Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana
Peran Masyarakat Dalam Penanganan Bencana
Bencana merupakan kejadian luar biasa yang menyebabkan kerugian besar bagi
manusia dan lingkungan dan diluar kemampuan manusia untuk dapat
mengendalikanya, disebabkan oleh faktor alam atau manusia atau sekaligus oleh
keduanya. Bencana dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu bencana alam dan
bencana sosial. Yang termasuk lingkup bencana alam adalah gempa (tektonik dan
vulkanik), tsunami, kekeringan, banjir, dan longsor. Sedangkan bencana sosial
biasanya mencakup kejadian konflik, wabah penyakit, bencana teknologi, dan
kebakaran. Baik bencana alam maupun bencana sosial telah, sedang, dan pasti terjadi
di Indonesia mengingat kondisi geografis, geologis, dan sosial (demografis, idiologis,
dan sosiologis) di Indonesia sangat rentan untuk terjadinya bencana.
Penanganan bencana mencakup aspek mitigasi bencana (pencegahan),
emergency saat terjadinya bencana, dan aspek rehabilitasi. Penanganan emergency
targetnya adalah penyelamatan sehingga risiko tereliminir. Sedangkan rehabilitasi
merupakan upaya mengembalikan pada kondisi normal kembali.
Dampak bencana yang ditimbulkan dapat berupa kematian masal, terganggunya
tatanan sosiologis dan psikologis masyarakat, pengangguran, kemiskinan, kriminalitas,
keterbelakangan, dan hancurnya lingkungan hidup masyarakat. Begitu besarnya risiko
yang ditimbulkan oleh bencana ini, maka penanganan bencana menjadi sangat penting
untuk menjadi perhatian dan tugas kita bersama. Tanpa kebersamaan, sangat sulitlah
kita untuk mampu mengatasi dampak bencana. Karena pada kenyataanya, tidak ada
satu pihakpun yang paling mampu menangani dampak bencana ini.
Peran Masyarakat
Dalam penanganan bencana peran masyarakat menjadi elemen yang paling
penting. Karena kekuatan pemerintah semata sangatlah kecil jika dibandingkan dengan
tantangan yang begitu besar. Peran masyarakat dalam penanganan bencana dapat
diwujudkan dalam beberapa bentuk : relawan lapangan dengan menyumbangkan
tenaga dan keahlian, mobilisasi dana, dan akses fasilitas.
Relawan
Dalam penanganan emergency bencana, relawan mempunyai posisi dan peran
yang sangat penting. Oleh karena itu relawan bukan sekedar sebuah kekuatan
alternatif, tetapi menjadi alternatif utama. Tentu ada banyak persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menjadi relawan emergency bencana. Yang terpenting adalah kekuatan
fisik dan keahlian. Fragmentasi keterlibatan relawan dalam penanganan bencana
adalah sebagai berikut :
1. Relawan sebagai donatur. Sesungguhnya masyarakat yang mendermakan dananya
untuk membantu korban bencana, maka sejatinya iapun adalah relawan. Dana
bahkan menjadi hal yang sangat penting untuk mendukung hasil maksimal
penanganan bencana.
2. Relawan sebagai penyumbang tenaga dan keahlian. Termasuk dalam kelompok ini
adalah ahli evakuasi, ahli medis, jurnalis, ahli gizi, juru masak, tukang bangunan,
psikolog, guru, seniman, dan lainya yang secara sukarela turun langsung membantu
korban bencana di lapangan.
3. Relawan sebagai penyedia fasilitas yang diperlukan dalam penaganan bencana.
Misalnya ada relawan yang menyediakan sarana transportasi, menydediakan rumah
atau kantornya untuk dijadikan markas posko kemanusiaan, dll.
Manajemen Logistik
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penanganan logistik bantuan :
1. Pengadaan logistik bantuan harus sedapat mungkin berdampak pada
pemberdayaan ekonomi lokal. Caranya adalah membeli logistik bantuan dari pelaku
ekonomi lokal, khususnya para pelaku ekonomi menengah bawah. Ini akan
mendorong perputaran ekonomi lokal menjadi stabil. Strategi seperti ini sangat
efektif dan efesien karena selain memungkinkan bisa cepat tiba di lokasi bencana,
kita juga tidak direpotkan oleh ribetnya masalah transportasi.
2. Ragam logistik bantuan terutama untuk makanan dan sandang, hendaknya
menyesuaikan dengan kultur yang berlaku di masyarakat korban bencana. Sebagai
contoh, ternyata masyarakat Aceh tidak menyukai ikan sarden yang diawetkan.
Kebanyakan pengungsi menukarnya dengan barang lain dengan para pedagang.
Atau karena tidak segera dikonsumsi, banyak sarden yang menjadi kadaluarsa.
Berdasarkan pengamatan kami di lapangan, ikan asin lebih mereka sukai daripada
sarden. Dan ikan asin dengan mudah bisa dibeli dari para nelayan Aceh.
3. Makanan memenuhi standar gizi. Korban bencana yang umumnya menghuni barak-
barak penampungan alakadarnya, tentu menyebabkan keadaan fisik mereka sangat
rentan. Oleh karena itu pilihan logistik makanan yang tidak mempunyai nilai gizi
maksimum bisa menyebabkan malapetaka bagi korban. Data menunjukkan bahwa
wabah penyakit dan kematian korban bencana banyak terjadi justru setelah mereka
mengkonsumsi makanan yang tidak bergizi secara terus menerus. Mie instan
misalnya bukanlah pilihan logistik yang aman untuk dikonsumsi secara terus
menerus oleh pengungsi korban bencana.
4. Pakaian yang diberikan sesuai kebutuhan dan tetap memperhatikan martabat
korban sebagai manusia.
Penutup
Bekerja menangani bencana adalah bekerja yang sulit. Karena tidak ada yang
benar-benar mampu mempersiapkan untuk kerja-kerja yang unpredictable.
Sungguhpun demikian, mengadakan persiapan jauh lebih baik daripada tidak sama
sekali. Oleh karena itu jika kita ingin menjadi masyarakat dan bangsa yang selalu siap
menghadapi tantangan bencana, maka belajarlah tanpa henti dari banyak bencana
yang telah terjadi.
Diunduh dari:
http://accountability.humanitarianforumindonesia.org/LinkClick.aspx?
fileticket=LlxUF1DUcPs%3D&tabid=648&mid=1526,