Anda di halaman 1dari 6

RESENSI BUKU

KECERDASAN SUFISTIK
Disusun Guna: Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu : M. Syaifudin, M. Pd. I

Disusun Oleh :
Tri Susanti (2417078)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PEKALONGAN
2018/2019
1. IDENTITAS BUKU
Judul Buku : KECERDASAN SUFISTI Jembatan Menuju Makrifat
Penulis : Sudirman Tebba
Penerbit : PRENADA MEDIA
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2004
Jumlah Halaman : xx + 144 hlm.
Cetakan :I
ISBN : 979-3465-34-4
2. ISI
- KEPENGARANGAN
- SINOPSIS/ULASAN ISI BUKU

Bab 1 : IQ, Q, dan SQ

1. Kecerdasan Intelektual (Intelligence Quotient – IQ)


iQ ialah ukuran kemampuan intelektual, anallisis, logika, dan rasio
seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan
berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu tampak, dan
penguasaan matematika.
Sebagian besar pemikiran yang digunakan dalam kehidupan sehari-
hari ialah pemikiran seri atau jenis pemikiran IQ. Tetapi, untunglah tidak
hanya memiliki IQ, tetapi juga kecerdasan-kecerdasan yang lain, yang
dapat menutupi kelemahan IQ-nya, yaitu kecerdasan emosional dan
spiritual.
2. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient – EQ)
EQ ialah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi
dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Dalam bahasa sehari-hari kecerdasan emosional biasannya disebut
street smart (pintar) atau kemampuan khusus yang disebut akal sehat.
Dengan demikian, kecerdasan emosioanal mencakup kesadaran diri,
pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan social. Hal ini
merupakan kompromi antara asumsi yang berkembang selama ini bahwa
kecerdasan emosional sepenuhnya berada dalam otak dengan pandangan
sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat emosional berada
dalam hati.
3. Kecerdasan Spiritual (Spiritual Quotient – SQ)
SQ adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas yang
terinspirasi, the is-ness atau penghayatan ketuhanan di mana di dalamnya
kita menjadi bagian. Ada pula yang mendefinisikan SQ sebagai fakultas
dari dimensi nonmaterial atau roh manusia.
Dengan demikian, kecerdasan spiritual membuat kehidupan agama
seseorang meenjadi lebih baik. Para pakar kecerdasan spiritual
mengatakan bahwa kecerdasan spiritual berasal dari otak, bahwa otak itu
tidak hanya dapat berpikir, tetapi juga bias merasa, termasuk merasakan
sesuatu yang lebih dalam. Asumsi itu tidak sepenuhnya bertentangan
dengan pandangan sufistik yang mengatakan bahwa hal-hal yang bersifat
spiritual seperti kecerdasan spiritual terdapat dalam hati dan jiwa.
BAB 2 Kecerdasan Sufistik
- Ilmu pada garis besarnya dibagi dua, yaitu ilmu lahiriah dan ilmu
batiniah. Ilmu lahiriah adalah semua ilmu yang dicapai dengan belajar
melalui akal pikiran. Sedang ilmu batiniah ialah ilmu yang diperoleh
melalui praktik spiritual. Ilmu lahiriah memerlukan kecerdasan
intelektual, sedang ilmu batiniah memerlukan kecerdasan emosioanal
dan kecerdasan spiritual.
Kedua jenis ilmu itu dalam pandangan sufistik sama-sama penting
bagi manusia untuk kepentingan hidup mereka di dunia dan akhirat
kelak. Ini berarti bahwa tasawuf tidak membedakan antara IQ, EQ, dan
SQ.
- Tafakur berarti berpikir. Kemudian tafakur ialah merenungkan ciptaan
dan kebesaran Allah. Bertafakur mengenai kandungan ayat-ayat itu
akan menimbulkan kesadaran mendalam tentang kebesaran Allah dan
kecilnya manusia. Hal ini merupakan suatu hal yang esensial dalam
tasawuf.
Selain menggunakan istilah tafakur tasawuf juga menggunakan
istilah tazakur, nadhar, taammul, I’tibar, dan istibshar. Masing-masing
istilah ini ada perbedaan dan persamaannya. Persamaannya ialah semua
istilah itu berarti berpikir. Sedang perbedaannya terletak pada tekanannya
masing-masing yang berbeda satu sama lain.
- Makrifat berarti pengetahuan, maksudnya pengetahuan tentang Tuhan
dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan. Makrifat dapat
ditemukan dasarnya dalam hadits dan Al-Qur’an.
Makrifat hanya terdapat pada kaum sufi, yang sanggup
melihat Tuhan dengan hati sanubari mereka. Makrifat dimasukkan
Tuhan ke dalam hati seorang sufi, sehngga hatinya penuh dengan
cahaya.
- Makrifat Isyraqiyah
Dalam studi tasawuf masalah ini makrifat termasuk tasawuf Sunni,
sedang ittihad, hulul, dan wahdatul wujud masuk dalam pembahasan
tasawuf falsafi. Karena itu, makrifat bisa berkembang ke wilayah
filsafat, yang kemudian disebut makrifat iluminasi atau makrifat
isyraqiyah atau filsafat isyraqiyah. Sebagai bagian dari tasawuf, maka
makrifat isyraqiyah bagi kehidupan sufi atau para penempuh jalan
spiritual terlihat pada sikap-sikap sufistik, seperti zuhud, wara’, sabar,
syukur, ikhlas, tawakal, istiqamah, dan sebagainya. Sikap-sikap
sufistik seperti ini memerlukan kecerdasan emosional.
BAB 3 Penutup
Tidak ada kecerdasan yang lebih penting satu dari yang lain, seperti
menganggap kecerdasan emosional dan spiritual lebih penting dari
pada kecerdasan intelektual atau sebaliknya menganggap kecerdasan
intelektual lebih penting dari pada kecerdasan emosioanal dan
spiritual.
Semua bentuk kecerdasan itu akan membuat manusia lebih taat
kepada Allah, lebih santun kepada sesamanya, dan lebih ramah dan
peduli kepada makhluk yang lain (lingkungan alam, tumbuhan dan
hewan). Inilah kecerdasan sufistik yang akan mengantarkan manusia
untuk meraih kebahagiaan di dunia dan keselamatan di akhirat.
- KEUNGGULAN BUKU
Buku Kecerdasan Sufistik ini ditulis untuk menjelaskan bahwa
berbagai bentuk kecerdasan yang banyak dibicarakan, seperti
kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan
kecerdasan spiritual (SQ) khususnya tasawuf. Dan dijelaskan dengan
bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat awam mengenai
kecerdasan yang diajarkan oleh ilmu pengetahuan sekuler dan oleh
kecerdasan sufistik.
- KELEMAHAN BUKU
Di dalam buku Kecerdasan sufistik memiliki kelemahan yaitu :
1. Salah penulisan kata pada halaman 13 kata “memengaruhi” yang
seharusnya dalam penulisan sesuai ejaan bahasa Indonesia ialah
“mempengaruhi”.
2. Pada bagian bab 1,2, dan 3 yaitu penulis menemukan ada halaman
yang belum mendapat penomoran halaman pada bagian awal
setelah judul bab.
3. Pada halaman 60 penulis menemukan ada kata “disain” yang tidak
ada keterangan dari maksud tersebut.
4. Pada halaman 65 paragraf ketiga terdapat pengulangan mengenai
firman Tuhan Allah S.W.T pada halaman 69 sehingga
menyebabkan mahasiswa kurang memahami buku tersebut.
5. Tidak dicantumkan biografi penulis, sehingga pembaca tidak dapat
mengetahui biografi penulis.
4. PENUTUP
- AJAKAN KEPADA KONSUMEN
Buku Kecerdasan Sufistik yang ditulis oleh Sudirman Tebba untuk
dibeli dan dibaca. Karena buku ini bagi masyarakat bisa dijadikan ilmu
pengetahuan untuk mengetahui dasar-dasar bagi berbagai bentuk
kecerdasan, seperti yang diajarkan dalam tasawuf yang disebut
kecerdasan sufistik.

Anda mungkin juga menyukai