LATAR BELAKANG
Identifikasi berasal dari kata identik yang artinya sama atau serupa dengan, dan untuk ini dapat
terlepas dari nama latin. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan nama yang benar dan
tempatnya yang tepat dalam klasifikasi. Tumbuhan yang akan diidentifikasi, mungkin belum
dikenal oleh dunia ilmu pengehtahuan. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat
takson harus mengikuti semua aturan yang ada dalam KITT. Untuk mengidentifikasi tumbuhan
yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengehtahuaan, memerlukan sarana antara lain bantuan dari
orang lain, spesimen, herbarium, buku-buku flora, dan monografi kunci identifikasi serta lembar
identifikasi jenis (Tjitrosoepomo,G.1981).
Identifikasi tumbuhan selalu didasarkan atas spesimen yang riil, baik spesimen yang masih hidup
maupun yang telah diawetkan, biasanya dengan cara dikeringkan atau dalam bejana yang berisi
cairan pengawet, misalnya alkohol atau formalin. Oleh pelaku identifikasi spesimen yang belum
dikenal itu melalui studi yang saksama kemudian dibuatkan deskripsinya disamping gambar-
gambar terinci mengenai bagian-bagian tumbuhan yang memuat ciri-ciri diagnostiknya
(Hasnunidah,2010).
Identifikasi tumbuhan yang tidak kita kenal,tetapi telah dikenal oleh dunia ilmu
pengetahuan,pada waktu ini tersedia beberapa sarana, antara lain :
a. Menanyakan identitas tumbuhan yang tidak kita kenal kepada seorang yang kita anggap ahli.
b. Mencocokkan dengan spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan. Cara merupakan cara
yang paling umum di dunia, yang berupa pengiriman specimen tumbuhan ke herbarium atau
lembaga-lembaga biologi ternama untuk diidentifikasi.
c. Mencocokkan dengan candra dan gambar-gambar yang ada dalam buku-buku flora atau
monografi. Selain menguasai ilmu hayat, pelaku identifikasi juga harus menguasai peristilahan
yang lazim digunakan dalam mencandra tumbuhan.
LANDASAN TEORI
Tatanama merupakan suatu metode yang digunakan untuk mendeterminasi nama yang benar dari
suatu takson dalam kesatuan taksonomi. Pemberian nama ilmiah menggunakan bahasa latin atau
yang dilatinkan agar dapat digunakan secara universal oleh para ahli botani. Sedangakan nama
yang sering dipakai dengan bahasa sehari-hari adalah nama biasa. Perbedaan nama ilmiah dan
nama biasa yaitu:
Sejak abad 16-17 para ilmuwan merasa perlu untuk mengatur nama tumbuhan. Tokoh yang
merintis jalan ini adalah Linnaeus. Banyak para ahli bitani yang melakukan riset untuk
penyusunan tatanama tumbuhan ini setelah Linnaeus. Akhirnya hingga sekarang ini telah dikenal
International Code of Botanical Nomenclature. Isi kode tatanama terbagi atas : mukadimah
(mengandung apa yang sebenarnya menjadi tujuan dari isi tatanama), asas-asas (merupakan
dasar dari system tatanama), peraturan dan saran-saran (yang diuraikan dalam pasal-pasal dan
ayat-ayat), serta lampiran (memuat nama-nama yang diawetkan). Sebelum digunakan nama baku
yang diakui dalam dunia ilmu pengetahuan, makhluk hidup diberi nama sesuai dengan nama
daerah masing-masing, sehingga terjadi lebih dari satu nama untuk menyebut satu makhluk
hidup. Misalnya, mangga ada yang menyebut poah, ada yang menyebut pauh, dan ada pula yang
menyebut pelem. Nama pisang, di daerah jawa tengah disebut dengan gedang, sedangkan di
daerah Sunda gedang berarti pepaya. Karena adanya perbedaan penyebutan ini maka akan
mengakibatkan salah pengertian sehingga informasi tidak tersampaikan dengan tepat atau pun
informasi tidak dapat tersebar luas ke daerah-daerah lain atau pun negara lain. Carollus
Linnaeus seorang sarjana kedokteran dan ahli botani dari Swedia berhasil membuat sistem
klasifikasi makhluk hidup. System tatanama yang dibuat oleh Carollus Linnaeus disebut
Binomial Nomenclature (Hasnunidah,2010).
2. Diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga divisi tambahan akhiran –phyta,
kecuali untuk jamur yang disarankan untuk diberi akhiran –mycota
4. Istilah phylum tidak lagi dijumpai dalam taksonomi tumbuhan, yang lebih sering dipakai
adalah division.
Digunakan untuk menunjukkan keseluruhan tumbuhan atau keseluruhan hewan yang disebut
dengan dunia tumbuhan (regnum plantarum) dan dunia hewan (regnum animale) (Cristian,2009).
BAB III
HASIL PRAKTIKUM