0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
53 tayangan6 halaman
Buku ini membahas tentang tiga jenis kecerdasan yaitu intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) dalam perspektif tasawuf. Ia menjelaskan bahwa tasawuf tidak membedakan ketiga kecerdasan tersebut dan menganggap semuanya penting. Buku ini juga mendefinisikan konsep-konsep kunci tasawuf seperti tafakur, makrifat, dan makrifat isyraqiyah. Secara keseluruhan, buku ini bertujuan men
Buku ini membahas tentang tiga jenis kecerdasan yaitu intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) dalam perspektif tasawuf. Ia menjelaskan bahwa tasawuf tidak membedakan ketiga kecerdasan tersebut dan menganggap semuanya penting. Buku ini juga mendefinisikan konsep-konsep kunci tasawuf seperti tafakur, makrifat, dan makrifat isyraqiyah. Secara keseluruhan, buku ini bertujuan men
Buku ini membahas tentang tiga jenis kecerdasan yaitu intelektual (IQ), emosional (EQ), dan spiritual (SQ) dalam perspektif tasawuf. Ia menjelaskan bahwa tasawuf tidak membedakan ketiga kecerdasan tersebut dan menganggap semuanya penting. Buku ini juga mendefinisikan konsep-konsep kunci tasawuf seperti tafakur, makrifat, dan makrifat isyraqiyah. Secara keseluruhan, buku ini bertujuan men
KECERDASAN SUFISTIK Disusun Guna: Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf Dosen Pengampu : M. Syaifudin, M. Pd. I
Disusun Oleh : Tri Susanti (2417078)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN 2018/2019 1. IDENTITAS BUKU Judul Buku : KECERDASAN SUFISTI Jembatan Menuju Makrifat Penulis : Sudirman Tebba Penerbit : PRENADA MEDIA Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2004 Jumlah Halaman : xx + 144 hlm. Cetakan :I ISBN : 979-3465-34-4 2. ISI - KEPENGARANGAN - SINOPSIS/ULASAN ISI BUKU
iQ ialah ukuran kemampuan intelektual, anallisis, logika, dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu tampak, dan penguasaan matematika. Sebagian besar pemikiran yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari ialah pemikiran seri atau jenis pemikiran IQ. Tetapi, untunglah tidak hanya memiliki IQ, tetapi juga kecerdasan-kecerdasan yang lain, yang dapat menutupi kelemahan IQ-nya, yaitu kecerdasan emosional dan spiritual. 2. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient – EQ) EQ ialah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosional biasannya disebut street smart (pintar) atau kemampuan khusus yang disebut akal sehat. Dengan demikian, kecerdasan emosioanal mencakup kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan social. Hal ini merupakan kompromi antara asumsi yang berkembang selama ini bahwa kecerdasan emosional sepenuhnya berada dalam otak dengan pandangan sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat emosional berada dalam hati. 3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient – SQ) SQ adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang terinspirasi, the is-ness atau penghayatan ketuhanan di mana di dalamnya kita menjadi bagian. Ada pula yang mendefinisikan SQ sebagai fakultas dari dimensi nonmaterial atau roh manusia. Dengan demikian, kecerdasan spiritual membuat kehidupan agama seseorang meenjadi lebih baik. Para pakar kecerdasan spiritual mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berasal dari otak, bahwa otak itu tidak hanya dapat berpikir, tetapi juga bias merasa, termasuk merasakan sesuatu yang lebih dalam. Asumsi itu tidak sepenuhnya bertentangan dengan pandangan sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat spiritual seperti kecerdasan spiritual terdapat dalam hati dan jiwa. BAB 2 Kecerdasan Sufistik - Ilmu pada garis besarnya dibagi dua, yaitu ilmu lahiriah dan ilmu batiniah. Ilmu lahiriah adalah semua ilmu yang dicapai dengan belajar melalui akal pikiran. Sedang ilmu batiniah ialah ilmu yang diperoleh melalui praktik spiritual. Ilmu lahiriah memerlukan kecerdasan intelektual, sedang ilmu batiniah memerlukan kecerdasan emosioanal dan kecerdasan spiritual. Kedua jenis ilmu itu dalam pandangan sufistik sama-sama penting bagi manusia untuk kepentingan hidup mereka di dunia dan akhirat kelak. Ini berarti bahwa tasawuf tidak membedakan antara IQ, EQ, dan SQ. - Tafakur berarti berpikir. Kemudian tafakur ialah merenungkan ciptaan dan kebesaran Allah. Bertafakur mengenai kandungan ayat-ayat itu akan menimbulkan kesadaran mendalam tentang kebesaran Allah dan kecilnya manusia. Hal ini merupakan suatu hal yang esensial dalam tasawuf. Selain menggunakan istilah tafakur tasawuf juga menggunakan istilah tazakur, nadhar, taammul, I’tibar, dan istibshar. Masing-masing istilah ini ada perbedaan dan persamaannya. Persamaannya ialah semua istilah itu berarti berpikir. Sedang perbedaannya terletak pada tekanannya masing-masing yang berbeda satu sama lain. - Makrifat berarti pengetahuan, maksudnya pengetahuan tentang Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Makrifat dapat ditemukan dasarnya dalam hadits dan Al-Qur’an. Makrifat hanya terdapat pada kaum sufi, yang sanggup melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Makrifat dimasukkan Tuhan ke dalam hati seorang sufi, sehngga hatinya penuh dengan cahaya. - Makrifat Isyraqiyah Dalam studi tasawuf masalah ini makrifat termasuk tasawuf Sunni, sedang ittihad, hulul, dan wahdatul wujud masuk dalam pembahasan tasawuf falsafi. Karena itu, makrifat bisa berkembang ke wilayah filsafat, yang kemudian disebut makrifat iluminasi atau makrifat isyraqiyah atau filsafat isyraqiyah. Sebagai bagian dari tasawuf, maka makrifat isyraqiyah bagi kehidupan sufi atau para penempuh jalan spiritual terlihat pada sikap-sikap sufistik, seperti zuhud, wara’, sabar, syukur, ikhlas, tawakal, istiqamah, dan sebagainya. Sikap-sikap sufistik seperti ini memerlukan kecerdasan emosional. BAB 3 Penutup Tidak ada kecerdasan yang lebih penting satu dari yang lain, seperti menganggap kecerdasan emosional dan spiritual lebih penting dari pada kecerdasan intelektual atau sebaliknya menganggap kecerdasan intelektual lebih penting dari pada kecerdasan emosioanal dan spiritual. Semua bentuk kecerdasan itu akan membuat manusia lebih taat kepada Allah, lebih santun kepada sesamanya, dan lebih ramah dan peduli kepada makhluk yang lain (lingkungan alam, tumbuhan dan hewan). Inilah kecerdasan sufistik yang akan mengantarkan manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat. - KEUNGGULAN BUKU Buku Kecerdasan Sufistik ini ditulis untuk menjelaskan bahwa berbagai bentuk kecerdasan yang banyak dibicarakan, seperti kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ) khususnya tasawuf. Dan dijelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat awam mengenai kecerdasan yang diajarkan oleh ilmu pengetahuan sekuler dan oleh kecerdasan sufistik. - KELEMAHAN BUKU Di dalam buku Kecerdasan sufistik memiliki kelemahan yaitu : 1. Salah penulisan kata pada halaman 13 kata “memengaruhi” yang seharusnya dalam penulisan sesuai ejaan bahasa Indonesia ialah “mempengaruhi”. 2. Pada bagian bab 1,2, dan 3 yaitu penulis menemukan ada halaman yang belum mendapat penomoran halaman pada bagian awal setelah judul bab. 3. Pada halaman 60 penulis menemukan ada kata “disain” yang tidak ada keterangan dari maksud tersebut. 4. Pada halaman 65 paragraf ketiga terdapat pengulangan mengenai firman Tuhan Allah S.W.T pada halaman 69 sehingga menyebabkan mahasiswa kurang memahami buku tersebut. 5. Tidak dicantumkan biografi penulis, sehingga pembaca tidak dapat mengetahui biografi penulis. 4. PENUTUP - AJAKAN KEPADA KONSUMEN Buku Kecerdasan Sufistik yang ditulis oleh Sudirman Tebba untuk dibeli dan dibaca. Karena buku ini bagi masyarakat bisa dijadikan ilmu pengetahuan untuk mengetahui dasar-dasar bagi berbagai bentuk kecerdasan, seperti yang diajarkan dalam tasawuf yang disebut kecerdasan sufistik.
Intelijen: Pengantar psikologi kecerdasan: apa itu kecerdasan, bagaimana cara kerjanya, bagaimana kecerdasan berkembang, dan bagaimana kecerdasan dapat memengaruhi kehidupan kita