Anda di halaman 1dari 2

Nama : Safira Choirunnisa Tugas 3 Bahasa Indonesia

NIM : P21341118054 Kelas : D3 – 4B

1. Arti senarai dan sintas


Jawab :
Senarai ; daftar . Senarai memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga senarai
dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang
dibendakan. Contoh : Senarai tempat wisata di kota Malang.
Sintas ; terus bertahan hidup, mampu mempertahankan keberadaannya. Sintas memiliki
arti dalam kelas adjektiva atau kata sifat sehingga sintas dapat mengubah kata benda atau
kata ganti, biasanya menjelaskanny atau membuatnya menjadi lebih spesifik. Contoh :
Kucing itu memerlukan nutrisi untuk sintas.

2. Baca artikel dibawah ini. Berikan komentar!


KW yang jadul
Mungkin terlalu sering kita mendengar kata kw dan jadul. Di tempat sperti pertokoan
mewah, toko bangunan, atau di ruang-ruang publik, kata-kata itu kerap terdengar.
Terkadang pula kita justru mengucapkan kata-kata itu. Alih-alih kw untuk kwalitas dan jadul
untuk akronim jaman dulu. Lihat saja kalimat Ia membeli jam tangan kw dan Lagunya jadul
Dua kata itu enak dituturkan, tetapi salah di tataran bahasa.Kw yang dipersepsikan sebagai
standar mutu produk rendah disingkat dari kata kwalitas. Padahal, kata kwalitas juga
merupakan kata yang tidak baku, yang seharusnya 'kualitas'. Kata ini merupakan serapan
visual dari bahasa Inggris quality.
Serapan quality menjadi kualitas hanya menyesuaikan seperlunya. Bentuk -ity dalam bahasa
Inggris memang distandarkan menjadi -tas dalam bahasa Indonesia, sedangkan
huruf q disesuaikan menjadi k. Jadi, dari mana muncul huruf w dalam kwalitas?
Dalam ragam lisan, memang dimungkinkan bentuk-bentuk pelancar w pada kata yang
memiliki dua vokal berdekatan, seperti pada kata uang (terdengar uwang). Sebaliknya,
bunyi pelancar ini tidak berlaku pada ragam tulis, yang notabene harus merujuk Kamus
Besar Bahasa Indonesia.
Sekarang, bila tetap ingin memendekkan kata, Anda harus merujuk pada kata kualitas,
bukan lagi dari kwalitas. Bisa dengan bentuk pendek kua sehingga akan muncul kua-1 atau
kua-2 untuk sebutan produk berkualitas rendah atau sangat rendah. Bisa juga dengan
menggunakan kata yang bersinonim dengan kualitas, yakni mutu. Yang artinya bisa beralih
pada mutu-1, 2, atau 3 untuk kualitas produk di bawah super.Alternatif lain bisa memakai
'samaran' kata mutu dengan huruf M-1, M-2, atau M-3 atau menyingkat kualitas dengan K
sehingga ada K-1, K-2, atau K-3.
Bagaimana pula dengan akronim jadul? Seperti halnya kw, jadul dipendekkan dari kata yang
salah, yakni jaman dulu. Bila merujuk KBBI, kata yang baku ialah 'zaman',
Nama : Safira Choirunnisa Tugas 3 Bahasa Indonesia
NIM : P21341118054 Kelas : D3 – 4B

bukan jaman sehingga bila diakronimkanakan menjadi 'zadul' bukan jadul. Namun,


mengapa kesalahan ini kerap terjadi? Lihat saja pada kata lain, seperti 'rezeki' yang
berganti rejeki atau kata 'gizi' yang menjadi giji. Terjadi pula pada nama orang seperti
'Marzuki' menjadi Marjuki atau 'Zaki' menjadi Jaki.

Di dalam kajian morfofonemik bunyi z dan j bukan dari bunyi pasangan yang berdekatan.
Bunyi z dihasilkan dengan bunyi prekatif (bunyi geseran gigi dan lidah), sedangkan bunyi j
muncul dari menekan lidah ke langit-langit. Ini berarti, pertukaran bunyi z menjadi j tidak
seharusnya terjadi

Nah, sekarang Anda pantas berpikir ulang. Gunakan kw dan jadul yang enak, tetapi salah
atau beralih pada K atau M, serta zadul yang enak dan juga baku.

Jawab :
Saya sependapat dengan artikel diatas. Pada kenyataannya, penulisan sebuah kata dapat
berubah hanya karena pelafalannya. Seperti pada kata jadul, mengapa tidak zadul dalam
pelafannya? Menurut saya, pada saat dulu kala/zaman nenek moyang mereka tidak dapat
membedakan antara pelafalan huruf ‘z’ dan ‘j’. Sehingga huruf keduanya disamakan, huruf
‘z’ menjadi ‘j’. Namun, pada kata kw adalah salah karena kata kw merupakan singkatan dari
kata kwalitas yang sebenarnya kata tersebut tidak baku. Kata yang baku adalah kualitas.
Pada kehidupan sehari-hari memang lebih seringnya terdengar ‘kwalitas’ namun untuk
penulisannya tetap ‘kualitas’.

3. Ibu membuatkan adik teh manis. Apa fungsi –kan dalam kata membuatkan ?
Jawab :
Imbuhan –kan berfungsi membentuk kata kerja. Arti gramatikalnya adalah menyatakan
benefaktif (melakukan tindakan untuk orang lain). Jadi, kalimat diatas memiliki makna
bahwa ibu melakukan kegiatan membuat teh manis untuk adik. Contoh lain adalah Surya
membawakan (mem-bawa-kan) tas Ani yang tertinggal di kelas.

4. Mengapa lambang disabilitas memakai kursi roda ?


Jawab :
Pada tahun 1968, lambang disabilitas ini digunakan untuk orang yang memakai kursi roda,
namun sekarang simbol ini merupakan simbol internasional untuk disabilitas. Disabilitas
(disability) didefinisikan sebagai seseorang yang belum mampu atau kekurangan (fisik &
mental) berakomodasi dengan lingkungan sekitarnya sehingga memiliki keterbatasan untuk
melakukan sesuatu Menurut saya, lambang ini digunakan sebagai lambang disabilitas karna
penyandang cacat yang dapat dilihat secara nyata hanya dengan sekali melihat yaitu
disabilitas aksesibiltas. Simbol ini dinamakan simbol aksesibilitas yang digunakan sebagai
petunjuk akses untuk penyandang mobilitas terbatas, termasuk pengguna kursi roda.

Anda mungkin juga menyukai