Anda di halaman 1dari 2

TUGAS 5 BAHASA INDONESIA

Nama : Safira Choirunnisa


NIM : P21341118054
Kelas : D3/4B

Aku (bukan) Pancasila

EKSPRESI kebangsaan tertebar tanpa batas. Media sosial, spanduk pinggir jalan,
koran, dan televisi sesak dengan slogan. Pengirim pesan pun beragam, mulai Bapak Presiden
hingga rakyat di kedai kopi. Semua lantang menyuarakan ’Aku Indonesia, Aku Pancasila’.

Tak ingin mengecilkan ekspresi itu. Hanya saja slogan ’Aku Pancasila’ berselisih
dalam makna. Cikal bakalnya pun sederhana: hanya urusan logika. Pemisalannya akan saya
mulai dari slogan ‘Aku Indonesia’. Slogan itu hendak menyampaikan bahwa (1) pengirim
pesan orang Indonesia, (2) mencintai Indonesia, dan (3) akan menjaga keutuhan Indonesia.
Antara persona aku dan kata Indonesia dihubungkan berdasarkan asal atau tempat. Secara
semantis, hubungan ini pun sah dan berlogika.

Namun, bagaimana dengan slogan ‘Aku Pancasila’? Rasanya mustahil bila


dihubungkan seperti urutan persona aku dan Indonesia seperti di atas. Tidak satu pun warga
negara kita berasal atau bertempat tinggal di Pancasila. Pun tidak mungkin persona aku
menyandang status Pancasila seperti makna hubungan ‘aku mahasiswa’.

Sejatinya yang disampaikan lewat ‘Aku Pancasila’ ialah bahwa pesona aku berjiwa
Pancasila. Ini berarti pula urutan slogan itu seharusnya ‘Aku Pancasilais’. Penambahan -is
akan menunjukkan sifat atau jiwa penganut. Menjiwai Pancasila seperti itulah yang harus
melekat dalam diri warga negara.

Selain itu, slogan ‘Aku Pancasila’ mengingkari tiga pilar yang lain: NKRI, UUD 45,
dan Bhinneka Tunggal Ika. Mengapa tidak diungkapkan juga ‘Aku NKRI, Aku UUD 45, dan
Aku Bhinneka Tunggal Ika’? Bukankah keempatnya menjadi pilar yang sama-sama
diperjuangkan, dijaga, dan junjung tinggi? Apa tidak cukup slogan ‘Aku Indonesia’ saja, yang
notabene mencerminkan keempat hal itu sekaligus?

Ekspresi kebangsaan lain yang gagal membawa pesan sempurna ialah Pancasila
disebut pilar negara. Benarkah? Bukankah pilar itu berarti tiang, yang tak serupa dengan
dasar? Selama ini yang selalu menjadi pengetahuan siswa di sekolah, Pancasila itu sebagai
dasar negara. Bukan pilar negara? Kata dasar memiliki kemiripan dengan landasan atau
fondasi, yang menjadi tumpuan cara pandang di negara ini. Secara rancang bangun, dasar atau
fondasi dibentuk lebih dahulu daripada tiang. Dia pun harus kuat dan kukuh sebagai tempat
berdirinya tiang. Karena itu, dasar tidak serupa dengan tiang. Mana yang benar, sebagai dasar
negara atau pilar negara?

Satu lagi ekspresi kebangsaan yang hendak diluruskan. Ketika bom di Kampung
Melayu terjadi, ramai-ramai aparat keamanan, pemangku kepentingan, atau masyarakat yang
geram dengan aksi teror berujar ‘Kita harus tangkal teroris’, ‘...harus mengantisipasi teroris’,
atau ‘Kita harus basmi teroris’. Ketika mendengar ujaran itu, saya hanya berbisik, “Semoga
mereka bertemu terorisnya.” Kok begitu? Jawabannya karena teroris itu orang. Kalau hendak
menangkal teroris, Anda harus bertemu teroris. Kalau hendak meng antisipasi teroris, Anda
harus tahu ke mana atau di mana dia akan beraksi. Kalau akan membasmi teroris, Anda harus
hati-hati, khawatir dia bukan yang Anda cari. Sesungguhnya Anda sulit bertemu teroris karena
teroris itu tidak nyata, terselubung, dan tersamar. Bukankah yang lebih nyata ditangkal,
diantisipasi, dan dibasmi ialah terorisme, bukan teroris?

Dengan tulisan ini, saya hanya ingin bilang ‘Aku bukan Pancasila’ lagi, tetapi ‘Aku
Pancasilais’ sejati.

Berikan komentarmu mengenai artikel diatas!

Jawab :

Komentar saya mengenai hal ini adalah saya setuju dengan apa yang dijelaskan dalam
artikel tersebut. Karena berdasarkan fungsi nya imbuhan –is menyatakan makna ‘orang
memiliki sifat atau ciri’. Berarti arti dari ‘Aku Pancasilais’ adalah aku orang yang memiliki
sifat pancasila, dalam artian bahwa seseorang memiliki sifat yang tertera dalam
pancasila/berjiwa pancasila.

Saya juga sependapat dengan pembahasan tentang ‘membasmi terorisme’. Imbuhan –


isme mengandung arti ‘paham’. Jadi terorisme itu artinya adalah orang yang memiliki paham
teror. Sedangkan teroris adalah sebutan untuk orang yang memiliki sifat teror. Sehingga
penggunaan kata yang tepat adalah membasmi terorisme yang berarti membasmi paham teror.

Anda mungkin juga menyukai