Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 3, No. 4, April 2019, hlm. 3451-3460 http://j-ptiik.ub.ac.id

Pengembangan Sistem Informasi Transaksi Penjualan Dan Komisi Agen


Berbasis Web
(Studi Pada PT Akademi Pembicara Indonesia)
Dony Febrian Syahputra1, Satrio Agung Wicaksono2, Welly Purnomo3
Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Email: 1donyfs96@gmail.com, 2satrio@ub.ac.id, 3wepe@ub.ac.id

Abstrak
PT Akademi Pembicara Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pelatihan
public speaking. Perusahaan tersebut membuat acara pelatihan, selanjutnya tiket acara akan dijual oleh
agen yang dimiliki perusahaan. Pada prosesnya terdapat masalah yaitu agen dapat menjual tiket acara
tidak sesuai dengan harga pada masa penjualan, pelaporan yang dilakukan agen ketika mendapat
pelanggan sering terjadi keterlambatan, pembagian komisi kepada agen masih terdapat kesalahan,
pembuatan laporan keuangan membutuhkan waktu kerja kurang lebih 3 jam. Permasalahan tersebut
kurang efisien dan dapat merugikan perusahaan.
Berdasarkan masalah yang diuraikan sebelumnya, dapat diberikan solusi untuk mengembangkan
sistem informasi transaksi penjualan dan komisi agen. Dalam pengerjaan sistem informasi
menggunakan model pengembangan perangkat lunak Waterfall. Waterfall dipilih karena perencanaan
diawal sudah siap dan minimnya perubahan kebutuhan. Metode pengembangan ini meliputi analisis
kebutuhan, perancangan, implementasi, dan pengujian, pada prosesnya berjalan secara berurutan. Pada
tahap analisis kebutuhan dilakukan pemodelan proses bisnis to-be yang dibuat berdasarkan hasil
wawancara dengan stakeholder dan analisis permasalahan. Hasil analisis kebutuhan divisualisasikan
dalam use case diagram dan activity diagram. Hasil perancangan sistem menghasilkan sequence
diagram, class diagram, relational data model, pseudocode algorithm, user interface. Implementasi
dari sistem informasi ini menggunakan object oriented programming berupa aplikasi web. Tahap
pengujian sistem informasi dilakukan dengan compatibility testing, validation testing dan user
acceptance testing. Hasil pengujian pada sistem informasi transaksi penjualan dan komisi agen yaitu
sistem dapat berjalan dengan baik dan dapat diterima oleh pengguna.
Kata kunci: sistem informasi, waterfall model, aplikasi web, user acceptance testing, validation testing,
compatibility testing
Abstract
PT Akademi Pembicara Indonesia is an engaged company in public speaking training. The
company makes a training event, then the event ticket will be sold by the agency owned by the
company. The company has a problem about the agent that sells ticket but have a different price
according to the price at the time of sale, a report done by agents when they get customers is often get
delayed, the distribution of commissions to the agents still has errors, financial reports requires about
3 hours working time. This problem is less efficient and can harm the company.
Based on the problems described earlier, a solution can be given to develop a sales transaction
information system and agent commission. In the development of information systems the author using
the Waterfall software development model. Waterfall is chosen because the requirements are ready
and minimum change of requirements.This development method includes needs analysis, design,
implementation, and testing, the process runs sequentially. At the needs analysis stage a business
process modeling is conducted based on the results of interviews with stakeholders and problem
analysis. The results of the needs analysis are visualized in the use case diagram and activity diagram.
The results of system design produce sequence diagrams, class diagrams, relational data models,
pseudocode algorithms, user interfaces. The implementation of this information system used object
oriented programming for web application. The information system testing phase is done with
compatibility testing, validation testing and user acceptance testing. The results on sales transaction

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 3451
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3452

information system and agent commission, system can run well and can be accepted by the user.
Keywords: information system, waterfall model, website application,user acceptance testing, validation
testing, compatibility testing

perhitungan yang dilakukan masih dirasa


1. PENDAHULUAN manual yaitu dengan mendata ulang tiap
PT Akademi Pembicara Indonesia transaksi yang ada, hal tersebut dapat
merupakan perusahaan yang bergerak dibidang merugikan perusahaan. Ketika pembuatan
pelatihan public speaking dengan cara membuat laporan keuangan diperlukan data transaksi
acara yang akan diikuti oleh para pelanggannya. pada tiap periode tertentu, manajer operasional
Setiap tiket acara yang dijual memiliki beberapa harus menanyakan pada staf yang menangani
masa waktu penjualan dan penawaran harga pendataan transaksi. Staf tersebut harus mencari
yang berbeda. Berdasarkan hasil wawancara transaksi yang sesuai dengan periode waktu
dengan bapak Dian sebagai supervisor yang diminta sehingga memerlukan waktu kerja
marketing online, PT Akademi Pembicara kurang lebih 3 jam, hal tersebut dirasa kurang
Indonesia mempunyai agen dengan tiga efisien. Karena agen yang dimiliki PT Akademi
tingkatan yaitu silver, gold dan platinum. Pada Pembicara Indonesia sangat berperan penting
setiap tingkatan agen terdapat target yang harus dalam proses bisnis yang berlangsung, untuk
dicapai pertahunnya, tingkat silver memiliki melakukan pemecatan terhadap agen dirasa
target mendapatkan 20 orang, tingkat gold belum menjadi solusi yang tepat pada saat ini.
dengan 40 orang dan tingkat platinum dengan Berdasarkan uraian permasalahan yang ada
60 orang. Proses penjualan tiket dan promosi maka diberikan solusi berupa sistem informasi
acara dilakukan oleh agen yang dimiliki oleh yang dapat mencatat transaksi agen,
PT Akademi Pembicara Indonesia dengan cara menyimpan data pelanggan dan memfasilitasi
melakukan pembelian secara manual dengan agen untuk berjualan acara yang
pelanggan dan promosi acara melalui media diselenggarakan PT Akademi Pembicara
sosial seperti Facebook, Instagram dan Indonesia. Untuk mengembangkan sistem
WhatsApp. Setelah itu agen melakukan informasi terdapat konsep pengembangan yang
pelaporan dengan waktu 2 x 24 jam pada staf digunakan salah satunya waterfall model.
PT Akademi Pembicara Indonesia untuk Waterfall model dipilih karena perencanaan
dilakukan pencatatan. Proses pendataan agen diawal sudah siap dan minimnya perubahan
dan pendataan pelanggan masih dilakukan kebutuhan.
secara terpisah berdasarkan setiap acara yang Waterfall Model memiliki 5 fase umum,
diadakan sehingga menyebabkan kesulitan yakni requirement analysis and definition,
dalam pencarian data yang saling berkaitan system and software design, implementation
tersebut. and unit testing, integration and system testing,
Seiring bertambahnya jumlah acara dan dan operation and maintenance. Dimana setiap
transaksi PT Akademi Pembicara Indonesia fase dilakukan secara berurutan(Sommerville,
mengalami masalah yaitu agen dapat menjual 2011).
tiket acara tidak sesuai dengan harga pada masa
2. METODOLOGI
penjualan dikarenakan terdapat agen yang
kurang teliti pada saat menerima informasi dan Metodologi penelitian membahas
menyebabkan kerugian pada perusahaan. kerangka kerja yang dilakukan dalam
Pelaporan yang dilakukan agen ketika penelitian. Terdapat langkah-langkah yang
mendapat pelanggan sering terjadi dilakukan peneliti untuk mengembangkan
keterlambatan dikarenakan ada beberapa agen sistem informasi pada penelitian ini.
yang terbiasa menunda–nunda dalam
melakukan pelaporan. Persentase komisi setiap
acara dan tingkatan agen memiliki
persentasenya masing–masing. Seiring
bertambahnya jumlah transaksi, staf yang
menangani merasa kesulitan dan masih terdapat
kesalahan dalam melakukan pembagian hasil
dengan agen yang dimiliki dikarenakan proses

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3453

berbasis Object Oriented Analysis and Design


(OOAD) untuk menghasilkan gambaran
abstraksi sistem dan hubungan–hubungannya.
OOAD bertujuan untuk mengidentifikasi
masalah sebenarnya dari organisasi dimana
perangkat lunak dibangun atau ditingkatkan dan
menentukan persyaratan atau kemampuan
sistem untuk memecahkan masalah sebenarnya.
Jika perangkat lunak yang diterapkan mengikuti
pada persyaratan yang buruk, maka kebutuhan
bisnis organisasi tidak akan terpenuhi (David
Kung, 2016). Pada tahap perancangan sistem
menghasilkan sequence diagram, class
diagram, relational data model, dan user
interface. Seluruh diagram yang dibuat
berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan
sistem.
Langkah kelima dilakukan implementasi
sistem dengan penerjemahan kode program
yang mengacu pada hasil perancangan sistem.
Langkah keenam dilakukan pengujian
Gambar 1. Metodologi Penelitian
sistem menentukan sebuah kelayakan sekaligus
kualitas baik atau buruknya sebuah perangkat
Studi literatur dimulai dengan mempelajari
lunak. Untuk memahami dan mempelajari
literatur yang berhubungan dengan objek
hubungan antara masukan dan hasil keluaran
penelitian yang diambil dari beragam sumber
apakah sudah memenuhi dengan persyaratan
seperti jurnal, buku, artikel, dan skripsi untuk
yang ada maka digunakan pengujian dengan
dijadikan referensi.
black box testing (Mustaqbal, et al., 2015).
Langkah kedua yaitu pengumpulan data,
Pengujian dilakukan dengan menggunakan
dilakukan dengan cara wawancara dan
blackbox testing yaitu validation testing,
observasi. Wawancara dan observasi dilakukan
dimana peneliti akan menyiapkan skenario
secara langsung dengan supervisor marketing
pengujian kemudian dilakukan pemeriksaan
online pada PT Akademi Pembicara Indonesia
apakah valid atau tidak valid. Selanjutnya
dengan tujuan memperoleh informasi berupa
memastikan sistem akan berjalan diberbagai
proses bisnis dan kendala yang sering terjadi
jenis–jenis browser maka dilakukan pengujian
secara rinci. Hasil wawancara dan observasi
compatibility testing (Kumar, et al., 2015).
tersebut digunakan dalam proses analisis
Sebelum sistem diserahkan kepada pengguna
kebutuhan dalam mengembangkan sistem
diperlukan validasi apakah perangkat lunak
informasi.
yang dibuat benar-benar akan memenuhi
Langkah ketiga yaitu analisis kebutuhan,
dengan kebutuhan pengguna. Untuk
dilakukan penetapan pemangku kepentingan
membuktikan hal tersebut digunakan pengujian
yang akan terlibat dan terkena dampak dari
dengan user acceptance testing (Goel & Gupta,
sebuah sistem, mengetahui kebutuhan
2014).
pemangku kepentingan, pengguna sistem
Langkah ketujuh pengambilan kesimpulan
berdasarkan masalah yang dihadapi dan
dan saran dilakukan setelah semua tahap sudah
mengetahui solusi yang ditawarkan kepada
terselesaikan. Penarikan kesimpulan dihasilkan
pemangku kepentingan untuk memenuhi
dari penilaian apakah sistem informasi transaksi
kebutuhannya (Bittner & Spence, 2002). Pada
penjualan dan komisi agen dapat menjawab
analisis kebutuhan akan menghasilkan
masalah yang dirumuskan pada latar belakang
identifikasi pengguna, identifikasi fitur,
dan penulisan saran ditujukan untuk
kebutuhan fungsional, dan non-fungsional dari
pengembangan sistem selanjutnya.
sistem yang akan dibangun. Pada proses ini
menghasilkan BPMN, use case diagram, use
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
case scenario, dan activity diagram.
Langkah keempat yaitu perancangan sistem Waterfall model diterapkan dalam

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3454

pengembangan sistem informasi, mulai dari analisis kebutuhan dilakukan untuk


analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, mengidentifikasi aktor yang terlibat pada sistem
dan pengujian. informasi transaksi penjualan dan komisi agen.

3.1 Analisis Kebutuhan 3.1.1 Pemodelan Proses Bisnis


Pada tahap analisis kebutuhan dilakukan Untuk mengetahui kebutuhan pengguna
pemodelan proses bisnis menggunakan terhadap permasalah yang ada dilakukan
Business Process Modelling Notation (BPMN) pemodelan proses bisnis as-is dan to-be.
untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan
yang ada pada objek penelitian. Selanjutnya

Gambar 2. Proses Bisnis As-is Penjualan Tiket Acara

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3455

Gambar 3. Proses Bisnis To-be Penjualan Tiket Acara

Gambar 2 menunjukkan proses bisnis as-is 2. Menyediakan sistem


penjualan tiket acara, permasalahan yang ada yang dapat
diantaranya ketidak sesuaian harga tiket acara mempercepat pelaporan
yang dijual dengan masa penjualan yang transaksi.
berlaku, pelaporan agen ketika mendapatkan 3. Menyediakan sistem
pelanggan yang melebihi waktu 2x24 jam. yang dapat menghitung
Gambar 3 menunjukkan proses bisnis to-be komisi agen secara
dimana untuk menangani permasalahan yang akurat.
ada proses penjualan tiket acara dilakukan
dengan menggunakan sistem. Untuk mengetahui pengguna sistem
Setelah masalah pada tiap proses bisnis informasi transaksi penjualan dan komisi agen
teridentifikasi dilakukan analisis permasalahan dilakukan identifikasi pengguna berdasarkan
dengan tujuan didapatkan solusi yang bisa hasil analisis proses bisnis. Hasil identifikasi
mengatasi masalah yang ada. Tabel 1 pengguna akan digunakan untuk membuat use
menunjukkan analisis permasalahan pada PT case diagram. Berikut Tabel 2 menunjukkan
Akademi Pembicara Indonesia. aktor yang terlibat menggunakan sistem
informasi transaksi penjualan dan komisi agen.
Tabel 1. Analisis Permasalahan
Masalah 1. Agen dapat menjual Tabel 2. Identifikasi Pengguna
tiket acara tidak sesuai Pengguna Keterangan
dengan harga pada Staf marketing Bertugas untuk mengelola
masa penjualan. online konten untuk bahan
2. Agen terlambat dalam berjualan agen.
melakukan pelaporan. Staf marketing Bertugas untuk melakukan
3. Pelaporan transaksi afiliasi seleksi terhadap agen
untuk manajer baru, pembagian komisi
operasional agen, pelaporan transaksi
membutuhkan waktu dan memeriksa
kurang lebih 3 jam. pembayaran pelanggan.
4. Pembagian hasil komisi Agen Bertugas untuk melakukan
untuk agen sering penjualan menggunakan
terjadi kesalahan. sistem.
Mempengaruhi Pelanggan, agen, staf Pelanggan Bertugas untuk melakukan
marketing afiliasi, staf pendaftaran acara dan
marketing online. konfirmasi pembayaran
Dampak 1. Perusahaan mengalami tiket acara.
kerugian.
2. Lama dalam
menyiapkan laporan
transaksi ke manajer
operasional.
3. Penyampaian informasi
ketersediaan acara
tidak real time.
Solusi 1. Menyediakan sistem
yang dapat
memfasilitasi agen
dalam berjualan acara.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3456

3.1.2 Use Case Diagram 3.1.3 Activity Diagram

Gambar 5. Activity Diagram Memvalidasi Transaksi


Penjualan

Activity diagram menggambarkan alur kerja


dari spesifikasi use case. Gambar 5
menunjukkan activity diagram memvalidasi
transaksi penjualan yang dilakukan oleh aktor
staf marketing afiliasi. Activity diagram dimulai
ketika staf marketing afiliasi memilih satu data
transaksi penjualan yang akan divalidasi atau
diubah. Selanjutnya sistem menampilkan detail
transaksi dalam bentuk formulir. Staf marketing
afiliasi mengubah status transaksi penjualan
pada formulir yang ada dan menyimpan,
Gambar 4. Use Case Diagram selanjutnya sistem menyimpan perubahan. Jika
proses penyimpanan berhasil maka sistem
Use case diagram dibuat berdasarkan hasil menampilkan pesan berhasil namun jika proses
analisis kebutuhan sebelumnya. Setiap aktor penyimpanan gagal maka sistem menampilkan
pada use case diagram mempresentasikan hasil pesan gagal.
analisis identifikasi aktor. Gambar 4
menunjukkan use case diagram yang memiliki 3.2 Perancangan
16 use case. Aktor pegawai perusahaan dapat Unified Modelling Language (UML)
melakukan login dan logout. Aktor staf digunakan pada tahap perancangan sistem
marketing online dapat mengelola data acara, sebagai notasi pemodelan. Hasil pemodelan
mengelola materi marketing. Aktor staf yang dijelaskan dalam perancangan ini di
marketing afiliasi dapat memvalidasi transaksi antaranya ada sequence diagram, class
penjualan, mengunduh laporan transaksi, diagram, perancangan basis data yang
mengelola data agen, mengelola komisi agen. didokumentasikan ke dalam relational data
Aktor agen melihat materi marketing, model, dan perancangan antarmuka pengguna.
mendaftar, melihat pendapatan komisi, melihat
transaksi penjualan, melihat informasi acara. 3.1 Sequence Diagram
Aktor pelanggan dapat mendaftar peserta acara, Alur interaksi pertukaran pesan yang terjadi
mengkonfirmasi pembayaran, melihat status antar objek pada perangkat lunak digambarkan
pembayaran. dengan sequence diagram. Gambar 6
menunjukkan salah satu sequence diagram

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3457

untuk aktor staf marketing afiliasi memvalidasi transaksi penjualan.

Gambar 6. Sequence Diagram Memvalidasi Transaksi Penjualan

pada sequence diagram digunakan untuk


3.2 Class Diagram membuat class diagram. Class diagram dibuat
Setelah dilakukan perancangan sequence dengan pola MVC pada kerangka kerja
diagram selanjutnya membuat perancangan pemrograman PHP Codeigniter.
class diagram. Objek-objek yang teridentifikasi

Gambar 7. Class Diagram

Gambar 7 menunjukkan rancangan class model terdapat 12 yaitu M_user, M_staf,


diagram, terdapat empat kelas controller yaitu M_agen, M_event_membership, M_event,
Agen, Staf, Transaksi, dan Auth. Untuk kelas M_membership, M_materi, M_transaksi,

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3458

M_follow_up,M_status_transaksi, M_province, diagram model dalam bentuk relational data


dan M_city. model untuk dijadikan acuan sebagai
pembuatan database. Gambar 8 menunjukkan
3.3 Relational Data Model hasil dari rancangan database dan Tabel 3
Setelah perancangan class diagram menunjukkan pemetaan class diagram model.
dilakukan pemetaan pada beberapa class

Gambar 8. Relational Data Model

Tabel 3. Hasil Pemetaan Class Diagram Model pada No Pseudocode


Relational Data Model 3 Buat array untuk memuat
data transaksi penjualan
Nama Kelas Nama Tabel 4 Buat array untuk memuat
M_user user data id transaksi
M_transaksi transaksi penjualan
M_event event 5 Memanggil fungsi edit data
M_event_membership event_membership 6 If edit=true then
M_status_transaksi status_transaksi 7 set flash data data
M_follow_up follow_up berhasil diperbarui
M_province province 8 Else
M_city city 9 set flash data data gagal
M_membership membership diperbarui
M_mater materi 10 End if
11 Menuju halaman edit
3.4 Perancangan Algoritme transaksi penjualan
12 Selesai
Pada perancangan algoritme merupakan
algoritme yang diterapkan untuk
diimplementasikan kedalam sistem. Tabel 4 3.5 Perancangan Antarmuka
menunjukkan algoritme memvalidasi transaksi Perancangan antarmuka dilakukan untuk
penjualan dalam bentuk pseudocode. mendapatkan gambaran tampilan dari sistem
Tabel 4. Pseudocode Memvalidasi Transaksi yang akan dibangun. Gambar 9 menunjukkan
Penjualan rancangan antarmuka halaman edit
No Pseudocode
pembayaran.
1 Mulai
2 Masukan data transaksi
penjualan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3459

Gambar 9. Antarmuka Edit Pembayaran

pemrograman. Implementasi sistem pada


3.3 Implementasi penelitian ini berupa aplikasi web
Implementasi sistem merupakan tahapan menggunakan framework CodeIgniter.
dalam penerjemahan hasil dari analisis
kebutuhan dan perancangan dalam bentuk kode

Gambar 10. Implementasi Antarmuka Edit Pembayaran

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3460

perancangan sistem. Sistem dibangun


Gambar 10 menunjukkan hasil
dalam bentuk aplikasi web menggunakan
implementasi halaman edit pembayaran. Aktor
framework Codeigniter.
staf marketing afiliasi tinggal mengubah data
4. Hasil pengujian sistem menggunakan
transaksi pada formulir dan menekan tombol
compatibility testing menunjukkan sistem
submit untuk merubah transaksi yang ada.
dapat dijalankan diberbagai browser
3.4 Pengujian dengan versi yang berbeda-beda. Hasil
validation testing pada beberapa fungsi
Pengujian pada penelitian ini dilakukan utama diantaranya memvalidasi transaksi
dengan menggunakan compatibility testing, penjualan, mengunduh transaksi penjualan,
validation testing, dan user acceptance testing. mengelola komisi agen, dan mendaftar
Pada compatibility testing terdapat 16 kasus uji peserta acara menghasilkan 100% valid
yang diambil dari tiap jenis dan versi browser yang berarti fungsi tersebut berjalan dengan
yang berbeda. Dari hasil compatibility testing baik. User acceptance testing yang
menunjukkan bahwa masih terdapat dilakukan berdasarkan fungsional tiap
permasalahan pada beberapa browser yaitu aktor. Aktor staf marketing afiliasi
Internet Explorer, Firefox, dan Blackberry. menghasilkan 94%, aktor staf marketing
Validation testing pada penelitian ini online menghasilkan 94,3%, aktor agen
terdapat enam kasus uji fungsional sistem. Dari menghasilkan 88,7% dan aktor pelanggan
hasil validation testing yang dilakukan menghasilkan 100%. Berdasarkan hasil
menghasilkan 100% valid, artinya dari seluruh pengujian user acceptance testing tersebut,
kasus uji sudah tidak terdapat kesalahan. maka Sistem Informasi Transaksi Penjualan
Pada user acceptance testing terdapat dan Komisi Agen dapat diterima oleh
empat kasus uji untuk empat aktor sistem. pengguna.
Dimana untuk aktor staf marketing afiliasi
menghasilkan 94%, aktor staf marketing online 5. DAFTAR PUSTAKA
menghasilkan 94,3%, aktor agen menghasilkan
Bittner, K. & Spence, I., 2002. Use Case
88,7%, dan aktor pelanggan menghasilkan
Modelling. San Fransisco, Addison-
100%. Dari hasil tersebut dapat diartikan bahwa
Wesley Professional.
sistem informasi transaksi penjualan dan komisi
agen yang dibuat dapat diterima dengan baik. David Kung, J. L., 2016. An Object-Oriented
Analysis and Design Environment.
4. KESIMPULAN Dallas, TX, USA, IEEE, pp. 92-100.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Goel, R. & Gupta, D. N., 2014. Survey on
dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai Acceptance Testing Technique.
berikut: International Journal of Software and
1. Hasil analisis kebutuhan menghasilkan lima Web Sciences, VIII(1), pp. 20-23.
proses bisnis to-be yang berasal dari proses Kumar, M., Singh, S. K. & Dwivedi, D. R. K.,
bisnis as-is. Dari proses bisnis to-be 2015. A Comparative Study of Black
dianalisis untuk mendapatkan kebutuhan Box Testing and White Box Testing
pengguna sehingga menghasilkan empat Techniques. International Journal of
pengguna sistem, sembilan fitur, 36 Advance Research in Computer Science
kebutuhan fungsional, satu kebutuhan non and Management Studies , 3(10), pp.
fungsional dan 16 use case. 32-44.
2. Hasil pada proses perancangan dilakukan Sommerville, I., 2011. SOFTWARE
berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Pada ENGINEERING. 9 ed. Boston: Pearson
proses ini menghasilkan empat sequence Education,.
diagram, lima class diagram controller, 13
class diagram model, 11 tabel pada
relational model yang berasal dari
pemetaan pada class diagram model, empat
perancangan algoritme, dan lima
perancangan antarmuka.
3. Hasil penelitian pada proses implementasi
sistem dilakukan berdasarkan hasil
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai