MAKALAH
“Tafsir Tarbawi”
Disusun Oleh:
Dosen Pembimbing:
A. Pengertian kepribadian
1
Weller B.F. kamus saku perawat. Jakarta: EGC. 2005 hal 59
2
Florence henry mussen. Personal plus. Jakarata: PT rosdakarya 2006. hal 38
Yaitu kencendrungan seorang anak untuk menarik diri dari lingkungan
sosialnya. Sikap dan keputusan yang ia ambil untuk melakukan sesuatu
biasanya didasarkan pada perasaan, pemikiran, dan pengalamannya sendiri.
Mereka biasanya pendiam, dan suka menyendiri, merasa tidak butuh orang
lain karena merasa kebutuhannya bisa dipenuhi sendiri.
Awalnya, introvert dan ekstrovert adalah sebuat reaksi seorang anak
terhadap sesuatu. Namun, jika reaksi demikian ditujukan terus menerus,
maka dapat menjadi sebuah kebiasaan, dan kebiasaan tersebut akan
menjadi bagian dari tipe kepribadiannya. Kecendrungan kepribadian anak
dilihat dari keajengan tingkah laku anak ditandai dengan perubahan
perubahan dalam setiap perkembangannya karean kecendrungan
kepribadian merupakan gambaran umum dari kepribadian anak.3
B. Klasifikasi manusia dalam alqur’an
Klasifikasi manusia berdasarkan alqur’an yakni aqidah. Aqidah ini seiring
dengan tujuan-tujuan al-qur’an dalam kedudukannya sebagai kitab aqidah dan
petunjuk. Selain itu, klasifikasi ini juga mengemukakan tentang pentingnya
aqidah dalam membentuk kepribadian manusia, membentuk sifat-sifatnya yang
khas, dan mengarahkan tingkah lakunya kearah yang tertentu. dari ketiga pola
kepribadian ini diuraikan al-qur’an dengan sifat-sifat khusus yang menjadi ciri-
ciri dan yang membedakan antara satu dengan yang lainnya. Berikut ini pola
kepribadian manusia dalam Al-Qur’an.
1. Orang-orang Beriman
Orang-orang beriman banyak disebut Allah dalam banyak ayat dalam
sebagian besar surah Al-Qur’an. Tingkah laku mereka dalam berbagai bidang
kehidupan banyak diuraikan dalam aqidah, ibadah, moral, hubungan dengan orang
lain, hubungan kekeluargaan, cinta kepada ilmu pengetahuan, kehidupan praktis,
upaya untuk mencari rezki, dan sifat-sifat fisiknya, dalam kpribadian seorang
mukmin sifat tersebut tidaklah lepas antara satu sama lainnya, saling berinteraksi
dan saling menyempurnakan.
3
Ibid. Hal 66
a. Ayat al baqarah: 1
امل
- Isi kandungan
Para ahli tafsir berbeda pendapat ihwal huruf huruf muqaththa ‘ah
(huruf yang dibaca terputus putus) pada awal beberapa surah. Diantara
mereka ada yang mengatakan, bahwa itu merupakan huruf-huruf yang
hanya allah sendiri yang mengetahui maknanya jadi mereka
mengembalikan ilmu mengenai hal itu kepda allah dengan tidak
menafsirkannya. Pendapat ini dinukil oleh al qurthubi dalam tafsinya, dari
abu bakar, umar, usman, ali dan ibnu mas’ud ra. Dalam tafsirnya, al
allahmah adul qasim mahmud bin umar az zamakhsyyari menyatakan
bahwa pendapat diatas telah disepakati banya ulama. Beliau juga menukil
dari Sibawaih bahwa dia menegaskan dan memperkuat hal tersebut. Dia
juga beraguman dengna hadis abu hurairah ra. Didalam sahih al buqari dan
sahih muslim bahwa rasulullah SAW. Pernah membaca alif lamim(surah
assajadah dan surah al insan) pada salat subuh pada hari jumat.sebagian
ulama menyimpulkan masalah ini dengan menyatakan: tidak diragukan
lagi bahwa huruf huruf ini tidak diturunkan oleh allah dengan sia sia tampa
makna. Adapun perkataan orang yang tahu. Di dalam al quran terdapat
lafazh yang jika dibicara bernilai ibadah namun ia tdak memiliki makna
sama sekali tentu ini merupakan kesalahan benar, karena lafazh tersebut
pasti memiliki makna.
b. Ayat al-baqoroh ; 2
C َنC يCِ قCَّ تC ُمC ْلCِ لC ىC ًدCُ هCۛ C ِهC يCِ فCۛ Cب َ Cِ لC َذCٰ
Cُ C اCَ تC ِكC ْلC اCك
Cَ C ْيC اَل َرCب
”Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertakwa.”
- Penjelasan ayat
Dari ibnu jura’ij yaitu, kata 4 َك44ِ ل4 َذ4ٰ (itu) pada ayat ini berarti hazza (ini).
orang arab
menggunakan kedua ismul isarah(kata petunjuk) tersebut secara subtitutif,
dimana yang satu dapat menggantikan yang lainnya. Dalam percakapan
seharian hal seperti adalah sudah menjadi sesuatu yang dimaklumi. Hal ini
juga dituturkan oleh imam al bukhari dari makmar bin al mutsanna, dari abu
ubaidah.
Al kitab yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah al guran dan lafazh
raiba artinya keragu raguan. Jadi, laraibafih berarti tidak ada keraguan
didalamnya. Maksudnya tidak diragukan lagi bahwa al quran ini diturunkan
dari sisi allah hal itu sebagai mana dalam firman allah azzawajalla yang
berbunyi alif lammim. Turunya al quran yang tidak ada keraguan terhadapnya
adalah dari rabb semesta alam( al quran surat sajadah ayat 1-2).
kata huda artinya petujuk menjadi sifat bagi al quran. Dan konteks yang
demikian itu lebih baik dan mendalam dari sekedar konteks yang menyatakan
adanya petujuk didalam al quran tersebut.
Kata huda ditinjau dari segi tata bahasa arab bisa berkedudukan marf’u
sebagai naadt(sifat) atau mangsub sebagai hal (keterangan keadaan). lebih
jauh, kata ini hanya diperuntukkan bagi orang orang yang bertakwa,
sebagaiman disebutkan didalam firmannya yang artinya wahai sekalian
manusia, sesungguhnya telah datang krpada kalian pelajaran dari rabb kalian
dan penyembuh bagi berbagai penyakit(yang ada) didaam dada seta petunjuk
dan rahmad bagi orang orang yang beriman. Al quran surat yunus ayat 57.
Assuddi menuturkan: dari Abu Malik Dan Dari Abu Solih, Dari Ibnu
Abbas Dan Dari Murrah Alhamadani, dari ibnu masud, dari beberapa sahabat
Rasulullah SAW(mereka berkata) bahwa makna huddal lilmuttakin adalah
cahaya bagi orang orang yang bertakwa.
Abu Rauq menuturkan: dari adh Dhahhak, dari Ibnu abbas, dia berkata al
muttakin adalah orang orang mukmin yang sangat takut berbuat syirik kepada
allah dan senang tiasa berbaut taat kepadanya.
Muhammad bin ishaq meriwayatkan: dari muhammad bin abi muhammad,
dari ikrimah atau said bin jubair, dari ibnu abbas, ia mengatakan: al muttakin
adalah orang orang yang senang tiasa menghindari siksaan allah azzawajala
dengan tidak meninggalkan petujuk yang diketahuinya, dan selalu
mengharapkan rahmatnya dalam mempercayai apa yang terkandung didalam
petujuk tersebut.
Sedangkan qatadah mengatakan: lilmuttaqin adalah mereka yang disifati
allah dalm firmannya artinya yaitu orang orang yang beriman kepada yang
gaib serta mendirikan shalat.
c. Ayat 3
ِ C ْيC َغC ْلC اCِ بCنCَ C وCُ نC ِمCؤCْ Cُ يCنCَ C يC ِذCَّلCا
C َنC وCُ قCِ فC ْنCُ يC ْمCُهC اCَ نC ْقCزCَ C َرC اC َّمC ِمC َوCَ اَل ةCَّCصCلC اCنCَ C وC ُمC يCِ قCُ يCوCَ Cب
“ (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan
menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.”
- Penjelasan
Yang artinya yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib al quran
suart al bagarah ayat 3. ketahuilah, secara etimologis, iman derarti
pembenaran semata. Al quran sendiri memakai kata ini untuk makna
tersebut. Misalnya ucapan saudara saudara yusuf berikut: dan engaku sekali
kali tidak akan pernah percaya kepada kami,sakalipun kami adalah orang
orang yang bana. (QS yusuf: 17), adapun jika kata itu disebut secara
mutlak(bukan dalam konteks kebahasaan), maka menurut syariat iman
tidak mungkin ada kecuali diujudkan melalui keyakinan, ucapan,dan amal
perbuatan. Demikian pendapat mayoritas agama. Bahkan iman asy syafi’I,
ahmad, abu ubaidah, dan yang lainnya mengatakan bahwa iman itu terdiri
dari ucapan dan amal perbuatan, dan ia bisa bertambah atau berkurang. Ada
banyak hadis dan adsar yang membahas masalah ini, yang telah kami
sajikan khusu dalam kitab syarh albukhari.
Menurut beberapa ulama, orang mukmuin yang dimaksud adalah
mereka yang beriman kepada yang gaib(tidak tampak) sebagaimana
beriman kepada yang tampak tidak seperti orang munafik didalam ayat
artinya dan jika mereka berjumpa dengan orang orang yang beriman,
mereka mengatakan: kami telah beriman, dan jika mereka kembali kepad
syatan syatan mereka, mereka mengatakan: sesungguhnya kami sependirian
dengan kalian, kami hanyalah berolok olok. (QS al bagarah: 14)
berdasarkan pendat ini, maka kedudukan firmannya: yukminunabilghaib.
Adalah sebagai hal(keterangan keadaan). artinya, mana kala mereka tidak
sedang dilihat oleh manusia lainnya.
Terdapat beberapa pertanyaan ulama salaf tentang makna ghaib pada
ayat ini namun, kesemuanya adalah benar.
Ibnu abbas berkata: wayukimunassalah: mendirikan shalat, maksudnya
mendirikan shalat dengan mengerjakan segala kewajibannya.
Adh dhahhak mengatakan, dari ibnu abbas, dia
menerangkan:mendirikan sholat, maksudnya mengajarkan ruku,sujud dan
bacaan sholat dengan sempurna, serta penuh kekhusukan.
Qatadah berkata: mendirikan sholat,yaitu menjaga untuk selalu
mengerjakan pada waktunya, dan menyempurnakan wudhu ,rukuk serta
sujudnya.
Muqatil bin hayyan mengatakan:mendirikan sholat,yaitu menjaga
selalu mengerjakan pada waktunya,menyempurnakan wudhu, rukuk ,sujud,
bacaan al quran, tasyahud,serta membaca shalawat kepada nabi muhammad
SAW itulah yang dimaksud dengan mendirikan sholat.
Menurut ibnu jarir, ayat diatas bersifat umum. Ia mencakup segala
bentuk zakat dan infak. Dia mengatakan:lebih tepat dikatakan bahwa orang
-orang yang dimaksud disini adalah mereka yang menunaikan segala
kewajiban yang ada pada harta benda mereka, baik berupa zakat atau
nafkah yang diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggungnya ,
baik istri ,anak-anak dan yang lainnya .baik karena hubungan kekerabatan,
kepemilikan (budak)atau alasan lainnya.yang demikian itu karena allah
azzawajala mensifati dan memuji mereka dengan hal itu secara umum
.sementara,baik zakat maupun infak merupakan sesuatu yang sangat terpuji
lagi mulia .
Tidak jarang allah azzawajala mempersandingkan antara shalat dan
infak (zakat).alasannya, karena shalat merupakan hak allah sekaligus
sebagai bentuk ibadah kepeda-Nya. Dia mencakup pengesaan penyajungan
pengharapan, pemujaan, pemanjatan doa, serta tawakal kepada-Nya.
sedangkan infak merupakan salah satu bentuk perbuatan baik kepada
sesama makhluk dengan memberikan manfaat kepada mereka. dan yang
paling berhak mendapatkannya adalah keluarga dekat, kerabat,budak-budak
yang dimiliki,lalu orang-orang yang hubungannya lebih jauh. dengan
demikian segala bentuk nafkah dan zakat yang wajib,ia tercakup di dalam
firman allah subhahu wataala (wamimmarozaqnahumyunfiqun)“dan
mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada
mereka).
Sedangkan definisi shalat menurut syariat adalah perbuatan yang terdiri
dari ruku, sujud, dan amalan -amalan tertentu,pada waktu yang tertentu
pula,dan dengan syarat-syarat ,tata cara,serta macam-macamnya yang telah
dimakluminya.dalam hal ini ,pendapat bahwa makna ”shalat” itu diambil
dari kata “doa” adalah pendapat yang paling benar dan mansyur.
wallahua”a’alam.
d. ayat :4
َ Cِ لC ْبCَ قCنCْ C ِمCلCَ C ِزC ْنCُ أC اC َمCوCَ Cك
C َنC وCُ نCِقC وCُ يC ْمCُ هC ِةC َرCخCِ آْلC اCِ بC َوCك َ C ْيCَ لCِ إCلCَ C ِزC ْنCُ أC اC َمCِ بCنCَ C وCُ نC ِمCؤCْ Cُ يCنCَ C يC ِذCَّلC اCوCَ
“dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan
kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka
yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”
- Penjelasan
- Penjelasan
a. Ayat:6
- Penjelasan
َ َار ِه ْم ِغ ش
ۖ ٌَاو ة ِ َى أَبْ ص ِ
ٰ َى مَسْ ع ِه ْم ۖ َو عَل
ِهِب
ٰ َخ تَمَ اللَّ هُ عَل
ٰ َى ُق لُ و ْم َو عَل
يم ِ َذ اب ع
َظ
ٌ ٌ َ َو هَلُ ْم ع
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan
mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”
- Penjelasan
Kesimpulan
Kepribadian adalah kecendrungan bersikap yang menjadi karakter atau
kebiasaan manusia dan akan menjadi ciri khas atau identititas manusia
tersebut. Dalam surat al-baqarah ayat 1-16 sudah dijelaskan pola-pola
kepribadian berdasarkan klasifikasinya. Kita sebagai subjek yang tertulis
dalam alquran pantasnya harus berusaha menjadi hamba yang terbaik
terhadap Rabb, dengan mengukur diri pada kelas manakah kepribadian kita
saat ini.
DAFTAR PUSTAKA