bantuan dalam mengerjakan tugas baru atau konteks
- Merasakan sesuatu melalui membaca
- Membaca untuk mendapatkan informasi
- Pemahaman meningkat
- Memperbaiki kesalahan sendiri

Tahapan kegiatan literasi untuk tiap-tiap tingkatan literasi bisa dinyatakan dalam
langkah-langkah kegiatan berikut.

a. Tahap Pengenalan
1) Mengenalkan budaya literasi tingkat awal
strategi mengenalkan budaya literasi untuk tingkat awal bisa dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
1. Mendengarkan buku/cerita bergambar yang bervariasi yang dibacakan
orang lain, baik itu guru di sekolah maupun orang tua.
2. Menyediakan lingkungan suka membaca. Mengobservasi para orang
tua atau orang dewasa yang suka membaca di rumah/di sekolah.
3. Mengajak anak untuk berdarmawisata atau mengunjungi tempat-
tempat lain sambil mendiskusikan kata-kata tentang benda-benda baru
yang dilihat selama berdarma wisata.
4. Menyediakan lingkungan yang kaya literasi, di rumah atau di sekolah.
 Menyediakan “Literacy Corner” dan “remedial” dan
“Enrichment Boxes” di belakang kelas.
 Menyediakan beberapa tempat yang ditempel dengan
gambar/symbol/tulisan.
 Huruf besar beda dengan huruf kecil
 Kalau menulis kata-kata perlu diperkenalkan ada jarak antara kata
yang satu dengan yang lain agar konsep “word boundary”
dipahami.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain tentang
sekolah-sekolah dan membaca dengan siswa yang lebih besar.
6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkelompok membaca
dengan siswa yang lebih besar. Siswa yang lebih besar member contoh
membaca dari kiri ke kanan.
7. Melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan seni budaya dan dalam
kegiatan-kegiatan membangun kreativitas dan literasi.
8. Menonton lewat video, computer atau media lainnya tentang kegiatan
yang berbasis pendidikan.
9. Memberikan orientasi kepada orang tua tentang literasi, dan
manfaatnya bagi siswa serta pentingnya dukungan orang tua.
b. Melatih Memilih
Tahapan ini dilakukan untuk melatih siswa untuk menjadi penentu dalam
aktivitas literasinya sediri sehingga mampu menjadi self directed dalam
hidupnya. Kegiatan literasi yang dilakukan adalah memperkenalkan siswa
dengan program kepustakaan. Sekolah mengadakan Library Time selama 15
menit setiap hari dan setiap siswa bisa memilih buku yang ada di perpustakaan
untuk dibaca bersama teman-teman yang lainnya. Sekolah mewajibkan siswa
memilih 2 buku untuk dipinjam dan dibaca di rumah bersama orang tua.
c. Parent’s Involvement: Log Book
Memberikan orientasi kepada orang tua melalui workshop tentang
keterlibatan orang tua dalam pembentukan literasi anak, tentang cara
mendampingi anak saat membaca di rumah, dan pentingnya kosistensi dalam
pendampingan membaca untuk membentuk kebiasaan membaca. Untuk
membuat siswa bersedia membaca setiap hari di rumah, pihak sekolah harus
mengkondisikan kegiatan membaca di rumah bekerja sama dengan orang tua.
Pihak sekolah memonitor aktivitas ini dengan menggunakan Logbook
membaca untuk setiap siswa.1

F. Hakikat Strategi dan Metode Pembelajaran

1
Ni Nyoman Padmadewi dan Luh Putu Artini, Literasi di Sekolah, dari Teori ke Praktik, (Bali: Nilacakra, 2018), hlm.
12-13
Dalam gerakan literasi nasioanal, literasi baca-tulis dikembangkan dan
diimplementasikan berlandaskan pada lima prinsip dasar. Tiap-tiap prinsip dasar pengembangan
dan implementasi literasi baca tlis sebagai berikut.

1. Prinsip keutuhan dan kemenyuluhan (Holistik)


Literasi baca tulis dikembangkan dan diimplemtasikan secara utuh-menyeluruh (holistic),
tidak terpisah dari aspek terkait yang lain dan menjadi bagian elemen yang terkait dengan
yang lain, baik internal maupun eksternal.
2. Prinsip keterpaduan (Terintegrasi)
Literasi baca tulis dikembangkan dan diimplementasikan dengan memadukan
(mengintegrasikan) secra sistematis, menghubungkan dan merangkaian secara harmonis,
dan menghubungkan dan merangkaikan secara harmonis dan melekatkan literasi baca
tulis secara sinergis dengan yang lain, baik di dalam hal kebijakan, program, kegiatan,
maupun pelaksana dan berbagai pihak yang mendukung, bukan sekedar tambahan,
tempelan, dan sisipan dalam kebijakan,program, dan kegiatan pendidikan dan
kebudayaan di ranah sekolah, keluarga dan masyarakat.
3. Prinsip keberlanjutan (Suistainabilitas)
Literasi baca tulis dikembangakan dan diimplementasikan secara berkesinambungan,
dinamis terus-menerus, dan berlanjut dari waktu ke waktu, tidak sekali jadi dan selesai
dalam satuan waktu tertentu. Partisipasi dan keterlibatan berbagai pihak terkait secara
terus menerus diperluas dan diperkuat dari waktu ke waktu.
4. Pinsip kontekstualitas
Penyesuaian dan adaptasi sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing, sekalipun
tidak boleh asal berbeda. Pengembangan dan implentasi literasi baca tulis yang peka
tterhadap konteks seperti ini niscaya akan memiliki keberterimaan dan tingkat
keberhasilan yang lebih baik.
5. Prinsip responsif kearifan lokal
Gerakan literasi baca tulis berhasil membumi tujuannya, maka pengembangan dan
implementasi literasi baca tulis perlu responsive dan adaptif terhadap kearifan local,
keraifan local nusantara yang kaya dan beragam.2

2
Kemendikbud, Materi Pendukung Literasi Baca Tulis, (Jakarta: Tim GLN Kemendikbud, 2017), hlm. 6-7

Anda mungkin juga menyukai