Anda di halaman 1dari 10

MATERI PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI

A. Definisi

Kesehatan reproduksi remaja didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik dan


psikis seorang remaja, termasuk keadaan terbebas dari kehamilan yang tak
dikehendaki, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual (PMS) ter-masuk
HIV/AIDS, serta semua bentuk kekerasan dan pemaksaan seksual (Wahyudi, 2000).

Kesehatan Reproduksi Menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan
sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek
yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau Suatu
keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu
menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman.
       Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu :
1. Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat
pendidikan yang rendah, dan ketidaktahuan tentang perkembangan seksual
dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil).
2. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang
berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan banyak anak
banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi yang membingungkan
anak dan remaja karena saling berlawanan satu dengan yang lain, dsb).
3. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada remaja, depresi
karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak berharga wanita pada pria
yang membeli kebebasannya secara materi, dsb).
4. Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca
penyakit menular seksual, dsb).
Cakupan pelayanan kesehatan reproduksi:
a. Konseling dan informasi Keluarga Berencana (KB)
b. Pelayanan kehamilan dan persalinan (termasuk: pelayanan aborsi yang
aman, pelayanan bayi baru lahir/neonatal)
c. Pengobatan infeksi saluran reproduksi (ISR) dan penyakit menular seksual
(PMS), termasuk pencegahan kemandulan
d. Konseling dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja (KRR)
e. Konseling, informasi dan edukasi (KIE) mengenai kespro.

B. Perilaku seksual remaja dan kesehatan reproduksi


Perilaku seksual remaja terdiri dari tiga buah kata yang memiliki pengertian
yang sangat berbeda satu sama lainya. Perilaku dapat di artikan sebagai respons
organisme atau respons seseorang terhadap stimulus (rangsangan) yang
ada(Notoatmojdo,1993). Sedangakan seksual adalah rangsangan-rangsangan atau
dorongan yang timbul berhubungan dengan seks. Jadi perilaku seksual remaja
adalah tindakan yang dilakukan berhubungan dengan dorongan seksual yang
datang baik dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya.
Adanya penurunan usia rata-rata pubertas mendorong remaja untuk aktif
secara seksual lebih dini. Dan adanya presepsi bahwa dirinya memiliki resiko
yang lebih rendah atau tidak beresiko sama sekali yang berhubungan dengan
perilaku seksual, semakin mendorong remaja memenuhi memenuhi dorongan
seksualnya pada saat sebelum menikah. Persepsi seperti ini di  sebut youth
uulnerability oleh Quadrel et. aL. (1993) juga menyatakan bahwa remaja
cenderung melakuakan underestimate terhadap uulnerability dirinya. Banyak
remaja mengira bahwa kehamilan tidak akan terjadi pada intercourse (sanggama)
yang pertama kali atau dirinya tidak akan pernah terinfeksi HIV/AIDS karena
pertahanan tubuhnya cukup kuat.
Mengenai kesehatan reproduksi, ada beberapa konsep tentang kesehatan
reproduksi, namun dalam tulisan ini hanya akan dikemukakan dua batasan saja.
(ICPD) dan sai dan Nassim). Batasan kesehatan reproduksi menurut International
Conference on Population and Development(ICPD) hampir berdekatan dengan
batasan ‘sehat’ dari WHO. Kesehatan reproduksi menurut ICPD adalah keadaan
sehat jasmani, rohani,dan buakan hanya terlepas dari ketidak hadiran penyakit
atau kecacatan semata, yang berhubungan sistem fungsi, dan proses
reproduksi(ICPD,1994).
Beberapa tahun sebelumnya Rai dan Nassim mengemukakan definisi
kesehatan reproduksi mencakup kondisi di mana wanita dan pria dapat melakukan
hubungan seks secara aman, dengan atau tanpa tujuan terjadinya kehamilan, dan
bila kehamilan diinginkan, wanita di mungkinkan menjalani kehamilan dengan
aman, melahirkan anak yang sehat serta di dalam kondisi siap merawat anak yang
dilahirkan (Iskandar, 1995)
Dari kedua definisi kesehatan reproduksi tersebut ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan status kesehatan reproduksi seseorang, yaitu faktor sosial
,ekonomi,budaya, perilaku lingkungan yang tidak sehat, dan ada tidaknya fasilitas
pelayanan kesehatan yang mampu mengatasi gangguan jasmani dan rohani. Dan
tidak adanya akses informasi merupakan faktor tersendiri yang juga
mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat
berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang. Pada pasal 7 rencana kerja
ICPD Kairo dicantumkam definisi kesehatan reproduksi menyebabkan lahirnya
hak-hak reproduksi. Berdasarkan pasal tersebut hak-hak reproduksi di dasarkan
pada pengakuan akan hak-hak asasi semua pasangan dan pribadi untuk
menentukan secara bebas dan bertangung jawab mengenai jumlah anak ,
penjarangan anak (birth spacing ), dan menentukan waktu kelahiran anak-anak
mereka dan mempunyai informasi dan cara untuk memperolehnya, serta hak
untuk menentukan standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksi. Dalam
pengertian ini ada jaminan individu untuk memperoleh seks yang sehat di
samping reproduksinya yang sehat (ICPD, 1994). Sudah barang tentu saja kedua
faktor itu akan sangat mempengaruhi tercapai atau tidak kesehatan reproduksi
seseorang, termasuk kesehatan reproduksi remaja.
C. Penyakit pada sistem reproduksi pria dan wanita diantaranya :
1. Vaginitis
Vaginitis adalah penyakit reproduksi wanita dengan kondisi vagina yang
mengalami infeksi. Infeksi pada vagina disebabkan oleh beberapa jenis
mikroorganisme, yaitu seperti bakteri, jamur, dan parasit.
2. Bartolinitis
Penyakit reproduksi wanita lainnya adalah bartolinitis. Bartolinitis adalah
sebuah penyakit sistem reproduksi yang terdapat infeksi pada kelenjar
bartolin. Kelenjar bartolin yang terinfeksi ini akan mengalami pembengkakan.
3. Condiloma Accuminata
Condiloma Accuminata adalah penyakit reproduksi wanita yang
disebabkan oleh virus yang tak asing lagi. Virus yang dimaksud adalah virus
Human Papiloma. Virus tersebut juga merupakan virus penyebab kutil.
4. Kanker Ovarium
Kanker ovarium juga termasuk ke dalam penyakit reproduksi wanita.
Penyakit ini berawal dari kista ovarium yang merupakan tumor jinak dan kecil
di dalam rahim. Kista ovarium yang paling sering terjadi adalah kista
dermoid, kista lutein, dan kista cokelat.
5. Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit reproduksi wanita yang juga umum
terjadi. Penyakit ini disebabkan karena adanya sel-sel abnormal yang tumbuh
pada lapisan epitel serviks. Sel abnormal tersebut akan terus tumbuh dengan
ganas.
6. Prostatistis
Penyakit reproduksi pria yang umumnya sering terjadi adalah prostatitis.
Prostatitis adalah penyakit reproduksi pria di mana kelenjar prostat mengalami
infeksi. Penyebab dari prostatitis adalah bakteri.
7. Epididimitis
Epididimitis adalah kondisi di mana bagian epididimis mengalami
peradangan. Ada beberapa gejala dari penyakit epididimitis, yaitu nyer pada
testis, ada darah di dalam sperma, sakit saat ejakulasi, nyeri pada testis, dan
disuria.
8. Sifilis
Penyakit reproduksi pria lainnya adalah sifilis. Penyakit sifilis juga biasa
disebut ‘raja singa’. Sifilis bisa terjadi karena aktivitas seksual. Selain itu, bisa
juga karena transfusi darah. Bakteri yang menyebabkan sifilis adalah bakteri
Reponema Pallium.
9. Gonorhea
Gonorhea atau kencing nanah juga merupakan penyakit reproduksi pria
yang sering terjadi. Penyebab dari gonorhea adalah bakteri Neisseria
Gonorrheae. Penyakit ini  ditularkan melalui aktivitas seksual yang bebas dan
menyimpang.
10. Hipogonadisme
Hipogonadisme adalah kondisi di mana testis pria tidak dapat
memproduksi hormon testosteron yang cukup. Masalah ini bisa dialami sejak
janin berkembang di perut.

D. Pearawatan pada organ genitalia

Perawatan organ genitalia sangat penting, karena dengan adanya perawatan


seperti menjaga kebersihan pada organ genitalia akan menghindari
berkembangnya bakteri, virus dan penyakit. Ataupun berbagai jenis penyakit bisa
sampai pada penyakit berbahaya (Puspita, 2014: 133).

Cara Menjaga Kebersihan Serta Memelihara Organ Reproduksi. Organ


reproduksi perempuan mudah terkena bakteri yang dapat menimbulkan bau tidak
sedap didaerah kelamin dan infeksi. Maka perempuan perlu menjaga kebersihan
organ reproduksi seperti sebagai berikut :

1. Mencuci vagina setiap hari


Menurut (Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010: 53) Dengan cara membasuh
dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) secara hati-hati dan
menggunakan air bersih, setiap habis buang air kecil, buang air besar dan
mandi vagina dikeringkan.
2. Sering ganti pakaian dalam. Paling tidak sehari 2x disaat mandi
3. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina
4. Selalu menggunakan celana dalam yang bersih. Kering terbuat dari bahan
yang katun jangan nilon.
5. Hindari menggunakan handuk atau waslap milik orang lain untuk
mengeringkan vagina.
6. Penggunaan pakaian dalam
Menurut (Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010:51) Pakaian dalam yang
digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat,
misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak menyerap keringat akan
menimbulkan rasa panas dan lembap. Kondisi ini akan menimbulkan
ketidaknyamanan bagi pemakai, serta sangat kondusif bagi pertumbuhan
jamur. Pakaian dalam yang dikenakan juga harus dalam keadaan bersih
dan ukuran yang tepat. Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet
yang berlebihan akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal
7. Penggunaan handuk
Menurut (Poltekes Depkes Jakarta 1, 2010: 52) Menggunakan handuk
merupakan sebagai perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang,
bahkan ada yang menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu
keluarga. Menggunakan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi
yang perlu diperhatikan adalah handuk selalu dijemur setiap kali selesai
dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari, sehingga jasad renik
yang ada pada handuk mati dan tidak menimbulkan infeksi. Sebaiknya
handuk tidak digunakan lebih dari satu minggu atau bila sudah tidak
nyaman digunakan. Namun, walaupun dalam satu keluarga, penggunaan
handuk secara bersamaan hendaknya dihindari. Karena handuk yang
digunakan secara bersamaan bisa menjadi penularan penyakit kulit dan
kelamin misalnya scabies dan pedikulosis.
8. Memotong bulu pubis
Alat kelamin pria dan perempuan ditumbuhi bulu. Guna memelihara
kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Bagi
pemeluk agama islam, disunahkan untuk mencukur habis bulu-bulu pubis
setiap 40 hari. Dengan mencukur bulu pubis, kebersihan bulu-bulu pubis
akan terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu, serta aroma
yang tidak sedap. Bulu pubis yang panjang dan lebar (khususnya bagi
remaja putri) akan selalu terpapar oleh urin saat buang air kecil.
9. Kebersihan alat kelamin luar
Menurut (Poltekes Depkes Jakarta I, 2010: 53) Bagi remaja putri,
membiasakan diri untuk membersihkan vagina setiap setelah buang air
kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar kering
sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang benar. Tehnik
membersihkan vulva adalah dari depan (vagina) kebelakang (anus). Jika
perlu, gunakan air bersih yang hangat. Bersihkan vagina dengan tidak
menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan merusak
flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini akan memecah glikogen
pada lendir vagina menjadi asam (Ph ± 4,5) yang bersifat bakterisida
(membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang berlebihan akan
membunuh flora normal ini dan memberi kesempatan bagi berkembang
biaknya kuman patogenik, sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi.
10. Haid merupakan mekanisme tubuh yang membuang darah kotor.
Waktu haid, sering ganti pembalut karena pembalut juga menyimpan
bakteri jika lama tidak di ganti. Bila permukaan pembalut sudah ada
segumpal darah haid meskipun sedikit, sebaiknya segera ganti pembalut.
Gumpalan darah haid yang ada dipermukaan pembalut menjadi tempat
sangat baik untuk perkembangan bakteri dan jamur. Oleh karena itu,
gantilah pembalut setiap kali terasa basah atau sekitar tiga jam sekali
(Wardani, 2017).
11. Jangan sering menggunakan pantyliner.
Gunakan pantyliner sesuai dengan kebutuhan artinya ketika mengalami
keputihan yang banyak sekali dan gunakan pantyliner yang tidak
berparfum untuk mencegah iritasi. Penggunaan pantyliner saat keputihan
(Wardani, 2017).
12. Hati-hati ketika menggunakan toilet umum, apabila akan menggunakan
kloset duduk maka siramlah dahulu untuk mencegah penularan penyakit
menular seksual. Bakteri dan jamur dapat menempel dikloset yang
sebelumnya digunakan oleh penderita penyakit menular seksual
(Wardani, 2017).
13. Tidak perlu sering menggunakan sabun khusus pembersih genitalia.
Genitalia sendiri sudah memiliki mekanisme alami untuk
mempertahankan keasamannya. Keseringan menggunakan sabun khusus
ini justru akan mematikan bakteri dan memicu berkembangnya bakteri
jahat yang dapat menyebabkan infeksi.
14. Bulu pubis yang tumbuh disekitar daerah kewanitaan pun perlu
diperhatikan kebersihannya, jangan mencabut-cabut rambut tersebut.
Lubang ini bisa menjadi jalan masuknya bakteri, kuman dan jamur.
Dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan bulu
pubis di daerah kewanitaan cukup dipendekan dengan gunting atau alat
cukur dan busa sabun yang lembut. Bulu pubis di daerah kewanitaan
berguna untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi
masuknya benda kecil ke dalam vagina (Nurlita, 2014).
DAFTAR PUSTAKA

https://doktersehat.com/penyakit-reproduksi-wanita-dan-pria/

Nurlita, W. (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Perilak u Menjaga


Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Pada Siswi MI Pembangunan. Skripsi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran
Dan Ilmu Kesehatan.
Poltekes Depkes Jakarta I, (2010). Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya.
Jakarta: Salemba Medika.
Wahyudi, K. (2000). Kesehatan Reproduksi Remaja, Lab Ilmu Kedokteran Jiwa
FK UGM Jogjakarta.

Wardani, K. A. (2017). Hubungan Pengetahuan Kebersihan Genetalia Eksterna


Dengan Kejadian Fluor Albus atau Keputihan Pada Remaja Putri Di
Madrasah Aliyah Kare Kabupaten Madiun. STIKes Bhakti Husada Mulia
Madiun, Indonesia: Prodi Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai