Anda di halaman 1dari 13

TEKNOLOGI BUDIDAYA

HIDROPONIK

Oleh :

I Made Wahyu Widia Putra


1806541093

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia.


Sektor pertanian sebagai sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat, karena
sebagian besar kawasan Indonesia merupakan lahan pertanian. Para petani
biasanya menggunakan tanah untuk media Dalam mengembangkan hasil
pertaniannya. Hal tersebut sudah menjadi hal biasa dikalangan dunia pertanian.
Melihat banyaknya lahan yang tidak dipakai oleh masyarakat untuk lahan
pertanian, maka saat ini ada cara lain untuk memanfaatkan lahan sempit sebagai
usaha untuk mengembangkan hasil pertanian, yaitu dengan cara bercocok tanam
secara hidroponik.

Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan media


tanah, sehingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan tanah. Sehingga sistem
bercocok tanam secara hidroponik dapat memanfaatkan lahan yang
sempit.Pertanian dengan menggunakan sistem hidroponik memang tidak
memerlukan lahan yang luas dalam pelaksanaannya, tetapi dalam bisnis pertanian
hidroponik hanya layak dipertimbangkan mengingat dapat dilakukan di
pekarangan rumah,atap rumah maupun lahan lainnya.

Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran dan buah–buahan semakin


meningkat dengan seiring perkembangan jumlah penduduk. Namun hal tersebut
tidak dibarengi dengan pertumbuhan lahan pertanian yang justru semakin sempit.
Jangankan di kota – kota besar, dilingkup sentra pertanian alih fungsi lahan
menjadi pemukiman sudah tidak dapat terelakkan lagi. Sehingga sistem
hidroponik yang paling tepat untuk model usaha pertanian, sebagai salah satu
solusi yang patut dipertimbangkan untuk mengatasi masalah pangan. Semua jenis
tanaman bisa ditanam dengan sistem pertanian hidroponik, namun biasanya
masyarakat banyak yang menanam tanaman semusim. Golongan tanaman
hortikultura yang biasa ditanam dengan media tersebut, meliputi: tanaman sayur,
tanaman buah, tanaman hias, dan tanaman obat–obatan. Sedangkan jenis tanaman
yang dapat ditanam dengan sistem hydroponic antara lain bung ( misal: krisan,
gerberra, anggrek, kaktus), sayur – sayuran ( misal: selada, sawi, tomat,
wortel,asparagus, brokoli, cabe, terong),buah – buahan ( misal: melon,
tomat,mentimun,semangka, strawberi ) dan juga umbi – umbian.

Cara bercocok tanam secara hidroponik sebenarnya sudah banyak dipakai


oleh beberapa masyarakat untuk memanfaatkan lahan yang tidak terlalu luas.
Banyak keuntungan dan manfaat yang dapat diperoleh dari sistem tersebut. Sistem
ini dapat menguntungkan dari kualitas dan kuantitas hasil pertaniannya, serta
dapat memaksimalkan lahan pertanian yang ada karena tidak membutuhkan lahan
yang banyak.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Hidroponik?
2. Bagaimana media tanam hidroponik?
3. Bagaimana pembibitan Hidroponik?
4. Apa saja macam macam hidroponik?
5. Apa nutrisi hidroponik?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi hidroponik.
2. Untuk mengetahui media yang digunakan dalam hidroponik.
3. Untuk mengetahui proses pembibitan hidroponik.
4. Untuk mengetahui jenis jenis subsistem hidroponik.
5. Untuk mengetahui kandungan nutrisi hidroponik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hidroponik

Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata hydro yang berarti
air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik memiliki pengertian sebagai suatu
metode budidaya tanaman menggunakan larutan mineral dalam air tanpa tanah.
Publikasi pertama mengenai budidaya tanpa tanah adalah oleh Francis Bacon pada
tahun 1627. Pada tahun 1699, Jhon Woodward mempublikasikan bahwa tanaman
yang ditanam menggunakan air alami lebih baik dibandingkan menggunakan air
destilasi.
Budidaya hydroponik biasanya dilaksanakan di dalam rumah kaca
(greenhouse) untuk menjaga supaya pertumbuhan tanaman secara optimal dan
benar – benar terlindung dari pengaruh unsur luar seperti hujan, hama penyakit,
iklim dan lain–lain. Keunggulan dari beberapa budidaya dengan menggunakan
sistem hydroponic antara lain: Kepadatan tanaman per satuan luas dapat dapat
dilipat gandakan sehingga menghemat penggunaan lahan. Mutu produk seperti
bentuk, ukuran, rasa, warna, kebersihan dapat dijamin karena kebutuhan nutrient
tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca. Tidak tergantung
musim/waktu anam dan panen, sehingga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
pasar.
Jenis hidroponik dapat dibedakan dari media yang digunakan untuk berdiri
tegaknya tanaman. Media tersebut biasanya bebas dari unsur hara (steril),
sementara itu pasokan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dialirkan ke dalam
media tersebut melalui pipa atau disiramkan secara manual. Media tanam tersebut
dapat berupa kerikil, pasir, gabus, arang, zeolite atau tanpa media agregat (hanya
air). Yang paling penting dalam menggunakan media tanam tersebut harus bersih
dari hama sehingga tidak menumbuhkan jamur atau penyakit lainnya.
2.2. Media Tanam Hidroponik
Pemilihan media tumbuh dalam sistem hidroponik harus memenuhi
persyaratan untuk ketersediaan air dan udara bagi pertumbuhan tanaman. Media
tumbuh yang ideal untuk hidroponik antara lain dapat menopang pertumbuhan
tanaman, memiliki pori untuk aerasi, tidak menyumbat instalasi hidroponik, dan
tidak mempengaruhi larutan nutrisi. Media tidak berfungsi menyediakan nutrisi
dan harus bersifat lembam (Orsini, F. et al, 2012). Media tanam selain tanah yang
dapat digunakan antara lain air, busa, kerikil, rockwool, pasir, serbuk gergaji,
gambut, sabut kelapa, perlit, batu apung, kulit kacang, poliester, atau vermikulit
(Resh, H.M., 2013).
Karakteristik media yang baik dalam Munos, 2010 antara lain ukuran
partikel antara 2 – 7 mm, mampu mempertahankan kelembaban dan
mengeluarkan kelebihan air, tidak mudah terdegradasi dan terurai, bebas dari
mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan manusia atau tanaman, tidak
terkontaminasi dengan limbah industri, mudah diperoleh dan dipindahkan
Media tanam pada sistem hidroponik hanya berfungsi sebagai pegangan
akar dan perantara larutan hara, untuk mencukupi kebutuhan unsur hara makro
dan mikro perlu pemupukan dalam bentuk larutan yang disiramkan ke media
tanam. Kebutuhan pupuk pada sistem hidroponik sama dengan kebutuhan pupuk
pada penanaman sistem konvensional (Purbajanti, 2017)

2.3. Pembibitan
Di dalam budidaya tanaman tanpa tanah, kondisi pH di zona perakaran
tanaman biasanya meningkat dengan berjalannya waktu. Penambahan larutan
asam biasanya diperlukan untuk mempertahankan pH larutan antara 5.5-6.5. Pada
umumnya asam nitrat atau phosphat dapat digunakan untuk penurunan pH. Bila
diperlukan untuk penigkatan pH larutan dapat digunakan kalium hidroksida. Bila
sumber air ber pH tinggi karena adanya bikarbonant, pH seharusnya diturunkan
sebelum pupuk dilarutkan untuk menjaga terjadinya pengendapan (Purbajanti,
2016). Nilai pH akan mempengaruhi penyerapan akar terhadap unsurunsur hara
yang terkandung dalam nutrisi yang diberikan sehingga akar tidak dapat menyerap
unsur hara micro tersebut akibatnya tanaman akan mengalami defisiensi.
Bahan tanam dibagi dalam 2 kelompok yaitu generatif dan vegetatif. Cara
generatif dilakukan dengan menggunakan biji, sedangkan cara vegetatif dengan
sambungan (grafting/entring) atau stek (cutting). Untuk sayuran umumnya adalah
secara generatif menggunakan biji yang dapat ditanam secara langsung maupun
dengan persemaian. Secara langsung yaitu biji yang siap ditanam, atau sebagai
benih, langsung disebar pada lahan atau areal pertanaman. Persemaian atau
pembibitan yaitu menanam benih pada tempat khusus terlebih dahulu sampai pada
umur tertentu tergantung dari jenis tanamannya. Biasanya benih untuk persemaian
ini berasal dari sayuran yang berbiji halus. Secara umum tujuan dari persemaian
ini adalah untuk memperoleh bibit yang baik dan seragam. Namun tidak begitu
saja usaha persemaian ini selalu berhasil baik, disini sangat diperlukan perawatan
dan pengawasan sampai pada tahap pemindahan bibit.
Untuk memulai proses penanaman kita membutuhkan antara lain benih
tanaman, netpot, media tanam (rockwool/perlite/cocopeat), sumbu (pada beberapa
teknik) dan nutrisi (Purbajanti, 2016). Penanaman menggunakan benih secara
langsung dilakukan dengan cara memasukan benih ke dalam media tanam dengan
menggunakan pinset. Setelah itu netpot hidroponik diletakan di dalam set
hidroponik yang digunakan. Penanaman menggunakan bibit dilakukan dengan
cara mengambil bibit secara hati-hati dari wadah pembibitan, kemudian bagian
akar diselimuti menggunakan media tanam, dan selanjutnya diletakan ke dalam
set pot yang telah diatur pada set hidroponik.
2.4. Macam-macam Hidroponik
Beberapa jenis hidroponik yang umum digunakan antara lain (El-Kazzaz,
2017):
1) Wick System
Sistem ini merupakan model
hidroponik yang paling
sederhana, yaitu menggunakan
sumbu yang menghubungkan pot
tanaman dengan media larutan
nutrisi.

2) Nutrient Film Technique (NFT)


Larutan nutrisi secara terus
menerus dialirkan mengenai
akar tanaman menggunakan
pipa PVC menggunakan
pompa dengan teknik
resirkulasi.

3) Deep Water Culture (DWC)


Tanaman dibuat mengapung
pada larutan nutrisi sehingga
akar tanaman terendam terus
menerus. Penggunaan
pompa hanya untuk
menghasilkan oksigen di
dalam larutan nutrisi.
4) Drip System
Sistem ini menggunakan 2 (dua) buah kontainer terpisah yaitu bagian atas
dan bawah. Kontainer atas untuk tanaman
dan yang bawah untuk larutan nutrisi.
Larutan nutrisi dipompa naik dan
menyiram batang tanaman dan akan
larutan sisa akan turun ke kontainer
bawah setelah melewati media tanam dan
akar tanaman.

5) Ebb and flow systems (Flood and Drain System)


Pengaturannya mirip dengan sistem infus, di mana ada dua kontainer,
yang satu di atas berisi tanaman
dalam pot dengan substrat dan yang
ada di bagian bawah yang
mengandung larutan nutrisi.
Pemberian nutrisi untuk tanaman
dilakukan dengan sistem pasang
surut, yaitu bergantian memenuhi kontainer atas dengan larutan nutrisi
dan kemudian mengosongkan larutan nutrisi dan kembali ke kontainer
bawah.

2.5. Nutrisi Hidropnik


Nutrisi tanaman terlarut dalam air yang digunakan dalam hidroponik
sebagian besar anorganik dan dalam bentuk ion. Nutrisi utama tersebut
diantaranya dalam bentuk kation terlarut (ion bermuatan positif), yakni Ca 2+
(kalsium), Mg2+ (magnesium), dan K +
(kalium); larutan nutrisi utama dalam
bentuk anion adalah NO3-(nitrat), SO4 2-(sulfat), dan H 2PO4- (dihidrogen fosfat).
Banyak formula yang dapat digunakan sebagai nutrisi hidroponik. Sebagian
besar formula tersebut menggunakan berbagai kombinasi bahan yang biasa
digunakan sebagai sumber hara makro dan mikro. Unsur hara makro meliputi
kalium nitrat, kalsium nitrat, kalium fosfat, dan magnesium sulfat. Hara mikro
biasanya ditambahkan ke dalam nutrien hidroponik guna memasok unsur-unsur
mikro penting, di antaranya adalah Fe (besi), Mn (mangan), Cu (tembaga), Zn
(seng), B (boron), Cl (klorin), dan Ni (nikel).
Unsur hara makro dibutuhkan dalam jumlah besar dan konsentrasinya dalam
larutan relatif tinggi. Unsur hara mikro hanya diperlukan dalam konsentrasi yang
rendah. Berbagai garam jenis pupuk dapat digunakan untuk larutan hara,
pemilihannya biasanya atas harga dan kelarutan garam pupuk tersebut .Jenis
larutan hara pupuk yang sudah sangat dikenal dalam berhidoponik tanaman,
khususnya sayuran, adalah AB-Mix solution.
1) Pembuatan nutrisi Hidroponik
Nutrisi AB-Mix. Sebagaimana telah dibahas pada sub bab di atas, untuk
tumbuh dan berkembang maka tanaman membutuhkan 16 unsur. Dari 16 unsur
tersebut, unsur karbondioksida (CO2) dan oksigen (O2) dipasok dari udara
sedangkan hidrogen (H) berasal dari air. Enam unsur makro serta tujuh unsur
mikro lainnya didapat tanaman melalui mekanisme serapan akar.
Guna memenuhi kebutuhan hara atau nutrisi tersebut, tanaman hidroponik
memerlukan larutan nutrisi atau pupuk. Bahan baku pupuk hidroponik berupa
garam anorganis atau garam kimia yang dapat dibeli di toko kimia atau toko
pertanian. Untuk pertimbangan biaya maka pilihlah bahan kimia technical grade
bukan yang pro analisis yang berharga sangat mahal. Nutrisi hidroponik biasanya
menggunakan konsep formulasi AB mix. Yaitu kalsium pada grup A dan tidak
bertemu sulfat dan fosfat pada grup B.
- Membuat larutan A.
Siapkan kemasan AB mix yang hendak dilarut, dua buah ember atau wadah
apa saja yang dapat menampung air dan tempat penyimpanan hasil larutan,
bisa ember yang ada tutupnya atau jerigen bekas minyak goreng. Isi ember
pertama dengan air 5 liter atau 5000 mililiter. Buka kemasan larutan A,
yang berisi butiran nutrisi dan satu kemasan kecil berisi serbuk di dalamnya.
Masukkan butiran-butiran ini ke dalam air kemudian diaduk dengan gayung
atau kayu hingga terlarut semua. Simpan hasilnya dalam jerigen yang sudah
dibersihkan terlebih dahulu tentunya
- Membuat larutan B.
Sebanyak 5 liter air bersih dituangkan dalam ember, kemudian kemasan B
berikut bungkusan kecil di dalamnya dibuka dan isinya dituang ke ke dalam
ember. Aduk hingga rata. Hasilnya disimpan dalam jerigen yang kedua.
Larutan nutrisi yang telah dibuat tadi masih bersifat pekat.
- Pemakaian larutan AB mix.
Untuk AB mix model ini, 5 ml larutan A dan 5 ml larutan B dicampurkan
lagi ke dalam 1 liter air kemudian diaduk rata. Larutan encer ini siap
digunakan untuk nutrisi hidroponik yang ditanam. Untuk membuat 10 liter
larutan siap pakai berarti diperlukan 50 ml larutan pekat A dan 50 ml larutan
pekat B, demikian seterusnya setiap liter yang diperlukan dikalikan 5. Dari 5
liter larutan pekatan A dan B ini dapat diperoleh sebanyak 1000 liter larutan
hidroponik siap pakai. Tentunya tidak semua harus langsung dilarutkan,
namun disesuaikan dengan kebutuhan.
2) Nutrisi Alternatif
Ada beberapa cara untuk membuat nutrisi hidroponik alternatif. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan pupuk kimia tunggal atau majemuk.
Bahan yang dibutuhkan meliputi pupuk NPK, Urea, KCl, dan Gandasil D.
Komposisinya adalah sebagai berikut : 100 gram Gandasil D (1 liter air), 200
gram NPK (1 liter air), 200 gram KCL (1 liter air), dan 200 gram UREA (1 liter
air).
Cara pembuatan: Masukkan 1 liter air ke masingmasing wadah/toples.
masukkan 100 gram Gandasil D ke wadah 1, 200 gram NPK ke wadah 2, 200
gram KCL ke wadah 3, 200 gram UREA ke wadah 3. aduk-aduk sampai larut.
dari perbandingan tersebut bisa untuk 200 liter air. Ambil 5 ml dari masing-
masing wadah tersebut kemudian campurkan dengan 1 liter air biasa dan nutrisi
untuk hidroponik pun siap untuk digunakan.
Perbandingan harga nutrisi AB Mix dengan nutrisi alternatif untuk larutan
sebanyak 100 liter adalah sebagai berikut NPK 1Kg (Rp.12000), KCL 1Kg
(Rp.5000), UREA 1Kg (Rp.8500), dan Gandasil D 500 gram (kemasan 500 gram
Rp.39000). Jadi total harga untuk membuat 1000 liter nutrisi alternatif adalah
Rp.64500 sedangkan AB-Mix adalah Rp.250000.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik merupakan budidaya
tanaman masa depan. Kenapa demikian, karena banyak kelebihan yang dimiliki
oleh sistem hidroponik. Kelebihan-kelebihan tersebut diyakini akan dapat
menjawab permasalahan budidaya tanaman saat ini dan mendatang. Permasalahan
tersebut diantaranya adalah semakin terbatasnya luas dan kualitas lahan pertanian,
semakin banyaknya biomassa yang dibutuhkan seiring dengan pertambahan
penduduk, perubahan iklim global yang menyebabkan ketidak-pastian dalam
budidaya berbasis lahan, serta semakin terbatasnya sumberdaya pendukung
budidaya seperti air dan hara, sehingga budidaya harus dilakukan seefisien dan
seefektif mungkin.. Dengan dikenalnya sistem budidaya tersebut maka akan dapat
membantu pengembangan teknologi tersebut di masyarakat pada saat dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA
Syamsu, Ida. 2014. PEMANFAATAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN
SISTEM HIDROPONIK. Tersedia di: http://jurnal-
unita.org/index.php/bonorowo/article/viewFile/14/11 [Diakses pada tanggal
21 Maret 2020].

Santroso, Yudi, Novi Anisatun. 2016. Hidroponik Sayuran di Perkotaan. [Online]


Tersedia di: http://jakarta.litbang.pertanian.go.id/ind/brosur/WT%20brosur
%20hidroponik.pdf. [Diakses pada tanggal 21 Maret 2020].

Swastika, Sri, Ade Yulfida, dan Yogo Sumitro. BUDIDAYA SAYURAN


HIDROPONIK (Bertanam Tanpa Media Tanah). . [Online] Tersedia di:
http://riau.litbang.pertanian.go.id/kopitani/images/pdf/juknis/juknishidroponik.p
df?secure=true.[Diakses pada tanggal 21 Maret 2020].

Anda mungkin juga menyukai