Anda di halaman 1dari 5

Materi pertemuan ke 7

Hukum Keluarga Islam


KEJAKSAAN RI

Salah satu lembaga dalam sistem penegakan hukum terutama sistem


peradilan pidana Indonesia adalah Kejaksaan atau adhyaksa. Bahkan hal-hal
tertentu terkait urusan keagamaan menjadi wilayah kewenangannya. Sampai
sekarang, Kejaksaan memegang peranan terutama dalam lingkup peradilan
pidana.
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga negara yang walaupun tidak
secara jelas disebut dalam UUD 1945 namun kejaksaan adalah lembaga penegak
hukum , pasal 24 ayat (3) UUD 1945 disebutkan badan-badan lain yang fungsinya
berkaitan dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam UU.
Mengacu pada Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI,
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih
berperan dalam menegakkan supremasi hukum, perlindungan kepentingan umum,
penegakan Hak Asasi Manusia, serta pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme. Di dalam UU tersebut, Kejaksaan RI sebagai lembaga negara yang
melaksanakan kekuasaan negara di bidang penuntutan harus melaksanakan fungsi,
tugas, dan wewenangnya secara merdeka, terlepas dari pengaruh kekuasaan
pemerintah dan pengaruh kekuasaan lainnya.
Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintahan yang
melaksanakan kekuasaan negara secara merdeka terutama pelaksanaan tugas dan
kewenangan di bidang penuntutan dan melaksanakan tugas dan kewenangan di
bidang penyidikan serta kewenangan lain berdasarkan undang-undang.
Pelaksanaan kekuasaan negara tersebut diselenggarakan oleh:
 Kejaksaan Agung, berkedudukan di ibukota negara Indonesia dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kekuasaan negara Indonesia. Kejaksaan Agung
dipimpin oleh seorang Jaksa Agung yang merupakan pejabat negara,
pimpinan dan penanggung jawab tertinggi Kejaksaan yang memimpin,
mengendalikan pelaksanaan tugas, dan wewenang Kejaksaan Republik
Indonesia. Jaksa Agung diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
 Kejaksaan tinggi, berkedudukan di ibukota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. Kejaksaan Tinggi dipimpin oleh seorang kepala
Kejaksaan tinggi yang merupakan pimpinan dan penanggung jawab
Kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan
wewenang Kejaksaan di daerah hukumnya.
 Kejaksaan negeri, berkedudukan di ibukota kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kabupaten/kota. Kejaksaan Negeri dipimpin oleh
seorang kepala Kejaksaan negeri yang merupakan pimpinan dan penanggung

1
jawab Kejaksaan yang memimpin, mengendalikan pelaksanaan tugas, dan
wewenang Kejaksaan di daerah hukumnya.

Tugas dan wewenang Kejaksaan


Adapun tugas dan wewenang Kejaksaan dalam UU No. 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan R.I. sebagaimana ditentukan dalam Pasal 30, yaitu :
1) Di bidang pidana, Kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang:
 Melakukan penuntutan;
 Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap;
 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan bersyarat;
 Melaksanakan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan
undang-undang;
 Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan
pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik.
2) Di bidang perdata dan tata usaha negara, Kejaksaan dengan kuasa khusus
dapat bertindak di dalam maupun di luar pengadilan untuk dan atas nama
negara atau pemerintah
3) Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum, Kejaksaan turut
menyelenggarakan kegiatan:
 Peningkatan kesadaran hukum masyarakat;
 Pengamanan kebijakan penegakan hukum;
 Pengamanan peredaran barang cetakan;
 Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat
dan negara;
 Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama;
 Penelitian dan pengembangan hukum statistik kriminal.

Selain dalam UU No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan dan juga diatur
dalam KUHAP, Berdasarkan hal tersebut menurut Djoko Prakoso dapat
diidentivikasi kewenangan kejaksaan yang diatur dalam KUHAP sebagai berikut :
a) Menerima pemberitahuan dari penyidik dalam hal penyidik telah mulai
melakukan penyidikan suatu peristiwa yang merupakan Berdasarkan
ketentuan dalam Pasal 30 ayat (1) dapat kita lihat bahwa tugas dan wewenang
Kejaksaan memang sangat menentukan dalam membuktikan apakah
seseorang atau korporasi terbukti melakukan suatu tindak pidana atau tidak.
Selain tugas dan wewenang yang diatur dalam Pasal 30 ayat (1), maka
dimungkinkan pula Kejaksaan diberikan tugas dan wewenang tertentu

2
berdasarkan Undang-Undang yang lain selain Undang Nomor 16 Tahun 2004
Tentang Kejaksaan Republik Indonesia misalnya dalam Undang-Undang
Nomor 15 tahun 2003 Tentang Tindak Pidana Terorisme. Hal ini diatur dalam
Pasal 32 Undang Nomor 16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia yang tertulis :
Di samping tugas dan wewenang tersebut dalam Undang-Undang ini,
Kejaksaan dapat diserahi tugas dan wewenang lain berdasarkan undang-undang,
Dalam hal penuntutan pihak Kejaksaan sebagai Penuntut Umum setelah menerima
berkas atau hasil penyidikan dari penyidik segera setelah menunjuk salah seorang
jaksa untuk mempelajari dan menelitinya yang kemudian hasil penelitiannya
diajukan kepada Kepala Kejaksaan Negeri.
Menurut Leden Marpaung bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses penuntutan yaitu :
1) Mengembalikan berkas perkara kepada penyidik karena ternyata belum
lengkap disertai petunjuk-petunjuk yang akan dilakukan penyidik
(prapenuntutan)
2) Melakukan penggabungan atau pemisahan berkas
3) Hasil penyidikan telah lengkap tetapi tidak terdapat bukti cukup atau
peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya disarankan
agar penuntutan dihentikan. Jika saran disetujui maka diterbitkan surat
ketetapan. Atas surat ketetapan dapat diajukan praperadilan.
4) Hasil penyidikan telah lengkap dan dapat diajukan ke pengadilan Negeri.
Dalam hal ini KAJARI menerbitkan surat penunjukan Penuntutan Umum.
Penuntut umum membuat surat dakwaan dan setelah surat dakwaan rampung
kemudian dibuatkan surat pelimpahan perkara yang ditujukan kepada
Pengadilan Negeri.

Hubungan antara Kejaksaan dan penegak hukum yang lain

Kejaksaan dan kepolisian


Kepolisian dan Kejaksaan merupakan dua instansi penegak hukum yang
memiliki hubungan fungsional sangat erat. Keduanya seharusnya dapat bekerja
sama dan melakukan koordinasi dengan baik untuk mencapai tujuan dari sistem
ini. karena keberhasilan dalam melakukan penuntutan tergantung dari hasil
penyidikan yang tepat dan dukungan alat bukti yang cukup.
KUHAP telah mengatur dan menentukan hubungan penyidikan dan
penuntutan, dalam beberapa aspek yakni :
1) Pemberitahun telah dimulainya Penyidikan kepada Penuntut Umum (Pasal
109 ayat 1);

3
2) Pemberitahuan Penghentian Penyidikan (Pasal 109 ayat 2), sebaliknya dalam
hal Penuntut Umum menghentikan penuntutan, ia memberikan Surat
Ketetapan kepada Penyidik ( Pasal 140 ayat 2 huruf c );
3) Penuntut Umum memberikan perpanjangan penahanan atas permintaan
penyidik ( Pasal 14 huruf c, Pasal 24 ayat 2 );
4) Kegiatan Prapenuntutan (Pasal 14, Pasal 110 ayat (3) dan (4), Pasal 138
KUHAP).
5) Penuntut Umum memberikan turunan surat pelimpahan perkara, surat
dakwaan kepada penyidik ( Pasal 143 ayat 4 ), demikian pula dalam hal
Penuntut Umum mengubah surat dakwaan ia memberikan turunan perubahan
surat dakwaan itu kepada penyidik ( Pasal 144 ayat 3 );
6) Dalam acara pemeriksaan cepat, penyidik atas kuasa Penuntut Umum ( demi
hukum ), melimpahkan berkas perkara dan menghadapkan terdakwa,
saksi/ahli, juru bahasa dan barang bukti pada sidang pengadilan ( Pasal 205
ayat 2 ).

Kejaksaan dan hakim/pengadilan


Dalam melaksanakan kewenangan penyelidikan dan penyidikan, KUHAP juga
telah mengatur hubungan penyidik dengan Hakim/pengadilan, yakni:
1) Ketua Pengadilan Negeri dengan keputusannya memberikan perpanjangan
penahanan sebagaimana dimaksud Pasal 29 atas permintaan penyidik;
2) Atas permintaan Penyidik, Ketua Pengadilan Negeri menolak atau
memberikan surat izin penggeledahan rumah atau penyitaan dan /atau surat
izin khusus pemeriksaan surat (Pasal 33 ayat 1, Pasal 38 ayat 1);
3) Penyidik wajib segera melapor kepada Ketua Pengadilan Negeri atas
pelaksanaan penggeledahan rumah atau penyitaan yang dilakukan dalam
keadaan yang sangat perlu dan mendesak sebagaimana dimaksud Pasal 34
ayat 2 dan Pasal 38 ayat 2;
4) Penyidik memberikan kepada panitera bukti bahwa surat amar putusan telah
disampaikan kepada terpidana (Pasal 214 ayat 3);
5) Panitera memberitahukan kepada penyidik tentang adanya perlawanan dari
terdakwa (Pasal 214 ayat 7)

Kejaksaan, Pengadilan dan Penasehat Hukum (Advokat)


Proses selanjutnya setelah berkas perkara dinyatakan lengkap dan dapat
dilimpahkan ke pengadilan adalah melakukan pemeriksaan dan mengadili
terdakwa berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang didakwakan. Dalam
proses ini melibatkan Jaksa Penuntut Umum, Hakim (Lembaga Pengadilan) dan
Penasehat hukum.

4
dapat dikatakan bahwa KUHAP menganut due process of law (proses
hukum yang adil), Suatu proses hukum yang adil pada intinya adalah hak seorang
tersangka dan terdakwa untuk didengar pandangannya tentang bagaimana
peristiwa kejahatan itu terjadi; dalam pemeriksaan terhadapnya dia berhak
didampingi oleh penasihat hukum; diapun berhak mengajukan pembelaan, dan
penuntut umum harus membuktikan kesalahannya di muka suatu pengadilan yang
bebas dan dengan hakim yang tidak berpihak.
Prinsip equality before the law merupakan salah satu ciri dalam sistem
peradilan pidana berdasarkan KUHAP, dimana dalam praktek persidangan,
menjamin kesetaraan antara lembaga-lembaga anggota sistem peradilan pidana.
Kedudukan Jaksa sebagai penuntut umum disatu pihak dan kedudukan terdakwa
bersama penasehat hukumnya disatu pihak memiliki posisi dan porsi yang sama
didepan persidangan yang dipimpin oleh Majelis Hakim.

Sumber

Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945


Undang-Undang No.8 tahun 1081 tentang KUHAP
Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan R.I.
-----------------------------------
Berbagai artikel di internet

Anda mungkin juga menyukai