Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PENILAIAN HASIL BELAJAR FISIKA

PENILAIAN PSIKOMOTORIK TERHADAP NON-TES

Disusun oleh:

Suci Utari ( A1C317021)

Agustian (A1C317049)

Anna Verawati (A1C317075)

Priska Deboranita Nababan (A1C317045)

Dosen Pengampu

Dwi Agus Kurniawan S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

1|PHBF
2019

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah Pengelolaan Peserta Didik
ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Dwi Agus
Kurniawan, S.Pd.,M.Pd atas segala bimbingan dan arahan selama
penyusunan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan
hati penulis menerima saran dan kritikan yang membangun demi
memperbaiki makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi mahasiswa yang membutuhkan. Aamiin

Jambi, 14 Februari 2019

Penulis,

2|PHBF
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ii

Daftar Isi ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan ......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kajian Teori ............................................................................................3

2.1.1 Pengertian Penilaian Psikomotor...................................................3


2.1.2 Pembelajaran Psikomotorik ..........................................................4
2.1.3 Penilaian Ranah Psikomotorik.......................................................4
2.1.4 Penilaian Hasil Belajar Psikomotori..............................................6
2.1.5 Pengertian dan Fungsi Non-tes .....................................................8
2.1.6 Perencanaan Instrument Non-tes...................................................9
2.1.7 Pengembangan dan Jenis Instrument Non-tes...............................10
2.1.8 Penyusun Non-tes Instrument Hasil Belajar .................................11
Psikomotorik Berdasarkan Kisi-kisi Non tes

2.2. Kajian Kritis............................................................................................15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………….......17

3|PHBF
3.2 Saran ………………………………………………………………........18

Daftar pustaka……………………………………………………………. . 19

4|PHBF
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Asriningtyas (2016:285) mengatakan bahwa


pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
Tahun 2003 ayat 1 adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan pada dirinya, masyrakat, bangsa dan Negara.

Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap


siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya hasil
pembelajaran dan proses belajar tidak dimulai oleh tes, baik
melalui bentuk tes, uraian maupun tes objektif. Kegiatan
mengukur, menilai dan mengevaluasi sangatlah penting dalam
dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas karena kegiatan tersebut
merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui
sejauh mana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya
dalam evaluasi penilaian hasil belajar siswa, kegiatan
pengukuran dan penilaian merupakan langkah awal dalam
proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran dilakukan
biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang
paling banyak digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat
dalam proses pengukuran, penilaian, dan evaluasi pendidikan
sebab masih ada teknik lain yaitu teknik non-tes.

Menurut Sudaryono (2013:82) mengatak bahwa instrument


non-tes adalah instrument selain tes prestasi belajar. Alat
penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah lembar
pengamatan atau observasi (seperti catatan harian fortopolio,

1|PHBF
life skill ) dan instrument tes sikap, minat dan sebagainya.
Instrument non-tes jarang dilakukan mengingat waktu yang
dilakukan banyak dan persiapan yang lebih dari evaluasi
menggunakan tes. Namun kepentingan yang ada membuka
teknik evaluasi ini juga penting.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud penilaian psikomotorik?
2. Apakah yang dimaksud pembelajaran psikomotorik?
3. Apakah yang dimaksud penilaian ranah psikomotorik?
4. Bagaimana penilaian hasil belajar psikomotorik?
5. Apa yang itu no-tes dan apa tujuan non-tes?
6. Bagaimana sistem perencanaan instrumen non-tes?
7. Bagaiamana pengembangan dan jenis instrumen non-tes?
8. Bagaiamana penyusun non-tes instrumen hasil belajar
psikomotorik berdasarkan kisi-kisi non-tes

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:


1. Agar pembaca dapat mengetahui apa itu Penilaian
Psikomotorik
2. Agar pembaca dapat mengetahui mengenai pembelajaran
psikomotorik
3. Agar pembaca dapat mengetahui ranah psikomotorik
4. Agar pembaca dapat mengetahui penilaian hasil belajar
psikomotorik
5. Agar pembaca dapat mengetahui mengenai non-tes
6. Agar pembaca dapat mengetahui perencanaan instrumen
no-tes
7. Agar pembaca dapat mengetahui pengembangan non tes

2|PHBF
8. Agar pembaca dapat mengetahui penyusun non-tes
instrument hasil belajar psikomotorik berdasarkan kisi-kisi
non-tes

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Penilaiaan Psikomotorik

Menurut Nurwati (2014:386) bahwa penilaian merupakan suatu kegiatan


yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara
umum. Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan harus selalu diikuti atau
disertai dengan kegiatan penilaian. Mengingat kegiatan pendidikan dan
pengajaran merupakan suatu proses, yaitu proses mencapai sejumlah tujuan yang
telah ditetapkan, maka penilaian yang dilakukan harus juga merupakan proses.
Penilaian dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian
tujuan. Penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu
kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau
kriteria yang telah ditentukan.

Menurut Setiadi (2016:167) bahwa penilaian memiliki peran besar dalam


menentukan kesuksesan pendidikan. Penilaian yang baik memberikan dampak
pada proses dan menjadi rujukan untuk kebijakan selanjutnya. Ketepatan
pemilihan metode penilaian akan sangat berpengaruh terhadap objektivitas dan

3|PHBF
validitas hasil penilaian yang ujungnya adalah adalah informasi objektif dan valid
atas kualitas pendidikan. Sebaliknya kesalahan dalam memilih dan menerapkan
metode penilaian juga berimbas pada informasi yang tidak valid mengenai hasil
belajar dan pendidikan.

Menurut Haryadi (2015:43) bahwa psikomotorik diartikan sebagai suatu


aktivitas fisik yang berhubungan dengan proses mental dan psikologi.
Psikomotorik berkaitan dengan tindakan dan ketrampilan, seperti lari, melompat,
melukis, dan sebagainya. Dalam dunia pendidikan, psikomotorik terkandung
dalam mata pelajaran praktik. Psikomotorik memiliki korelasi dengan hasil belajar
yang dicapai melalui manipulasi otot dan fisik.

Menurut Yulmiati (2016:498) Psychomotor is a domain that ranges from


acquiring the basic rudiments of a motor skill to the perfection of a complex skill.
It means that psychomotor domain is a domain related to physical skills from
basic of motor skill till complex skill that acquired after teaching and learning
process. It can be said that psychomotor domain is related to the students’ actions
and the students’ skill. In the field, the researcher finds that the teacher often
assesses students’ psychomotor in practicing the material in front of the class.
For instance, the teacher assesses the students in delivering their discussion. The
teacher also assesses students psychomotor to do short conversation in group.

Artinya psikomotorik adalah domain yang berkisar dari memperoleh dasar


dasar keterampilan motorik hingga kesempurnaan keterampilan kompleks. Ini
berarti bahwa domain psikomotor adalah domain yang berkaitan dengan
keterampilan fisik dari dasar keterampilan motorik hingga keterampilan kompleks
yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa domain
psikomotor terkait dengan tindakan siswa dan keterampilan siswa. Peneliti
menemukan bahwa guru sering menilai psikomotor siswa dalam mempraktikkan
materi di depan kelas. Misalnya, guru menilai siswa dalam menyampaikan diskusi
mereka. Guru juga menilai psikomotor siswa untuk melakukan percakapan
singkat dalam kelompok.

2.1.2 Pembelajaran psikomotor

4|PHBF
Menurut Bastable (2002:270) mengatakan bahwa pembelajaran
psikomotorik mudah terganggu jika pengajar mengajukan pertanyaan mengenai
pengetahuan (kognitif) sewaktu peserta didik sedang memusatkan pikiran pada
suatu keterampilan (respons psikomotorik). Dalam pengembangan keterampilan
psikomotorik, kemampuan melakukan keterampilan tidak sama dengan
mempelajari keterampilan. Perbuatan adalah tindakan yang bersifat sementara,
sedangkan pembelajaran lebih merupakan perilaku permanen, yaitu hasil dari
latihan serta pengalaman yang diulang-ulang.

Douglas (2011: 264) menjelaskan penilaian psikomotor yaitu:


“Psychomotor domain has drawn some interest since it is the one dimension that
can simultaneously activate highintensity learning environments in such a way to
result in improved. Since appropriate skill and use thereof can be shown through
action and the importance of knowing that movement is the key to life and exists
in all areas of life. Psychomotor skills are important in implementation, and
hence the importance of “behavioral immersion” in increasing the impact of
experiential learning in “whole-person” learning in executive skill acquisition”,
yang artinya Pembelajaran psikomotor telah menarik minat karena merupakan
dimensi yang secara simultan dapat mengaktifkan lingkungan belajar intensitas
tinggi sedemikian rupa sehingga menghasilkan peningkatan keterampilan-
keterampilan. Karena keterampilan dan penggunaannya yang tepat dapat
ditunjukkan melalui tindakan dan pentingnya mengetahui bahwa gerakan adalah
kunci kehidupan dalam semua bidang kehidupan. Keterampilan psikomotorik
penting dalam implementasi, karena pentingnya “pencelupan perilaku” dalam
meningkatkan dampak pembelajaran berpengalaman dalam pembelajaran ‘seluruh
orang” dalam keterampilan eksekutif.

2.1.3 Penilaian Ranah Psikomotorik

Menurut Nurwati (2014:391) bahwa Ranah psikomotor berhubungan


dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu

5|PHBF
sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau
sekumpulan tugas tertentu.

Menurut Salamah (2018:289) dalam ranah keterampilan terdapat lima


jenjang proses berpikir, yakni:

1) Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama


persis dengan yang lilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contoh: seorang
peserta didik dapat memukul bola dengan tepat.
2) Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum
pernah dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
3) Presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga
mmapu menghasilakn produk kerja yang tepat.
4) Artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh.
5) Naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek.

Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan


kemampuan bertindak individu. Menurut Sudjana dalam Prasetya (2012:108) ada
enam tingkatan keterampilan yaitu: (1) gerakan refleks atau gerakan yang tidak
sadar, (2) keterampilan gerakkan dasar, (3) kemampuan perseptual untuk
membedakan auditif dan motoris, (4) kemampuan dibidang fisik (kekuatan,
keharmonisan dan ketepatan), (5) gerakkan skill mulai sederhana sampai
kompleks dan (6) kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi gerakan
ekspresif dan interprestatif. Sementara Gronlund dan linn dalam Prasetya
(2012:108) mengklasifikasi hasil belajar psikomotorik menjadi enam yaitu:
persepsi, kesiapan, gerakkan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan klomples dan
kreativitas.

Menurut Astuti (2012: 39) mengatakan bahwa penilaian yang dinilai pada
ranah psikomotorik berdasarkan pengamatan terhadap performance atau unjuk
kerja.

Tabel 1. Aspek penilaian dalam berbagai mata pelajaran

No Kelompok mata Contoh mata pelajaran Aspek yang dinilai

6|PHBF
pelajaran
1. Agama dan akhlak Pendidikan agama Pengetahuan, praktik,
mulia dan sikap
2. Kewarganegaraan Pendidikan Pengetahuan dan
dan kepribadian kewarganegaraan sikap
3. Ilmu pengetahuan Matematika, fisika, kimia, Pengetahuan, sikap
dan teknologi biologi, ekonomi, sejarah, dan praktik
geografi, sosiologi,
antropologi, bahasa
indonesia, bahasa inggris,
bahasa asing lain,
teknologi dan komunikasi.
4. Estetika Seni budaya Praktik dan sikap
5. Jasmani, olahraga Pendidikan jasmani, Pengetahuan, praktik
dan kesehatan olahraga dan kesehatan dan sikap

2.1.4 Penilaian Hasil Belajar Psikomotorik

Agar memperoleh hasil maksimal, penilaian harus berdasarkan pada tujuan


yang ingin dicapai. Adapun untuk menilai hasil belajar psikomotor siswa, Arifin
menjelaskan dalam Nurwati (2014:394) bahwa ada beberapa prinsip yang harus
diaplikasikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kontinuitasa

Penilaian tidak boleh dilakukan secara insidental. Karena pendidkan itu


sendiri adalah proses yang kontinu, maka penilaian harus dilakukan terus–
menerus. Hasil penilaian yang diperoleh pada suatu waktu harus senantiasa
dihubungkan dengan hasil–hasil dalam waktu sebelumnya, sehingga dapat
diperoleh gambaran yang jelas dan berarti tentang perkembangan peserta didik.

b. Keseluruhan

Penilaian harus dilakukan secara menyeluruh terhadap seluruh objek


yang mencakup semua dimensi yag ada dalam aspek psikomotorik. Seluruh
komponen harus mendapatkan perhatian dan pertimbanagan yang sama dalam
mengambil keputusan.

7|PHBF
c. Objektifitas

Penilaian hendaknya dilaksanakan seobjektif mungkin. Oleh sebab itu


perasaan–perasaan, keinginan–keinginan, prasangka–prasangka yang bersifat
negatif harus dijauhkan. Penilaian harus didasarkan pada kenyataan yang
sebenarnya.

d. Kooperatif

Prinsip ini sangat erat kaitanya dengan prinsip–prinsip di atas. Dalam


prinsip ini terkandung maksud bahwa setiap kegiatan penilaian hendaknya
dilakukan bersama-sama oleh pihak yang bersangkutan sperti guru, kepala
sekolah, orang tua bahkan siswa.

Menurut Sakti (2011:70) mengatakan bahwa aspek


penilaian psikomotorik dilakukan pada (1) Persiapan (2) cara
merangkai alat, (3) cara membaca alat, (4) ketepatan melakukan
prosedur, (5) menyimpulkan data percobaan / hasil pratikum, (6)
keselamatan kerja.

Menurut Ekundayo (209) say that personal experience has also shown
that most secondary school leavers lack requisite technical skills to be able to
function effectively in the society. It appears that the schools seem not to consider
the importance of sports to the development of individuals and to nation-building.
Sporting activity (which is a very good index of psychomotor domain) is not just a
routine or an annual fund-raising activity for schools but a very good avenue for
talent hunt.
Artinya: pengalaman pribadi juga menunjukkan bahwa sebagian besar
lulusan sekolah menengah kekurangan persyaratan keterampilan teknis untuk
dapat berfungsi secara efektif di masyarakat. Tampaknya sekolah tampaknya tidak
mempertimbangkan pentingnya olahraga untuk pengembangan individu dan
pembangunan bangsa. Aktivitas olahraga (yang merupakan indeks domain
psikomotor yang sangat baik) tidak hanya kegiatan rutin atau penggalangan dana
tahunan untuk sekolah tetapi jalan yang sangat bagus untuk bakat berburu.
2.1.5 Pengertian dan Fungsi Non-tes

8|PHBF
Kegiatan mengukur atau melakukan pengukuran adalah merupakan
kegiatan yang paling umum dilakukan dan merupakan tindakan yang mengawali
kegiatan evaluasi dalam penelitian hasil belajar. Kegiatan mengukur itu pada
umumnya tertuang dalam bentuk tes dengan berbagai variasinya. Dalam praktik,
teknis tes inilah yang lebih sering dipergunakan dalam rangka mengevaluasi hasil
belajar peserta didik. Pernyataan diatas tidaklah harus diartikan bahwa teknik tes
adalah satu-satunya teknik untuk melakukan evaluasi hasil belajar, sebab masih
ada teknik lainnya yang dapat dipergunakan,yaitu teknik non-tes. Dengan teknik
non-tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan dengan
tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara sistematis (observation), melakukan wawancara (interview), menyebarkan
angket (questionnaire), dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen
(documentary analysis). Teknik non-tes ini pada umumnya memegang peranan
yang penting dalam rangka mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi
ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan (psycomotoric
domain). Teknik non-tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh
gambaran terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini
teknik non-tes kurang digunakan dibandingkan dibandingkan teknik tes ( Rukajat,
2018 : 38-39).

Dengan teknik non-tes, penilaian hasil belajar peserta didik dilakukan


dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan melakukan pengamatan
secara sistematis atau dikenal dengan observasi, wawancara, menyebarkan angket
(kuesioner), memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen, skala (baik skala sikap
maupun skala penilaian), studi kasus, dan sosiometri. Penggunaan teknik non-tes
untuk menilai hasil dan proses belajar masih sangat terbatas jika dibandingkan
dengan penggunaan tes. Padahal teknik ini sifatnya lebih komprehensif, dalam
artian dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga
penilaian tidak hanya terbatas pada aspek kognitif, tetapi juga mengungkap aspek
afektif dan psikomotoris (Mania, 2008 :45-46 ).
2.1.6 Perencanaan Instrument Non-tes
Menurut (Salamah, 2018:276) Kaitannya dengan standar perencanaan
penilaian ini, BSNP menetapkan tujuh prinsip sebagai berikut:

9|PHBF
1. Pendidik harus membuat rencan penilaian secara terpadu dengan silabus dan
rencana pembelajarannya. Perencanaan penilaian setidak-tidaknya meliputi
komponen yang akan dinilai, teknik yang akan digunakan serta kriteria
pencapaian kompetensi.
2. Pendidik harus mengembangkan kriteria pencapaian kompetensi dasar (KD)
sebagai dasar untuk penilaian.
3. Pendidik menentukan teknik penilaian dan instrumen penilaiannya sesuai
dengan indikator pencapaian KD.
4. Pendidik harus menginformasikan seawal mungkin kepada peserta didik
tentang aspek-aspek yang dinilai dan kriteria pencapaiaannya.
5. Pendidik menuangkan seluruh komponen penilaian ke dalam kisi-kisi
penilaian.
6. Pendidik membuat instrumen berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan
dilengkapi dengan pedoman penskoran sesuai dengan teknik penilaian yang
digunakan.
7. Pendidik menggunakan acuan kriteria dalam menentukan nilai peserta didik.
BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) menyebutkan dalam
pedoman umum, bahwa standar pelaksanaan penilaian yang dilakukan pendidik
meliputi:
1. Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana penilaian yang
telah disusun di awal kegiatan pembelajaran.
2. Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada persyaratan
instrumen serta menggunakan acuan kriteria.
3. Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan.
4. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan umpan balik
dan komentar yang bersifat mendidik.

2.1.7 Pengembangan dan Jenis Instrument Non-tes


Menurut Arifin (2009:152) Instrumen non-tes dapat digunakan jika kita
ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal
yang berkenaan dengan dominan efektif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi.

10 | P H B F
Setiap dimensi dan aspek yang diukur memerlukan alat atau instrument yang
berbeda. Pada prinsipnya setiap melakukan evaluasi pembelajaran, kita dapat
menggunakan teknik tes dan non-tes, sebab hasil belajar atau aspek-aspek
pembelajaran bersifat aneka ragam. Hasil dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan menggunakan
teknik tes. Adapun perubahn sikap dan pertumbuhan anak dalam psikologi hanya
dapat diukur dengan teknik non-tes. Misalnya observasi, wawancara, skala sikap,
dan lain-lain.

Menurut Sudaryono (2013:82) instrumen non-tes adalah instrumen selain


tes prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah lembar
pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrument
tes sikap, minat dan sebagainya. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir soal
untuk instrument non-tes adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada prestasi
belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal berdasarkan kisinya,
telaah, validasi uji coba butir, perbaikkan butir berdasarkan hasil uji coba. Namun
dalam proses awalnya, sebelum menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan
menentukan validitas isi/konstruknya. Dalam buku pelajaran, tetapi untuk non-tes
validitas isi/konstruknya diperoleh melalui teori. Teori adalah pendapat yang
dikemukkan sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian.

Menurut Rosilowati (2013:07) pengembangan instrument non-tes juga


memiliki langkah-langkah yang harus diikuti, yaitu : menentukan spesifikasi
instrumen, menulis instrumen, menentukan skala instrument, menetukan system
penskora, menelaah instrument, merakit instrument, melakukan uji coba,
menganalisis hasil uji coba, memperbaiki instrumen, melaksanakan pengukuran
dan menafsirkan hasil pengukuran. Spesifikasi intrumen terdiri atas tujuan dan
kisi-kisi instrumen. Tujuan pengembangan instrumen non-tes mencakup efektif
dan psikomotorik. Ditinjau dari tujuannya, instrumen ranah efektif dibedakan
menjadi lima, yaitu instrumen sikap, instrument minat, instrument konsep diri,
instrument nilai dan instrument moral. Ada empat hal yang perlu diperhatikan
ketika menyusun spesifikasi instrumen yaitu: tujuan pengukuran, kisi-kisi
instrumen, bentuk dan format instrument dan panjang instrument.

11 | P H B F
2.1.8 Penyusun Non-tes Instrument Hasil Belajar Psikomotorik
Berdasarkan Kisi-kisi Non-tes
Menurut Rukajat (2018: 44) bahwa penulis soal harus mengetahui terlebih
dahulu validitas konstruknya yang disusun atau dirumuskan melalui teori. Cara
termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa buku, hasil
penelitian atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan variable atau
tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena itu, peserta didik atau responden yang
hendak mengerjakan tes ini (instrument non-tes) tidak perlu mempersiapkan atau
belajar materi yang hendak ditulis terlebih dahulu seperti pada tes prestasi.

Menurut Siyoto dan Sodik (2015:78) di dalam Narbuko (2004)


mengatakan bahwa, menyusun instrument pada dasarnya adalah menyusun alat
evaluasi, karena mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang
diteliti, dan hasil yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang
telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti.

Menurut Rukajat (2018:42) bahwa instrument non-tes yang dimaksud


adalah instrument selain tes diantaranya seperti tes sikap, motivasi, minat, emosi,
bakat, moral, konsepsi diri, dan lain sebagainya. Pada prinsipnya prosedur
penulisan kisi-kisi untuk instrument non-tes adalah sama dengan prosedur
penulisan kisi-kisi tes pada tes prsetasi belajar, namun sebelum menyusun kisi-
kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas isi/konstruknya.

Menurut Mardapi (2017:142) mengatakan bahwa daftar cek berisi


seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian tindakan/perbuatan yang
harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang merupakan indikator-indikator dari
keterampilan yang akan diukur. Oleh karena itu dalam menyusun daftar cek: (1)
carilah indicator-indikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) susunlah
indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan tampilannya. Kemudian lakukan
pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan indikator-
indikator yang dimaksud. Jika indicator tersebut muncul, maka diberi tanda 
atau tulisan kata “ya” pada tempat yang telah disediakan.

Menurut Rukajat (2018:43–44), bahwa ada beberapa langkah-langkah


penyusun kisi-kisi non-tes yaitu:

12 | P H B F
1. Menentukan apa yang akan di ukur atau aspek apa yang akan di ungkapkan.
2. Menentukan instrument apa yang akan digunakan.
3. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan diungkapkan,
berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin di ungkapkan tersebut.
4. Menentukan format instrument.
5. Mengembangkan kisi-kisi.
6. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi.
7. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan

CONTOH KISI-KISI PENILAIAN

Jenis Sekolah : Sekolah Menengah Atas (SMA)

Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Jenis


Tagihan : Ulangan Harian

Jumlah Soal/Waktu : 1/30 menit

Standar Kompetensi : 1. Mempraktikkan berbagai keterampilan permainan


olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya

13 | P H B F
Tabel 2 penilaian kisi-kisi
Bahan Materi Bentuk Nomor soal
Kompetensi Dasar kelas/ Sem Pembelajaran Indikator soal

1.3 Mempraktikkan X/1 Lari cepat 100 Mendemons- Tes 1


keterampilan atletik Meter trasikan lari perbuat
dengan menggunakan cepat dengan an
peraturan yang teknik yang
dimodifikasi serta nilai benar
kerjasama, kejujuran,
menghargai, semangat,
dan percaya diri

Menurut Maria (2008:45) bahwa teknik non-tes penilaian hasil belajar


peserta didik dilakukan dengan tanpa “menguji” peserta didik, melainkan dengan
melakukan pengamatan secara sistematis atau dikenal dengan observasi,
wawancara, menyebarkan angket (kuesioner), memeriksa atau meneliti dokumen-
dokumen skala (baik skala sikap maupun skala penilaian), studi kasus dan
sosiometri.

Menurut Rukajat (2018: 52–54), ada dua macam bentuk instrument non-
tes yaitu:

1) Pengamatan (observasi)
Pengamatan adalah proses penilaian dengan cara mengamati dan mencatat
secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas maupun
di luar kelas.

2) Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik penilaian yang dilakukan dengan jalan
percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relation) secara tidak
langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada
orang tuanya atau kepada temannya.

Menurut Kristanto ( 2018: 61–64), dalam penelitian kuantitatif (survey dan


eksperimen), bisanya digunakan beberapa jenis teknik non-tes, yaitu:

14 | P H B F
1. Wawancara (interview)
2. Observasi
3. Angket (questioner)
4. Skala
5. Daftar Check list
6. Dokumentasi

Menurut Sudayono (2013: 83–84) bahwa dalam kisi-kisi non-tes biasanya


formatnya berisi dimensi indicator, jumlah butir soal per indikator, dan nomor
butir soal. Formatnya seperti berikut :

Tabel 3 format penyusunan kisi-kisi instrument non tes

No Dimensi Indicator Jumlah soal per indicator Nomor


soal

Untuk mengisi kolom dimensi dan indikator, penulis soal harus


mengetahui terlebih dahulu validitas konstruknya yang disusun/dirumuskan
melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa
buku, hasil penelitian, atau mencari informasi lain yang berhubungan dengan
variable atau tujuan tes yang dikehendaki.

Menurut Haryanti (2014:172-173) mengatakan bahwa adapun langkah-


langkah penulisan rancangan yang berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

a. Mencermati silabus dan sistem penilaian yang sudah ada.


b. Menyususn sistem penilaian yang berbasis kompetensi berdasarkan silabus
dan sistem penilaian yang telah disusun.
c. Menentukan bobot masing-masing jenis tagihan yang diserahkan kepada
sekolah.
d. Menyusun rancangan penilaian yang berbasis kompetensi.

2.2 Kajian Kritis

15 | P H B F
Psikomotorik adalah domain yang berkisar dari memperoleh dasar dasar
keterampilan motorik hingga kesempurnaan keterampilan kompleks. Ini berarti
bahwa domain psikomotor adalah domain yang berkaitan dengan keterampilan
fisik dari dasar keterampilan motorik hingga keterampilan kompleks yang
diperoleh setelah proses belajar mengajar.

Instrumen non-tes adalah instrumen selain tes prestasi belajar. Alat


penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah lembar pengamatan/observasi
(seperti catatan harian, portofolio, life skill) dan instrument tes sikap, minat dan
sebagainya.

Pengembangan instrument non-tes juga memiliki langkah-langkah yang


harus diikuti, yaitu: menentukan spesifikasi instrumen, menulis instrumen,
menentukan skala instrument, menetukan system penskora, menelaah instrument,
merakit instrument, melakukan uji coba, menganalisis hasil uji coba, memperbaiki
instrumen, melaksanakan pengukuran dan menafsirkan hasil pengukuran.
Spesifikasi intrumen terdiri atas tujuan dan kisi-kisi instrumen. Tujuan
pengembangan instrumen non-tes mencakup efektif dan psikomotorik. Ditinjau
dari tujuannya, instrumen ranah efektif dibedakan menjadi lima, yaitu instrumen
sikap, instrument minat, instrument konsep diri, instrument nilai dan instrument
moral. Ada empat hal yang perlu diperhatikan ketika menyusun spesifikasi
instrumen yaitu: tujuan pengukuran, kisi-kisi instrumen, bentuk dan format
instrument dan panjang instrument.

Penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas


konstruknya yang disusun atau dirumuskan melalui teori. Cara
termudah untuk mendapatkan teori adalah membaca beberapa
buku, hasil penelitian atau mencari informasi lain yang
berhubungan dengan variable atau tujuan tes yang dikehendaki.

Ada beberapa langkah-langkah penyusun kisi-kisi nontes yaitu:

1. Menentukan apa yang akan di ukur atau aspek apa yang


akan di ungkapkan.
2. Menentukan instrument apa yang akan digunakan.

16 | P H B F
3. Menentukan definisi atau batasan tentang aspek yang akan
diungkapkan, berdasarkan atas teori dari aspek yang ingin di
ungkapkan tersebut.
4. Menentukan format instrument.
5. Mengembangkan kisi-kisi.
6. Menulis pernyataan sesuai dengan kisi-kisi.
7. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Psikomotorik diartikan sebagai suatu aktivitas fisik yang berhubungan


dengan proses mental dan psikologi. Psikomotorik berkaitan dengan
tindakan dan ketrampilan, seperti lari, melompat, melukis, dan sebagainya.

17 | P H B F
2. Pembelajaran psikomotorik mudah terganggu jika pengajar mengajukan
pertanyaan mengenai pengetahuan (kognitif) sewaktu peserta didik sedang
memusatkan pikiran pada suatu keterampilan (respons psikomotorik).
3. Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya
melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik.
4. Aspek penilaian psikomotorik dilakukan pada (1) Persiapan
(2) cara merangkai alat, (3) cara membaca alat, (4)
ketepatan melakukan prosedur, (5) menyimpulkan data
percobaan / hasil pratikum, (6) keselamatan kerja.
5. Teknik non-tes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran
terutama mengenai karakteristik, sikap, atau kepribadian. dokumen, skala
(baik skala sikap maupun skala penilaian), studi kasus, dan sosiometri.
Penggunaan teknik non-tes untuk menilai hasil dan proses belajar masih
sangat terbatas jika dibandingkan dengan penggunaan tes.
6. BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) menyebutkan dalam
pedoman umum, bahwa standar pelaksanaan penilaian yang dilakukan
pendidik meliputi:

5. Pendidik melakukan kegiatan penilaian sesuai dengan rencana


penilaian yang telah disusun di awal kegiatan pembelajaran.
6. Pendidik menganalisis kualitas instrumen dengan mengacu pada
persyaratan instrumen serta menggunakan acuan kriteria.
7. Pendidik menjamin pelaksanaan ulangan dan ujian yang bebas dari
kemungkinan terjadinya tindak kecurangan.
8. Pendidik memeriksa pekerjaan peserta didik dan memberikan
umpan balik dan komentar yang bersifat mendidik.
7. Tujuan pengembangan instrumen non-tes mencakup efektif dan
psikomotorik. Ditinjau dari tujuannya, instrumen ranah efektif dibedakan
menjadi lima, yaitu instrumen sikap, instrument minat, instrument konsep
diri, instrument nilai dan instrument moral.

Menyusun instrument pada dasarnya adalah menyusun alat evaluasi, karena


mengevaluasi adalah memperoleh data tentang sesuatu yang diteliti, dan hasil

18 | P H B F
yang diperoleh dapat diukur dengan menggunakan standar yang telah ditentukan
sebelumnya oleh peneliti.

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun sudah berusaha


memaparkan dan menjelaskan materi dengan semaksimal
mungkin, tapi tidak menutup kemungkinan adanya kekeliruan
dalam penyusunannya, juga dari segi materi. Oleh karena
itu,penyusun mengharapkan pembaca untuk ikut dalam
penyempurnaan,makalah selanjutnya, dan harapan bagi
penyusuin semoga makalah ini dapat memberi manfaat dalam
proses pembelajaran terutama dalam penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin,zainal,2009.Evaluasi Pembelajaran.PT Remaja rosdakarya:Bandung.

Asriningtyas, Vika., dan Supahar. 2016. Pengembangan instrument penilaian

19 | P H B F
aspek afektif dan psikomotor peseta didik pada model pembelajaran

kooperatif metode two stay-two stray dalam mata pelajaran fisika SMA.

Jurnal Pendidikan Fisika. Vol.5. No.5 .

Bastable, Susan. 2002. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: EGC

Ekundayo., dkk. School Facilities As Correlates Of Students’ Achievement In The


Affective And Psychomotor Domains Of Learning. European Scientific
Journal. Vol.8., No.6. ISSN: 1857-7881.
Haryadi, Toto. 2015. Melatih Kecerdasan Kognitif, Afektif, dan Psikomotrik Anak
Sekolah Dasar Melalui Perancangan Game Simulasi. Jurnal Desain
Komunikasi & Multimedia. Vol. 1, No. 2.
Haryati, Nik. 2014. Ilmu Pendidikan Islam (IPI). Malang: Gunung Samudera
Kasenda, Lorenzo M., dkk. 2016. Sistem Monitoring Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik Siswa Berbasis Android. E-journal teknik informatika. Vol.9.
No.1.
Kristanto, Vigih Hery. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (KTI). Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Majid, Abdul. 2013. Perencanaan Pembelajaran Mengembangan Standar


Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mania, Sitti . 2008. Teknik non-tes : Telaah atas fungsi wawancara dan kuesioner
dalam evaluasi pendidikan. Lentera Pendidikan. Vol. 11 No. 1.

Mardapi, Djemari. 2017. Pengukuran, penilaian dan evaluasi pendidikan.


Yogyakarta: Parama Publishing.

Micklich, Douglas. L. 2011. “Examining the Cognitive, Affective, and


Psychomotor Dimensions in Management Skill Development through
Experiential Learning: Developing A Framework. Developments in usiness
Simulation and Experiential Learning. 38. pg 246.

Nurwati, Andi. 2014. Penilaian ranah psikomotorik siswa dalam pelajaran


bahasa. Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 9, No. 2.

20 | P H B F
Prasetya, Tri Indra. 2012. Meningkatkan Keterampilan Menyusun Instrumen
Hasil Belajar Berbasis Modul Interaktif Bagi Guru-Guru Ipa SMP N Kota
Magelang. Journal of Educational Research and Evaluation. Vol. 1, No. 2,
ISSN 2252 – 6420.

Rosilowat. 2013. Pengembangan Instrumen non-tes. ISBN 978-602-14215-0-5.

Rukajat, Ajat. 2018. Teknik Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Sakti, Indra. 2011. Korelasi Pengetahuan Alat Praktikum Fisika Dengan


Kemampuan Psikomotorik Siswa Di SMA Negeri Q Kota Bengkulu. Jurnal
Exacta. Vol. IX. No.1. ISSN 1412-3617.
Salamah, Umi. 2018. Penjaminan Mutu Penilaian Pendidikan. Evaluasi. Vol. 2,
No. 1, E-ISSN 2615-2886.
Setiadi, Hari. 2016. PELAKSANAAN PENILAIAN PADA KURIKULUM 2013.
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Volume 20, No.2. ISSN 2338-
6061.
Siyoto, Sand., dan Sodik, Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing.

Sudaryono,dkk. 2013. Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan. Graha


Ilmu;Yogyakarta.

Syah, Muhibbin. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yulmiati. Theoritical Reviews On Affective Assessment Toward The


Understanding Of Senior High School English Teachers In Padang Of
West Sumatera. ISELT 4. ISBN: 978-602-74437-0-9

21 | P H B F

Anda mungkin juga menyukai