Dosen Pengampu:
Dr. Elfia, M.Ag.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah satu-satunya agama yang tidak hanya hubungan manusia
dengan Tuhan saja (ibadah) melainkan juga hubungan antar manusia dengan
manusia (muamalah). Hal ini dibuktikan dalam kitab suci Islam yaitu al-Qur’an.
Selain itu, berada pula hadits yang bekerja untuk menjelaskan isi al-Qur’an dan
berita hukum yang tidak ada di dalam al-Qur’an.
Salah satu bagian dari ilmu fiqh hubungan manusia dengan manusia juga
urusan keduniawia adalah fiqh muamalah. Begitu juga dengan pernikahan,
salah satu yang menjadi syarat pernikahan adalah keberadaan kesepakatan
yang diantispasi untuk kedua mempelai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad (shigat) dalam pernikahan?
2. Apa pengertian wali dalam pernikahan?
3. Apa pengertian saksi dalam pernikahan?
4. Bagaimana rukun dan syarat pernikahan?
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Amir Syarifudin, 2001, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media,
hal. 61
2
Abdul Aziz M & Abdul Wahhab S, 2001, Fiqh Munakahat, Jakarta: Amzah, hal. 59
2
3
ضلُو ه َُّن أ َ ْن يَ ْنكِحْ نَ أ َ ْز َوا َج ُه َّن ُ سا َء فَبَلَ ْغنَ أ َ َجلَ ُه َّن فَ ََل ت َ ْعَ ِطلَّ ْقت ُ ُم الن
َ َو ِإذَا
َ ْاَّلل َو ْليَ ْو ِم ا
ال ِ َّ ِعظُ بِ ِه َم ْن َكانَ ِم ْنكُ ْم يُؤْ ِم ُن ب َ وف ذَلِكَ يُو ِ ض ْوابَ ْينَ ُه ْم بِ ْل َم ْع ُر
َ إِذَات ََرا
َّللا يَ ْعلَ ُم َوا َ ْنت ُ ْم َال ت َ ْعلَ ُم ْون ْ ْأزكَى لَكُ ْم َوأ
ُ َّ ط َه ُر َو ْ ِخ ِرذَ ِلكُ ْم
Artinya:
“Apabila kamu mentalak istri-istrimu, lalu habis masa iddahnya,
maka janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi
dengan bakal suaminya. Apabila telah dapat kerelaan diantara
mereka dengan cara yang ma’ruf”.( Q.S al-Baqarah: 232)
3. Macam-macam wali dalam Pernikahan
a. Wali mujbir
Menurut bahasa, mujbir adalah orang yang memaksa. Dalam kata lain
wali mujbir adalah wali yang mempunyai hak sepenuhnya untuk
menikahkan orang yang diwalikan tanpa harus meminta izin dan pendapat
dulu dari mereka. Menurut para ulama, harus ada syarat agar
diperbolehkan untuk menikahkan seorang anak perempuan tanpa harus
meminta izin langsung, yaitu:
1) Tidak ada permusuhan antara ayah dan anak.
2) Orang yang dikawinkan harus setara
4
c. Muslim
d. Orang merdeka
e. Tidak berada dalam pengampunan atau majhur alaih
f. Berfikiran baik
g. Adil
h. Tidak sedang melakukan ihram, untuk haji maupun umrah
C. Saksi dalam Pernikahan
1. Pengertian saksi
Saksi menurut bahasa berarti orang yang melihat atau mengetahui sendiri
suatu peristiwa (kejadian). Sedangkan menurut istilah adalah orang yang
memberitahukan keterangan dan mempertanggung jawabkan secara apa
adanya. Rasulullah sendiri dalam berbagai riwayat hadits walaupun dengan
redaksi berbeda-beda menyatakan urgensi adanya saksi nikah, sebagaimana
dinyatakan dalam sebuah hadits:
Akad pernikahan mesti disaksikan oleh dua orang saksi suapay ada
kepastian hukum dan untuk menghindari timbulnya sanggahan dari pihak-
pihak yang berakad di belakang hari. Dalam menetapkan kedudukan saksi
dalam perkawinan ulama jumhur yang terdiri dari ulama syafi’iyah, Hanabilah,
menempatkannya sebagai rukun dalam perkawinan, sedangkan ulama
hanafiyah dan Zahiriyah menempatkannya sebagai syarat. Demikian pula
adanya dengan ulama Malikiyah. Menurut ulama ini tidak ada keharusan untuk
menghadirkan saksi dalam waktu akad perkawinan, yang diperlukan adalah
mengumumkannya namun disyaratkan adanya kesaksian melalui pengumuman
itu sebelum bergaulnya.
Dalam peraturan perundangan yaitu pada KUHP pasal 1 (26) dinyatakan
tentang pengertian saksi yaitu: “saksi adalah orang yang tepat dapat
memberikan keterangan guna kepentingan perkara tentang suatu perkara yang
ia dengar sendiri, ia lihat dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari
6
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Akad nikah adalah perjanjian yang berlangsung antara dua pihak yang
melangsungkan perkawinan dalam bentuk ijab dan qabul.
2. Wali nikah dalam perkawinan merupakan rukun yang harus dipenuhi bagi
calon mempelai wanita yang bertindak untuk menikahkannya.
3. Rukun adalah bagian dari hakikat sesuatu. Rukun masuk dalam
substansinya.
8
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul M & Abdul Wahab. 2001. Fiqh Munakahat. Jakarta: Amzah.
Syarifudin, Amir. 2001. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta:
Prenada Media.