Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Patologi Organisasi dan Terapinya

(UTS)

Di oleh :

Akwinta Minda Dama Lolu

2018210080

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGA DEWI

MALANG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,minimalnya lapangan pekerjaan dan menurunya


tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap munculnya masalah-masalah social dalam
masyarakat.

Masalah-masalah social dalam masyarakat tersebut sering disebut sebagai”patologi social


Bab II

Tinjauan Pustaka

Birokrasi merupakan suatu bentuk organisasi yang penerapan berhubungan dengan tujuan yang
hendak dicapai.birokrasi ini dimaksud sebagai suatu system otorita yang ditetapkan secara
rasional oleh berbagai macam peraturan.Birokrasi ini dimaksud untuk mengorganisasikan secara
teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang banyak.dengan demikian birrokrasi
dapat dilihat pada setiap bentuk organisasi modern yang dihasilkan oleh proses
rasionalisasi.Alasan penting untuk mengembangkan organisasi birokratiknya itu senantiasa
didasarkan hanya pada keunggulan teknis dibandingkan dengan bentuk organisasi lainya.
Selain itu dala menghadapi covid 19 saat ini dan menjawab tantangan masa sekarang,birokrasi
Indonesia diharapkan mempunyai karakteristik yang mampu bersifat netral.
Bab III
Metode penelitian Kualitatif
Metode penelitian kualitatif lebih banyak penelitian dan analisi.melalui analisis
mendalam akhirnya dapat memehami dan menganbil perspektif penting tentang peristiwa atau
masalah social di komunikasi.penelitian ini lebih menekankan pada proses penelitian dan hasil
yang diperoleh pendekatan penelitian kualitatif ini menggunakan lebih banyak sumber data dan
lingkungan.
Bab IV
Pembahasan
A. Defenisi Patologi

Patologi merupakan bahasa kedokteran yang secara etimologi memiliki arti “ilmu
tentang penyakit”.Risman K. Umar (2002) mendefinisikan bahwa patologi organisasi adalah
penyakit atau bentuk perilaku organisasi yang menyimpang dari nilai-nilai etis, aturan-aturan dan
ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta norma-norma yang berlaku
dalam organisasi. Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA., (1988) mengatakan bahwa pentingnya
patologi ialah agar diketahui berbagai jenis penyakit yang mungkin diderita oleh
manusia.
Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Organisasi juga
dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi organisasi lebih dari sekedar alat untuk
menyediakan barang-barang dan jasa. [1]Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur
mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar
setiap organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi,
maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan
dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya
dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna
sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik.
Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk
patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik. Ada beberapa
penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan meluas akan menjadi
penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat gejala-gejala yang
bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah mengidap di tubuh
organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan kematian. Penyakit-
penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan kerugian yang mesti
ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular.
B.       Jenis-Jenis Patologi Organisasi
1. Tujuan organisasi telah ditetapkan, namun tidak dirumuskan secara jelas dan rinci (tidak
membumi).
2. Aturan dan tujuan telah ditetapkan, namun individu masa bodoh atau tidak patuh pada
aturan.  
3. Pembagian tugas dan wewenang yang tidak tuntas, atau tidak jelas.
4. Para pengambil keputusan yang tidak memahami aturan dan tujuan Organisasi
5. Mekanisme pengambilan keputusan yang tidak matang, masih bersifat subyektif.
6. Perasaan bahwa bidang atau divisinya yang paling penting.
7. Tidak seimbangnya tanggung jawab dg wewenangnya.
8. Semata-mata bekerja sesuai dengan tugasnya saja tanpa kerjasama antar
9. Divisi atau bidang.
10. Merasa pintar alias sok tahu, hanya menjadi penonton
11. Bukannya ikut berpartisipasi dan memberi contoh yang lebih baik, tetapi
12. malah menjadi penonton dan komentator
13. Terlalu banyak anggota atau bawahan hingga sulit diawasi
14. Bawahan diberi satu tugas dari atasan yang berbeda dengan perintah yg berbeda
C.      Jenis Patologi Pelaku Organisasi
a) Penyakit Nepotisme
  Penyakit nepotisme pada mulanya lebih banyak di terjadi di organisasi, kemudian
berkembang lebih lanjut kedalam berbagai aspek kehidupan pada manusia lainnya.
Mengapa terjadi nepotisme dalam organisasi, karena tidak tercapainya kepuasan yang
diharapkan semula yang dikarena tidak terpenuhinya kebutuhan karyawan dalam
organisasi.[2]
     Penyakit nepotisme dalam administrasi juga menciptakan suatu perubahan dalam
sebuah bentuk kerja sama, tetapi perubahan yang diciptakan tersebut berorientasi kepada
perubahan negative. Penyakit nepotsime dalam administrasi sangat berpengaruh negative
dalam pengembangan konseptual teoritis, actual empiris, dan etika administrasi sehingga
wawasan keilmuan untuk menciptakan kecerdasan beripikir dan keterampilan untuk
menciptakan kemahiran bertindak akan menjadi kabur serta suatu saat akan terkubur.
     Penanganan virus penyakit nepotisme dalam administrasi seharusnya dilakukan secara
terus menerus, karena kemungkinan akan berkembang apabila kita tidak waspada.
Tindakan yang dilakukan itu merupakan suatu permulaan karena diawali oleh pemikiran
yang dilandasi wawasan keilmuan,  ketangguhan moralitas, dan keteguhan iman.
Olehsebab itu kita semua harus senantiasa menjunjung tinggi niali kebenaran sehingga
virus-virus penyakit nepotisme itu tidak akan mengancam kehidupan kita setiap saat.
Sebaikanya semua manusia yang terlibat dalam kerja sama untuk melakukan aktivitas
adminsitrasi saling mengontorol dan mengingatkan antara satu dengan yang lainnya
tentang bahanya virus penyakit nepotisme.
b) Penyakit Korupsi
 penyakit atau patologi korupsi dalam organisasi merupakan suatu penyakit yang sangat
ditakuti oleh semua ikatan bentuk kerjasama manusia melalui organisasi internasional ,
Negara, pemerintah, sampai kepada organisasi swasta pun, semuanya ketakutan bila
terjangkit virus-virus penyakit atau patologi korupsi yang dapat mematikan aktivitas
administrasi. Penyakit korupsi yang begitu ditakuti oleh semua pihak mulai dari anggota
ikatan kerjasama yang terendah sampai kepada anggota yang tertinggi, atau mulai dari
anggota masyarakat terendah sampai kepada anggota masyarakat yang tertinggi.
          Korupsi adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang atau beberapa orang baik
statusnya sebagai bawahan maupun pejabat dalam suatu organisasi yang melakukan
pelanggaran etika, moralitas, rasionalitas, keyakinan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan mendapatkan sesuatu keuntungan dalam rangka memenuhi
keinginan dan kebutuhan seseorang atau beberapa orang yang dapat berakibat merugikan
orang lain atau Negara.
c)    Penyakit Stres
Stres merupakan suatu respons adoptif terhadap suatu situasi yang dirasakan menantang
atau mengancam kesehatan seseorang.[3] Stres juga merupakan penderitaan jasmani, mental,
atau emosional yang diakibatkan interpretasi atau suatu peristiwa sebagai suatu ancaman bagi
agenda seorang individu.[4] Kita sering mendengar bahwa stres merupakan akibat negatif dari
kehidupan modern. Orang-orang merasa stres karena terlalu banyak pekerjaan, ketidakpahaman
terhadap pekerjaan, beban informasi yang terlalu bserat atau karena mengikuti pekerbangan
zaman.
Penyebab stres Stresor adalah penyebab stres, yakni apa saja kondisi lingkungan tempat
penampungan fisik dan emosional pada seseorang. Terdapat banyak stressor dalam organisasi
dan aktifitas hidup lainnya. Stresor yang berhubungan pekerjaan terbagi menjadi beberapa tipe
salah satunya organisasi, banyak sekali ragam penyebab stress yang bersumber dari organisasi
pengurangan jumlah pegawai merupakan salah satu penyebab stres yang tidak hanya untuk
mereka kehilangan pekerjaan, namun juga untuk mereka yang masih tinggal.[5] Secara khusus
mereka yang masih tinggal mengalami peningkatan beban kerja, peningkatan rasa tidak aman,
dan tidak nyaman dalam bekerja serta kehilangan re
kan kerja. Restrukturisasi, privatisasi, merger, dan bentuk-bentuk lainnya merupakan
kebijakan perusahaan yang berpotensi memunculkan stres. Para pekerja harus mengahadapi
peningkatan ketidak amanan dalam bekerja, bimbang dalam tuntunan pekerjaan yang semakin
banyak dan bentuk-bentuk baru dari konflik antar pribadi.
Akibat dari stres bisa dilihat pada 3 aspek yaitu: fisik, psikis, dan perilaku. Akibat stres bisa
dikenali dari perilaku, yaitu kinerja rendah, naiknya tingkat kecelakaan kerja, salah dalam mengambil
keputusan, tingkat absensi kerja tinggi, dan agresi ditempat kerja.
d) Penyakit Egoisme
  

penyakit atau patologi egois terhadap pelaksanaan kegiatan di organisasi adalah sifat-sifat
manusia yang terkait dalam bentuk kerjasama yang selalu ingin menang sendiri ketika
mendiskusikan sesuatu pemikiran, baik secara ilmiah maupun pemikiran terhadap suatu
penyelesaian permasalahan atau kegiatan. Egoisme sebenarnya adalah suatu virus penyakit atau
patologi dalam pelaksanaan organisasi. Jika terlalu kuat pengaruh manusia yang memiliki sifat
egoisme sangat memungkinkan aktivitas dalam organisasi yang dilakukan dalam bentuk
kerjasama itu akan bersifat negative dan tidak mustahil dapat mematikan atau membubarkan
suatu bentuk kerjasama yang dituntuk oleh administrasi.
Contohnya dalam penyakit emosi, penyakit emosi seseorang adalah keadaan yang dicirikan oleh
rangsangan psikologis dan perubahan ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan perasaan subjektif.[6] Kata
emosi memiliki arti “bergerak”. Tubuh secara fisik dirangsang selama pengerahan emosi.[7] Alasan yang
mendasari pemeriksaan emosi adalah titik dimana emosi saling dihubungkan dengan periaku adaktif dasar
seperti membantu orang lain, mengasingkan diri, mencari wilayah kerja yang nyaman, dan menyerang
sesorang secara verbal karena memulai rumor yang tidak benar. Akan tetapi emosi memiliki efek negatif.
Rasa benci dan takut dapat merusak perilaku dalam hubungan organisasi.
e.    Penyakit Keserakahan
penyakit atau patologi keserakahan dalam organisasi adalah suatu metode teknik dan taktik
yang dilakukan seseorang anggota yang terkait dalam ikatan bentuk kerjasama berpikir dan
bertindak untuk dapat menguasai sebagian atau bahkan kalau bisa keseluruhan factor-faktor
kenikmatan khususnya yang berupa material dengan mengorbankan orang lain.
e.    Penyakit Keserakahan
penyakit atau patologi keserakahan dalam organisasi adalah suatu metode teknik dan taktik
yang dilakukan seseorang anggota yang terkait dalam ikatan bentuk kerjasama berpikir dan
bertindak untuk dapat menguasai sebagian atau bahkan kalau bisa keseluruhan factor-faktor
kenikmatan khususnya yang berupa material dengan mengorbankan orang lain.
Penanganan virus patologi keserakahan dalam organisasi diperlukan ketegasan dan kejujuran
secara individual disamping harus pula diperlakukan atau dengan katalain dispesialisasikan untuk dapat
memahami bahwa keserakahan dengan merampas hak orang lain disamping mendapat hukuman moral
juga mendapatkan jeratan hukum yang berlaku.

D.      Gejala, Sebab Akibat, dan Penyehatan Patologi Organisasi


1. Gejala Patologi Organisasi diantaranya adalah:
a. Ketiadaan struktur yang jelas dan pasti
b.      Tidak adanya saling percaya
b. Kebiasaan mudah memecat anggota
c. Kebiasaan suka menipu klien/supplier
d. Membohongi pelanggan dan suka ingkar janji
e. Kelesuan yang dirasakan oleh seluruh anggota
f. Banyaknya korupsi, membudayanya kolusi dan nepotisme
g. Maraknya SARA di dalam organisasi
h. Adanya perlakuan deskriminasi di antara karyawan
i. Adanya kebiasaan menunda keputusan atau pekerjaan
j. Sulitnya memperoleh komitmen atasan
2. Penyehatan Patologi Organisasi
       Dalam buku Dr. Sopiah mengatakan penyehatan organisasi dapat dilakukan dengan cara
yaitu sebagai berikut:
1) Melakukan seleksi karyawan organisasi yang objektif
2) Penempatan karyawan dalam pekerjaan sesuai dengan kemampuan dan bidangnya
3) Perolehan dan peningkatan kemahiran melalui pengalaman dan
4) Pengukuran prestasi dan pemberian imbalan yang sesuai.[10]
                   Penyehatan adalah suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian
yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan (Hunsaker, 2005). Berikut
rinciannya:

1) Definisikan Masalah
a. Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi. Data objektif dipisahkan dari
b. persepsi
c. Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi
d.     Masalah harus dinyatakan secara eksplisit/tegas.
e.  Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya
f.  ketidaksesuaian antara standar atau harapan yang telah ditetapkan
g. sebelumnya dan kenyataan yang terjadi
h. Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas, pihak-pihak yang
i. terkait atau berkepentingan dengan terjadinya masalah
j. Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar
2) Buat alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang diusulkan perlu mempertimbangkan konsekuensi yang muncul dalam jangka
pendek maupun jangka panjang
3) Evaluasi alternatif-alternatif Pemecahan Masalah
Alternatif yang dipilih bila tingkat kemungkinan untuk dapat menyelesaikan masalah tanpa
menimbulkan masalah lain, diterima oleh semua orang yang terlibat, tingkat kemungkinan
penerapannya dan tingkat kesesuaian dengan tujuan dan batasan yang ada di dalam organisasi.
4) Terapkan Solusi dan Tindak lanjuti
dengan strategi “sedikit demi sedikit” untuk meminimalkan terjadinya resistensi dan
meningkatkan dukungan, ada proses umpan balik berhasil tidaknya penerapan solusi, adanya
sistem monitoring untuk memantau secara berkesinambungan, dan adanya penilaian thd
keberhasilan penerapan solusi didasarkan atas terselesaikannya masalah yang dihadapi, bukan
karena manfaat lain yang diperoleh dengan adanya penerapan solusi ini.
Beberapa upaya juga yang dilakukan untuk penyehatan patologi organisasi yaitu:
a. Untuk mengatasi Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme selain hal diatas diharapkan
pemerintah menetapkan perundangan dibidang infomatika (IT) sebagai bagian
pengembangan dan pemanfaatan untuk organisasi
b. Peran kualitas sumber daya aparatur sangat mempengaruhi kualitas suatu organisasi,
untuk itu kemampuan kognitif yang bersumber dari intelegensi dan pengalaman,skill atau
ketrampilan, yang didukung oleh sikap (attitude) merupakan faktor yang dapat digunakan
untuk memecahkan masalah patologi atau penyakit organisasi. Untuk itu pelatihan
diharapkan mampu menjadi program yang berkelanjutan agar sumber
daya organisasi memeliki kecerdasan inteltual,emosional dan spiritual sebagai landasan
dalam pelayanan publik.
c. Participation. Melalui prinsip ini karyawan terlibat dalam pembuatan keputusan yang di
bangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartsipasi secara
konstruktif, sehingga dengan demikian maka menejer tidak menjadi otoriter dalam
mengambil keputusan. Keputusan yang dihasilakan merupakan representasi dari
keinginan karyawan dan tidak dapat diintervensi oleh pihak-pihak yang ingin
memanfaatkan menejer Rule of law. Supremasi hukum merupakan langkah yang harus
diambil untuk meminimalisir atau menghilangkan praktek-praktek patologi dalam
organisasi. Dengan penegakan hukum yang baik maka indikasi untuk melakukan
kesalahan akan terhapus karena para karyawan akan merasa takut dengan ancaman
hukum.
d. Transparansi :. Melalui prinsip transparansi maka segala hal yang dilakukan oleh menejer
dan karyawan dapat di kontrol melalui informasi yang terbuka dan bebas diakses.
Transparansi ini mendorong organisasi untuk senantiasa menjalankan aturan sesuai
ketentuan dan perundang-undangan, karena bila tidak sasuai masyarakat pasti
mengetahui dan melakukan penututan.
e. Effectiveness and efficiency. Pemborosan yang terjadi dalam praktek pengelolaan
organisasi dapat diminimalisir oleh prinsip ini.
f. Accountability
g. Strategic vision. Melalui straegi visi maka akan tumbuh dalam setiap karyawan maupun
menejer akan nilai-nilai idealisme dan harapan-harapan organisasi untuk masa yang akan
datang. Nilai-nilai dan harapan-harapan ini akan memeberikan kesan praktek pelaksaan
pekerjaan organisasi
h. Dan memberikan motivasi kepada karyawan.[11] Memberikan motivasi karyawan itu
sangat penting. Karena dengan motivasi yang tinggi karyawan akan lebih giat bekerja.
Untuk itu, baik anda sebagai bos atau pun sebagai karyawan sendiri, ada baiknya untuk
selalu memotivasi diri. Sebagaimana saya pernah menuliskan pentingnya motivasi itu
sendiri. Memiliki motivasi bisa membantu Anda mencapai keberhasilan dalam karir.
Tidak hanya untuk pebisnis saja termasuk juga untuk karyawan. Berikut ini adalah cara
memberikan motivasi karyawan seperti dikutip dari Forbes.
a. Menjadi atasan yang Dapat Dipercay
 Jadilah atasan yang dapat dipercaya. Seorang pemimpin yang memperlakukan para
karyawannya dengan layak dan selalu mendukung para karyawannya, bisa dipercaya dan
dapat memotivasi karyawannya tersebut untuk memenuhi harapan perusahaan. Menjadi
pemimpin yang yang bersifat terbuka dengan bawahannya juga bisa memicu mereka
untuk berhasil.
b. Mengakui pekerjaan karyawan
 Mengakui pekerjaan yang dilakukan karyawan termasuk cara memberikan motivasi
karyawan. Dengan cara ini, pekerjanya pun akan
berusaha untuk bisa bekerja lebih baik lagi, baik itu untuk mencoba hal yang baru atau
meningkatkan keterampilan yang ada.
c. Memberikan kesempatan kepada karyawan untuk meningkatan Karir 
Dengan memberikan kesempatan karyawan untuk meningkatkan karir, itu merupakan
salah satu faktor yang dapat memotivasi karyawan. Jadi, berikanlah karyawan
kesempatan untuk meningkatkan karir. Buatlah program-program peningkatan karir.
d. Buatlah Karyawan Bahagia 
Atasan yang baik akan membuat karyawannya bahagia dan puas dengan pekerjaan
mereka. Pekerja yang bahagia, juga akan memiliki rasa
percaya diri, sehingga mereka bisa menyelesaikan tugasnya dengan lebih baik Cara membuat
karyawan bahagia bisa dengan memberikan bonus atau kejutan pada karyawan.
e. Kenaikan Gaji 
Uang tidak diragukan lagi merupakan cara yang terbaik untuk memotivasi siapa saja yang
bekerja. Tetapi jika uang tambahan menjadi satu-satunya motivator utama, itu tentu tidak
akan bertahan lama. Para pegawai pernah mengatakan usaha terbaik untuk membuat
mereka maju, jika pekerjaan menghasilkan beberapa tambahan uang. Lebih dari itu para
pegawai merasa harus ada sesuatu yang lebih yaitu perasaan bahwa mereka sedang
melakukan pekerjaan penting.
f. Memberikan rasa Takut 
Menakuti pegawai atau mencoba membuat mereka berada pada keadaan yang paling sulit
dengan memarahi atau mengancam, kadang-kadang bisa efektif untuk sementara waktu.
Tapi langkah ini lebih banyak kelemahannya. Anda tidak akan memiliki loyalitas
pegawai ketika sedang membutuhkan. Karyawan yang takut, bukanlah karyawan yang
inovatif. Lebih buruk lagi mereka memilih pindah ke perusahaan lain. Bisa jadi orang
yang paling berbakat ini kabur ke perusahaan pesaing Anda.
g. Mengadakan Kompetisi 
Sebagian tambahan untuk memberikan motivasikaryawan adalah dengan mengadakan
kompetisi. Namun, sebaiknya kompetisi ini harus di adakan dengan tepat sebagai langkah
untuk memotivasi karyawan saja, karena bisa saja ini malah akan membuat perpecahan
sebagai satu tim seharusnya saling membantu untuk mencapai tujuan bersama. Pesaing
sesungguhnya adalah perusahaan lain. Kompetisi tidak pernah ada di dalam tim Anda
sendiri.
Bab V
SIMPULAN

Organisasi merupakan sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama. Organisasi juga
dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan, akan tetapi organisasi lebih dari sekedar alat untuk
menyediakan barang-barang dan jasa. Untuk mengatur pencapaian tujuan maka perlu diatur
mekanisme pembagian tugas, pembagian wewenang, dan siapa yang bertanggung jawab, agar
setiap organ atau alat di dalam organisasi itu bertindak dan berperilaku yang sejalan dengan misi,
maksud, dan tujuan organisasi. Menjalankan roda organisasi tentunya akan menemui halangan
dan rintangan. Sebuah organisasi yang matang dan berpengalaman, membekali para kadernya
dengan cara-cara menghindari, menghadapi, dan menyelesaikan permasalahan yang ditemui.  
Untuk itulah, organisasi yang sehat tentunya memiliki sistem (aturan main) yang berguna
sebagai pedoman ketika menjalankan program dan kegiatan, dan ketika menyelesaikan konflik.
Sehingga, sistem atau peraturan itu dibuat tidak saja sekedar untuk mengikat para anggota untuk
patuh, namun juga menawarkan solusi (penyelesaian) apabila terjadi konflik.
Ada beberapa penyakit dalam organisasi yang apabila penyakit ini berkembang dan
meluas akan menjadi penghambat organisasi. Mulanya penyakit- penyakit ini ditunjukkan lewat
gejala-gejala yang bisa langsung terdeteksi maupun tidak. Namun apabila penyakit ini sudah
mengidap di tubuh organisasi maka akan mengakibatkan kelumpuhan pada organisasi, bahkan
kematian. Penyakit-penyakit ini harus dihindarkan sehingga bisa meminimalisir biaya dan
kerugian yang mesti ditanggung apabila penyakit-penyakit ini sudah menular. Banyak patologi
organisasi yaitu korupsi, nepotisme, keserakahan, stress, dan lainnya.
REFERENSI

Pace, Wayne dan Don Faules.  2001. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja


Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Gibson, Ivancevich,dkk. 1985. Organisasi: Prilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Erlangga.
Ivancevich, M. John, Robert Konopaske, dkk. 2007. Prilaku dan Manajemen
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Sopiah, 2008. Prilaku Organisai. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Davis, Keith dan John W. Newstrom. 1985 Prilaku dalam Organisasi, Jakarta: Erlangga.
Subir Chowdhury. 2003. Organisasi Abad 21. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia.
H.Makmur, M.si Prof. 2011.Patologi Serta Terapinya Dal Ilmu Administrasi Dan Organisasi.
Jakarta: PT Gramedia.
Kusdi.  2011. Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika

Hmiznthi.2015.Penyakit-Penyakit Organisasi http:// documents. tips/documents/ penyakit-


penyakit-organisasi.html. diakses pada 15 Desembar 2015
Parassetya,Aridha.2011.Prilakumanajemen(penyakitorganisasi).http://www.papanputih.
com/2011/01/penyakit-organisasi-psychological.html

Anda mungkin juga menyukai