Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kasus ini penulis akan mencoba menyajikan

pembahasan yang membandingkan teori dengan Asuhan Kebidanan komprehensif

yang diterapkan pada klien Ny.E 25 tahun  sejak kontak pertama pada tanggal 18

April 2017 yaitu dimulai dari masa kehamilan 39-40 minggu, persalinan, post

partum, dan bayi baru lahir dengan baik, dapat dibahas sebagai berikut :

A. Asuahan Kebidanan Antenatal

1. Data Subjektif

Pada saat memberikan asuahan antenatal untuk mendapatkan data

subyektif, penulis tidak mendapatkan kesulitan karena klien kooperatif

dalam menjawab pertanyaan penulis.

2. Data Objektif

Pada pengumpulan data Obyektif, Ny.E umur 25 tahun melakukan

pemeriksaan kehamilan secara rutin di Puskesmas Urug, Klien telah

melakukan pemeriksaan kehamilan mulai dari trimester I sampai dengan

trimester III. Klien telah melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 8

kali yaitu 3 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II dan 3 kali pada

trimester III. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2010), bahwa

kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali dalam

kehamilan yaitu 1 kali di trimester I, 1 kali di trimester II dan 2 kali di

trimester III.

71
72

Menurut KemenKes (2012), standar pelayanan asuhan antenatal terdiri

dari 10 T yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan

darah, nilai status gizi, ukur TFU, tentukan presentasi janin dan DJJ,

pemberian imunisasi TT, beri tablet zat besi, periksa laboratorium,

tatalaksana kasus dan temu wicara/konseling. Namun saat melakukan

periksa laboratorium rutin, tidak dilakukan periksa golongan darah dan

pemeriksaan spesifik daerah endemis seperti malaria, HIV dan lain-lain

karena disebabkan keterbatasan alat. Ny. E selama kehamilan mengalami

kenaikan berat badan sebanyak 12 kg. Hal ini sesuai dengan pendapat

Pantiawati(2010), yang mengatakan bahwa total pertambahan berat badan

pada kehamilan yang normal rata-rata 6,5-16 kg.

Pada saat dilakukan pemeriksaan LiLA pada Ny.E, didapati hasil 29 cm.

Hal ini menunjukan bahwa status gizi Ny. E normal dimana menurut

KemenKes (2012) mengatakan bahwa pengukuran LiLA berguna untuk

skrining ibu hamil berisiko Kurang Energi Kronis (KEK) dimana LiLA <

23,5 cm.

Pada pemeriksaan abdomen secara palpasi (Leoplod) bahwa tunggal

dengan presentasi kepala dan sudah masuk PAP, dan DJJ 143x/menit

reguler, menurut (Prawirohardjo, 2010) bahwa DJJ normal adalah 120-

160 x/menit reguler. Pada pemeriksaan fisik ibu hamil, menurut

(Prawirohardjo,2010) dilakukannya pemeriksaan anogenital, untuk

mengetahui adanya kelainan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.


73

Pada pemeriksaann penunjang didapatkan hasil Hb = 9,3 gr/di dan urin =

protein urin (-) dan glukosa urin (-), menurut (Saifudin, 2010) bahwa ibu

hamil dikatakan anemia apabila pada kehamilan 1 dan 3 kadar

hemoglobinnya rendah di bawah 11 gr/dl atau 10,5 gr/dl pada trimester 2.

3. Analisa Data

Dari hasil pengumpulan data subjektif dan data objektif maka dapat

disimpulkan analisa data Ny.E 25 Tahun G3P1A1 Hamil 39-40 Minggu

Fisiologis.

4. Penatalakasanaan

Pada pengumpulan data subjektif Ny.E mengeluh mual dan susah tidur

dimalam hari, maka diberikan pendidikan kesehatan mengenai ketidak

nyamanan kehamilan trimester 3, serta mengajarkan ibu bagaimana

menanganinya. Pada pemeriksaan penunjang kandungan Hb Ny.E = 9,3

gr/dl, maka berdiskusi dengan ibu mengenai pola nutrisi untuk lebih

meningkatkan kadar Hb ibu serta untuk berjaga-jaga jika terjadi

kegawatdaruratan.

B. Asuhan Kebidanan Intra Natal

1. Data Subjektif

Ny.E mengeluh mulesnya semakin kuat dan sering serta sudah keluar

lendir bercampur darah dari jalan lahirnya. Hal ini sesuai dengan pendapat

JNPK-KR (2008), bahwa tanda dan gejala persalinan yaitu penipisan dan

pembukaan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan

serviks (frekuensi minimal 2x dalam 10 menit) serta keluar cairan lendir

bercampur darah (bloody show) melalui vagina.


74

2. Data Objektif

Pada Kala I fase aktif pada pemeriksaan fisik His ibu 3x10’35” DJJ

138x/menit dan pemeriksaa dalam portio tipis lunak dan pembukaan 5

cm, menurut bahwa pada Kala I terbagi menjadi 2 fase yaitu: Fase laten

(pembukaan 0-3 cm) dan fase aktif ( 3 – 10 cm).

Pada kala I fase aktif Ny. E, dari pembukaan 2 cm sampai pembukaan

lengkap berlangsung selama 7 jam. Hal ini berbeda dengan pendapat

Prawirohardjo (2010), yang menyatakan bahwa berdasarkan kurve

Fridman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1 cm per jam

sedangkan pada multigravida 2 cm per jam. Dalam hal ini kala I Ny. E

berjalan lebih lama 35 menit dari kurve Fridman.

Pada kala II persalinan berjalan dengan normal. Diawali dengan ibu

mengatakan perut terasa sangat mulas seperti ingin BAB serta ada

dorongan untuk meneran. Pada pemeriksaan genital, perineum menonjol,

vulva vagina dan spingter ani membukaserta meningkatnya pengeluaran

lender bercampur darah. Hal ini sesuai dengan pendapat JNPK-KR

(2008), bahwa tanda dan gejala kala II persalinan adalah adanya perasaan

ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, adanya

peningkatan tekanan pada rectum dan vagina, perineum menonjol, vulva,

vagina dan sfingter ani membuka serta meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah.

Kala II Ny. E berlangsung selama menit dan tidak terjadi penyulit

maupun komplikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarah (2009),

bahwa lamanya kala II pada multigravida berlangsung selama ± 1 jam.


75

Kala III Ny. E berlangsung selama 10 menit. Hal ini sesuai dengan

pendapat Sumarah (2009), bahwa kala III dimulai setelah lahirnya bayi

sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Saat kala III, dilakukan manajemen aktif kala III yaitu memberikan

oksitosin 10 unit IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali sambil

melihat tanda-tanda pelepasan plasenta serta massase fundus uteri segera

setelah plasenta lahir selama 15 detik. Hal ini sesuai dengan pendapat

JNPK-KR (2008), bahwa asuhan kala III yaitu melakukan manajemen

aktif kala tiga terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan

oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan

peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri yang berguna

untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah dan

kejadian retensio plasenta.

Pada kala IV, dilakukan observasi selama 2 jam pertama postpartum yaitu

setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

Hal ini dilakukan untuk mengobservasi keadaan ibu, TTV, perdarahan,

kontraksi, tinggi fundus uteri dan kandung kemih. Hal ini sesuai dengan

pendapat JNPK-KR (2008), yang menyatakan bahwa pemantauan

keadaan umum ibu pada kala IV dilakukan selama 2 jam pertama

persalinan yang dilakukan setiap 15 menit pada jam ke-1 dan setiap 30

menit pada ke-2. Masa pengawasan berjalan dengan baik dan tidak ada

komplikasi yang terjadi selama kala IV.


76

3. Analisa data

Ny. E bersalin secara normal dan spontan. Ibu bersalin dalam usia

kehamilan 39 – 40 minggu dimana bayi lahir secara spontan pervaginam

dengan presentasi belakang kepala, proses persalinan dari kala I sampai

kala IV berlangsung selama 9 jam 45 menit tanpa komplikasi baik ibu

maupun bayinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Sumarah (2009), bahwa

persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi yang terjadi pada

kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi

belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam tanpa

komplikasi baik ibu maupun janin.

4. Penatalaksanaan

Ketika melakukan asuhan pada masa intranatal, asuhan saying ibu adalah

suatu hal yang sangat perlu diperhatikan. Salah satu asuhan saying ibu

yang penulis laksanakan sesuai dengan buku acuan APN adalah

perubahan posisi sesuai kehendak ibu, menghadirkan orang yang

diinginkan ibu selama proses persalinan dan tidak melakukan tindakan

yang dapat menyakiti ibu. Manajemen aktif sesuai dengan APN yaitu

menyuntikan oxytocin 10 IU IM, PTT, melahirkan plasenta, messase

uterus dengan hasil tidak terjadi perdarahan post partum.

C. Asuhan Kebidanan Post Natal.

Pada kasus ini penulis melakukan pengawasan sesuai dengan standar

pengawasan masa nifas yang dikemukanya itu pada 6-8 jam setelah

persalinan, 2-6 hari, 14 hari dan 40 hari setelah persalinan (Saiffudn, 2009).
77

Hanya saja 14 hari, dan 40 hari setelah persalinan tidak dapat dilaksanakan

oleh penulis, karena keterbatasan waktu.

1. Data Subjektif

Pada data subjektif Ny.E mengeluh lemas dan sedikit linu dibagian

vaginanya.

2. Data Objektif

Pada 2 jam post partum kolostrum sudah keluar, TFU sepusat, perdarahan

normal. Pada 6 jam post partum TFU 1 jari dibawah pusat, perdarahan

normal. Pada 3 hari post partum TFU pertengahan pusat symphysis,

diastasi rekti 3 jari, lochea rubra, luka jahitan baik, tanda houman (-).

Pada 6 hari post partum TFU tidak teraba, diastasi rekti 1 jari, lochea

sanguelenta, luka jahitan baik, tanda houman (-). Pada pengawasan di

masa post natal dari involusi uterus dan pengeluaran lochea tidak ada

kelainan.

3. Analisa data

Pada pengumpulan data subjektif dan objektif maka dapat ditegakkan

diagnosa Ny.E 25 Tahun P2A1 6 hari fisiologis.

4. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan yang diberikam sesuai dengan kebutuhan ibu, dan pada 6

hari post partum ibu sudah diberikan konseling mengenai pemilihan alat

kontrasepsi, seharunya pemberian konseling pada post partum pada 6

minggu.
78

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

1. Data Subjektif

Menurut ibu tidak ada keluhan pada bayinya.

2. Data Objektif

Pada kasus ini penulis melakukan penilaian awal bayi baru lahir dengan

tiga hal saja yaitu, apakah bayi menangis kuat, warna kulit bayi

kemerahan,dan bagaimana pergerakan bayi tersebut. Bila bayi menangis

kuat segera setelah lahir, kulit berwarna kemerahan dan bergerak aktif

maka dapat dipastikan bahwa bayi dalam keadaan stabil (Saifuddin,

2009). Pemberian ASI secara dini hendaknya dimulai dalam 1 jam

kelahiran Karena pemberian ASI secara dini merupakan cara efektif untuk

mencegah kehilangan panas, dan juga pemberian ASI setiap 2 jam sekali

akan memperkecil resiko terjadinya bendungan ASI. Pada kasus Ny.E

teori tersebut dilaksanakan yang terbukti selain hipotermi tidak terjadi,

ibu juga tidak mengalami keluhan pada payudara. Perkembangan terkini

perawatan tali pusat adalah dengan membiarkan tali pusat terbuka dan

tidak dilakukan apapun selain membersihkan luka tersebut dengan air

bersih dan dikeringkan dengan menggunakan kassa bersih (Depkes,

2002). Pada kasus ini klien mengakui belum tega merawat tali pusat

anaknya karena takut terlepas atau tercabut. Jadi penulis memberikan

pendidikan mengenai perawatan tali pusat ini kepada keluarganya yang

lain.
79

3. Analisa Data

Pada kasus Bayi Ny.E dapat ditegakkan diagnosa dari hasil pengumpulan

data subjektif dan objektif, yaitu Bayi Ny.E 6 hari fisologis.

4. Penatalaksanaan

Pada pemberian Hb Neo diberikan pada 2 jam setelah kelahiran bayi, dan

pada penatalaksanan yang diberikan tidak ada kesenjangan antara teori

dan asuhan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai