Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

KERAMIK

2.1 Struktur Kristal Keramik

Bahan keramik adalah bahan-bahan bukan organik dan bukan logam yang terdiri dari elemen-
elemen bukan logam dan bersifat logam yang dapat berupa oksida, nitrida, karbida, atau silika yang
terikat bersama-sama secara ionik dan/atau ikatan kovalen. Ikatan kimia keramik kovalen dimiliki
oleh intan, karbida Silikon, dan nitrida Silikon. lkatan ionik dimiliki oleh oksida Magnesium, dan
kombinasi dari keduanya adalah oksida Aluminium (Higgins, 1977: 315316). Kekuatan yang sangat
tinggi dari ikatan kovalen mengakibatkan kekerasan yang sangat tinggi pula dari beberapa senyawa
Karbon dan Silikon sebagaimana intan, karbida Silikon, silika, nirida Silikon, karbida Wolfram
(Tungsten) (Higgins, 1977: 316). Suatu pengecualian untuk intan yang mengandung karbon murni
yang terbentuk dengan temperatur tinggi dan tekanan tinggi. Komposisi bahan keramik sangat
bervariasi dari senyawa sederhana ke suatu fasa-fasa yang sangat kompleks yang terikat secara
bersama-sama. Sifat-sifat keramik juga sangat bervariasi, hal ini dikarenakan adanya perbedaan
ikatan. Secara umum, bahan keramik adalah keras dan getas dengan ketangguhan dan keuletan
rendah. Keramik mempunyai sifat ketahanan listrik dan panas yang baik karena tiadanya e|ektron-
elektron konduksi. Normalnya, bahan keramik mempunyai temperatur leleh yang sangat tinggi dan
stabilitas kimianya tinggi di banyak lingkungan karena stabilnya ikatan-ikatan yang kuat. Oleh
karenanya, bahan keramik sangat diperlukan untuk banyak desain teknik. Contoh-contoh bahan
keramik dalam teknologi tinggi yang baru dapat dilihat pada Gambar 2.1 (Smith, 2006: 574).

Kata keramik berasal dari Yunani yaitu ”keramos” atau ”potter’s clay”, termasuk di antaranya kaca,
semen, plasters, beberapa alat potong bahan, bata tahan api/refraktori untuk dinding tungku,
porselin, dan peralatan saniter. Komposisi dan struktur keramik dikelompokkan menjadi empat, di
antaranya: (1) keramik amorf, yaitu kaca yang biasanya digunakan untuk botol, kaca jendela, dan
lensa; (2) keramik kristalin yaitu bahan fasa tunggal seperti oksida Magnesium, oksida Aluminium,
juga karbida-karbida, dan nitrida-nitrida; (3) keramik terikat, yaitu kristal yang diikat dengan suatu
matriks kaca dari tanah liat; dan (4) semen yang terdapat sejumlah kristalin, tetapi beberapa ada
yang berfasa kristalin dan amorf (Higgins, 1977: 316).

Gambar 2.1 Bahan keramik teknologi tinggi terbaru: (a) Cawan Zirkoa tempat pelebur paduan super,
(b) produk Zirkoa: nosel, cawan, burner blocks, settler plates, dan disks, dan (c) boIa-bola bantalan
gelinding kinerja tinggi Ceratec dan ring-ring peluncumya dibuat dari Titanium dan Nitrida Karbon
melalui metalurgi serbuk

(Smith, 2006: 574)

Struktur kristal sederhana pada keramik mempunyai ikatan ionik atau kovalen. Oksida Magnesium
adalah suatu senyawa ionik struktur kristal kubus sebagaimana Gambar 2.2 yang digunakan sebagai
bahan bata tahan api (refraktori) untuk lapisan dalam dinding tungku pabrik baja yang dapat tahan
hingga temperatur lebih dari 2000°C (Higgins, 1977: 317).
Gambar 2.2 Struktur kristal Oksida Magnesium yang mana tiap ion Odikelilingi oleh 6 ion Mg++,
serupa dengan tiap ion Mg++ dikelilingi oleh ion 0Struktur kristal keramik sederhana untuk beberapa
senyawa dan temperatur lelehnya sebagaimana Tabel 2.1 (Smith, 2006: 575). Karbida Hafnium
memiliki temperatur leleh tertinggi pada 4150°C dan Dioksida Titanium memiliki temperatur leleh
terendah pada 1605°C.

Tabel 2.1 Struktur Kristal Keramik Sederhana Beberapa Senyawa dan Temperatur Lelehnya (Smith,
2006: 575)

Persentase ikatan ionik dan ikatan kovalen dari beberapa senyawa keramik sebagaimana Tabel 2.2
(Smith, 2006: 575). Senyawa keramik yang mempunyai ikatan kovalen tertinggi adalah Karbida
Silikon, SiC yakni 89% yang berarti Karbida Silikon memiliki kekuatan yang tertinggi.

Tabel 2.2 Persentase Ikatan Ionik dan Ikatan Kovalen Beberapa Senyawa Keramik.

Yang dimaksud dengan perbedaan keelektronegatifan, yaitu perbedaan antara nilai


keelektronegatifan dua elemen. Keelektronegatifan didefinisikan sebagai sebuah atom yang menarik
elektron-elektron pada dirinya. Keelektronegatifan suatu elemen diukur pada suatu skala 0 sampai
dengan 4,1 sebagaimana Gambar 2.3 (Smith, 2006: 41). Ikatan antara atom Zr dan 0 mempunyai
keelektronegatifan 1,2 untuk Zr, keelektronegatifannya adalah 3,5-1,2=2,3. Persentase karakter ionik
dan karakter kovalen dihitung berdasarkan persamaan Pauling (2.1) (Smith, 2006: 63).

yang mana XA adalah keelektronegatifan atom A dan X3 keelektronegatifan atom B daIam senyawa.

Gambar 2.3 Keelektronegatifan suatu elemen diukur pada suatu skala 0 sampai dengan 4,1 (Smith,
2006: 41)

Kestabilan bentuk struktur kristal keramik dipengaruhi oleh bilangan koordinasi (coordination
number, CN), CN adalah jumlah anion yang mengelilingi kation dalam suatu padatan ionik. Kation
adalah ion logam yang bermuatan positif, dan anion adalah ion selain logam yang bermuatan
negatif. Kontak tidaknya anion pada kation menentukan kestabilan padatan ionik, jika anion kontak
dengan kation, maka ikatan ionik padatan bersifat stabil, dan jika anion tidak kontak dengan kation,
maka ikatan ionik padatan bersifat tidak stabil sebagaimana Gambar 2.4 (Smith, 2006:576)

Gambar 2.4 lkatan ionik padatan bersifat stabil jika anion kontak dengan kation, dan tidak stabil jika
anion tidak kontak dengan kation (Smith, 2006: 576)

Bilangan koordinasi (CN) terkait dengan ratio antara radius kation dan radius anion (rc/rA) dan
geometri koordinasinya sebagaimana Tabel 2.3 (Callister, 2007: 417). Disposisi ion-ion terkait pusat
ion berturut-turut dinamai garis, sudut segitiga, sudut tetrahedron, sudut oktahedron, dan sudut
kubus, untuk CN=2, 3, 4, 6, dan 8. Semakin besar nilai CN menandakan semakin banyaknya anion
yang mengelilingi kation.
TabeI 2.3 Bilangan Koordinasi (CN) dan Geometri untuk Berbagai Ratio antara Radius Kation dan
Radius Anion (rcer) (Callister, 2007: 417)

Anda mungkin juga menyukai