Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM


Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Rusana,M.Kep.,Sp.Kep Anak

Kelompok 12
Disusun Oleh :

1. Annisa Dwi Agustina (108118036)


2. Farida Wulandari (108118037)
3. Fenti Amalia Harmawati (108118038)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya serta hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
‘Asuhan Keperawatan dengan Kejang Demam pada anak’ dengan baik dan tepat pada
waktunya. Makalah ini membahas tentang Latar Belakang, Pengertian, Etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, Manifestasi Klinis, Pathways, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pencegahan dan asuhan keperawatan Kejang Demam. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing atas bantuan,dukungan serta
doanya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang membaca dan
menambah pengetahuan tentang Kejang Demam pada anak. Makalah ini belum
sempurna, Kami mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini.

Cilacap, 22 April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Anak merupakan hal yang palingpenting artinya bagi sebuah keluarga.
Selain sebagai penerus keturunan, anak pada akhirnya juga sebagai generasi
penerus bangsa. Oleh karena itu, tidak satupun orang tua yang menginginkan
anaknya jatuh sakit, lebih lebih bila anaknya mengalami kejang demam. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai anak.
Kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38
derajat celcius) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam
terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul infeksi saluran
pencernaan. Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur
6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun
pernah menderita kejang demam.
Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada
perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki. Untuk itu tenaga
perawat/paramedis dituntut untuk berperan aktif dalam mengatasi keadaan
tersebut serta mampu memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga dan
penderita, yang meliputi aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara
terpadu dan berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan
yang utuh secara bio-psiko-sosial-spiritual. Prioritas asuhan keperawatan pada
kejang demam adalah : Mencegah/mengendalikan aktivitas kejang, melindungi
pasien dari trauma, mempertahankan jalan napas, meningkatkan harga diri yang
positif, memberikan informasi kepada keluarga tentang proses penyakit, prognosis
dan kebutuhan penanganannya.1,2,7 B. Tujuan Tujuan dibuatnya laporan tugas
mandiri ini adalah untuk mengetahui secara jelas anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang yang harus digunakan, etiologi, epidomologi, patofisiologi,
diagnosis differential, penatalaksanaan, prognosis pada anak kejang demam.
B. Batasan Masalah
Makalah ini membahas mengenai apa itu kekurangan kalori protein, etiologi dll

C. Rumusan masalah
1. Bagaiamana pengertian kejang demam?
2. Bagaimana etiologi kejang demam?
3. Bagaimana manifestasi kejang demam?
4. Bagaiamana patofisiologi kejang demam?
5. Bagaimana pathway kejang demam?
6. Bagaiamana penatalaksanaan kejang demam?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari kejang demam pada anak?

D. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien dengan Kejang demam
2. Tujuan khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi Kejang Demam
b. Etiologi Kejang Demam
c. Manifestasi Klinik Kejang Demam
d. Patofisiologi Kejang Demam
e. Pathway Kejang Demam
f. Penatalaksanaan Kejang Demam pada anak
g. asuhan keperawatan yang harus diberikan pada klien dengan Kejang Demam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Kejang Demam


1. Pengertian
Kejang demam adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari
38,40°c tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada
anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang sebelumnya (IDAI, 2009). Kejang
demam dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu kejang demam sederhana
dan kejang demam kompleks (Schwartz, 2005). Di Asia sekitar 70% - 90% dari
seluruh kejang demam merupakan kejang demam sederhana dan sisanya merupakan
kejang demam kompleks (Karemzadeh, 2008).
Kejang demam adalah kejang yang timbul pada saat bayi atau anak mengalami
demam akibat proses diluar intrakranial tanpa infeksi sistem saraf pusat. Kejang perlu
diwaspadai karena dapat terjadi berulang dan dapat menyebabkan kerusakan sel-sel
otak (Tikoalu J.R, 2009). Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan
Kejang demam adalah kejadian pada bayi atau anak yang mengalami peningkatan
suhu tubuh diatas rentang normal yaitu ≥ 38,8°C dan disertai dengan kejang

B. ETIOLOGI
Infeksi ekstrakranial , misalnya OMA dan infeksi respiratorius bagian atas
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley
and Wong (1995: 1929)
1. Demam itu sendiri
Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul
pada suhu yang tinggi.
2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau
enselofati toksik sepintas.
Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi
kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau
dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam
lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.

C. MANIFESTASI KLINIS
Kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang klonik atau tonik
klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti anak tidak
memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak
terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologis. Adapun tanda- tanda kejang
demam meliputi :
a. Demam yang biasanya di atas (38,9 º C)
b. Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
c. Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas)
d. Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang
b. Penurunan kesadaran
c. Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus
d. Muntah
e. Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam waktu
yang singkat (Lyons, 2012)

D. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1º C akan menyebabkan kenaikan
kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat sebanyak 20%.
Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada kenaikan suhu tubuh
tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan dari membran sel
neuron.
Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium maupun ion Natrium melalui
membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan listrik. Lepasan muatan listrik ini
dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel tetangganya dengan bantuan
neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang
berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya ambang kejang seseorang anak pada
kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut
mempunyai ambang kejang yang rendah, sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak
tersebut mempunyai ambang kejang yang tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan
bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada ambang kejang yang rendah
(Latief et al., 2007).

E. PATHWAYS

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Memberantas kejang secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang,
ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua
dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2
masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui
intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat
diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
2. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya pengobatan
penunjang
a. Semua pakaian ketat dibuka
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung
c. Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila
perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
d. Penhisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumat
a. Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipietika. Profilaksis ini diberikan sampai kemungkinan sangat kecil
anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira-kira sampai anak umur 4
tahun.
b. Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan
1) Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
2) Kejang demam yang mempunyai ciri :
1. Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti
serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
2. Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat
fokal atau diikuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
3. Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik
4. Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1
bulan
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN KEJANG DEMAM

A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan kejang demam menurut Greenberg
(1980 : 122 – 128)
1. Riwayat Keperawatan
a. Adanya riwayat kejang demam pada pasien dan keluarga
b. Adanya riwayat infeksi seperti saluran pernafasan atis, OMA, pneumonia,
gastroenteriks, Faringiks, brontrope, umoria, morbilivarisela dan campak.
c. Adanya riwayat peningkatan suhu tubuh
d. Adanya riwayat trauma kepala
2. Pengkajian fisik
a. Adanya peningkatan : suhu tubuh, nadi, dan pernafasan, kulit teraba hangat
b. Ditemukan adanya anoreksia, mual, muntah dan penurunan berat badan
c. Adanya kelemahan dan keletihan
d. Adanya kejang
e. Pada pemeriksaan laboratorium darah ditemukan adanya peningkatan kalium,
jumlah cairan cerebrospiral meningkat dan berwarna kuning
3. Riwayat Psikososial atau Perkembangan
a. Tingkat perkembangan anak terganggu
b. Adanya kekerasan penggunaan obat – obatan seperti obat penurun panas
c. Pengalaman tantang perawatan sesudah/ sebelum mengenai anaknya pada
waktu sakit.
4. Pengetahuan keluarga
a. Tingkatkan pengetahuan keluarga yang kurang
b. Keluarga kurang mengetahui tanda dan gejala kejang demam
c. Ketidakmampuan keluarga dalam mengontrol suhu tubuh
d. Keterbatasan menerima keadaan penyakitnya
Pengkajian neurologik :
1. Tanda – tanda vital
a.Suhu
b. Pernapasan
c.Denyut jantung
d. Tekanan darah
e.Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
a.Fontanel : menonjol, rata, cekung
b. Lingkar kepala : di bawah 2 tahun
c.Bentuk Umum
3. Reaksi pupil
a.Ukuran
b. Reaksi terhadap cahaya
c.Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
a.Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
b. Iritabilitas
c.Letargi dan rasa mengantuk
d. Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain
5. Afek
a.Alam perasaan
b. Labilitas
6. Aktivitas kejang
a.Jenis
b. Lamanya
7. Fungsi sensoris
a.Reaksi terhadap nyeri
b. Reaksi terhadap suhu
8. Refleks
a.Refleks tendo superfisial
b. Reflek patologi
9. Kemampuan intelektual
a.Kemampuan menulis dan menggambar
b. Kemampuan membaca

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Doengoes, dkk (1999 : 876), Angram (1999 : 629 – 630) dan carpenito
(2000 : 132), diagnosa yang mungkin muncul pada pasien dengan kejang demam
1. Resiko tinggi terhadap cidera b.d aktivitas kejang
2. Hipertermi bd efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
3. Kurang pengetahuan orang tua tentang kondisi, prognosis, penatalaksanaan dan
kebutuhan pengobatan bd kurangnya informasi

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Cecily L & Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Jakarta: EGC.
2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny
R.F. Jakarta : EGC.
3. Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4. Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : Gaya Baru

Anda mungkin juga menyukai