Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat – syarat guna
Oleh :
HELMI AHDHANI
NIM 11010113130737
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
USULAN PENELITIAN PENULISAN HUKUM
PROGRAM SARJANA S1
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
b. NIM : 11010113130737
d. IP Kumulatif : 3,04
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai
saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar
terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung),
akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan
lautan es. Air dalam objek-objek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui
penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai,
Tubuh manusia terdiri dari 55% sampai 78% air, tergantung dari ukuran badan. Agar
dapat berfungsi dengan baik, tubuh manusia membutuhkan antara satu sampai tujuh liter air
setiap hari untuk menghindari dehidrasi; jumlah pastinya bergantung pada tingkat aktivitas,
suhu, kelembaban, dan beberapa faktor lainnya. Selain dari air minum, manusia mendapatkan
cairan dari makanan dan minuman lain selain air. Sebagian besar orang percaya bahwa
manusia membutuhkan 8–10 gelas (sekitar dua liter) per hari. Literatur medis lainnya
menyarankan konsumsi satu liter air per hari, dengan tambahan bila berolahraga atau pada
Pesatnya perkembangan perekonomian telah menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa
yang ditawarkan oleh pasar. Kondisi ini memberikan kemudahan dan kebebasan bagi
konsumen untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang yang sesuai dengan keinginan dan
kemampuannya. Namun sering kali konsumen dijadikan objek aktivitas bisnis oleh pelaku
usaha untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Hal itu dilakukan melalui kiat-kiat
promosi, metode penjualan maupun pemberian informasi yang tidak benar oleh pelaku usaha
sehingga dapat menimbulkan kesalahan persepsi bagi konsumen. Minimnya pengetahuan
konsumen sering dimanfaatkan oleh pelaku usaha sebagai celah untuk mengelabui konsumen.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu landasan hukum untuk melindungi konsumen sehingga hak-
haknya dapat dilindungi dan tidak diabaikan oleh pelaku usaha. Undang-undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen merupakan landasan hukum bagi
penyelenggaraan perlindungan konsumen di Indonesia.
Kebutuhan masyarakat akan air minum layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari
semakin meningkat. Di sisi lain penggunaan air minum melalui sumber air dalam tanah
semakin tidak memungkinkan karena persediaan air tanah semakin menipis. Selain itu risiko
terhadap pencemaran juga semakin tinggi. Sementara PT PAM sebagai perusahaan air minum
belum dapat menyediakan air bersih bagi masyarakat karena masih banyak mengalami
kendala-kendala. Dengan keadaan itu, masuknya produk air minum dalam kemasan (AMDK)
merupakan sebuah alternatif bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih
yang layak dan aman untuk dikonsumsi setiap hari.
Kini hampir sebagian besar masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan AMDK dan
telah mengkonsumsinya untuk kebutuhan sehari-hari sebagai air minum. Dari mulai kemasan
gelas 240 ml, botol 600 ml dan 1 liter hingga galonan dikonsumsi masyarakat luas,
khususnya dikota-kota besar. Walaupun harga AMDK cukup mahal namun masyarakat rela
untuk mengeluarkan uangnya demi memenuhi kebutuhannya akan air minum. Hal ini sangat
wajar karena selain praktis dan efesien, produk AMDK terjaga kebersihan dan keamanannya
dengan memiliki kualitas Standard Nasional Indonesia (SNI). Dengan tercantumnya label
SNI, maka AMDK merupakan produk yang aman untuk dikonsumsi dan telah sesuai dengan
Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK).
Setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, maka harga AMDK pun semakin mahal
dan tidak terjangkau bagi sebagian konsumen. Hal ini memberikan peluang baru bagi pelaku
usaha untuk membangun bisnis baru yaitu air minum depot (AMD) isi ulang. Pertumbuhan
AMD isi ulang selama masa krisis ekonomi ini semakin menjamur dan menjadi alternatif lain
bagi konsumen yang selama ini mengkonsumsi AMDK. Dengan harga yang jauh lebih murah
bila dibandingkan dengan AMDK, maka AMD isi ulang berkembang dengan pesat.
Seiring dengan semakin menjamurnya usaha AMD isi ulang, maka timbul beberapa
permasalahan mengenai kualitas AMD isi ulang. Banyak media cetak yang mengangkat
masalah kualitas AMD isi ulang yang dianggap tidak layak untuk dikonsumsi. Permasalahan
mengenai AMD isi ulang ini terkait erat dengan perlindungan konsumen karena masyarakat
sebagai konsumen merupakan pihak yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha. Keselamatan
dan keamanan dalam mengkonsumsi AMD isi ulang adalah permasalahan yang harus
diperhatikan dalam upaya perlindungan konsumen.
Dilihat dari Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 maka terdapat beberapa Pasal yang
mengatur mengenai perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, kewajiban pelaku usaha,
serta hak-hak yang dimiliki oleh konsumen. Keterbukaan dan kemudahan untuk mendapatkan
akses informasi produk, masalah label dan pencatuman komposisi serta tanggal kadaluarsa
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh pelaku usaha AMD isi ulang.
Permasalahan mengenai perlindungan konsumen ini akan dikaji lebih mendalam,
khususnya mengenai hak-hak konsumen untuk mendapatkan informasi yang jelas dan jujur,
kewajiban pelaku usaha serta perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha berkaitan
dengan usaha AMD isi ulang, mengingat belum adanya aturan hukum mengenai cara untuk
memproduksi dan memperdagangkan hasil usaha ini. Dengan demikian, dapat diketahui
apakah Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen telah
dilaksanakan dengan baik sehingga dapat memberikan perlindungan dalam mengonsumsi
AMD isi ulang sebagai air minum bagi konsumen. Hal tersebut diatas dinilai sangat penting
karena adanya hubungan hukum berupa jual beli, jual beli adalah suatu perjanjian dengan
mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.
Permasalahan yang telah diketahui adalah masih rendahnya pengetahuan konsumen
tentang hak-haknya untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya. Selain itu terjadi kesalahan persepsi oleh
konsumen mengenai pengertian “isi ulang” dalam AMDK dan AMD isi ulang. Namun belum
diketahui mengapa hak-hak konsumen masih diabaikan oleh pelaku usaha setelah lahirnya
Undang-undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan apakah usaha
AMD isi ulang telah sesuai atau melanggar ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, serta peranan pemerintah dalam rangka pengawasan.
Perumusan masalah merupakan bagian penting dalam suatu penulisan hukum agar
terarah dan tujuan tidak menyimpang dari pokok permasalahan sehingga sangat diperlukan
untuk memfokuskan masalah agar dapat dipecahan secara sistematis. Berdasarkan latar
belakang tersebut penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi perlindungan terhadap konsumen dalam kaitanya
dengan usaha Air Minum Depot (AMD) isi ulang?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi konsumen terhadap adanya usaha AMD isi
ulang?
A. Tujuan Penelitian
Perumusan tujuan penelitian merupakan pencerminan arah dan penjabaran strategi
terhadap permasalahan penelitian, serta agar penelitian tidak menyimpang dari tujuan semula.
Bertitik tolak pada permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui implementasi perlindungan terhadap konsumen dalam kaitanya
dengan usaha Air Minum Depot (AMD) isi ulang.
2. Mengetahui kendala yang dihadapi konsumen terhadap adanya usaha Air Minum
Depot (AMD) isi ulang.
B. Manfaat Penelitian
Ada hal lain yang juga perlu dikritisi dari pengertian “konsumen” dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Batasan
1
Celina Tri Siwi Kristiyani, Op.cit, hal 22.
2
Ibid
3
Abdul Halim Barkatullah, Op.cit., hal.8.
pengertian “konsumen” dalam UUPK tersebut adalah batasan sempit. Yang dapat
dikualifikasikan sebagai konsumen sesungguhnya tidak hanya terbatas pada
subjek hukum yang disebut “orang”, akan tetapi masih ada subjek hukum lain
yang juga sebagai konsumen akhir yaitu “badan hukum” yang mengonsumsi
barang dan/atau jasa serta tidak untuk diperdagangkan. Oleh karena itu, lebih tepat
bila dalam pasal ini menentukan “setiap pihak yang memperoleh barang dan/atau
jasa” yang dengan sendirinya tercakup orang dan badan hukum, atau paling tidak
ditentukan dalam Penjelasan Pasal 1 angka 2 UUPK tersebut.4
Di Spanyol, konsumen diartikan tidak hanya individu (orang), tetapi juga
suatu perusahaan yang menjadi pembeli atau pemakai terakhir. Dan yang paling
menarik adalah konsumen di negara ini tidak harus terikat dalam hubungan jual
beli sehingga dengan sendirinya konsumen tidak identik dengan pembeli. Namun,
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Belanda (NBW Buku IV, pasal
236) konsumen dinyatakan sebagai orang alamiah. Maksudnya, ketika
mengadakan perjanjian ia tidak bertindak selaku orang yang menjalankan profesi
perusahaan.5
4
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
hal.5.
5
Abdul Halim Barkatullah, Op.cit., hal.13.
6
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit., hal.23.
7
Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, (Jakarta : Diadit Media, 2002), hal. 13.
b. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang dan/atau
jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang dan/atau jasa lain
atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);
c. Konsumen akhir adalah setiap orang alami yang mendapat dan
menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi kebutuhan
hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan tidak untuk
diperdagangkan kembali (non komersial).
Bagi konsumen antara, barang dan/atau jasa itu adalah barang dan/atau
jasa capital, berupa bahan baku, bahan penolong atau komponen dari produk lain
yang akan diproduksinya (produsen). Kalau ia distributor atau pedagang berupa
barang setengah jadi atau barang jadi yang menjadi mata dagangannya. Konsumen
antara ini mendapatkan barang dan/atau jasa itu di pasar industri atau pasar
produsen.
Sedang bagi konsumen akhir, barang dan/atau jasa itu adalah barang
dan/atau jasa konsumen, yaitu barang dan/atau jasa yang biasanya digunakan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga atau rumah tangganya (produk
konsumen). Barang dan/atau jasa konsumen ini umumnya diperoleh di pasar-pasar
konsumen dan terdiri dari barang dan/atau jasa yang umumnya digunakan didalam
rumah tangga masyarakat.
Pada umumnya konsumen tidak mengetahui dari bahan apa suatu produk
itu dibuat, bagaimana proses pembuatannya serta strategi pasar apa yang
dijalankan untuk mendistribusikannya, maka diperlukan kaidah hukum yang dapat
melindungi. Perlindungan itu sesungguhnya berfungsi menyeimbangkan
kedudukan konsumen dan pengusaha, dengan siapa mereka saling berhubungan
dan saling membutuhkan.
Keadaan seimbang di antara para pihak yang saling berhubungan, akan
lebih menerbitkan keserasian dan keselarasan materiil, tidak sekedar formil, dalam
kehidupan masyarakat Indonesia sebagaimana dikehendaki oleh falsafah bangsa
dan negara ini.
8
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : PT. Grasindo, 2004), hal. 11.
9
N.H.T. Siahaan, Hukum Konsumen, Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, (Jakarta : Panta Rei,
2005), hal. 30.
“….rules of law which recognize the bargaining weakness of the individual
consumer and which ensure that weakness is not unfairly exploited”.10
Posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Salah
satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan
(pengayoman) kepada masyarakat. Jadi, sebenarnya hukum konsumen dan hukum
perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit dipisahkan dan
ditarik batasnya.
10
Sidharta, Op.cit., hal.9-10.
11
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit., hal.13.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
mengelompokkan norma-norma perlindungan konsumen dalam 2 (dua) kelompok,
yakni:
1. Perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha.
2. Ketentuan tentang pencantuman klausula baku.
a. Keselamatan fisik,
b. Peningkatan serta perlindungan kepentingan ekonomis konsumen,
c. Standar untuk keselamatan dan kualitas barang dan/atau jasa,
d. Pemerataan fasilitas kebutuhan pokok,
e. Upaya-upaya untuk memungkinkan konsumen melaksanakan
tuntutan ganti rugi,
f. Program pendidikan dan penyebarluasan informasi,
g. Pengaturan masalah-masalah khusus seperti makanan, minuman,
dan,obat.
B. Asas, Tujuan, dan Prinsip Hukum Perlindungan Konsumen
12
Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Op.cit., hal.34.
Rumusan tujuan perlindungan konsumen pada huruf c dan huruf e
merupakan tujuan hukum untuk mendapatkan keadilan. Sementara tujuan untuk
memberikan kemanfaatan terlihat dalam rumusan huruf a, b dan f. Terakhir tujuan
khusus yang diarahkan untuk tujuan kepastian hukum tercermin dalam rumusan
huruf d. Pengelompokkan tersebut tidak berlaku mutlak karena rumusan pada
huruf a sampai dengan huruf f terdapat tujuan yang dapat dikualifikasikan sebagai
tujuan ganda.
13
Sidharta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, (Jakarta : PT. Grasindo), 2006, hal.72.
14
Celina Tri Siwi Kristiyanti, Op.cit., hal.92.
X. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan hukum diperlukan suatu penelitian, dimana dengan penelitian tersebut
diharapkan akan memperolah data-data yang akurat sebagai pemecahan permasalahan atau
jawaban atas pertanyaan tertentu. Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang
sistematis dalam melakukan sebuah penelitian.
1. Metode Pendekatan
2. Spesifikasi Penelitian
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di beberapa tempat pengisian air minum depot isi ulang
yang berada di Kota Cirebon, selain itu juga beberapa daa akan diambil dari Dinas
Kesehatan Kota Cirebon.
4. Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan data, diperlukan data yang bersumber dari buku-buku, literatur,
dan pendapat ahli hukum yang berkaitan dengan penelitian ini, ataupun sumber lain
yang ada di lapangan untuk menunjang keberhasilan dan efektivitas penelitian.
Pengumpulannya dilakukan dengan cara mengumpulkan dan meneliti peraturan-
peraturan, buku-buku bahan sumber bacaan lain yang berkaitan dengan penulisan
hukum. Sumber data penilitian terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer adalah sumber data yang diperoleh tidak melalui media perantara
atau diperoleh secara langsung dari narasumber. Data primer dapat berupa opini, hasil
observasi, kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Adapun data primer dalam
penelitian ini adalah berupa wawancara kepada pengusaha Air Minum Depot (AMD)
isi ulang. Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian kepustakaan
(library research) yang bahan hukumnya berasal dari bahan hukum primer dan bahan
hukum sekunder.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang
diperoleh dari bahan-bahan pustaka, yang diperoleh dari sumber-sumber data yang
berupa:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari :
1) Peraturan perundang-undangan, yang meliputi:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
b. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
d. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
5. Metode Analisis
Metode analisis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Analisis data dilakukan secara kualitatif, komprehensif, dan lengkap. Analisis data artinya
menguraikan data secara bermutu dalam kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang
tindih, dan efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.
Komperhensif artinya analisis data secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan
lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak ada bagian yang terlupakan, semuanya sudah
masuk analisis. Analisis data dan interpretasi seperti ini akan menghasilkan produk penelitian
hukum normatif yang sempurna.
1. Persiapan : 14 hari
Jumlah 91 hari
Darus, Mariam . Perlindungan Konsumen Dilihat Dari Perjanjian baku (Standar). Kertas
Kerja pada Simposiun Aspek-Aspek Hukum Masalah Perlindungan Konsumen . Jakarta :
1980 .
Kristiyanti, Celina Tri Siwi, Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafika,2008.
Soemitro, Ronny Hanitijo. Metodologi Penelitian Hukum & Jurimetri. Jakarta : Ghalia
Indonesia, 1990.
Semarang, 7 Maret 2018
Dosen Pembimbing I
Mengetahui
Dosen Pembimbing II
Pelaksana
HELMI AHDHANI
NIM.11010113130737