Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Konsep Patofisiologi Kelainan Kongenital (C2)

Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan

Dosen pembimbing : Lia Nurliawati, S.kep., Ners., M.Kep.

Disusun oleh :

Deden Selamat (191FK03083)

Dina Rosmawati (191FK03085)

Riski Nurul Insani (191FK03082)

Siska Oktapiani (191FK03080)

Widya Fauzira (191FK03081)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN& Ners

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam semesta beserta
isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala limpahan rahmat, taufik, dan
hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk tanggung
jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar.
Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Sehingga
sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan saran dalam upaya
evaluasi diri.
Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan penyusunan
makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan hikmah serta
dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis, dan pembaca.

Bandung, 24 Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Definisi Hirschsprung.......................................................................................................2
2.2 Macam-macam Penyakit Hirschprung.............................................................................2
2.3 Tanda & Gejala Penyakit Hirschprung.............................................................................2
2.4 Faktor Resiko Hirschprung...............................................................................................3
2.5 Patofisiologi & Pathway Hirschprung..............................................................................4
2.6 Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................7
2.7 Penatalaksanaan................................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................10
PENUTUP...............................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
3.2 Saran...............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................11

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini penyakit jantung koroner, telah menjadi penyebab kematian utama didunia.
Termasuk diindonesia, penyakit jantung merupakan penyakit yang mematikan.
Penyebabnya adalah terjadinya hambatan aliran darah pada arteri koroner yang menyuplai
darah ke otot jantung. Salah satu hambatan berupa plak, dan prosesnya memakan waktu
yang amat Panjang, bahkan dapat bertahun-tahun, mungkun dimulai sejak masa muda
yang seringkali memuncak menjadi serangan jantung atau operasi pintas coroner. Faktor
resiko penyakit jantung coroner dibagi menjadi 2 fakto, yaitu factor risiko primer
(independent) dan factor resiko sekunder. Faktor resiko primer adalah factor yang
menyebabkan gangguan pada arteri berupa aterosklerosis tanpa adanya fakror lain
(independent). Yang juga termasuk dalam factor risiko primer, yaitu hipertensi,
hiperlidemi dan merokok. Faktor risiko sekunder adalah faktor yang baru dapat
menimbulkan kelainan pada arteri jika ditemukan faktor lain secara Bersama. Yang
termasuk ke dalam faktor sekunder ialah diabetes militur (DM), obesitas, stress, riwayat
keluarga, alcohol dan kurang olah raga. Dari permasalahan diatas maka menarik untuk
dibuatnya suatu sistem yang diharapkan akan dapat membantu untuk membuat suatu
keputusan yang diimlementasikan dalam bentuk perangkat lunak yang sudah
terkomputerisasi, maka dalam ha ini d dibuat system pakar untuk diagnose penyakit
jantung koroner menggunakan metode perceptron. Suara (SpeeRecognition), dan system
pakat (Expert Symtem). Kecerdasan buatan menyelesaikan permasalahan dengan
mendayagunakan komputerisasi memcahkan maslah yang komplek dengan cara
mengukuti proses penalaran manusia. Salah satu teknik kecerdasan buatan yang
menirukan proses penalaran manusia adalah sistem pakar.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hisprung?
2. Apa tanda dan gejala hisprung?
3. Apa faktor resiko hisprung?
4. Apa pemeriksaan penunjang untuk hisprung?

4
5. Bagaimana Pengobatan dan penatalaksanaan anak dengan hisprung?
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah
kedalam
proses asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan
masalah pada gangguan Hirschprung.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian penyakit jantung koroner

PJK adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat
menyebabkan serangan jantung (American Heart Association, 2013).
PJK juga disebut penyakit arteri koroner (CAD), penyakit jantung iskemik (IHD),
atau penyakit jantung aterosklerotik, adalah hasil akhir dari akumulasi plak ateromatosa
dalam dinding-dinding arteri yang memasok darah ke miokardium (otot jantung) (Manitoba
Centre for Health Policy, 2013).
PJK terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri yang memasok darah ke
jantung (disebut arteri koroner), penumpukan plak dapat menyebabkan angina, kondisi ini
menyebabkan nyeri dada dan tidak nyaman karena otot jantung tidak mendapatkan darah
yang cukup, seiring waktu, PJK dapat melemahkan otot jantung, hal ini dapat menyebabkan
gagal jantung dan aritmia (Centers for Disease Control and Prevention, 2009).
PJK adalah penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah arteri jantung yang
disebut pembuluh darah koroner. Sebagaimana halnya organ tubuh lain, jantung pun
memerlukan zat makanan dan oksigen agar dapat memompa darah ke seluruh tubuh, jantung
akan bekerja baik jika terdapat keseimbangan antara pasokan dan pengeluaran. Jika
pembuluh darah koroner tersumbat atau menyempit, maka pasokan darah ke jantung akan
berkurang, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan dan pasokan zat makanan
dan oksigen, makin besar persentase penyempitan pembuluh koroner makin berkurang aliran
darah ke jantung, akibatnya timbullah nyeri dada (UPT-Balai Informasi Teknologi lipi
pangan& Kesehatan, 2009).
2.2 Tanda dan gejala

1. Dada terasa sakit, terasa tertimpa beban, terjepit, diperas, terbakar dan tercekik. Nyeri
terasa di bagian tengah dada, menjalar ke lengan kiri, leher, bahkan menembus ke
punggung. Nyeri dada merupakan keluhan yang paling sering dirasakan oleh
penderita PJK.
2. Sesak nafas
3. Takikardi
4. Jantung berdebar-debar
5. Cemas
6. Gelisah
7. Pusing kepala yang berkepanjangan
8. Sekujur tubuhnya terasa terbakar tanpa sebab yang jelas
9. Keringat dingin
10. Lemah
11. Pingsan

6
12. Bertambah berat dengan aktivitas Tapi kebanyakan orang yang menderita PJK tidak
mengalami beberapa gejala di atas, tiba-tiba saja jantung bermasalah dan dalam
kondisi yang kronis (UPT-Balai Informasi Teknologi lipi, 2009).

2.3 Faktor Resiko


faktor-faktor yang meningkatkan resikoterjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Priaberusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung ketimbang
pria yangberusia jauh di bawah 45 tahun.
2.Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi(bagi
wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupunsecara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi ketika
usiawanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3.Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterolyang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi diet
keluarga.
4.Diabetes
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah,namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5. Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantungkoroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel)
pembuluhdarah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi
sumbatanpembuluh darah.
6.Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadapdinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosiskoroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit arteri/jantung
koroner.
7.Kegemukan (obesitas)

7
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak
yangterkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderunganterbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit jantung
koroner.
8.Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta
polamakan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung koroner.
9.Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang,dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
2.4 PATOFISIOLOG& PATHWAY

terosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri


besar.Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh
sel-selendotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran
darahkarena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut,selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada lumen
yangmenyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan bekuan darah.
Halini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti oleh
penyakittromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi
tidaksatu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah
pembentukanthrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus. Bila
fibrosapembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran darah dan
menyumbatarteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.Struktur anatomi arteri
koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan
berkelok-kelok saat memasuki jantung, menimbulkan kondisi yangrentan untuk terbentuknya
ateroma.

2.5 Pathway Belum


2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Elektrokardiogram (EKG)
EKG mencatat sinyal listrik ketika mereka bergerak melalui jantung. EKG sering
mengungkapkan bukti dari serangan jantung sebelumnya atau dalam perkembangan. Dalam
kasus lain, Holter monitoring mungkin disarankan. Dengan EKG jenis ini, pasien memakai
monitor portable selama 24 jam saat menjalani aktivitas normal. Kelainan tertentu mungkin
menunjukkan aliran darah tidak memadai untuk jantung. Dengan pemeriksaan EKG dapat
diketahui kemungkinan adanya kelainan pada jantung dengan ketepatan 40%. Kemudian bila
dianggap perlu pasien akan dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan TreadMILL
Echokardiografi. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut kemungkinan pasien akan

8
dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Arteriografi Koroner ( Kateterisasi ) yang
mempunyai ketepatan paling tinggi ( 99-100%) untuk memastikan apakah pasien memiliki
penyakit jantung.
2. Echocardiogram
Echocardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambar jantung.
Selama echocardiogram dokter dapat menentukan apakah semua bagian dari dinding jantung
berkontribusi biasa dalam aktivitas memompa jantung. Bagian yang bergerak lemah mungkin
telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen. Ini mungkin
menandakan penyakit arteri koroner atau berbagai kondisi lain.
3. Tes Stres
Jika tanda dan gejala paling sering terjadi selama olahraga, dokter mungkin meminta pasien
untuk berjalan diatas treadmill atau naik speda statis selama EKG. Hal ini dikenal sebagai
olahraga tes stress. Dlama kasus lain, obat untuk merangsang jantung dapat digunakan
sebagai pengganti olahraga. Beberapa tes stress dilakukan dengan menggunakan
ekokardiogram. Ini dikenal sebagai stress echos.
Sebagai contoh, dokter mungkin melakukan USG sebelum dan setelah olahraga di atas
treadmill atau sepeda. Atau dokter dapat menggunakan obat untuk merangsang jantung
selama ekokardiogram. Tes stress lain dikenal sebagai tes stress nuklir membantu mengukur
aliran darah ke otot jantung saat istirahat dan selama stress. Hal ini mirip dengan tes tekanan
olahraga rutin, tetapi dengan gambar rdi samping EKG. Jejak jumlah bahan radio-aktif-
seperti talium atau suatu senyawa yang dikenal sebagai sestamibi (Cardiolite)- yang
diseuntikkan ke dalam aliran darah. Kamera khusus dapat mendeteksi daerah-daerah dalam
jantung yang menerima kurang aliran darah.
4. Koroner kateterisasi
Untuk melihat aliran darah melalui jantung , dokter mungkin menyuntikkan cairan khusus ke
dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke
dalam arteri jantung melalui pipa panjang, tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui
arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung. Prosedur ini dinamakan kateterisasi jantung.
Pewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X. Jika
memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon dapat didorong melalui kateter
dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung. Sebuah pipa kemudian dapat
digunakan untuk menjaga arteri melebar terbuka.

5. Teknologi CT-scan
Computerized tomography (CT) seperti berkas electron computerized tomoghrapy (EBCT)
atau CT angiogram koroner, dapat membantu dokter memvisualisasikan arteri. EBCT, juga
disebut sebagai ultrafast CT scan, dapat mendeteksi kalsium dalam lemak yang sempit arteri
koroner. Jika sejumlah besar kalsium ditemukan, penyakit arteri koroner mungkin terjadi. CT
angiogram koroner, dimana terdapat pewarna kontras yang disuntikkan secara intravena
selama CT scan, juga dapat menghasilkan gambar dari arteri jantung.
6. Magnetic Resonance Angiogram (MRA)

9
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering digabungkan dengan menyuntikkan zat
warna kontras, untuk memeriksa area penyempitan atau penyumbatan-meskipun rincian
mungkin tidak sejelas yang disediakan oleh keteterisasi koroner.
2.7 Penatalaksanaan
1. Medikasi
a. Untuk pasien angina petoris
Tujuan : memperbaiki ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium
dan supply oksigen

Nitrogiserin
Nitrogiserin adalah bahan vasoaktif yang bisa melebarkan vena maupun arteri
sehingga mempengaruhi sirkulasi perifer dengan menurunkan konsimsi
oksigen jantung yang akan mengurangi iskemia dan nyeriangina. Cara
pemberiannya dengan meletakkan di bawah lidah/sublingual.
 Penyekat beta adrenergic
Seperti propranolol hidroklorit yang berfungsi menurunkan konsumsi oksigen
dengan menghambat impuls simpatis ke jantung. Dapat diberikan jika pasien
masih mengeluh nyeri dada walau sudah diberi nitrogliserin.
 Antagonis ion kalsium
Seperti nifedipin yang berfungsi meningkatkan supply oksigen ke jantung
dengan melebarkan dinding otot polos arterial coroner.
 Analgesik
Seperti asetaminofen untuk menghilangkan sakit kepala yang di sebabkan oleh
dilatasi pembuluh darah serebral sebagai respon terhadap nitrogliserin.
b. Untuk pasien infark miokard
Tujuan : memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan
terjadinya komplikasi
 Nitrogliserin IV
Sebagai vasodilator untuk mengurangi nyeri jantung. Nitrogliserin
mnyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah
di perifer yang bisa menurunkan jumlah darah yang kembali ke jantung dan
mengurangi beban kerja jantung.
 Antikoogulan

10
Seperti heparin yang bisa membantu mempertahankan integritas jantung.
Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga menurunkan
kemungkinan pembentukan thrombus dan selanjutnya menurunkan aliran
darah.
 Trombolitik
Seperti streptokinase untuk melarutkan setiap thrombus yang telah terbentuk
di arteri coroner, memperkecil penyumbatan dan juga luasnya infark.
 Analgesik
Seperti morfin sulfat.
2. Prosedur bedah
a. Angioplasti koroner transluminal perkutan
b. Pembedahan by pass arteri koronaria
3. Rehabilitas jantung
a. Exercise training
b. Education, counseling, training
4. Perubahan gaya hidup
a. Diet sehat (hindari makanan kolesterol tinggi, garam)
b. Tidak merokok
c. Exercise
d. Mengurangi berat badan jika obesitas
e. Tidak merokok
f. Exercise
g. Mengurangi berat badan jika obesitas
h. Mengurangi stress

11
Bab 3 Penutup

12

Anda mungkin juga menyukai