Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PENDIDIKAN PANCASILA

PANCASILA DAN AGAMA DI INDONESIA

NAMA : MADE GENTA DHARMA FUJANA

NPM : 1833121078

KELAS : D2

JURUSAN : AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN AJARAN 2018/2019
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Pancasila dan Agama.............................................................................................3
2.2 Hubungan Pancasila dan Agama..............................................................................................3
2.3 Peranan agama didalam Pancasila...........................................................................................6
2.4 Arti penting dan peran dari adanya Pancasila di negara Indonesia......................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................13
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila merupakan dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang


majemuk.Pancasila juga jati diri bangsa Indonesia, sebagai falsafah, ideologi, dan alat
pemersatu bangsa Indonesia Mengapa begitu besar pengaruh Pancasila terhadap bangsa dan
negara Indonesia. Hal ini dikarena bangsa Indonesia memilki keragaman suku, agama, bahasa
daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda-beda satu
dengan yang lain tetapi hal -hal atau perbedaan di atas harus dipersatukan.

Sejarah Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga tidak
heran bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang
harus kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Ada pula sebagian pihak
yang sudah hampir tidak memperdulikan lagi semua aturan-aturan yang dimiliki oleh
Pancasila. Namun, di lain pihak muncul orang-orang yang tidak sepihak atau menolak akan
adanya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Mungkin kita masih ingat dengan kasus
kudeta Partai Komunis Indonesia yang menginginkan mengganti ideologi Pancasila dengan
ideologi Komunis. Juga kasus kudeta DI/TII yang ingin memisahkan diri dari Indonesia
dan mendirikan sebuah negara Islam.

Mengapa banyak orang yang menetang pancasila dengan alasan agama. Masalah pokoknya
adalah kurangnya pemahaman mereka tentang ideologi pancasila dan juga  kesalahan mereka
dalam  menafsirkan pelajaran pelajaran atau ilmu agama yang mereka   dapatkan. atau mungkin
juga mereka mudah di pengaruhi dan di hasut dengan alasan agama atau kebebasan. Dengan
demikian sangat  mudah bagi orang orang yang ingin menghancurkan negri ini memanfaatkan
mereka.

Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang tak
terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk
menjaga keharmonisan hubungan di antara merekam. Semua pemeluk agama memang harus
mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan

1
keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk
agama yang mau menang sendiri.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai macam suku bangsa,
adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Dengan kondisi sosiokultur
yang begitu heterogen dibutuhkan sebuah ideologi yang netral namun dapat mengayomi berbagai
keragaman yang ada di Indonesia, Karena itu dipilihlah Pancasila sebagai dasar negara.

Konsep negara Pancasila adalah konsep negara agama-agama. Konsep negara yang menjamin
setiap pemeluk agama untuk menjalankan agamanya secara utuh, penuh dan sempurna. Negara
Pancasila bukanlah negara agama, bukan pula negara sekuler apalagi negara atheis. Sebuah
negara yang tidak tunduk pada salah satu agama, tidak pula memperkenankan pemisahan negara
dari agama, apalagi sampai mengakui tidak tunduk pada agama manapun. Negara Pancasila
mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada agamanya. Penerapan hukum-
hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah dimungkinkan. Semangat pluralisme
dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada
ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena hukum-hukum agama hanya berlaku pada
pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama akan menghapus superioritas satu agama
atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas – minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat
hidup berdampingan secara damai dan sederajat. Adopsi hukum-hukum agama dalam negara
Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan
NKRI.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan Pancasila dan Agama ?
2. Apa hubungan Pancasila dan Agama ?
3. Seberapa besarkah peranan agama didalam pancasila ?
4. Apa arti penting dari adanya Pancasila di negara Indonesia dan bagaimana
seharusnya negara yang memiliki masyarakat yang beragam agama ?

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pancasila dan Agama

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari
Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.Pancasila adalah
pedoman luhur yang wajib di ta’ati dan dijalankan oleh setiap warga negara Indonesia untuk
menuju kehidupan yang sejahtera tentram, adil, aman, sentosa.

Agama adalah ajaran sistem yang mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungan.

2.2 Hubungan Pancasila dan Agama

Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara dan agama
merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding Fathers Negara Republik
Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara yang tertuang dalam Pancasila merupakan
karya khas yang secara antropologis merupakan local geniusbangsa Indonesia. Begitu
pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka Pancasila pun mengisyaratkan bahwa
kesadaran akan adanya Tuhan milik semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut
terminologi Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan
dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme.

Asal mula Pancasila secara langsung salah satunya asal mula yang menyatakan bahwa
bangsa Indonesia adalah sebagai asal dari nilai-nilai Pacasila, yang digali dari bangsa
Indonesia yang berupa nilai-nilai adat-istiadat kebudayaan serta nilai-nilai religius yang
terdapat dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sejak zaman purbakala hingga pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, masyarakat Nusantara telah melewati ribuan tahun
pengaruh agama-agama lokal, sekitar 14 abad pengaruh Hinduisme dan Budhisme, sekitar 7
abad pengaruh Islam, dan sekitar 4 abad pengaruh Kristen. Dalam buku Sutasoma karangan
Empu Tantular dijumpai kalimat yang kemudian dikenal Bhinneka Tunggal Ika. Sebenarnya
kalimat tersebut secara lengkap berbunyi Bhinneka Tunggal Ika Tan Hanna Dharma Mangrua,

3
artinya walaupun berbeda, satu jua adanya, sebab tidak ada agama yang mempunyai
tujuan yang berbeda.

Kuatnya faham keagamaan dalam formasi kebangsaan Indonesia membuat arus besar pendiri
bangsa tidak dapat membayangkan ruang publik hampa Tuhan. Sejak dekade 1920-an, ketika
Indonesia mulai dibayangkan sebagai komunitas politik bersama, mengatasi komunitas
kultural dari ragam etnis dan agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari Ketuhanan. Secara
lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh founding fathers negara kita
dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945, ketika berbicara mengenai dasar
negara yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi
masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri. Tetapi marilah kita
semuanya ber-Tuhan. Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat
menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan.

Secara kebudayaan yakni dengan tidak ada egoisme agama. Dan hendaknya Negara
Indonesia satu negara yang ber-Tuhan. Pernyataan ini mengandung dua arti pokok. Pertama
pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia yang, menurut Ir. Soekarno, mendapat
tempat yang sebaik-baiknya. Kedua, posisi negara terhadap agama, Ir. Soekarno menegaskan
bahwa negara kita akan berTuhan. Bahkan dalam bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno
mengatakan, Hatiku akan berpesta raya, jikalau saudarasaudara menyetujui bahwa Indonesia
berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pada saat kemerdekaan, sekularisme dan pemisahan agama dari negara didefinisikan
melalui Pancasila. Ini penting untuk dicatat karena Pancasila tidak memasukkan kata
sekularisme yang secara jelas menyerukan untuk memisahkan agama dan politik atau
menegaskan bahwa negara harus tidak memiliki agama. Akan tetapi, hal-hal tersebut
terlihat dari fakta bahwa Pancasila tidak mengakui satu agama pun sebagai agama yang
diistimewakan kedudukannya oleh negara dan dari komitmennya terhadap masyarakat yang
plural dan egaliter. Namun, dengan hanya mengakui lima agama (sekarang menjadi 6
agama: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu) secara
resmi, negara Indonesia membatasi pilihan identitas keagamaan yang bisa dimiliki oleh
warga negara. Pandangan yang dominan terhadap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia
secara jelas menyebutkan tempat bagi orang yang menganut agama tersebut, tetapi tidak

4
bagi mereka yang tidak menganutnya. Pemahaman ini juga memasukkan kalangan sekuler
yang menganut agama tersebut, tapi tidak memasukkan kalangan sekuler yang tidak
menganutnya.

Dalam hubungan antara Agama dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling
menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh
dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan
menanggalkan yang lain. Selanjutnya bahwa salah satu hambatan utama bagi proporsionalisasi
ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan kekhawatiran yang datang dari dua
arah. Hubungan negara dengan agama menurut NKRI yang berdasarkan Pancasila adalah sebagai
berikut :

A. Negara adalah berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.


B. Bangsa Indonesia adalah sebagai
C. bangsa yang ber-Ketuhana yang Maha Esa. Konsekuensinya setiap warga memiliki
hak asasi untuk memeluk dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama masing-
masing.
D. Tidak ada tempat bagi atheisme dan sekularisme karena hakikatnya manusia
berkedudukan kodrat sebagai makhluk Tuhan.
E. Tidak ada tempat bagi pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter pemeluk
agama serta antar pemeluk agama.
F. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketakwaan itu bukan hasil peksaan bagi
siapapun juga.
G. Memberikan toleransi terhadap orang lain dalam menjalankan agama dalam negara.
H. Segala aspek dalam melaksanakan dan menyelenggatakan negara harus sesuai
dengan nilainilai Ketuhanan yang Maha Esa terutama norma-norma Hukum positif
maupun norma moral baik moral agama maupun moral para penyelenggara negara.
I. Negara pada hakikatnya adalah merupakan berkat rahmat Tuhan yang Maha Esa.

Berdasarkan kesimpulan Kongres Pancasila, dijelaskan bahwa bangsa Indonesia adalah


bangsa yang religius. Religiusitas bangsa Indonesia ini, secara filosofis merupakan nilai
fundamental yang meneguhkan eksistensi negara Indonesia sebagai negara yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar kerohanian bangsa

5
dan menjadi penopang utama bagi persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka menjamin
keutuhan NKRI. Karena itu, agar terjalin hubungan selaras dan harmonis antara agama dan
negara, maka negara sesuai dengan Dasar Negara Pancasila wajib memberikan perlindungan
kepada agama-agama di Indonesia.

2.3 Peranan agama didalam Pancasila

Seperti yang tertulis di sila 1 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Pancasila adalah dasar
negara Indonesia dan Indonesia adalah negara yang menganut berbagai macam agama. Jadi
peran agama di dalam Pancasila sangat besar karena Pancasila dibuat berdasarkan keagamaan
juga oleh leluhur kita dimasa lalu. Agama sudah ada sejak zaman dulu. Pancasila dan Agama
memiliki sebuah kemiripan, yaitu keduanya merupakan pedoman dalam kehidupan. Tetapi kedua
pedoman ini jauh berbeda sudut pandangnya. Pancasila adalah sumber dari gagasan mengenai
wujud masyarakan indonesia, yang menjamin kesentosaan dan memberikan kesejahteraan lahir
dan batin. Pancasila dipergunakan sebagai pegangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup
bangsa dalam pelaksanaan hidup sehari-hari. Semua tingkah laku dan tindakan / perbuatan setiap
warga negara indonesia wajib mengamalkan dan mencerminkan pancaran Pancasila.pancasila
pun adalah pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sedangkan agama adalah pedoman hidup kita yang khususnya berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari. Harus disadari bahwa kebenaran yang dapat
dicapai oleh kita adalah kebenaran yang masih reklatif tidah absolute atau mutlak. Tidak semua
manusia mengakui bahwa dia mempunyai agaman, agama adalah wahyu atau karunia dari sang
pencipta kepada kita. Agama adalah kepercayaan, keyakinan bahwa kita adalah makhluk yang di
ciptakan oleh sang pencipta, agama pun tidak hanya sebatasa status. Melainkan di terapkan untuk
mengatur tindakan-tindakan yang tidak baik, meluruskan yang salah menjadi yang benar.

Ideologi hanya sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila
bukanlah agama karena kesederhanaan dan keumuman nilai-nilai yang terdapat di dalamnya,
sedangkan agama sangatlah kompleks untuk diterjemahkan dan nilai-nilainya yang bersifat
khusus bagi penganutnya, sedangkan pancasila menjadi sebuah nilai-nilai umum yang berlaku
bagi seluruh rakyatIndonesia, apapun latar belakang agamanya.

6
Pancasila berbicara tentang kebaikan, sedangkan agama berbicara tentang kebenaran.
Adakalanya kebaikan menjadi bagian dari kebenaran dan sebaliknya. Namun, tetap terdapat
bagian dari kebenaran yang tidak dapat tersentuh oleh nilai kebaikan, begitupun sebaliknya, tidak
semua nilai kebaikan merupakan kebenaran.

Ideologi Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan
agama dalam pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu
meragukan konsistensi atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti
ideologi Pancasila dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila
bukan ideologi beragama. Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama.

2.4 Arti penting dan peran dari adanya Pancasila di negara Indonesia

Pada masa reformasi ini,kehidupan berbangsa dan bernegara telah diatur sedemikian rupa
dengan peraturan-peraturan yang ada. Sepertihalnya yang telah diatur dalam Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 bahwa negara indonesia menjamin bangsa Indonesia untuk menganut agama
dan keyakinan sesuai dengan agama masing-masing. Jadi ketika kita telah menyakini suatu
agama kita harus mempertahankan keyakinan itu karena negara melindungi hak warga negara
dalam beragama. Negara Indonesia bukan negara agama,tetapi kehidupan beragama sangat
dihormati dan dijunjung tinggi. Karena negara memberikan kebebasan kepada wargannya untuk
memeluk agamanya dan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing.

Keberagaman agama dan pemeluk agama di Indonesia menjadi sebuah kenyataan yang tak
terbantahkan. Kenyataan ini menuntut adanya kesadaran dari setiap pemeluk agama untuk
menjaga keharmonisan hubungan di antara mereka. Semua pemeluk agama memang harus
mawas diri. Yang harus disadari adalah bahwa mereka hidup dalam sebuah masyarakat dengan
keyakinan agama yang beragam. Dengan demikian, semestinya tak ada satu kelompok pemeluk
agama yang mau menang sendiri. Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat
berbagai macam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan.

Warga negara merupakan aspek penting dalam suatu negara. Peran aktif warga negara
merupakan tunas terbentuk dari kehidupan berbangsa yang baik. Peran warga negara dalam

7
agama mempengaruhi kebijakan negara agar tetap bersifat religus. Bukti bahwa bangsa
Indonesia bangsa religius adalah pada peninggalan-peninggalan yang ditemukan di berbagai
tempat yang masih digunakan untuk memuja atau memohon doa. Sebagai contoh Candi
Prambanan yang beraliran Hindu,Candi Borobudur yang beralirkan Budha. Kemudian budaya
dan tradisi leluhur yang masih lestari. Kadang kita tidak tahu kapan asal muasal suatu budaya itu
ada. Misal ada tradisi selamatan orang meninggal (memperingati kematian seseorang), mitoni,
maulutan, dan masih bayak lagi. Bukti yang lain yaitu kepercayaan masyarakat yang bersumber
dari pengetahuan nenek moyang. Kepercayaan ini ada yang bersifat rasional maupun bersifat
irasional. Kepercayaan rasional seperti ketika masyarakat melihat bintang untuk menentukan
masa tanam dan kecepatan angin ketika ingin melaut. Sedangkan kepercayaan yang bersifat
irasional seperti larangan mengenakan pakaian berwarna hijau ketika di pantai. Ideologi
Pancasila merupakan dasar negara yang mengakui dan mengagungkan keberadaan agama dalam
pemerintahan. Sehingga kita sebagai warga negara Indonesia tidak perlu meragukan konsistensi
atas Ideologi Pancasila terhadap agama. Tidak perlu berusaha mengganti ideologi Pancasila
dengan ideologi berbasis agama dengan alasan bahwa ideologi Pancasila bukan ideologi
beragama.

Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama. Sesama umat beragama seharusnya kita saling
tolong menolong. Tidak perlu melakukan permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang
berbeda agama, berbeda keyakinan maupun berbeda adat istiadat. Hanya karena merasa berasal
dari agama mayoritas tidak seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun
membuat aturan yang secara langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang
dianut atau standar agama tertentu kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.
Hendaknya kita tidak menggunakan standar sebuah agama tertentu untuk dijadikan tolak ukur
nilai moralitas bangsa Indonesia. Sesungguhnya tidak ada agama yang salah dan mengajarkan
permusuhan. Agama yang diakui di Indonesia ada 5, yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha dan
Hindu. Sebuah kesalahan fatal bila menjadikan salah satu agama sebagai standar tolak ukur
benar salah dan moralitas bangsa. Karena akan terjadi chaos dan timbul gesekan antar agama.
kalaupun penggunaan dasar agama haruslah mengakomodir standar dari Islam, Kristen, Katolik,
Budha dan Hindu bukan berdasarkan salah satu agama entah agama mayoritas ataupun
minoritas.

8
2.5 Makna Ketuhanan Yang Maha Esa

Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 serta
penempatan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dalam Pancasila mempunyai
beberapa makna, yaitu: Pertama, Pancasila lahir dalam suasana kebatinan untuk melawan
kolonialisme dan imperialisme, sehingga diperlukan persatuan dan persaudaraan di antara
komponen bangsa. Sila pertama dalam Pancasila Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi faktor
penting untuk mempererat persatuan dan persaudaraan, karena sejarah bangsa Indonesia penuh
dengan penghormatan terhadap nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kerelaan tokoh-tokoh Islam untuk menghapus kalimat dengan kewajiban menjalankan


syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya setelah Ketuhanan Yang Maha Esa pada saat
pengesahan UUD, 18 Agustus 1945, tidak lepas dari cita-cita bahwa Pancasila harus mampu
menjaga dan memelihara persatuan dan persaudaraan antarsemua komponen bangsa. Ini berarti,
tokoh-tokoh Islam yang menjadi founding fathers bangsa Indonesia telah menjadikan persatuan
dan persaudaraan di antara komponen bangsa sebagai tujuan utama yang harus berada di atas
kepentingan primordial lainnya.

Kedua, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta berkesimpulan bahwa sila
Ketuhanan Yang Maha Esa adalah sebab yang pertama atau causa prima dan sila Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan adalah kekuasaan
rakyat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk melaksanakan amanat negara dari
rakyat, negara bagi rakyat, dan negara oleh rakyat. Ini berarti, Ketuhanan Yang Maha Esa harus
menjadi landasan dalam melaksanakan pengelolaan negara dari rakyat, negara bagi rakyat, dan
negara oleh rakyat.

Ketiga, Seminar Pancasila ke-1 Tahun 1959 di Yogyakarta juga berkesimpulan bahwa sila
Ketuhanan Yang Maha Esa harus dibaca sebagai satu kesatuan dengan sila-sila lain dalam
Pancasila secara utuh. Hal ini dipertegas dalam kesimpulan nomor 8 dari seminar tadi bahwa:
Pancasila adalah :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang
berpersatuan Indonesia berkebangsaan yang berkerakyatan dan yang berkeadilan social,

9
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berpersatuan Indonesia berkebangsaan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan social,
3. Persatuan Indonesia kebangsaan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradab, berkerakyatan dan berkeadilan social,
4. Kerakyatan, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia berkebangsaan dan berkeadilan social,
5. Keadilan sosial, yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil
dan beradab, yang bepersatuan Indonesia berkebangsaan dan berkerakyatan. Ini berarti
bahwa sila-sila lain dalam Pancasila harus bermuatan Ketuhanan Yang Maha Esa dan
sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa harus mampu mengejewantah dalam soal
kebangsaan persatuan, keadilan, kemanusiaan, dan kerakyatan.

Keempat, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa juga harus dimaknai bahwa
negara melarang ajaran atau paham yang secara terang-terangan menolak Ketuhanan Yang Maha
Esa, seperti komunisme dan atheisme. Karena itu, Ketetapan MPRS No. XXV Tahun 1966
tentang Larangan Setiap Kegiatan untuk Menyebarkan atau Mengembangkan Faham atau Ajaran
Komunis/Marxisme Leninisme masih tetap relevan dan kontekstual. Pasal 29 ayat 2 UUD bahwa
Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing
bermakna bahwa negara hanya menjamin kemerdekaan untuk beragama. Sebaliknya, negara
tidak menjamin kebebasan untuk tidak beragama (atheis). Kata “tidak menjamin” ini sudah
sangat dekat dengan pengertian tidak membolehkan, terutama jika atheisme itu hanya tidak
dianut secara personal, melainkan juga didakwahkan kepada orang lain

2.6 Fungsi Agama dan pancasila di Masyarakat

Pengertian fungsi disini adalah sejauh mana sumbangan yang diberikan agama terhadap
masyarakat sebagai usaha yang aktif dan berjalan secara terus – menerus. Dalam hal ini ada dua
fungsi agama bagi masyarakat diantaranya:

1. Agama telah membantu, mendorong terciptanya persetujuan mengenai sifat dan isi
kewajiban – kewajiban sosial dengan memberikan nilai – nilai yang berfungsi
menyalurkan sikap – sikap para anggota masyarakat dan menciptakan kewajiban –

10
kewajiban sosial mereka. Dalam hal ini agama telah menciptakan sistem nilai sosial yang
terpadu dan utuh.
2. Agama telah memberikan kekuatan penting dalam memaksa dan mempererat adat istiadat
yang dipandang bagus yang berlaku di masyarakat.

Secara lebih jauh bahwa fungsi agama di masyarakat dapat dilihat dari fungsinya terutama
sebagai suatu yang mempersatukan. Dalam pengertian harfiyahnya agama menciptakan suatu
ikatan bersama, baik antara anggota masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang
membantu mempersatukan mereka. Karena nilai-nilai yang mendasari sistem sosial dukungan
bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan, maka agama menjamin adanya persetujuan
dalam masyarakat. Agama juga cenderung melestarikan nilai-nilai sosial, maka yang
menunjukan bahwa nilai-nilai keagamaan tesebut tidak mudah diubah, karena adanya perubahan
dalam konsepsi-kosepsi kegunaan dan kesenangan duniawi.

Fungsi dan Peranan Pancasila - Dari Makna Pancasila yang sangat luas dalam kehidupan
bermasyarakat, bangsa dan bernegara dapat diketahui dari fungsi dan peranan Pancasila. Fungsi
dan Peranan Pancasila adalah sebagai berikut....

1. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia : Hal ini berarti, Pancasila berfungsi dan
berperan memberikan gerak atau dinamika, serta membimbing ke arah tujuan guna
mewujudkan masyarakat Pancasila. Pancasila sebagai jiwa bangsa yang lahir bersamaan
dengan adanya bangsa Indonesia.
2. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia : Hal ini berarti, Pancasila berfungsi
dan berperan dalam menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia yang dapat dibedakan
dengan bangsa lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa
Indonesia.
3. Pancasila Sebagai Dasar Negara Republik Indonesia : Pancasila berfungsi dan berperan
sebagai dasar untuk mengatur pemerintahan negara atau penyelenggara negara. Pancasila
sebagai dasar negara terdapat dalam Pembukaan UUD NRI (Negara Republik Indonesia)
Tahun 1945 Alinea IV dan sebagai landasan konstitusional.
4. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Negara : DI dalam Pasal 2 UU RI
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
menyatakan "Pancasila merupakan sumber segala hukum negara". Penempatan Pancasila

11
sebagai sumber dari segala sumber hukum adalah sesuai dengan Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945 Aline IV. Menempatkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara serta
sekaligus dasar filosofis negara sehingga setiap materi muatan peraturan perundang-
undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
5. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur : Pancasila sebagai perjanjian luhur berarti bahwa
pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI (sebagai wakil seluruh rakyat Indonesia) yang
menetapkan dasar negara Pancasila secara konstitusional dalam Pembukaan UUD NRI
Tahun 1945.
6. Pancasila Sebagai Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia : Pancasila yang dirumuskan
dan terkandung dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945, memuat cita-cita dan tujuan
nasional (Alinea II dan IV). Cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,hal tersebut lalu
dijabarkan ke dalam tujuan pembangunan nasional. Dengan kata lain, Pembukaan UUD
NRI Tahun1945 merupakan penuangan jiwa proklamasi, yaitu Pancasila. Oleh karena itu,
Pancasila juga merupakan cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
7. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia : Dalam hal ini Pancasila disebut
dengan way of life, weltanschauung, pandangan dunia, pegangan hidup, pedoman hidup,
dan petunjuk hidup. Dalam hal ini, Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk sehari-hari.
Artinya, Pancasila diamalkan dalam hidup sehari-hari. Dengan demikian, Pancasila
digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup dan kehidupan
dalam segala seperti yang terpancar pada sila Pancasila yang tercantum dalam
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.
8. Pancasila Sebagai Moral Pembangunan : Hal ini mengandung maksud nilai-nilai luhur
Pancasila (norma-norma yang tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945)
dijadikan tolok ukur dalam melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, maupun dalam evaluasinya.
9. Pembangunan Nasional Sebagai Pengamalan Pancasila: Pancasila di samping sebagai
dasar negara juga merupakan tujuan nasional. Tujuan ini dapat diwujudkan melalui
pembangunan nasional. Dengan perkataan lain, untuk mewujudkan nilai-nilai luhur
Pancasila harus dilaksanakan pembangunan nasional di segala bidang berdasarkan
Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.

12
Jadi, fungsi pokok Pancasila adalah sebagai dasar negara sesuai dengan Pembukaan UUD
NRI Tahun 1945, dan pada hakikatnya adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Pancasila dan agama adalah suatu unsur yang memang tidak bisa dipisahkan dari Negara
Indonesia karena Indonesia adalah negara yang beragama dan dasar dari negara Indonesia adalah
Pancasila. Pancasila adalah bagian dari sejarah inti negara Indonesia. Sehingga tidak heran
bagi sebagian rakyat Indonesia, Pancasila dianggap sebagai sesuatu yang sakral yang harus
kita hafalkan dan mematuhi apa yang diatur di dalamnya. Agama adalah ajaran sistem yang
mengatur tata keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia serta lingkungan. Secara kebudayaan yakni dengan tidak ada
egoisme agama. Dan hendaknya Negara Indonesia satu negara yang ber-Tuhan. Pernyataan ini
mengandung dua arti pokok. Pertama pengakuan akan eksistensi agama-agama di Indonesia
yang, menurut Ir. Soekarno, mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Kedua, posisi negara
terhadap agama, Ir. Soekarno menegaskan bahwa negara kita akan berTuhan. Bahkan dalam
bagian akhir pidatonya, Ir. Soekarno mengatakan, Hatiku akan berpesta raya, jikalau
saudarasaudara menyetujui bahwa Indonesia berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa. Seperti
yang tertulis di sila 1 adalah Ketuhanan Yang Maha Esa.

13
Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan Indonesia adalah negara yang menganut
berbagai macam agama. Jadi peran agama di dalam Pancasila sangat besar karena Pancasila
dibuat berdasarkan keagamaan juga oleh leluhur kita dimasa lalu. Agama sudah ada sejak zaman
dulu. Pancasila adalah sumber dari gagasan mengenai wujud masyarakan indonesia, yang
menjamin kesentosaan dan memberikan kesejahteraan lahir dan batin. Pancasila dipergunakan
sebagai pegangan hidup bangsa, penjelmaan falsafah hidup bangsa dalam pelaksanaan hidup
sehari-hari. Sedangkan agama adalah pedoman hidup kita yang khususnya berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari. Harus disadari bahwa kebenaran yang dapat
dicapai oleh kita adalah kebenaran yang masih reklatif tidah absolute atau mutlak.

Agama adalah kepercayaan, keyakinan bahwa kita adalah makhluk yang di ciptakan oleh
sang pencipta, agama pun tidak hanya sebatasa status. Melainkan di terapkan untuk mengatur
tindakan-tindakan yang tidak baik, meluruskan yang salah menjadi yang benar. Warga negara
merupakan aspek penting dalam suatu negara. Peran aktif warga negara merupakan tunas
terbentuk dari kehidupan berbangsa yang baik. Peran warga negara dalam agama mempengaruhi
kebijakan negara agar tetap bersifat religus. Ideologi Pancasila adalah ideologi beragama.
Sesama umat beragama seharusnya kita saling tolong menolong. Tidak perlu melakukan
permusuhan ataupun diskriminasi terhadap umat yang berbeda agama, berbeda keyakinan
maupun berbeda adat istiadat. Hanya karena merasa berasal dari agama mayoritas tidak
seharusnya kita merendahkan umat yang berbeda agama ataupun membuat aturan yang secara
langsung dan tidak langsung memaksakan aturan agama yang dianut atau standar agama tertentu
kepada pemeluk agama lainya dengan dalih moralitas.

Negara Pancasila mendorong dan memfasilitasi semua penduduk untuk tunduk pada
agamanya. Penerapan hukum-hukum agama secara utuh dalam negara Pancasila adalah
dimungkinkan. Semangat pluralisme dan ketuhanan yang dikandung Pancasila telah siap
mengadopsi kemungkinan itu. Tak perlu ada ketakutan ataupun kecemburuan apapun, karena
hukum-hukum agama hanya berlaku pada pemeluknya. Penerapan konsep negara agama-agama
akan menghapus superioritas satu agama atas agama lainnya. Tak ada lagi asumsi mayoritas –
minoritas. Bahkan pemeluk agama dapat hidup berdampingan secara damai dan sederajat.

14
Adopsi hukum-hukum agama dalam negara Pancasila akan menjamin kelestarian dasar negara
Pancasila, prinsip Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

15
16

Anda mungkin juga menyukai