Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PASIEN DENGAN KECEMASAN

A. MASALAH UTAMA
Kecemasan
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Kecemasan adalahperasaan takut yang tidak jelas dan tidak di dukung oleh situasi.
Gangguan kecemasan adalah sekelompokkondisi yang member gambaran penting
tentangansietas yang berlebihanyang disertai respon perilaku, emosional dan
fisiologis individu yang mengalami gangguan ansietas.(Videback, 2008: 307).
Kecemasan adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai respon (penyebab tidak spesifik atau
tidak diketahui oleh individu). Perasaan takut dan tidak menentu sebagai sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan datang memperkuat individu
mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kejadian dalam hidup seperti menghadapi tuntutan, persaingan, serta bencana dapat
membawa dampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis. Salah satu contoh
dampak psikologis adalah timbulnya kecemasan atau ansietas. (AH. Yusuf,2015:89)
2. Penyebab
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag menunjukkan reaksi
kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lam.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.

Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010: 167)


mengemukakan beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:

a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didaam pikiran.
b. Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
c. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun
yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan
kepribadian penderitanya.
Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998: 177)Beberapa teori penyebab kecemasan pada
individu antara lain:
a. Teori psikoanalatik terjadi karna adanya konflik yang terjadi antara emosinal
elemen kepribadian , yaitu id dan super ego. Id mewakili insting, super ego
mewakili hati nurani, sedangkan ego berperan menengahi konflik yang terjadi
antara dua elemen yang bertentangan. Timbulnya kecemasn merupakan upaya
peningkatan ego dan bahaya.
b. Teori interpersonal
Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap adanaya penolakan dan tidaka
adanya penerimaan interpersonal.
c. Teori perilaku (Bevarior)
Kecemasan merupakan prodk frustasi yaiti segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan.
d. Teori prespektif keluarga
Kajian keluaraga menunjukkan pola interaksi yang terjadi dalam keluarga.
Kecemasan enunjukkan adanya pola interaksi yang maladaptive dalam system
keluarga.
e. Teori perspektif biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khususnya yang
mengatur kecamasan (Stuart dan Sundeen, 1998: 177).
3. Jenis-jenis kecemasan
Kecemasan merupakan suatu perubahan suasana hati, perubahan didalam dirinya
sendiri yang timbul dari dalam tanpa adanya rangsanagan dari luar. Membagi
kecemasan menjadi tiga jenis kecemasan yaitu:
a. Kecemasan rasional merupakan suatu ketakuatan akiabat adanya objek yang
memang mengancam, misalnya ketika menunggu hasil ujian. Ketakuatan ini
dianggap sebagai suatu unsure poko normal dari mekanisme pertahanan dasar
kiat.
b. Kecemasan irrasional yang bebrati bahawa mereka mengalami emeosi ini
dibawah kedalam keadaan spesifik yang biasanya tidak dipandang mengancam.
c. Kecemasan fundamentalmmerupakan suatu pertanyaan tentang siapa dirinya,
untuk apa hidupnya, dan akan kemanakah kelak hidupnya berlanjut. Kecemasan
ini di sebut sebagi kecemasan eksistensial yang mempunyai peran funda mental
bagi kehidupan manusia (Mustamir Pedak, 2009:30).
4. Rentang respon
Rentang respon individu terhadap cemas berflutuasi antara respon adaptif dan
maladaptif. Rentang respon yang paling adaptif adalah antisispasi dimana individu
siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan
rentang yang paling maladaptive adalah panic dimana individu sudah tidak mampu
lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami gangguan fisisk,
perilaku maupun kognitif.
Respons adaptif
Antisipasi- Ringan- Sedang- Berat- Panik
5. Proses terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Strepredisposisi adalahsemua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
1) Peristiwa trumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang di alami individu baik krisis perkembangan atau situasiona.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik,
id dan super ego atau antar
3) Konsep diri tergangggu akan menimbulkanketidakmampuanindividu berpikir
secara realitas sehinga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untukmengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkankecemasan karenamerupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapatmempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflikyang di alami karena
polamekanisme koping individubbanyak di pelajaridalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya (Eko
prabowo, 2014: 123-124).
b. Faktor prespitasi
Faktor prespitasi adalah semua ketgangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor prespitasi kecemasan di
kelompokkan menjadi du abagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas kulitketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi:
 Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisisologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubhan biologis normal
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polusi lingkunag, kecelakaan, kekuranagan nutrisi, tidakadekuatnya tempat
tinggal
2) Anacaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber internal kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah tempat
kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisisk juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternalorang yang dicinta berperan, perubahan status
pekerjaan tekanan kelompok social (Eko prabowo, 2014: 124).
6. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh seseorang
bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh individu
tersebut (Hawari, 2004). Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat
mengalami kecemasan secara umum (Hawari, 2004), antara lain adaalh sebagai
berikut:
a. Cemas, kawatir, firasat buruk, takut akan pikirannyasendiri, mudah tersinggung,
b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c. Takutsendiriaan, takut pada keramaian, dan banyak orang.
d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
e. Gangguan kosentrasi daya ingat
f. Gejala somatikrasa sakit pada oto dan tulang, berdebar-debar, sesak nafas,
gangguan pencernaan, sakit kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dngin
dan lembab, dan lain sebagainya (Eko prabowo, 2014: 124-125).
7. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis.
a. Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-
faktor-faktor yang dapat menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan
polusi udara). Sedangkan yang enjadi sumber internalanya adalah kegagalan
mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung , sistem imun pengaturan
suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan)
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga
diri dan fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat kerja
atau menerima pesan baru (Eko prabowo, 2014: 125).
8. Mekanisme koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping yaitu
sebagai berikut.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan situasi stres, misalnya
perilaku menyerang untuk mengubah atau mengatasi hambatan pemnuhan
kebutuhan. Menarik diri untuk memindahkan darisumber stres. Kompromi untuk
mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi, dan bersifat
meladaptif. (AH.yusuf,2015:87-88)
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan terapi
memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
1. Makan makan yang bergizi dan seimbang
2. Tidur yang cukup
3. Cukup olahraga
4. Tidak merokok
5. Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki obat
obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate
dan alprazolam.
c. Terapi somatic.
Gejala atau keluhan fisik (somatic) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatic (fisik) itu dapat diberikan obat-oabatn yang ditujukan pada organ
pada tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antar lain:
1. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberika keyakinan
serta percaya diri.
2. Psikoterapi reedukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi diri bila
diulang bahwa ketdak mampuan mengatasi kecemasan.
3. Psikoterapi rekontruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang teah menglami goncangan akibat stresor.
4. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara rasonal, konsentrasi dan daya ingkat.
5. Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stresor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
6. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor krluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubunganya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem kehidupan yang
merupakan stresor psikososial.
10. Pohon masalah
Kerusakan interaksi sosial Effec
t

Gangguan
Cor oroblem
suasana
perasaan cemas

Koping individu in efektif Causa

11. Diagnose keperawatan


a. Keruskan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
b. Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
12. Rencana asuhan

keperawatan Tujuan

Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang


Tujuan khusus :
a. TUK 1
Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya
Intervensi :
1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi
2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon
3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya
4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat
menimbulkan perasaan negatif
5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat belajar
dan berkembang.
b. TUK 2

Pasien dapat mengenali ansietasnya

10
Intervensi :

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya


2) Hubungkan perilaku dan perasaanya
3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien
4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang
mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik
5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan perasaanya.
c. TUK 3

Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas

Intervensi :

1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera


menimbulkan ansietas
2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik
3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa lalu yang
relevan
d. TUK 4

Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

Intervensi :

1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu


2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang
digunakan
3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang
dimilikinya
4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang
5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang
6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya
7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan dukungan
sosial dalam membantu pasien menggunakan koping adaptif yang baru
e. TUK 5

Pasien dapat menggunakan tekhnik relaksasi

Intervensi :

1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa


percaya diri
2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) dengan MASALAH
KECEMASAN

Pertemuan pertama

1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan

b) Diskusikan dengan keluarga tentang :


a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat)
e. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi ini
mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil siapa
pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Ruang tengah di depan televisi
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“bapak mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak, sudah beberapa
hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Coba bapak ceritakan lebih lanjut tentang
perasaan bapak, kenapa bapak meraskan hal tersebut, apa yang bapak pikirkan? Oh,
jadi bapak takut kalau penyakit bapak tak kunjung sembuh? Bagaimana kalau kita
coba megatasi kecemasan bapak dengan relaksasi dengan cara tarik napas dalam. Ini
merupakan salah satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bapak rasakan.”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang. Saya akan lakukan, dan bapak
memperhatikan saya, lalu mengkuti yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya pak?
Pertama-tama bapak tarik napas dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan napas. Dalam
hitungan ketiga setelah itu baoak hempaskan udara melalui mulut dengan meniup
udara secara perlahan-lahan. Sekarang coba bapak praktikan.”
c. Terminasi
a) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
b) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi yang
seperti saya contohkan tadi ya?”
c) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi pukul 9
pagi seperti saat ini di serambi depan?
d) Rencana Tindakan Lanjutan
“Selanjutnya bapak harus mengingat-ingat apa yang sudah saya ajarkan ya?”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke 2
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan dalam
meminum obat
Tindakan keperawatan :
c) Tanyakan pada pasien tentang
a. Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
b. Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
d) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a. Cara merawat pasien dirumah
b. Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien
d. Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
e. Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi
ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil
siapa pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a) Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b) Tempat : Di Serambi Depan
c) Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah dan sulit tidur. Apkah bapak masih
merasa gelisah saat ini? Baiklah kalau bapak masih merasa gelisah. Kemarin kita
sudah mempelajari teknik napas dalam, apakah bapak sudah melakukanya lagi?
Kalau begitu kali ini kita akan mempelajari teknik relaksasi otot. Ikuti instruksi
saya ya pak.
1) Kepalkan dengan kencang sesaat telapak tangan anda seolah-olah hendak
meninju untuk mengencangkan otot bisep dan lengan bawah, dan rileks.
2) Kerutkan semua otot-otot diwajah anda, mulai dari dahi, mata, hidung,mulut,
sampai leher dan bahu sekitar 4 hitungan dan rasakan ketegangan itu lalu
tarik nafas panjang dan perlahan-lahan hepaskan nafas anda dan sambil
kedurkan mulai dari dahi, mata, hidung, mulut. Leher, hidung.
3) Luruskan kaki anda lalu tegangkan rasakan tegang mulai dari jari kaki, lutut,
betis, paha, pantat, rasakan ketegangan beberapa saat, lalu kembali tarik napas
dalam sambil menghempaskan nafas secara perlahan.
c. Terminasi
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Pertemuan ke 3
1. Proses Keperawatan
a. Kondisi Pasien
1) Pasien melamun,
2) Pasien sering mondar-mandir,
3) menanyakan hal-hal yang tidak pentig,
4) Pasien merasa curiga
b. Diagnosa Keperawatan
Resiko halusinasi, perilaku kekerasan, mencederai diri, orang lain dan lingkungan
berhubungan dengan ansietas sedang.
c. Tujuan Khusus
TUK2 : Klien mampu mengenal ansietasnya
TUK4 : klien dapat menggunakan mekanisne koping yang adaptif
TUK5 : Klien dapat menggunakan teknik relaksasi
d. Tindakan Keperawatan
1) Pasien dapat membina hubungan saling
percaya Tindakan keperawatan :
a) Sapa pasien dengan nama baik verbal dan non verbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanya nama lengkap pasien dan nama panggilan yang disukai
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima keadaan
g) Berikan perhatian kepada pasien dan perhatikan kebutuhan dasar
2) Pasien dapat menyebutkan minimal satu penyebab ketidakkooperatifan
dalam meminum obat
Tindakan keperawatan :
a) Tanyakan pada pasien tentang
1) Orang yang tinggal serumah/teman sekamar pasien
2) Orang terdekat pasien dirumah/diruang perawatan
b) Diskusikan dengan keluarga tentang :
1) Cara merawat pasien dirumah
2) Tindakan tindak lanjut dan pengobatan yang teratur
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat
penghentian obat)
5) Kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera.
2. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan Tindakan Keperawatan
a. Orientasi
1. Salam Terapiutik
“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat S, saya perawat yang dinas pada pagi
ini mulai pukul 07.00-14.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang dipanggil
siapa pak?”
2. Evaluasi
“Apa yang bapak rasakan saait ini? “
“Bagaimana keadaan bapak saat ini?”
3. Kontrak
a. Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas
b. Tempat : Di Ruang di depan televisi
c. Waktu : pukul 09.00-09.20 (20 menit)
b. Kerja
“Bapak kemarin mengatakan kalau merasa khawatir dengan penyakit bapak,
sudah beberapa hari mengalami gelisah, dan sulit tidur. Apakah bapak masih
merasa gelisah hari ini? Baiklah kalau masih merasa gelisah. Kemarin kita sudah
mempelajari teknik napas dalam dan relaksasi otot, apakah bapak sudah
melakukanya lagi? Kali ini kita akan memelajari teknik hipnotis 5 jari. Pejamkan
mata bapak, tarik napas lalu buang perlahan . lakukan selama 3 kali. Tautkan ibu
jari bapak kepada jari tulunjuk, bayangkan ketika tubuh bapak begitu sehat.
Tautkan ibu jari bapak pada jari tengah, bayangkan ketika bapak mendapatkan
hadiah atau barang yang anda sukai. Tautkan ibu jari pada kepada jari manis,
bayangkan ketika bapak berada ditempat yang paling nyaman, tempat yang sangat
bahagia. Tautkan ibu jari bapak kepada jari kelingking, bayangkanketika bapak
mendapatkansuatu penghargaan. Tarik napas, buang perlahan, lakukan selama
3kali lalu buka mata kembali.”
c. Terminal
1) Evaluasi Subyektif
“Nah, sekarang bagaimana perasaan bapak? Apakah perasaan cemasnya sudah
berkurang pak? Apakah sudah merasa lebih baik sekarang?”
2) Evaluasi Objektif
“Sekarang coba bapak lakukan lagi tahapan-tahapan melakukan relakasasi
yang seperti saya contohkan tadi ya?”
3) Kontrak
“Baiklah. Bagaimana kalau kita lanjutkan percakapan kita besok pagi lagi
pukul 9 pagi seperti saat ini di ruang dwpan televisi?
4) Rencana Tindak Lanjut
Anjurkan klien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo Eko. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika.

Mustamir Pedak. (2009). Metode Supernol Menaklukan Stress. Jakarta:


Himah Publishing House.

Kholil Lur Rochman. (2010). Kesehatan Mental. Purworkerto: Fajar Medika.

AH.Yusuf (2015). Buku Ajaran Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Jagakarsa.

Askep gangguan pada cemas


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini banyak sekali permasalahan atau pun penyakit yang timbul karena di
awali dengan kecemasan, mulai dari kecemasan tingkat rendah sampai kecemasan tingkat
tinggi. Banyak orang-orang yang mendifinisikan tentang cemas, antara lain adalah Musfir
Bin Said Az-Zahrani (2003) mendifinisikan “kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang penuh
dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan
permasalahan yang terbatas maupun hal-hal yang aneh”. Menurut Lazarus (1969) dalam
Muhammad baitul alim (2011) “kecemasan adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa
tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan gelisah, khawatir, dan takut”. Menurut Lynn S.
Bicley (2009) ”Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit,
pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian pasien, kecemasan
merupakan saringan terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya,
kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.

Ada beberapa cara untuk menangani kecemasan, menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 17)
adalah sebagai berikut

“Penanganan tentang masalah kecemasan bisa dilakukan dengan cara psikoterapi,


suatu pengobatan yang diberikan dengan cara berupa terapi relaksasi yang bermanfaat
meredakan secara relative, namun itu dapat dicapai bagi yang telah berlatih setiap hari.
Prinsipnya adalah melatih pernafasan (menarik pernafasan dalam dan lambat, lalu
mengeluarkannya dengan lambat pula). Terapi kognitif perilaku dimana pasien diajak
bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku
dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Terapi psikoterapi
dinamik dimana pasien diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya. Bukan untuk
menghilangkan gejalanya saja”.
Kecemasan bisa terjadi karna berbagai hal, misalnya menurut Marilynn E. Doenges
(1999 : 317) adalah sebagai berikut

“Diagnosa Medis : infeksi intracranial : meningitis, ensefalitis,abses otak.


Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman
kematian / perubahan dalam status kesehatan, pemisahan dari sistem pendukung. Ditandai
dengan peningkatan ketegangan/keputusasaan, ketakutan/ketidakpastian hasil, berfokus pada
diri sendiri, stimulasi simpatis, gelisah”.

Berdasarkan permasalahan diatas menurut kami dari kelompok 1 memilih untuk


mengambil judul tentang Asuhan Keperawatan pada gangguan cemas adalah kami ingin
membantu pasien bagaimana cara mengatasi cemas, karena cemas itu bisa diatasi.
Kecemasan merupakan suatu kondisi yang bisa saja dialami setiap orang dalam kehidupan
sehari-hari. Cemas adalah suatu kondisi yang wajar namun apabila cemas itu berlangsung
lama maka merupakan kondisi yang tidar wajar. Akibatnya seseorang tidak optimal lagi
untuk menjalani aktivitas sehari-hari baik dalam fungsi social maupun pekerjaannya. Dengan
mempelajari tanda dan gejala gangguan ini, diharapkan seseorang dapat mengantisipasi
seandainya dikemudian hari mengalami kondisi cemas. Agar dapat secara lebih cepat mencari
pertolongan medis dengan demikian fungsinya dalam kehidupan sehari-hari dapat pulih
kembali.

B. Tujuan
1. Tujuan umum: Memberikan penanganan terhadap gejala dan tanda-tanda cemas
2. Tujuan khusus
a. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan pengkajian
b. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan diagnosa
c. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan rencana tindakan
d. Diharapkan kepada perawat dapat menjalankan rencana tindakan yang telah di rencanakan
e. Diharapkan kepada perawat dapat melakukan evaluasi.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Kecemasan
Lazarus (1969) dalam Muhammad baitul alim (2011) mendifinisikan “Kecemasan
adalah suatu respon dari pengalaman yang dirasa tidak menyenangkan dan di ikuti perasaan
gelisah, khawatir, dan takut. Kecemasan merupakan aspek subjektif dari emosi seseorang
karena melibatkan faktor perasaan yang tidak menyenangkan yang sifatnya subjektif dan
timbul karena menghadapi tegangan, ancaman kegagalan, perasaan tidak aman dan konflik
dan biasanya individu tidak menyadari dengan jelas apa yang menyebabkan ia mengalami
kecemasan”.

Menurut Lynn S.Bickley (2009) “Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri. Bagi sebagian
pasien, kecemasan merupakan saringan terhadap semua persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya, kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya”.

Pasien-pasien yang cemas mungkin duduk dengan gelisah dan memperhatikan jari-
jari tangan atau pakaiannya. Mungkin sering menghela napas, menjilat bibir yang kering,
mengeluarkan peluh yang berlebihan atau benar-benar tampak gemetaran.

B. Tanda dan Gejala kecemasan


Timbul secara mendadak, dalam bentuk berdebar-debar misalnya jantung dan nadi
menjadi lebih cepat berdetaknya, nyeri pada dada, pusing, keringat yang berlebihan,
pernafasan menjadi lebih cepat dan pendek, rasa seperti tercekik. Gejala lainnya takut
kehilangan kendali dan takut pada kematian (Sylvia D. Elvira 2008 : 7)

C. Penyebab kecemasan
Menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 11) adalah sebagai berikut
“Ada beberapa faktor penyebab gangguan cemas yaitu faktor oerganibiologi, faktor
psikoedukatif. Faktor organobiologo adalah terdapat ketidakseimbangan zat kimia dalam otak
yang disebut neurotransmitter disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif
adalah faktor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian
seseorang, baik hal yang menyenangkan, menentramkan, menyedihkan”.

D. Mengatasi Kecemasan
Melihat berbagai macam jenis kecemasan dan penyebabnya menimbulkan perasaan
cemas tersendiri, cemas dapat diatasi, yakni:
1. Mengembangkan Kepercayaan Diri. Tuhan di waktu menciptakan manusia, Ia
berfirman bahwa kita diciptakan mempunyai kemampuan ilahi yang diberikan-Nya
kepada kita. Itulah yang boleh kita sebut sebagai potensi diri manusia.
2. Meninggalkan Hal yang Duniawi, kecemasan karena kebutuhan yang biasanya
menyita hidup.
3. Mempercayakan Diri kepada Allah. Hal terpenting dalam menghadapi kecemasan
adalah mempercayakan diri kepada Allah. Memang, seseorang dapat percaya kepada
Allah setelah ia mengalami bagaimana Allah bekerja dalam hidupnya. Oleh karena itu,
kepercayaan merupakan proses yang mungkin membutuhkan waktu yang tidak
pendek. Tapi,satu hal yang mutlak adalah mengenal Allah dengan benar.

E. Pembagiam Kecemasan
Menurut James P.Chaplin (2002 : 32) Kecemasan (Anxiety) terbagi 7 macam, yaitu :
1. Anxiety equivalent adalah suatu reaksi simpatetik yang kuat, seperti detak jantung yang
cepat menggantikan kecemasan yang tidak disadari.
2. Anxiety fixation adalah mempertahakan atau memindahkan reaksi kecemasan masa atau
tingkat lebih dini dari perkembangan ke taraf yang lebih lanjut.
3.Anxiety hysteria adalah neurosa dengan karakteristik ketakutan gejala konversia
(pengubahan, penukaran) atau dengan perwujudan konflik berupa gangguan penyakit
somatis.
4. Anxiety neurosa adalah ketakutan yang tidak bias diidentifikasikan dengan suatu sebab
khusus, dan dalam banyak peristiwa merembes ke wilayah terutama kehidupan seseorang.
5.Anxiety objek adalah penggantian atau pemindahan ketakutan pada suatu objek yang
mewakili pribadi yang dahulunya menyebabkan timbulnya rasa ketakutan tersebut.
6.Anxiety reaction adalah pola reaksi yang kompleks ditandai oleh perasaan-perasaan
kecemasan yang kuat dan disertai gejala somatic, seperti berdebarnya jantung, rasa tercekik,
sesak didada, gemetaran, pingsan.
7.Anxiety tolerance adalah tingkat kecemasan yang masih dapat ditanggung seseorang tanpa
menimbulkan gangguan psikologis serius atau tanpa mengakibatkan ketidakmampuan
menyesuaikan diri.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian dituju pada fungsi fisiologi dan perubahab prilaku melalui gejala atau
mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Kaji faktor predisposisi, faktor
predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang menyebabkan timbulnya
kecemasan seperti :
1. Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan krisis yang dialami
individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak dapat terselesaikan dengan baik.
3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realita
sehinggan menimbulkan kecemasan.
4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang
berdampak terhadap ego.
5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individual. Pola mekanisme koping
keluarga atau pola keluarga menangani stres akan mempengaruhi individu dalam respon
terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
6. Riwayat angguan cemas dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam
respon terhadap konflik dan mengatasi kecemasan.

B. Diagnosa Keperawatan
No Sign/symptom Etiologi Diagnosa
1 peningkatan krisis situasi, Ansietas
ketegangan/keputusasaan, ancaman kematian /
ketakutan/ketidakpastian hasil, perubahan dalam
berfokus pada diri sendiri, status kesehatan,
stimulasi simpatis, gelisah. pemisahan dari
sistem pendukung

C. Perencanaan
1. Bantu klien berfokus pada pernafasan lambat dan melatihnya pernapasan secara ritmik.
2. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan prilaku distraksi seperti : berbiacara
kepada orang lain, dan melibatkannya dalam melakukan aktifikasi fisik.
4. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan
telah terlatih.
5. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan
ansietas.

D. Intervensi / Tindakan
1. Perawat mengajarkan dan membantu klien agar bisa melakukan pernafasan lambat dan
secara ritmik .
2. Perawat selalu mengingangatkan dan memberi makan klien secara teratur.
3. Perawat mengajak klien saling berkomunikasi dan mengajarkan pasien berolahraga agar
lebih rileks.
4. Perawat memberikan motivasi kepada klien.
5. Perawat menjelaskan kepada klien cara mengurangi stressor dan situasi yang dapat
menyebabkan cemas.

E.E valuasi
Evaluasi terhadap kecemasan dapat di lihat dari pasien yang selalu khawatir dengan
kematian. Kecemasan itu pula dapat diartikan sebagai reaksi yang timbul karena ancaman
yang tidak menentu. Pencegahan dari kecemasan itu dapat dilakukan dengan cara perawat
memberikan dorongan kepada pasien untuk mengembangkan kepercayaan diri, serta sering
mendekatkan diri kepada Allah.

DAFTAR PUSTAKA

Az-Zahrani, Musfir Bin Said. (2005). Konseling Terapi. Jakarta : Gema Insani Press.
Bickley, Lynn S. (2009). Buku Ajar Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta :
EGC
Chaplin, James P. (2002) Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada
Elvira, Sylvia D.(2008) Gangguan Panic. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Susabda, Yakub B. tanpa tahun. Pastoral Konseling. Malang : Penerbit Gandum Mas
asuhan keperawatan pasien dengan ansietas/ kecemasan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DG ANSIETAS

Oleh : Puji Sutarjo

Pengertian anxietas :

1. Ketakutan/kekuatiran pada sesuatu yang tdk jelas dan berhubungan dengan perasaan
tidak menentu dan tak berdaya (helplessness)
2. Perasaan isolasi, terasing, dan terancam mungkin dialami.
3. Individu mempersepsikan kepribadiannya terancam
4. Manusia mulai merasakan sejak bayi

Karakteristik anxietas :

1. Merupakan emosi dan bersifat subyektif.


2. Sumber tdk jelas (takut ~ sumber jelas)
3. Bisa ditularkan
4. Terjadi akibat adanya ancaman pada harga diri, identitas diri.
5. Perlu adanya keseimbangan antara keberanian dan

kecemasan Tingkatan anxietas :

1. Ansietas ringan: pd kehidupan sehari-hari. Individu sadar. Lahan persepsi meningkat


(mendengar, melihat, meraba lebih dari sebelumnya). Perlu untuk memotivasi belajar,
pertumbuhan, dan kreativitas.
2. Ansietas sedang: lahan persepsi menyempit (melihat, mendengar, meraba menurun
dpd sblmnya). Tidak perhatian yg selektif namun dpt berfokus jika diarahkan.
3. Ansietas berat: lahan persepsi sangat sempit, hanya bisa memusatkan perhatian pd yg
detil, tdk yg lain. Semua perilaku ditujukan untuk menurunkan ansietas.
4. Panik: hilang kontrol, tidak mampu melakukan sesuatu meskipun dg perintah

Panik :

1. Hilang kontrol
2. Tak bisa melakukan sesuatu meski dgn perintah atau arahan.
3. Disorganisasi kepribadian.
4. Meningkatnya aktivitas motorik
5. Menurunnya kemampuan menghubung-hubungkan.
6. Distrosi persepsi
7. Hilangnya pikiran rasional
8. Hilangnya komunikasi dan fungsi efektif.
9. Bila berlangsung berkepanjangan menyebabkan exhaustion-kematian

Faktor predisposisi :

1. Teori Psikoanalisa: ansietas merupakan konflik elemen kepribadian id dan super ego
(dorongan insting dan hati nurani). Ansietas mengingatkan ego akan adanya bahaya
yg perlu diatasi.
2. Teori interpersonal: ansietas terjadi karena ketakutan penolakan dalam hub
interpersonal. Dihubungkan dg trauma masa pertumbuhan (kehilangan, perpisahan)
yang menyebabkan ketdkberdayaan). Individu yang harga diri rendah mudah
mengalami ansietas.
3. Teori perilaku: ansitas timbul sebagai akibat frustrasi yg disebabkan oleh sesutu yg
mengganggu pencapaian tujuan. Merupakan dorongan yg dipelajari utk menghindari
rasa sakit/nyeri. Ansietas meningkat jika ada konflik (konflik ~ ansietas ~
helplessness)
4. Kondisi keluarga: ansietas dapat timbul secara nyata dalam keluarga. Ada overlaps
gangguan ansietas dan depresi.
5. Keadaan biologis: dpt dipengaruhi dan mempengaruhi ansietas. Ansietas terjadi
akibat GABA >>. Ansietas dpt memperburuk penyakit (hipertensi, jantung, peptic
ulcers). Kelelahan mengakibatkan idv mudah terangsang dan merasa ansietas.

Faktor presipitasi :

1. Ancaman integritas fisik: ketidakmampuan fisiologis dan menurunnya kemampuan


melaksanakan ADL.
2. Ancaman thd sistem “diri”; mengancam identitas, harga diri, integrasi sosial. Mis:
phk, kesulitan peran baru.
3. Gabungan: penyebab timbulnya ansietas gabungan dr genetik, perkembangan, stresor
fisik, stresor psikososial.
Perilaku anxietas :

1. Ansietas dpt diekspresikan lgs melalui perubahan fisiologis dan perilaku scr tdk lgs
melalui timbulnya gejala/mekanisme koping utk mempertahankan diri dari ansietas.
2. Respon fisiologis dpt terjadi pd sistem kardiovaskuler, pernafasan, meuromuskuler,
GI, perkemihan, dan kulit
3. Perilaku: motorik, afektif, kognitif

Efek fisiologis anxietas:

1. Kardiovaskuler: palpitasi, berdebar-debar, TD, pinsan, TD, N .


2. Pernafasan: P, nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik, terengah-
engah.
3. Neuromuskuler:  refeks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku-
kaku, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
4. Gastrointestinal: hilang nafsu makan, menolak makan, abdomen tdk nyaman, nyeri
abdomen, mual, perih, diare.
5. Sistem perkemihan: tekanan utk b.a.k., sering b.a.k.
6. Kulit: wajah kemerahan, keringat lokal, gatal-gatal, rasa panas dingin, wajah pucat,
berkeringat seluruh tubuh.

Respon perilaku :

1. Motorik: gelisah, ketegangan fisik, tremor, sering kaget, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung celaka, menarik diri, menghindar, menahan diri, hiperventilasi
2. Kognitif: kurang perhatian, tak bisa konsentrasi, pelupa, salah tafsir, pikiran blocking,
menurunnya lahan persepsi, bingung, kesadaran diri berlebihan, waspada berlebihan,
hilangnya obyektivitas, takut hilang kontrol, takut luka/mati.
3. Afektif: tdk sabar, tegang, nervous, takut berlebihan, teror, gugup, sangat gelisah.

Mekanisme koping :

1. Task Oriented (orientasi pd tugas)


-Dipikirkan utk memecahkan masalah, konflik, memenuhi kebutuhan.
-Realistis memenuhi tuntutan situasi stres
-Disadari dan berorientasi pd tindakan
-Berupa reaksi: melawan (mengatasi rintangan utk memuaskan kebutuhan), menarik diri
(menghilangkan sumber ancaman fisik atau psikologis), kompromi (mengubah cara,
tujuan utk memuaskan kebutuhan)

2. Ego oriented:
-Task oriented tdk selalu berhasil
-Melindungi “self”
- Berguna pd ansietas ringan ~ sedang
- Melindungi dr perasaan inadequacy dan buruk
- Berupa penggunaan mekanisme pertahanan diri (defens mechanism)

Mekanisme pertahanan diri :

1. Kompensasi Denial
2. Displacement
3. Disosiasi
4. Identifikasi
5. Intelektualisasi
6. Introyeksi
7. Isolasi
8. Proyeksi
9. Rasionalisasi
10. Reaksi formasi
11. Regresi

Diagnosa keperawatan :

Menurut NANDA:

1. Ansietas
2. Koping individu tidak efektif
3. Takut
Contoh diagnosa lengkap:

1. Ansietas berat b.d. konflik seksual ditandai dg mencuci tangan berulang-ulang,


pikiran kotor dan adanya kuman yg sering timbul.
2. Ansietas sedang b.d. prestasi sekolah yg buruk dimanifestasikan dg denial dan
rasionalisasi yg berlebihan.
3. Koping individu tak efektif b.d. kematian anak, dimanifestasikan dg ketdkmampuan
mengingat kembali peristiwa kecelakaan.

Tindakan keperawatan pada anxietas berat-panik :

Tujuan: memberi dukungan, melindungi, dan menurunkan tingkat ansietas pada tkt sedang atau
ringan.

1. Bina hubungan saling percaya dan terbuka: dengarkan keluhan, dukung utk
menceritakan perasaan, jawab pertanyaan scr lags, menerima tanpa pamrih, hargai
pribadi klien.
2. Sadari dan kontrol perasaan diri perawat: bersikap terbuka sesuai perasaan, terima
perasaan positif maupun negatif termasuk perkembangan ansietas, menggali penyebab
ansietas, pahami perasaan diri secara terapeutik.
3. Yakinkan klien ttg manfaat mekanisme koping yg bersifat melindungi dan tdk
memfokuskan diri pd perilaku maladaptif: terima dan dukung klien; tdk menentang
klien; nyatakan perawat bisa memahami rasa sakit tetapi tdk memfokuskan pada rasa
tersebut; beri umpan balik thd perilaku, stresor, dampak stresor dan sumber koping;
dukung ide keh fisik berhub dg kesehatan mental; batasi perilaku maladaptif dg cara
suportif.
4. Identifikasi dan mencoba menurunkan situasi yg menimbulkan ansietas: sikap tenang;
lingkungan tenang; batasi kontak dg klien lain; identifikasi dan modifikasi hal yg
menimbulkan cemas; terapi fisik: mandi air hangat, pijat
5. Anjurkan melakukan aktivitas di luar yg menarik; share aktivitas yg sering dilakukan;
latihan fisik; buat rencana harian; libatkan keluarga dan support system.
6. Tingkatkan kesehatan fisik: beri obat-obatan yg meningkatkan rasa nyaman; observasi
efek samping obat dan beri pendidikan kesehatan yang sesuai.
Tindakan perawatan pada anxietas sedang :

1.Bina hubungan saling percaya

-Dengar dengan hangat dan responsif

-Beri waktu kepada klien untuk berespon

-Beri dukungan utk ekspresi diri.

2.Perawat menyadari dan mengenal ansietasnya sendiri:

- Kenali perasaan diri


-Kenali sikap dan perilaku perawat yg berdampak negatif pd klien
-Bersama klien menggali perilaku dan respon shg dapt belajar dan berkembang

3.Bantu klien mengenal ansietasnya:

-Bantu klien mengekspresikan perasaan


-Bantu klien menghubungkan perilaku dg perasaan klien.
-Memvalidasi kesimpulan dan asumsi
-Pertanyaan terbuka.

4.Memperluas kesadaran berkembangnya ansietas:

-Bantu klien menhubungkan situasi dan interaksi yg menimbulkan ansietas.


-Bantu klien meninjau kembali penilaian klien thd stresor yg dirasa mengancam dan menimbulkan
konflik.

-Mengaitkan pengalaman saat ini dg pengalaman masa lalu

5.Bantu klien mempelajari koping yg baru

-Menggali pengalaman klien menghadapi ansietas sebelumnya.


-Tunjukkan akibat negatif koping yg saat ini.

-Dorong klien untuk mencoba koping adaptif yg lalu


-Memusatkan tanggung jawab perubahan pada klien
-Terima peran aktif klien. Mengaitkan hubungan sebab-akibat keadaan ansietasnya.

-Bantu klien menyusun kembali tujuan memodifikasi perilaku

-Anjurkan penggunaan koping yg baru

6.Dorong aktivitas fisik untuk menyalurkan energi

7.Mengerahkan dukungan sosial ~ koping adaptif diterapkan oleh klien.

Evaluasi :

1. Apakah ancaman thd integritas fisik atau sistem diri pasien telah berkurang?
2. Apakah perilaku klien mencerminkan tingkat ansietas?
3. Apakah sumber koping telah dikaji dan dimobilisasi dg adequat?
4. Apakah klien mengenali ansietasnya dan memahami perasaan tsb?
5. Apakah klien menggunakan respon adaptif?
6. Apakah klien mempelajari strategi adaptif yg baru utk mengurangi ansietas?

Anda mungkin juga menyukai