Anda di halaman 1dari 8

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum wr wb

Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa
memberikan kekuatan lahir batin sehinngga usaha untuk membuat makalah ini dapat terselesaikan.
Dengan tersusunnya makalah ini, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya. Akhirnya hanya kepada Allah, semoga makalah ini bermanfaat serta menjadi bagian
dari amal sholeh dan semoga Allah membalas semua pihak yang telah membantu dengan balasan yang
sebaik – baiknya. Fiddunnya wal akhirat. Amin

Wassalamu’alaikum wr wb

Pontinak, 31 Oktober 2010

Ttd

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………....................…………………………………… ii

DAFTAR ISI ……………………….....……………............………………………………. iii

BAB I PENDAHULUAN ………..……………………….................……………………… 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hadits Musnad .................................................................................................................... 2

2.2 Hadits Maqthu’.............................................................................................……………... 2

2.3 Hadits Muttasil …….....................….....................................……………....................… 3

2.4 Hadits Munqhati’................................................................................................................... 3

2.5 Klasifikasi Berdasarkan Kuantitas Perawi ......................................................................... 4

2.6 Klasifikasi dari segi sanad .................................................................................................. 4

2.7 Klasifikasi hadits dhaif ....................................................................................................... 5

BAB III PENUTUP ………………….................................................................……...…..… 7

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….............................……….… 8

BAB I

PENDAHULUAN

Hadits merupakan sumber ajaran islam, disamping Al-qur’an. Dilihat dari sudut periwayatannya, jelas
antara Al-qur’an dengan Al-hadits berbeda. Untuk Al-qur’an semua periwayatannya berlangsung secara
mutawatir. Sedangkan periwayatan hadits sebagian berlangsung secara mutawatir dan sebagian lagi
berlangsung secara ahad.

Sebagaimana Nabi SAW berkata :

‫ كتاب هللا وسنتي‬: ‫تركت فيكم ما انتمسكم به لن تضلى ا من بعدي‬

Artinya : “Aku tringgalkan pada kalian sesuatu yang jika kalian berpegang padanya, maka kalian tidak
akan sesat sepeninggalanku yaitu kitabullah dan sunnatku:.

Sehingga mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam menilai kualitas hadits. Sekaligus sebagai
sumber perbedaan dalam kancah ilmiah atau bahkan non-ilmiah. Akibatnya bukan kesepakatan yang
didapatkan, akan tetapi sebaliknya justru perpecahan.
Walaupun demikian, untuk mengkaji secara mendalam tentang ilmu hadits, memerlukan waktun untuk
konsentrasi yang tidak sedikit. Berpacuan dari pemikiran inilah penulis tergugah untuk menyusun
makalah yang membahas ilmu hadits dengan harapan, baik mahasiswa ataupun masyarakat umum
dengan mudah memahami ilmu hadits.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hadits Musnad

Secara lugho adalah disandarkan, sedangkan secara istilah adalah hadits yang disandarkan kepada nabi
SAW. Dengan sanad yang bersambung-sambung, dari perawinya hingga nabi SAW.

Imam Al-Khatib Al-Baghdady berkata : hadits musnad adalah hadits yang sanadnya bersambung dari
awal rawi hingga akhir. Istilah musnad lebih banyak digunakan untuk hadits yang dating dari nabi SAW
saja, bukan untuk hadits yang datang dari selain nabi SAW. Misalnya sahabat atau tabi’in. contohnya
adalah ucapan imam malik :

‫ حدثنا اببن عمر قال سمعت رسول هللا صلى ا عليه وسلم يقول‬, ‫ حدثنا نافع قال‬...........

Nafi’ bercerita kepada kami, dia berkata “ibnu umar bercerita kepada kami, dia berkata : saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda…………………..

2.2 Hadits Maqthu’

Menurut bahasa adalah isim maf’ul dari kata kerja qatha’a lawan dari kata washola (sambung) sehingga
maqthu’ artinya yang diputuskan atau yang terputus, yang dipotong atau yang terpotong.

Adapun menurut istilah adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang disandarkan kepada orang
dari generasi tabi’in dan orang generasi sesudahnya, baik sanadnya bersambung maupun tidak.

Contoh hadits maqthu’ adalah perkatann sifyan Ats-Tsaury, seorang tabi’in yang mengatakan :

‫من السنة آ يصلي بعد الفطر اثنتي عشر ركعة ةبعد األضحى ست ركعات‬

Artinya : “Termasuk sunnah adalah mengerjakan shalat 12 rakaat setelah shalat idul fitri, dan 6 rakaat
seteleh sholat idul adha”.
2.3 Hadits Muttasil

Menurut bahasa adalah isim fa’il dari kata kerja ittishala lawan kata dari inqatha’a artinya yang
bersambung.

Adapun menurut istilah adalah hadits yang sanadnya bersambung kepada nabi SAW, sahabat dengan
cara setiap rawi mendengar dari orang atas (Guru)nya :

Contohnya adalah ucapan Imam Malik :

‫ إبن عمر قال سمعت رسول هللا صلى ا عليه وسلم يقول كذا‬:‫ قال سمعت‬،‫ نافعا‬:‫سمعت‬

Artinya : “Saya mendengar dari nafi’ dia berkata : saya mendengar Ibnu Umar berkata : Saya mendengar
Nabi SAW bersabda ……….”.

2.4 Hadits Munqhati’

Merupakan isim fail dari kata Inqitha lawan dari kata Ittashala yang artinya hadits yang terputus.

Menurut ketetapan ahli hadits adalah satu hadits yang ditengah sanadnya gugur seorang rawi /
beberapa rawi, tetapi tidak berturut-turut.

Definisi lain adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, di satu tempat atau gugur dua orang
pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.

Contoh hadita munqhoti’ adalah :

2.5 Klasifikasi Berdasarkan Kuantitas Perawi

Hadis Mutawattir

Hadis mutawattir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang (biasanya banyak) dari awal
sampai akhir sanad, dan orang-orang tersebut diyakini mustahil akan bersepakat untuk berbohong
dalam men wayatkannya. Karenanya, para ulama sepakat hadis mutawattir harus diamalkan.Hadis
mutawattir itu sendiri terdiri atas tiga bagian, yaitu mutawattir manawi(lafalnya banyak dan sama),
mutawattir ma nawi(lafalnya banyak dan semakna. tetapi tidak sama), dan mutawattir
manawi(merupakan perilaku yang sudah diamalkan oleh banyak orang dan diyakini berasal dari Nabi
Muhammad SAW). Hadis mutawattir bersifat pasti dan memiliki kesederajatan hampir sama dengan
Alquran. Keberadaan hadis mutawattir amat sedikit dibandingkan dengan hadis ahad.

Hadis Ahad
Hadis ahad terdiri atas tiga bagian, yaitu hadis masyhur, aziz, dan gharib. Masyhur ialah hadis yang
diriwayatkan paling tidak oleh tiga jalur rawi dan tidak kurang dari tiga. Namun, ada juga ulama yang
membedakan masyhur dan ahad. Pandangan ini dianut oleh para ulama mazhab Hanafi. Menurut
mereka, hadis masyhur adalah hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih, tetapi tidak sampai
derajat hadis mutawattir.Akan tetapi, kebanyakan ulama cenderung memasukkan hadis masyhur ke
dalam hadis ahad. Jika diriwayatkan oleh dua jalur rawi, hadis itu disebut hadis aziz. Sedangkan, apabila
diriwayatkan oleh satu jalur saja, maka disebut hadis gharib atau fard.

2.6 Klasifikasi dari segi sanad

Status hadis juga dapat dinilai dari segi sanad. Pada klasifikasi ini hadis dapat dibagi menjadi tiga macam,
yaitu sahih, hasan, dan dlaif (lemah).Hadis sahih adalah hadis yang memenuhi persyaratan ulama hadis.
Hadis sahih ini diriwayatkan oleh seseorang yang dipercaya, kuat hafalannya, dan jauh dari sifat tercela.
Hadis sahih terdiri atas shahih li-zatihi (sahih dengan sendirinya) dan shahihghairu lizatih (sahih karena
ada keterangan lain yang mendukungnya; seperti hadis hasan yang jumlahnya banyak).

Sementara itu, hadis hasan artinya hadis baik, yang memenuhi persyaratan, tetapi diriwayatkan oleh
seseorang yang tidak terialu sempurna kekuatan hafalannya. Seperti halnya hadis sahih, hadis hasan
terdiri atas dua bagian, yaitu hasan lt-zatihi (dengan sendirinya) dan hasan lizatihi (ada keterangan
pendukung lain), yang didukung dengan adanya hadis yang tidak terlalu lemah menceritakan hal yang
sama.Sedangkan, hadis dlaif ialah hadis yang tidak memenuhi syarat hadis sahih atau hasan, karena
periwayatannya yang terputus atau karena perawinya tidak memenuhi persyaratan, hadis dlaif tidak
dapat dijadikan sumber hukum dan ketentuannya tidak boleh diamalkan.

2.7 Klasifikasi hadits dhaif

Hadis dhaif ini dapat dilihat atas dua cara, yaitu bersambung atau tidaknya sanad dan tercetanya rawi,
hadis dlaif yang dilihat dari bersambung atau tidaknya sanad meliputi hadis mursal, munqati, mudal,
mudallas, muallaq, dan muallal. Adapun hadis dlaif yang disebabkan oleh tercelanya rawi ialah hadis
maudlu. matruk, munkar, mudraj, maqlub, mudtarib, musahhaf, muharraf, mu-bham, majhul. mastur,
syadz, dan mukhtalit.

Hadis Maudlu

Selain itu, dikenal pula hadis maudlu (palsu), yaitu sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi SAW, tetapi
sesungguhnya itu bukan merupakan perkataan, perbuatan, atau taqrir Nabi SAW. Meskipun ada yang
berpendapat bahwa hadis maudlu sudah ada sejak masa Nabi SAW, namun jumhur (mayoritas) ahli
hadis berpendapat bahwa hadis maudlu mulai terjadi pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, baik karena
ketegasan dan kehati-hatian penwayatan hadis di masa kekhalifahan sebelumnya maupun situasi politik
di masa Ali, di mana perbenturan berbagai kepentingan semakin meningkat.

Ciri-ciri hadis maudlu adalah (1) matan hadis tidak sesuai dengan kefasihan bahasa, kebaikan, kelayakan,
dan kesopanan bahasa Nabi SAW; (2) bertentangan dengan Alquran, akal, dan kenyataan; (3) rawinya
dikenal sebagai pendusta; (4) pengakuan sendiri dari pembuat hadis palsu tersebut; (5) ada petunjuk
bahwa di antara rawinya terdapat pendusta dan (6) rawi menyangkal bahwa ia pernah memberikan
riwayat kepada orang yang membuat hadis palsu tersebut.

Hadis Matruk

Hadis lemah lainnya adalah matruk, yaitu hadis yang perawinya tertuduh berdusta atau suka berdusta
dalam pembicaraannya atau menampilkan kefasikan dalam pembicaraan dan perbuatannya atau
memiliki amat banyak kesalahan serta kekeliruan dalam meriwayatkan hadis.

Hadis Marfu

Hadis marfu adalah hadis yang dlsandarkan kepada Nabi SAW secara khusus, baik sanadnya bersambung
maupun tidak.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

a) Hadits musnad adalah hadits yang disanadkan kepada nabi SAW. Dengan sanad yang bersambung-
sambung dari perawinya hingga nabi SAW.

b) Hadits maqthu’ adalah perkataan, perbuatan atau pengakuan yang disandarkan kepada orang dari
generasi tabi’in dan orang generasi sesudahnya, baik sanadnya bersambung maupun tidak.

c) Hadits muttashil adalah hadits yang sanadnya bersambung kepada nabi SAW atau sahabat dengan
cara setiap rawi mendengar dari orang atas (gurunya).

d) Hadits munqhati’ adalah hadits satu yang ditengah sanadnya gugur seorang rawi atau beberapa rawi,
tetapi tidak berturut-turut.
Saran

Setelah selesainya dipaparkannya makalah ini, diharapkan para mahasiswa memahami macam Hadits
dan hal-hal yang bersangkutan dengannya, sehingga bisa mengerti dan memahami ilmu hadits yang
sebenarnya, dan kami sebagai pemakalahpun tidak bosan-bosannya untuk menerima kritik dan saran
dari bapak dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Al-quranul Qarim

Al-Mashudi, HAfisz Hasan. _______. Ilmu Musthola Hadits Oleh Fadhil Said An-Nadwi. 2000. Surabaya :
Al-Hidayah.

Al-Maliki, Muhammad bin Alawi. _________. Al-Manhalul Lathif Oleh Zeid Husein Al-Hamid. 2001.
Pasuruan : Sinar Ilmu.

Dra. Latifah, dkk. Agama Islam I, Lentera Kehidupan SMA X, Jakarta;2006.

yudhisthira

H.Iyod Sirojuddin. Risalah Islam XII SMA, Jakarta;2006. Adfale Prima Cipta

Jumantoro, Totok. 2002. Kamus Ilmu Hadits. Jakarta : Bumi Aksara.

Prof. Dr. Thaha Musthafa Abu Karisyah, Dawr al-Azhar wa Jami‘atihi fi Khidmat al-Lughah al-‘Arabiyyah
wa al-Turats al-Islamiy, dalam buku Nadwat al-Lughah al-‘Arabiyyah, bayna al-Waqi‘ wa al-Ma’mul, 2001

http://blogger.kebumen.info/docs/makalah-islam-dan-hukum.php

http://www.scribd.com/doc/9470519/Makalah-Agama

http://www.docstoc.com
http://pandidikan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai