Anda di halaman 1dari 14

INOVASI PEMANFATAN EKSTRAK TEH HIJAU (Camellia sinensis)

SEBAGAI KRIM TOPIKAL PENURUN KADAR MATRIKS


METALLOPROTEINASE-8 (MMP-8) PADA MODEL TIKUS ANAK
KARIES

Fahmi Hidayatullah, M. Aditya Ramadhan Hasran, Eka Aprianti


Kedokteran Gigi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto - Jawa Tengah
email : hidayat.fahmi10@yahoo.com, nomor handphone : 085641798275

Latar Belakang. Matriks metalloproteinase (MMP) merupakan enzim golongan


endopeptidase yang mampu mendegradasi hampir semua komponen matriks
ekstraseluler gigi. Kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) pada penderita
karies selalu mengalami peningkatan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa teh
hijau mengandung katekin yang dapat menghambat aktifitas biologi bakteri
Streptococcus mutans sebagai bakteri penyebab karies dan menghambat
kerusakan matriks kolagen selama perkembangan karies oleh MMP-8. Berdasarkan
hal tersebut, teh hijau berpotensi menjadi salah satu kandidat bahan untuk pencegahan
karies. Tujuan. Literature review ini bertujuan untuk menjelaskan inovasi pemanfatan
ekstrak teh hijau (Camellia sinensis) sebagai krim topikal penurun kadar matriks
metalloproteinase-8 (MMP-8) pada model tikus anak karies. Pembahasan. Krim adalah
bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi mengandung air tidak lebih dari 60%. Krim
ekstrak teh hijau memiliki warna, bau, konsistensi, viskositas, daya sebar dan daya lekat
yang baik. Hasil penelitian adalah kadar MMP-8 pada kelompok perlakuan dengan
pemberian krim ekstrak teh hijau 10%, 20%, dan 40% pada tikus putih Rattus norvegicus
galur Wistar menunjukkan hasil lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol. Kadar
MMP-8 paling tinggi adalah pada kelompok kontrol yaitu 293,22 pg/mL dan kadar
MMP-8 paling rendah adalah pada kelompok perlakuan pemberian krim ekstrak teh hijau
40% yaitu 7,96 pg/mL. Kesimpulan. Ekstrak teh hijau dapat digunakan sebagai krim
topical penurun kadar MMP-8 pada model tikus anak karies.

Kata kunci : Karies, krim ekstrak teh hijau (Camellia sinensis), kadar matriks
metalloproteinase-8
PENDAHULUAN
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang paling sering dijumpai
pada masyarakat di Indonesia terutama pada bayi, balita dan anak.1 Prevalensi
karies gigi desidui di beberapa daerah di Indonesia bervariasi yaitu antara 61%-
85%.2 Karies merupakan penyakit multifaktorial dengan beberapa faktor
utamanya yaitu struktur gigi, mikroorganisme dalam plak gigi, waktu, dan
substrat kariogenik.3 Penelitian yang dilakukan oleh Tjaderhane dkk. (1998)
memberikan hasil bahwa yang berperan dalam degradasi matriks dentin adalah
matriks metalloproteinase (MMP) yang teridentifikasi pada demineralisasi karies
dentin. Matriks metalloproteinase (MMP) adalah enzim golongan endopeptidase
yang mampu mendegradasi hampir semua komponen matriks ekstraseluler.
Pada kondisi normal, MMP terekspresi dalam kadar rendah dan meningkat pada
kondisi inflamasi.4

Secara garis besar, MMP dibagi menjadi enam kelompok antara lain kolagenase
(MMP-1,-8-13), gelatinase (MMP-2 dan MMP-9), stromelisin (MMP-3,-10,-11),
membran type (MT-MMP) (MMP-14,-15,-16,-17,-24,-25), matrilisin (MMP-7
dan MMP-26), dan lain-lain.4,21 Menurut penelitian Fajriani (2008), degradasi
matriks organik oleh MMP-2 dapat dihambat dengan pemberian teh hijau
sebagai alternatif topical fluor.

Teh hijau mengandung senyawa polifenol yang sebagian besar dikenal dengan
sebutan katekin, memiliki banyak manfaat yaitu mampu mengurangi risiko
kanker, tumor, menurunkan kolesterol darah, mencegah tekanan darah
tinggi, membunuh bakteri dan jamur, membunuh virus-virus influenza, serta
mencegah bau nafas yang tidak sedap (halitosis). Suatu hasil penelitian
menemukan bahwa teh hijau yang mengandung katekin dapat menghambat
aktivitas biologis Streptococcus mutans sebagai bakteri penyebab karies dan
menghambat kerusakan matriks kolagen selama perkembangan karies oleh
MMP-8.5

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa katekin mampu untuk menghambat


pembentukan glukan oleh enzim glukosiltransferase dari bakteri S. mutans.
Katekin mengandung Epigalokatekin-3-galat (EGCG) dan epigalokatekin (EGC),
merupakan bahan yang mampu menghambat pembentukan glukan yang berasal
dari sukrosa oleh enzim glukosiltransferase. Epigalokatekin-3-galat (EGCG)
pada karies dapat menghambat enzim endopeptidase, karena penghambatan
itulah komponen matriks seluler menjadi terhambat dan menyebabkan
penghambatan pada matriks kolagen, serta penurunan MMP-8. Ketika terjadi
penurunan kadar pada MMP-8 maka akan terjadi peningkatan pada Tissue
inhibitor of metalloproteinase (TIMP) yang dianggap sebagai kunci inhibitor
endogen MMP.6

Hasil penelitian Fajriani (2008), menunjukkan bahwa terdapat hasil yang


signifikan dalam perawatan ECC dengan menggunakan ekstrak teh hijau dalam
sediaan kumur. Teh hijau dapat menghambat MMP-2 dan meningkatkan TIMP-1.
Matriks metalloproteinase-2 (MMP-2) dan MMP-8 memiliki kesamaan
mendegradasi matriks dentin selama perkembangan karies, MMP-8 mendegradasi
matriks kolagen sedangkan MMP-2 mendegradasi matriks gelatin dentin. Dapat
disimpulkan bahwa inhibitor bahan alami terhadap MMP dapat memberikan
manfaat terapeutik dalam menghambat karies dentin.4
Berdasarkan hal tersebut, literature review ini bertujuan untuk menjelaskan
pengaruh pemberian ekstrak teh hijau dalam bentuk krim terhadap kadar MMP-8
pada karies, hal ini dikarenakan kandungan katekin yang dapat larut dalam air
dapat lebih meresap ketika digunakan dalam bentuk topikal pada mukosa maupun
kulit.

TINJAUAN PUSTAKA
Karies Anak
Karies anak atau yang biasa disebut dengan early childhood caries (ECC) atau
baby bottle tooth decay atau nursing caries merupakan karies rampan pada gigi
desidui yang terjadi pada bayi, balita dan anak.7 Penyebab ECC adalah
penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang mengandung gula sejak lahir
sampai usia 71 bulan dalam jangka waktu panjang.7,8 American Dental
Assosiation (ADA) menyatakan karies anak dapat terjadi apabila terdapat satu
atau lebih gigi yang rusak, dapat berupa lesi kavitas atau non kavitas, gigi yang
dicabut karena karies, permukaan gigi sulung yang ditambal pada usia
prasekolah.9,10,11 Prevalensi karies pada anak di negara berkembang berdasarkan
Head Start Program pada anak berusia 3-5 tahun sebesar 70%, sehingga karies
merupakan masalah kritis yang diperparah dengan faktor resiko seperti malnutrisi,
pendapatan rendah, oral hygiene yang buruk, serta faktor lainnya.5,8

Gambar 2.1 Karies Anak Pada Gigi Desidui


Sumber: Mazhari dkk., 2007
Bakteri Streptococcus mutans
Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri yang paling berperan dalam
menyebabkan terjadinya karies.12,13 Karies merupakan suatu penyakit bakterial
pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan demineralisasi komponen inorganik
dan kerusakan komponen organik penyusun gigi sehingga menimbulkan
adanya suatu kavitas yang diawali dengan white spot lesion.12 Terjadinya suatu
karies memerlukan interaksi dari beberapa faktor yaitu host, waktu,
mikroorganisme, dan substrat. S. mutans dapat memproduksi asam (asidogeik)
hingga mencapai pH 3,95-4,10.

Teh Hijau
Tanaman teh hijau merupakan tanaman asli Asia Tenggara yang berasal dari satu
jenis tanaman dengan hasil perkaawinan silang. Daun teh mengandung kafein 2-
3%, theobromin, theofilin, tanin, xanthine, adenine, minyak atsiri, quersetin, dan
natural florida. Setiap 100 gram daun teh mempunyai kalori sebesar 17kj dan
mengandung 16-30% katekin, 20% protein, 4% karbohidrat, 2,5-4,5% kafein,
27% serat, dan 6% pectin.5
Seduhan teh hijau dapat menghambat pertumbuhan Streptococccus mutans
yang merupakan bakteri penyebab karies gigi. Bersama dengan fluorida,
kandungan katekin dalam teh hijau dapat menyehatkan gigi. Beberapa hasil
penelitian menunjukkan bahwa katekin merupakan bahan yang paling mampu
menghambat pembentukan glukan oleh enzim glukosiltransferase dari bakteri S.
mutans. Teh hijau mengandung Epigalokatekin-3-gallate (EGCG) dan
epigalokatekin (EGC). Senyawa tersebut merupakan bahan yang paling mampu
menghambat pembentukan glukan yang merupakan hasil pemecahan sukrosa oleh
enzim glukosiltransferase. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa katekin yang
banyak terkandung dalam teh hijau bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut.5

Matriks metalloproteinase-8
Matriks metalloproteinase (MMP) adalah enzim golongan endopeptidase yang
mampu mendegradasi hampir semua komponen matriks ekstraseluler. Pada
kondisi normal, MMP terekspresi dalam kadar rendah dan meningkat pada
kondisi inflamasi.4 Matriks metalloproteinase (MMP) diatur pada kondisi
fisiologis. Tissue inhibitor of metalloproteinase (TIMP) dianggap sebagai kunci
inhibitor endogen MMP dalam jaringan. Salah satu jenis MMP adalah MMP-8
yang termasuk kolagenase dan mampu mendegradasi terutama kolagen
interstitial tipe I, II, III.6

Matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) ditemukan pada beberapa lesi karies


dentin dan berperan dalam kerusakan matriks dentin selama perkembangan
karies. Terdapat dua sumber MMP-8 pada lesi karies, yaitu yang berasal dari
saliva dan gingiva crevicular fluid (GCF), serta MMP yang dihasilkan oleh
odontoblas.6
PEMBAHASAN
Penyebab utama dari beberapa penyakit di rongga mulut seperti karies dan
penyakit periodontal adalah mikroorganisme.1 Beberapa penelitian yang
dikembangkan akhir-akhir ini membuktikan bahwa terdapat peran dari host yang
berhubungan dengan penyakit-penyakit di rongga mulut. Salah satu faktor host
yang diketahui berperan pada kerusakan jaringan adalah matriks
metalloproteinase (MMP), yaitu enzim golongan endopeptidase yang mampu
mendegradasi hampir semua komponen matriks ekstraseluler. Pada kondisi
normal, MMP terekspresi dalam kadar rendah dan meningkat pada kondisi
inflamasi.14
Matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) juga terlibat dalam berbagai proses
patologis, termasuk kerusakan matriks kolagen selama perkembangan karies,
kerusakan jaringan pada peradangan pulpa dan periodontal, serta degradasi
kolagen pada lapisan hibrid restorasi komposit. 15 Matriks metalloproteinase-8
(MMP-8) pada perkembangan karies dapat dihambat dengan menggunakan
teh hijau. Teh hijau memiliki kandungan yang memiliki manfaat pada rongga
mulut, yaitu kandungan katekin, polifenol, dan tanin. Katekin mengandung
Epigallokatekin-3-gallate yang memiliki kemampuan untuk menghambat enzim
endopeptidase dan prostaglandin endoperoksidase sintase yang nantinya akan
terjadi penghambatan pada komponen matriks seluler dengan cara matriks
metalloproteinase-8 yang berperan sebagai mediator peningkatan permeabilitas
vaskuler diinduksi oleh IL-1 dan TNF α dihambat, sehingga menyebabkan
lipopolisakarida sebagai mediator inflamasi tidak dapat mengaktifkan
komplemen yang berfungsi melisiskan target yaitu degradasi kolagen dentin
selama perkembangan karies. Senyawa polifenol pada teh hijau mampu
menyerang gugus polar fosfat sehingga fosfolipid terurai menjadi gliserol
asam karboksilat dan fosfat, sehingga fosfolipid tidak dapat mempertahankan
bentuk membran sel. Hal ini menyebabkan terhambatnya pertumbuhan S. mutans
yang merupakan bakteri penyebab karies gigi. Tanin merupakan salah satu jenis
senyawa kimia yang termasuk ke dalam golongan polifenol, senyawa ini mampu
membersihkan plak pada gigi karena adanya reaksi oksidasi dari asam elagat.16
Berdasarkan hasil penelitian Windiarsi (2016), krim layak digunakan sebagai
bahan untuk membuat sediaan krim ekstrak teh hijau (Camellia sinensis).17 Hal
ini dibuktikan dengan hasil uji organolepsis, viskositas, uji daya sebar dan daya
lekat. Pengujian organolepsis terhadap bau, konsistensi, dan warna hanya bersifat
deskriptif dan tidak dapat dianggap sebagai standar kemurnian dari bahan
tersebut.17

Krim ekstrak teh hijau berbentuk semipadat dengan konsistensi cold


cream. Hal ini dikarenakan krim ini memiliki fase minyak yang lebih banyak
daripada fase air. Keempat formula krim memiliki bau khas seperti ekstrak
yang terkandung di dalamnya, yaitu teh hijau. Berdasarkan segi warna,
krim ekstrak teh hijau 10% berwarna coklat, sedangkan krim ekstrak teh hijau
20% berwarna coklat tua, dan krim ekstrak teh hijau 40% memiliki warna coklat
kehitaman17. Hal ini sesuai dengan penelitian Putri (2013) yang menyatakan
bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak yang terkandung, maka semakin pekat
warna yang dihasilkan krim.18
Uji viskositas menunjukkan hasil viskositas ketiga krim ekstrak teh hijau sudah
memenuhi standar viskositas krim yaitu tidak kurang dari 50 dPa-s. Semakin
tinggi konsentrasi ekstrak pada krim maka semakin besar pula viskositas yang
dihasilkan.17

Uji daya sebar krim memiliki nilai standar, yaitu daya sebar yang dapat dikatakan
baik adalah 5 cm. Nilai daya sebar yang dihasilkan pada krim ekstrak teh hijau
telah memenuhi nilai standar pada uji daya sebar.17

Uji daya lekat krim mendapatkan hasil 3-15 detik, daya lekat yang baik pada krim
adalah lebih dari 1 detik. Sehingga, untuk daya lekat dan daya sebar dapat
dikatakan telah memenuhi syarat. Pengujian krim ekstrak teh hijau yang telah
dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan krim yang layak
digunakan.17,19
Berdasarkan hasil penelitian Windiarsi (2016), krim ekstrak teh hijau dapat
digunakan sebagai antibakteri dan sebagai anti inflamasi. Hal ini dibuktikan
dengan kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) yang lebih rendah
pada kelompok perlakuan pemberian krim ekstrak teh hijau (Camellia sinensis)
dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40% pada model tikus anak karies Rattus
norvegicus galur Wistar yang mengalami karies tahap awal atau yang biasa
disebut dengan white spot lession dibanding dengan kelompok kontrol. White
spot lession terjadi karena induksi bakteri S. mutans dan sukrosa. Sukrosa yang
diberikan pada tikus dengan frekuensi tinggi maka akan meningkatkan keasaman
plak pada rongga mulut dan pertumbuhan S. mutans.17 Hal ini mengakibatkan
terurainya kalsium dan fosfat pada dentin yang biasa disebut dengan
demineralisasi dentin.17

Tabel 4.4 menunjukkan rata-rata kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8)


pada kelompok kontrol, perlakuan dengan pemberian krim ekstrak teh hijau
10%, 20%, dan 40%. Kadar MMP-8 pada kelompok perlakuan
menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding dengan kelompok kontrol.
Kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) paling tinggi adalah pada
kelompok kontrol dan kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) paling rendah
adalah pada kelompok perlakuan pemberian krim ekstrak teh hijau 40%. Hal
ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada kelompok perlakuan
dengan pemberian krim ekstrak teh hijau menunjukkan kadar matriks
metalloproteinase-8 (MMP-8) yang semakin rendah dibandingkan dengan
kelompok kontrol.17

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan uji Saphiro-Wilk, karena
sampel berjumlah kurang dari 50. Uji normalitas data dilakukan sebagai syarat
untuk melakukan analisa data berikutnya. Hasil pengujian Saphiro-Wilk pada
perhitungan kadar matriks metalloproteinase-8 dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat terdapat dua data berdistribusi normal yaitu
data kontrol dan data perlakuan dengan pemberian krim ekstrak teh hijau 10%,
sedangkan data perlakuan krim ekstrak teh hijau 20% dan 40% tidak terdistribusi
normal karena tidak semua nilai p>0,05. Karena data tersebut dapat dikatakan
tidak terdistribusi normal, maka analisis data menggunakan analisis non
parametrik yaitu menggunakan uji Kruskal Wallis Test dan dilakukan uji lanjut
menggunakan post hoc test berupa Mann Whitney U Test.17
Hasil pengujian Kruskal Wallis pada penghitungan kadar matriks
metalloproteinase-8 dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Berdasarkan Tabel 4.6 hasil analisis non parametrik menggunakan uji Kruskal
Wallis, nilai p menunjukkan angka 0,001. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan,
karena nilai p<0,01 adalah nilai p signifikan. Pengujian selanjutnya adalah uji
lanjut menggunakan post hoc test berupa Mann Whitney U Test.17
Hasil pengujian Mann Whitney U Test pada penghitungan kadar matriks
metalloproteinase-8 dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis non parametrik uji lanjut post hoc test berupa
Mann Whitney U Test, nilai p menunjukkan angka p<0,01. Hal ini dapat diartikan
bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tiap kelompok, karena nilai p<0,01
adalah nilai p signifikan.17
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji Kruskal Wallis Test dan
dilanjutkan dengan Mann Whitney U Test, terdapat perbedaan signifikan berupa
kadar MMP-8 yang paling rendah terlihat pada kelompok perlakuan pemberian
krim ekstrak teh hijau 40%. Perbedaan kadar MMP-8 yang signifikan juga terjadi
pada kelompok perlakuan krim ekstrak teh hijau 10% dengan 20%, kelompok
perlakuan krim ekstrak teh hijau 10% dengan 40%, dan kelompok perlakuan krim
ekstrak teh hijau 20% dengan 40%.
Peningkatan konsentrasi krim ekstrak teh hijau berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan berpengaruh terhadap kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8).
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau dalam krim yang digunakan,
semakin rendah kadar matriks metalloproteinase-8 (MMP-8). Menurut Soenardji
(2014) konsentrasi ekstrak teh hijau sebesar 0,125-1% menunjukkan penurunan
jumlah bakteri, pembentukan plak, penurunan jumlah total protein bakteri dan
matriks ekstraseluller. Konsentrasi teh hijau sebagai antibakteri adalah sebesar 2%
dan konsentrasi sebagai antiinflamasi minimal sebesar 3%.20
Berdasarkan penelitian, konsentrasi sediaan krim ekstrak teh hijau 40%
menunjukkan kadar MMP-8 yang paling rendah dibandingkan dengan sediaan
krim ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 10% maupun 20%. Hal ini dapat
dikatakan semakin tinggi konsentrasi ekstrak teh hijau maka semakin rendah
kadar matriks metalloproteinase-8. Kadar matriks metalloproteinase-8 yang
paling rendah adalah pada konsentrasi 40%. Ekstrak teh hijau dengan
konsentrasi 0,125-1% saja sudah dapat menghasilkan penurunan jumlah
total protein bakteri dan matriks seluler, maka semakin tinggi konsentrasi
semakin banyak penurunan jumlah total protein bakteri dan matriks seluler,
sehingga menghasilkan kadar matriks metalloproteinase-8 yang lebih rendah.

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak teh hijau
(Camellia sinensis) dapat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai krim topical
penurun kadar matriks metalloproteinase-8 (mmp-8) pada caries anak.

REFERENSI
1. Tarigan, R., 1992, Kesehatan Gigi dan Mulut, EGC, Jakarta, h. 67-75.
2. Marlina, O.M., Darwita, R.R., Setiawati, F., 2009, Hubungan Gizi Seimbang
dengan Early Childhood Caries (ECC) pada Peserta Paud, Skripsi, Jakarta,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, h. 45-57, (Tidak Dipublikasikan).
3. Berkoweitz, 2003, Causes Treatment and Prevention of Early Childhood
Caries: A Microbiologic Perspective, Journal of The Canadian Dental
Association, 69(5): 304-307b.
4. Fajriani., Wahid, S., Horax, S., 2011, Efect to Topical Application Of
Catechin (Green Tea) On The Dynamic Matrix Metalloproteinase-2 and Their
Spesific Inhibitor (TIMP-1) In Saliva Of Early Childhood Caries, Thesis,
Departemen of Pediatric Dentistry Faculty of Dentistry Universitas
Hasanudin, Makasar, h. 25-37.
5. Cvetkovic, A., Ivanovic, M., 2006, The Role of Streptococcus Mutan Group
and Salivary Immunoglobulin in Etiology of Early Childhood Caries, Serbian
Dental Journal, 72(6): 1-6.
6. Fatimatuzzahro, N., 2013, Peran Matriks metalloproteinase-8 Pada Penyakit
di Rongga Mulut, Forkinas V, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember,
6-8 September 2007, Jember, h. 18-28.
7. Mazhari, F., Talebi, M., Zoghi, M., 2007, Prevalence of Early Childhood
Caries and Its Risk Factor in 6-60 Months Old Children in Quchan, Journal
Dental Research, 4(2): 96-100.
8. Chu, S., 2008, Review-Early Childhood Caries: Risk and Prevention
in Underserved Population, Journal of Young Investigators, 18(4): 1-8.
9. Brodeur, J.M., Galarneau C., 2006, The High Incidence of Early Childhood
Caries in Kindergarten-age Children, Journal of The Canadian Dental
Association, 44(3): 3-5.
10. American Academy of Pediatrics Dentistry, 2008, Baby Bottle Tooth Decay -
How To Prevent It, America, tersedia di
http://www.barringtonpediatrics.com/forms/BBToothDecay.pdf, diakses pada
7 September 2017.
11. Bertness, J., Holt, K., 2008, Promoting Awarness, Preventing Pain: Facts on
Early Childhood Caries (ECC), National Maeternal and Child Oral Health
Resource Center, Georgetown University, tersedia di
http://mchoralhealth.org., diakses pada 15 Agustus 2015
12. Soames, J.V., Southam, J.C., 2005, Oral Pathology, Edisi 4, Oxford
University Press, New York, p. 124-131.
13. Samaranayake, L., 2006, Essential Microbiology for Dentistry, Elsevier,
Philadelphia, p. 130-152
14. Sorsa, T., Tjaderhane, L., Salo, T., 2004, Matriks metalloproteinases (MMPs)
in Oral Disease, Oral Disease, 10(4): 311-318.
15. Palosaari, H., Permington, C.J., Larmas, M., Edwards, D.R., 2003,
Expretion Profile of MMPs and Tissue Inhibittor of MMPs in Mature Human
Odontoblast and Pulp Tissue, European Journal of Oral Science, 11(4): 117-
127.
16. Visse, R., Nagase, H., 2003, Matrix Metalloproteinnase and Tissue Inhibitor
of Metalloproteinases: Structure, Function and Biochemistry, Circulation
Research, 92(3): 827-839.
17. Windiarsi, R.N., 2016, Kadar Matriks metalloproteinase-8 (MMP-8) pada
Model Tikus Anak Karies dengan Aplikasi sediaan Krim Ekstrak The Hijau
(Camellia sinensis) Topikal, Skripsi, Purwokerto, Universitas Jenderal
Soedirman, (Tidak Dipublikasikan)..
18. Putri, I.R., 2013, Pengaruh Konsentrasi Ekstrak The Hijau dan Teknik
Pembuatan Edible Film terhadap Kadar Air, Aktivitas Air dan Kelarutannya,
Skripsi, Jember, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, (Tidak
Dipublikasikan).
19. Gozali D, Abdassah, M., Subghan, A., Al Lathiefah, S., (2009), Formulasi
Krim Pelembab Wajah yang Mengandung Tabir Surya Nanopartikel Zinc
Oksida Salut Silikon, Farmaka, 7(1):37-46.
20. Soenardji, H.,W, 2014, Pemberian Krim Ekstrak Teh Hijau (Camellia
sinensis) Dapat Mencegah Penurunan Jumlah Kolagen dan Peningkatan
Ekspresi Matriks metalloproteinase-1 Pada Mencit BALB-C Yang Dipapar
Sinar Ultraviolet B, Thesis, Denpasar, Universitas Udayana, h. 36-45, (Tidak
dipublikasikan).
21. Sulkala, M., 2004, Matrix Metalloproteinases (MMPs) in the Dentin-Pulp
Complex of Healty and Carious Teeth, Disertasi, Oulu, University of Oulu, h.
14-33, (Tidak dipublikasikan).

Anda mungkin juga menyukai