Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KONSEP DASAR LANSIA

Disusun oleh : Yurika Putri Ramadhani


Destri Utari
Dwi Tya Danta

Tahun akademik 2019/2010


STIK BINA HUSADA PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih yang terkadang menimbulkan
masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit melainkan suatu proses natural tubuh meliputi
terjadinya perubahan deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh. Sekitar 65% dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan, hidup hanya
ditemani oleh seseorang yang mengingatkan masalah kesehatannya, dan 35% hidup sendiri. Secara
individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai macam masalah, baik masalah
secara fisik, biologis, mental maupun masalah sosial ekonomi (Nies & McEwen, 2007; Tamher &
Noorkasiani, 2009).
Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015, populasi penduduk dunia yang
berusia 60 tahun atau lebih, mencapai 900 juta jiwa. Dewasa ini, terdapat 125 juta jiwa yang berusia
80 tahun atau lebih, pada tahun 2050, diperkirakan mencapai 2 milliar jiwa di seluruh dunia. Akan
ada hampir sebanyak 120 juta jiwa yang tinggal sendiri di Cina, dan 434 juta orang di kelompok usia
ini di seluruh dunia. Di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa.
Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total polulasi, sedangkan pada tahun
2010 jumlah Lansia 24,000,000 (9,77%) dari total populasi, dan tahun
1
2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28,800,000 (11,34%) dari total populasi (Departemen
Kesehatan RI, 2013; WHO, 2015).

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Usia lanjut di katakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia, sedangkan
menurut pasal 1 ayat (2) , (3), (4) UU no 13 tahun 1998 tentang kesehatan di katakan bahwa usia
lanjut adalah seorang yang telah mencapai umur 60 tahun.Menurut Word Health Organization
(WHO) Usia pertengahan (middle range) memiliki rentang usia:45-49 tahun, kriteria umur lanjut usia
awal (elderly) memiliki rentang usia 60-74 tahun, Kriteria Lanjut usia tua (old) memiliki rentang usia
75-90 tahun, sedangkan usia sangat tua (very old) memiliki rentang usia diatas 90 tahun (Effendi &
Makhfudli, 2009).
1.Proses menua
Proses menua tidak selalu mengakibatkan ketergantungan dan ketidakmampuan, sebagaian besar
lansia tetap mandiri secara fungsional walaupun menderita penyakit kronis. Aspek fisik dan
psikososial pada proses penuaan memiliki keterkaitan yang erat, lansia erat kaitannya dengan
kemampuan merespon stres, pengalaman kehilangan berkali kali dan perubahan fisik normal pada
penuaan menempatkan mereka pada risiko untuk terkena penyakit dan burukanya fungsional,
walaupun interaksi antar faktor ini bisa menjadi berat, tetapi tidak semua tanda dan gejala tersebut
tampak. (Perry & Potter, 2005)
2 Teori menua
(Aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif
seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan
kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu.Beberapa teori penuaan menurut (Fatmah, 2010)
antara lain di jelaskan dalam beberapa paragraf berikut ini:
a) Teori System organ dan Teori kekebalan tubuh, teori system organ didasarkan atas dugaan adanya
hambatan dari organ tertentu dalam tubuh yang akan menyebabkan terjadinya proses
penuaan.Organ tersebut adalah system endokrin dan system imun. Pada prosesnya penuaan,
kelenjar timus mengecil dan menurunkan fungsi imun. Penurunan system imun menimbulkan
peningkatan usia berhubung dengan peningkatan insidensi penyakit sedangkan teori kekebalan
tubuh memandang proses penuaan terjadi akibat adanya penurunan system secara bertahap,
sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan diri terhadap luka, penyakit, sel mutan, ataupun sel
lasing.
b) Teori Adaptasi stress, Teori Psikososial dan Teori Kontinuitas. Teori adaptasi stres menjelaskan
proses menua sebagai akibat adaptasi terhadap stres. Stres dapat berasal dari dalam maupun dari
luar, juga dapat bersifat fisik, psikologik maupun sosial. Teori Psikososial mengatakan bahwa
semakin lanjut usia seseorang, maka ia semakin lebih memperhatikan dirinya dan arti hidupnya dan
kurang memperhatikan peristiwa atau isu isu yang terjadi. Terori Kontiunitas adalah teori antara
Gabungan antara teori pelepasan ikatan dan teori aktivitas. Perubahan diri lansia di pengaruhi oleh
tipe kepribadiannya. Seseorang yang belum sukses, pada usia lanjut akan tetap berinteraksi dengan
lingkungan serta tetap memelihara identitas dan kekuatan egonya karena memiliki tipe kepribadian
yang aktif dalam kegiatan sosial.
a) Teori Sosiologik, Teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) dan Teori Aktivitas Teori
perubahan social atau teori sosiologik yang menerangkan menurunnya sumber daya dan
meningkatkan ketergantungan, mengakibatkan keadaan sosial yang tidak merata dan menurunya
sistem penunjang sosial. Menurut teori pelepasan ikatan (disengnagement theory) menjelaskan
bahwa pada usia lanjut terjadi penurunan partisipasi ke dalam masyarakat karena terjadi proses
pelepasan ikatan atau penarikan diri secara pelan pelan dari kehidupan sosial. Sedangkan Teori
Aktivitas berlawanan dengan teori pelepasan ikatan, menurut teori aktivitas ini menjelaskan bahwa
lansia yang sukses adalah yang aktif dan ikut dalam banyak kegiatan sosial. Jika seseorang
sebelumnya sangat aktif, maka pada usia lanjut ia akan tetap memelihara keaktifan seperti peran
dalam keluarga dan masyarakat dalam berbagai kegiatan sosial keagamaan, karena ia tetap merasa
dirinya berarti dan puas di hari tuanya.
Dalam perspektif Teori penuaan yang di tinjau dari sudut biologis terdapat beberapa teori yaitu :
a) Teori Error Catastrophe, Teori pesan yang berlebihan (redundant message) dan Teori Teori
imunologi Kesalahan susunan asam amino dalam protein tubuh mempengaruhi sifat khusus enzim
untuk sintesis protein, sehingga terjadi kerusakan sel dan mempercepat kematian sel. Menurut Teori
pesan yang berlebihan (redundant message) manusia memiliki DNA yang berisi pesan yang berulang
ulang atau berlebih lebihan yang menimbulkan penuaan.
b) Teori Teori imunologi menekankan bahwa lansia mengalami pengurangan kemampuan mengenali
diri sendiri dan sel lasing atau sel pengganggu, sehingga tubuh tidak dapat membedakan sel sel
normal dan abnormal dan akibatnya antibody menyerang kedua jenis sel tersebut sehingga muncul
penyakit penyakit degeneratif (Fatmah, 2010).
2.2.2 Perubahan perubahan pada Lansia
Perubahan perubahan yang terjadi pada Lansia menurut (Maryam et al, 2008) antara lain :
a. Perubahan fisik
Sel: jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan cairan intraseluler,
pada Kardiovaskular: katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunyankontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. Dalam hal respirasi terjadi
penurunan otot otot pernapasan yang kekuatanya menurun serta kaku, elastisitas paru menurun,
kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan jumlahnya
menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada bronkus.
Pernapasan : Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam merespon
dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress. Berkurangnya atau hilangnya
lapisan myelin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik dan
reflex.Musculoskeletal lansia pada cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh(osteporosis),
bungkuk (kifosis), persedian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis. Gastrointestinal: Esofagus melebar, asam lambung
menurun,lapar menurun dan peristaltik menurun sehingga daya absorbsi juga ikut menurun. Ukuran
lambung mengecil serta fungsi organ aksesori menurun sehingga menyebabkan berkurangnya
produksi hormon dan enzim pencernaan.
Genitourinia (ginjal ): lansia mengalami beberapa hal yakni mengecil, aliran ke ginjal menurun,
penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengosentrasi urine ikut menurun. Vesika urinaria : otot otot melemah, kapasitasnya menurun dan
retensi urine. Prostat:hipertrofi pada 75% lansia. Vagina lansia mengalami beberapa perubahan
fisiologis yakni selaput lendir mengering dan sekresi menurun. Persepsi atau panca indra lansia
mengalami perubahan pada Pendengaran: membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan
pendengaran. Tulang tulang pendengaran mengalami kekakuan.Penglihatan: respons terhadap sinar
menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun dan
Risiko katarak. Endokrin: produksi hormone menurun. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut
menipis. Rambut dalam hidung dan telinga menebal, elastisitas menurun, vakularisasi menurun,
rambut memutih,kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh serta kuku kaki berlebihan
seperti tanduk.Proses Belajar dan kemampuan memori ada tetapi relatif menurun. Memori (daya
ingat) menurun karena proses encoding menurun.

b. Perubahan Mental
Faktor faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
Perubahan fisik, khususnya organ perasa,Kesehatanumum,tingkat pendidikan,Keturunan
(hereditas) dan Lingkungan Perubahan kepribadian yang drastis, keadaan ini jarang terjadi. Sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin karena faktor lain misalnya
penyakit.
Hal hal yang berubah pada Aspek mental pada Lansia adalah:
2. Kenangan (memori)
Kenangan jangka panjang, beberapa jam sampai beberapa hari yang lalu dan mecakup beberapa
perubahan.Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk ( bisa kearah
demensia).
3. Intelegentia Quotion
IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, penamilan,persepsi dan
keterampilan psikomotor berkurang. Terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan
faktor waktu( Nugroho, 2008).
2.2.3 Konsep menua sehat
Proses menua di pengaruhi oleh faktor eksogen dan endogen yang dapat menjadi faktor risiko
penyakit degeneratif yang bisa di mulai sejak usia muda atau produktif, namun bersifat subklinis.
Untuk mencapai tujuan menua sehat ini, perlu di lakukan upaya upaya pencegahan melalui deteksi
dan usaha usaha preventif terhadap faktor faktor resiko tersebut sejak dini seperti:
Pemeriksaan laboratorium secara lengkap, mempertahankan berat badan normal. Memperhatikan
konsumsi makanan yang mengandung lemak,gula,garam, zat kimia tambahan, rokok, alkohol serta
meningkatkan makanan berserat dan mengandung kalsium. Mengelola penyakit atau faktor risiko
yang di temukan saat pemeriksaaan laboratorium untuk mencegahperkembangan penyakit tersebut.
Mengkonsumsi suplemen makanan seperti vitamin C,E,A dan B12. Melakukan pekerjaan rumah
tangga dan berkebun untuk menjaga kesegaran dan daya tahan tubuh dan Berolahraga ringan
seperti jalan jalan, senam tera ,aerobik, jogging, bersepeda atau berenang ( Fatma, 2010).
2.2 Konsep Dasar Activity daily of living Non vokasional. 2.2.1. Pengertian Kemampuan Aktifitas
Aktivitas sehari hari (Activity daily living) secara umum adalah keterampilan dasar dan tugas
okupasional yang harus di miliki seseorang untuk merawat dirinya sendiri dengan tujuan untuk
memenuhi peran dan hubungannya dengan dirinya, keluarga dan masyarakat.Activity daily living
Non vokasional adalah aktivitas yang terdiri dari aspek rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang
(Sugiarto,2006).
Macam macam activity daily living.
.Activity daily living dasar yaitu ketrampilan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam merawat
dirinya sendiri, meliputi berpakaian, makan,toileting, berhias, mandi ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil kedalam Activity daily living dasar ini dalam
kepustakaan lain di masukkan kemampuan mobilitas.
Activity daily living Instrumental, berhubungan dengan penggunaan alat atau alat penunjang
kehidupan sehari hari seperti: menyiapkan makanan, menggunakan telepon ,menulis, mengetik,
mengelola uang dan koin ( menghitung dan member kembalian). Ada beberapa teori yang
memasukkan kemampuan mengemudi ke dalam ADL instrumental ini.
c) Activity daily living vokasional yaitu kegiatan atau aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan
atau pendidikan.
d) Activity daily living Non vokasional yaitu aktivitas rekreasional, hobi dan mengisi waktu luang
(Sugiarto,2006).
1. Rekreasi

Rekreasi berasal dari bahasa latin yaitu “ creature “ yang berarti mencipta, lalu diberi awalan “ re “
yang sehingga berarti “ pemulihan daya cipta atau penyegaran daya cipta”. Kegiatan rekreasi
biasanya dilakukan diwaktu senggang (leasuretime). Leasure berasal dari kata “licere” (latin) yang
berarti diperkenankan menikmati saat-saat yang bebas dari kegiatan rutin untuk memulihkan atau
menyegarkan kembali. Rekreasi adalah kegiatan yang dikerjakan oleh seorang atau secara bersama-
sama dengan orang lain dalam waktu senggang secara sadar dan sukarela untuk mendapatkan
kesenangan dan kepuasan serta kesegaran pribadi dengan secara langsung dan segera”. Sedangkan
rekreasi merupakan suatu bentuk kegiatan yang khas sebagai salah satu sikap (attitude) ataupun
sebagai suatu pendapat yang dianut terhadap suatu cara hidup yang khas. Rekreasi dapat dirasakan
sebagai suatu bentuk pengalaman. Rekreasi dapat juga diartikan sebagai spirit hidup sehingga dapat
dihubungkan dengan atau dianggap sebagai suatu pernyataanjiwa, bahkan beberapa orang dari
kalangan pendidikan melihat rekreasi sebagai suatu cara atau metode sekaligus proses pendidikan
(Ismanda et al, 2013).
Dalam penelitian ini Rekreasional di definisikan sebagai sesuatu yang meningkatkan daya kreasi
manusia dalam mencapai keseimbangan antara kerja bekerja dan beristirahat atau dengan kata lain
kegiatan penyegaran kembali tubuh dan pikiran serta kegiatan yang menggembirakan hati seperti
hiburan atau piknik. (Setyoadi & Kushariyadi, 2011).Kegiatan kegiatan Rekreasional jangka panjang
sangat di butuhkan oleh lansia akan tetapi perlu penyesuaian dengan tingkat Pendidikan dan Agama
dari para lansia tersebut ( Li et al, 2008)
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rekreasi ada beberapa hal antara lain :
a) Faktor sosial ekonomi Pada masyarakat dengan kelompok sosial tertentu (elite) akan berbeda
dengan rekreasi masyarakat pada umunya karena perbedaan fasilitas yang dimiliki.
b.) Faktor jenis kelamin, usia dan keluarga Kegiatan rekreasi remaja putri mungkin berbeda dengan
remaja putra dan berbeda pula dengan kegiatan rekreasi orang dewasa.
c.) Faktor ketersediaan waktu luang.
d.) Waktu luang penyelenggaraan rekreasi ibu rumah tangga akan berbeda dengan wanita pekerja.
e.) Faktor pranata berhubungan dengan pencapaian, besar dana yang dimiliki, perubahan sikap
terhadap rekreasi.
f.) Faktor perubahan teknologi berhubungan dengan munculnya jenis-jenis rekreasi baru dan
kemudahan pencapaian dengan fasilitas-fasilitas rekreasi dengan teknologi tinggi.
2. Aktivitas Hobi
Aktivitas Hobi pada Lansia perlu di kembangankan sesuai dengan kemampuan.( Maryam et al 2008).
Hobi yang sering di lakukan lansia misalnya: bermain angklung atau alat musik lainnya, menyanyi,
memelihara bunga atau berkebun dan atau melukis ( Nugroho, 2008). Lansia dengan penyaluran
Hobi berupa berolahraga dapat menurunkan tingkat stress dan kecemasan, penyaluran hobi tentu
sangat di butuhkan oleh lansia ketika memasuki masa senjanya karena ketika memasuki fase umur
lansia banyak perunbahan perubahan yang terjadi berupa kehilangan pekerjaan tetap dan
perubahan fisik-mental yang terjadi pada lansia ( Babazadeh et al, 2008). Pemberian Hobi berbasis
kreatifitas juga sangat baik untuk menurunkan kecemasan pada lansia yang hal ini otomatis akan
berakibat pada meningkatnya kesehatan pada lansia ( Marmot dalam Liddle et al, 2013)
3.Aktivitas Waktu Luang
Waktu luang sebagai aktivitas (leisure as activity)Waktu luang terbentuk dari segala kegiatan bersifat
mengajar danmenghibur pernyataan ini didasarkan pada pengakuan dari pihak TheInternational
Group of the Social Science of Leisure, menyatakan bahwa: “waktu luang berisikan berbagai macam
kegiatan yang mana seseorang akan mengikuti keinginannya sendiri baik untuk beristirahat,
menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan atau mengembangkan keterampilannya secara
objektif atau untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat ( Anggoa, 2011).
Dalam bahasa inggris pengertian waktu luang dikenal dengan sebutan leisure. Sedangkan kata
leisure berasal dari bahasa latin licere, yang mempunyai arti diizinkan (tobe permitted) atau menjadi
bebas (to be free). Oleh karena itu loisir yang berasal daribahasa Prancis mengandung arti waktu
luang (free time). Jadi secara keseluruhan, waktu luang dapat di definisikan sebagai terlepas dari
segala tekanan (freedom from constraint), adanya kesempatan untuk memilih (opportunitiy to
choose), waktu yang tersisa usai kerja (time left over after more) atau waktu luang setelah
mengerjakan segala tugas yang telah menjadi kewjiban (free time after obligatory social duties have
been met) ( Ismandaet al, 2013).
2.2.3 Manfaat Kemampuan Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Manfaat aktivitas sehari hari pada Lansia : memberi kesempatan pada lansia akan memberikan rasa
kebugaran pada fisik lansia tersebut,dengan banyak beraktivitas para lansia seperti berjalan kaki dan
senam ringan akan mengurangi insomnia pada lansia. Lansia juga dalam aktivitasnya dapat
melakukan sosialisiasi dan komunikasi untuk menunda kemungkinan penundaaan kepikunan dengan
demikian mereka akan mendapat kegembiraan dan peredaan akan stres (Nugroho, 2008). Program
aktivitas fisik dan olah raga secara berkala mampu meningkatkan semua aspek kesehatan bio,
psiko,sosial, spiritual dan emosional (Perry& Potter 2005). Gaya hidup aktif sangat penting untuk
memelihara dan mempromosikan kesehatan, serta meningkatkan fungsi seluruh system tubuh
seperti fungsi jantung dan paru (ketahanan), kebugaran otot dan tulang (fleksibitas dan integritas
tulang). Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaan (Perry& Potter 2005).
Meningkatkan kembali kesegaran
fisik,mental,pikiran dan daya rekreasi (individual atau kelompok) yang hilang akibat aktivitas rutin
sehari hari dengan cara mencari kesenangan,hiburan dan kesibukan yang berbeda (Setyohardi &
Kushariyadi, 2011).
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Aktifitas Sehari-hari pada Lansia
Menurut (Perry & Potter 2005): Kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan aktifitas sehari-hari
pada lansia di tentukan oleh bebera faktor antara lain sebagian berikut :
a) Faktor-faktor dari dalam diri sendiri
Perubahan Fisiologi
PersepsiTentangkesejahteraan dapat mempengaruhi kualitas hidup.Pemahaman tentang
persepsi lansia atas status kesehatan sangat penting untuk pengkajian yang akurat dan penyusunan
tindakan yang relevan. Konsep kesehatan pada lansia umumnya bergantung pada persepsi pribadi
atas kemampuan fungsi tubuhnya.Para lansia yang terlibat dalam kegiatan harian biasanya akan
menganggap dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik , emosi,atau sosial yang
menghambat kegiatan akan menganggap dirinya sakit.
b) Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik,psikososial, kognitif dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi
pada lansia biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya. Namun pada
akhirnya hubungan antara berbagai faktor di atas yang akan mempengaruhi kemampuan fungsional
dan kesejahteraan seorang lansia. Status fungsional lansia biasanya merujuk kepada kemampuan
dan prilaku yang aman dalam beraktivitas harian (Activity daily living).
c) Perubahan Kognitif
Beberapa perubahan struktur dan fisiologis otak yang di hubungkan dengan gangguan kognitif, 3
kondisi utama yang mempengaruhi kognisi lansia adalah delirium,demensia dan depresi.
d.) Perubahan Psiokosoial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan melibatkan proses transisi kehidupan dan
kehilangan, meliputi masa pensiun dan perunahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan. Perubahan kesehatan dan kemampuan fungsional, perubahan jaringan sosial dan
relokasi. Kehilangan yang umum bagi lansia biasanya berkisar pada kehilangan suatu hubungan
akibat proses kematian.
Konsep Dasar kecemasan
Pengertian kecemasan
Ansietas atau kecemasan adalah terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan di alami
oleh semua makhluk hidup. Kecemasan merupakan pengalaman emosi dan subjektif tanpa ada
objek yang spesifik sehingga orang merasakan suatu perasaan was was (khawatir ) seolah ada yang
buruk yang akan terjadi dan pada umumnya di sertai gejala gejala otonomik yang berlangsung
beberapa waktu (Pieter et al,2011).
Kecemasan adalah suatu perasaaan yang dialami secara universal.kecemasan merupakan respons
terhadap stress yang umumnya memiliki fungsi adaptif yang menyiagakan kita untuk bersiap dan
menghadapi situasi. Tetapi, ketika perasaan kecemasan muncul berlebihan dan secara signifikan
mengganggu fungsi individu, perasaan tersebut merupakan kondisi patologik dan didiagnosis
sebagai gangguan kecemasan (O’brien et al, 2008).
2.4.2 Faktor faktor penyebab kecemasan
Menurut (Varcarolis & Halter, 2010)menyebutkandiantaranya ada beberapa Faktor faktor penyebab
kecemasan pada seseorang yang di golongkan menjadi:
a) Faktor Genetik: Sejumlah penelitianmembuktikan bahwa gangguan kecemasan
cenderungidentik mengelompok dalam keluarga. Penelitian menunjukkan keberadaan sebuah
komponen genetik untuk kedua gangguan kecemasan yaitu panik dan obsesif –

compulsif atau keduanya secara bersamaan pada kasus panik dan gangguan obsesif- compulsif
(OCD). Hampir setengah dari orang dengan gangguan panik memiliki kerabat yang juga saling
mempengaruhi secara genetik, bahkan untuk posttraumatik stres disorder dan gangguan kecemasan
umum, ada buktinya bahwa komponen Kecemasan dapat di wariskan melalui genetik.
b) Faktor Neurologi mengatakan bahwa Jalur anatomi tertentu (sistem limbik) menyediakan struktur
transmisi untuk impuls listrik yang terjadi ketika kecemasan-terkait tanggapan dikirim atau
menerima. Neuron melepaskan bahan kimia (neurotransmitter) yang menyampaikan pesan-pesan
ini dan zat kimia saraf yang mengatur kecemasan termasuk epinefrin, norepinephrine, dopamin,
serotonin dan gamma aminobutyric Acid (GABA) ada sebuah teori mengenai penyebab gangguan
kecemasan. satu adalah teori GABA benzodiazepine. Reseptor benzodiazepine yang terkait
denganreseptormenghambat aktivitas neurotransmitter GABA. Pengikatan obat benzodiazepin
memfasilitas reseptor aksi GABA. Teori mengatakan bahwa kelainan reseptor benzodiazepine dapat
menyebabkan tingkat kecemasan yang tidak teratur.
c) Faktor psikolgis menyebutkan bahwa kecemasan tergantung pada bagaimana seseorang dapat
mengelola mekanisme respon adaptif terhadap suatu stressor.
Pieter,Janiwarti& Saragih (2011) menyebutkan bahwa ada beberapa yang faktor yang
menyebabkan adanya Kecemasan yaitu:
a. Teori interpersonal mengatakan bahwa kecemasan terjadi akibat ketakutan akibat ketakutan
atas penolakan interpersonal dan disertai dengan trauma pada masa perkembangan seperti
kehilangan atau perpisahan orang tua. Demikian juga dengan kehilangan harga diri, dimana biasanya
orang yang mengalami hilangnya harga diri bisa berakibat timbulnya kecemasan berat.
b. Teori perilaku menyebutkan bahwa kecemasan dianggap sebagai suatu produk frustasi yakni
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang mencapai tujuan yang di inginkan, semakin tinggi
frustasi maka semakin besar pula kecemasannya. Sumber frustasi adalah pada usaha pemenuhan
kebutuhan, kondisi fisik individu dan lingkungan.
2.4.2 Aspek-aspek kecemasan
a. Kekhawatiran (Worry)
Kekhawatiran (worry) merupakan pikiran negatif tentang dirinya sendiri, seperti perasaan
negatif bahwa ia lebih buruk dibandingkan dengan teman-temannya.
b. Emosionalitas (Emosionality) sebagai reaksi diri terhadap rangsangan saraf otonom, seperti
jantung berdebar-debar, keringat dingin dan tegang.
c. Gangguan dan hambatan dalam menyelesaikan tugas (task generated interference)Gangguan dan
hambatan dalam menyelsaikan tugas merupakan kecenderungan yang dialami seseorang yang selalu
tertekan karena pemikiran yang rasional terhadap tugas(O’brien et al, 2008).
2.4.3 Tanda gejala kecemasan
Gangguan kecemasan adalah keseluruhan yang terkait kondisi kegelisahan yang terlihat sangat
berbeda pada setiap orang. Setiap individu berbeda dalam menghadapi suatu stimulus. Satu individu
mungkin menderita kegelisahan secara intensif, serangan yang menyerang tanpa peringatan,
sementara yang lain gugup dan tak berdaya. Namun walau berbeda bentuk semua gangguan
kecemasan memiliki gejala utama yaitu tetap takut atau timbul perasaan khawatir dalam situasi di
mana kebanyakan orang tidak akan terasa terancam selain gejala utama yang berlebihan yang di
tandai dengan perasaan takut dan khawatir, tanda umum lainya dari gejala perasaan kecemasan
sebagai berikut: Perasaan ketakutan,terganggu konsentrasi, merasa tegang dan gelisah, antipasti
atau berpikir yang terburuk, cepat marah, resah, merasa adanya tanda tanda bahaya dan merasa
pikiran terasa kosong (Muhit & Nasir, 2011).
Gejala lain yang mungkin mucul pada lansia adalah:sulit tidur sepanjang malam, perasaan khawatir
yang tidak rasional, sering mengeluh akan gejala yang ringan atau takut / khawatir terhadap
penyakit berat, misalnya kanker dan penyakit jantung yang sebenarnya tidak di deritanya serta rasa
panik terhadap masalah ringan (Maryam et al, 2008).
2.4.4 Respon kecemasan
Respon tubuh secara umum pada gangguan kecemasan adalah Jantung berdebar, berkeringat
(sweating), insomnia/kelelahan peningkatan frekuensi BAB atau Diare, Ketegangan otot Sakit kepala,
serta merasa tidak berdaya (Nasir & Muhit 2011).
2.4.5 Tingkat Kecemasan
Menurut pieter,Janiwarti& Saragih (2011) tingkatan kecemasan adalah: a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ini berhubungan dengan ketegangan peristiwa kehidupan sehari hari. Larangan persepsi
melebar dan orang akan bersikap hati hati dan waspada. Orang yang mengalami kecemasan ringan
akan terdorong untuk menghasilkan kreativitas. Respon respon fisilogis orang yang mengalami
kecemasan ringan adalah sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung.
Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan ringan adalah lapang persepsi melebar, dapat
menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah
secara efektif.Adapun respon perilaku dan emosi dari orang yang mengalami kecemasan adalah
tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang kadang meninggi.
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memiliki tingkat lapang persepsi pada lingkungan menurun dan
memfokuskan diri pada hal hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal hal lain. Respon
fisiologis dari orang yang mengalami kecemasan sedang adalah sering napas pendek, nadi dan
tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare, konstipasi dan gelisah.Respon kognitif orang
yang mengalami kecemasan sedang adalah lapang persepsi yang menyempit, rangsangan luar sulit di
terima, berfokus terhadap apa yang menjadi perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah
gerakan yang tersentak sentak, meremas tangan, sulit tidur dan perasaan tidak aman
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat lapang persepsinya menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan
hal hal kecil saja dan mengabaikan hal hal lain, individu cenderung untuk memusatkan pada sesuatu
yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal lain. Respon kecemasan berat adalah
napas pendek nadi dan tekanan darah meninggi, banyak berkeringat, rasa sakit kepala, penglihatan
kabur dan mengalami ketegangan.Respon kognitif orang yang mengalami kecemasan berat adalah
lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan masalah, adapun
respon perilaku dan emosinya terlihat dari perasaan tidak aman, verbalisasi yang cepat dan blocking.
d. Panik
Pada tingkatan panik lapang persepsi seseorang sudah sangat sempit dan sudah
mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit melakukan apapun
walaupun dia sudah di berikan pengarahan.Respon respon fisiologis panik adalah napas pendek,rasa
tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi dan koordinasi motorik yang sangat rendah. Respon respon
kognitif penderita panik adalah lapang persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir
logis. Adapun respon perilaku dan emosinya terlihat agitasi, mengamuk dan marah marah,
ketakutan, berteriak teriak, blocking, kehilangan kontrol,diri dan memiliki persepsi yang kacau.
2.4.6 Gangguan Kecemasan
Menurut (Nasir & muhith 2011) Terdapat enam jenis utama gangguan kecemasan, masing masing
mereka memiliki gejala yang berbeda satu sama lain, di antaranya adalah: Generalized anxiety
disorder, Obsessive-Compulsive disorder, Panic disorder, post traumatic stress disorder dan social
anxiety disorder.
a) Generalized anxiety disorder.
Gambaran esensial dari gangguan ini adalah adanya kecemasan yang menyeluruh dan menetap
(bertahan lama).Gejala yang dominan sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang dan berkepanjangan,
gemetar, ketegangan otot, berkeringat, kepala terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan
episgastnik adalah keluhan keluhan yang lazim di jumpai. Ketakutan bahwa dirinya atau anggota
keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan, merupakan keluhan yang utama
yang di ungkapkan. Generalized anxiety disorder (GAD) adalah kecemasan yang terjadi pada
seseorang yang sangat kronis, dimana kecemasan itu hampir semua waktu, meskipun mereka
mungkin tidak tahu kenapa dia menjadi cemas yang memuncak yang sering di tunjukkan gejala fisik
yaitu insomnia,perut mulas, kegelisahan dan kelelahan.
b) Obsesif –compulsive disorder (OCD)
Obsesif-compulsif disorder (OCD) adalah ciri yang tidak di inginkan oleh pikiran atau
perilaku yang tampaknya mustahil untuk menghentikan atau di kontrol. Jika kita memilki OCD, kita
mungkin mengalami gangguan obsesi yang di sebut Troubled obsessions, seperti berulangnya rasa
khawatir dan tidak bisa melupakan kejadian, terutama kejadian yang mendramatisir atau klien
mungkin seseorangyang memiliki masalah jiwaatau klien mungkin juga menderita tekanan
(Compulsion).
a) Panik disorder
Dicirikan dengan adanya serangan panik yang pertama yang seringkali spontan, panik
memiliki ciri utama yaitu ketakutan yang kuat serta suatu perasaan akan adanya ancaman kematian
dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien
kemungkinan merasa kebingungan dan mengalami kebingungan dan mengalami kesulitan dalam
memusatkan perhatian.
b) Fobia social ( Sosial Anxiety disorder)
Suatu ketakutan yang rasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap objek,
aktivitas atau situasi yang di takuti.Selain itu, juga dapat menggambarkan sebagai ketakutan yang
tidak realistis dan di besar besarkan atau takut pada suatu objek, aktivitas atau situasi yang pada
kenyataanya tidak ada sedikitpun bahaya yang mengancam.Fobia yang umum terjadi (common
fobia) termasuk takut binatang seperti ular dan laba laba, takut terbang dan takut ketinggian. Fobia
sosial bisa di identifikasikan melaului gambaran : rasa takut yang jelas, menetap dan berlebihan atau
tidak beralasan.
c) Post Traumatic stress disorder
Post traumatic stress disorder (PTSD) adalah jenis anxiety disorder yang dapat terjadi setelah
melukai atau mengancam kehidupan orang lain. Gejala PTSD termasuk adanya kilas balik (flash back)
mengenai mimpi buruk (nightmares) tentang apa yang terjadi, kewaspadaan yang berlebihan
(hypervigilance), menarik diri dari orang lain, dan menghindari situasi yang mengingatkan seseorang
tentang aktivitas tersebut. Trauma bisa berupa peperangan, bencana alam, penyerangan,
pemerkosaan, juga kecelakaan.
2.4.7 Dampak Kecemasan
Beberapa dampak dari kecemasan kedalam beberapa simtom, antara lain :
a. Simtom suasana hati
Individu yang mengalami kecemasan memiliki perasaan akan adanya hukuman dan bencana yang
mengancam dari suatu sumber tertentu yang tidak diketahui. Orang yang mengalami kecemasan
tidak bisa tidur, dan dengan demikian dapat menyebabkan sifat mudah marah.
b. Simtom kognitif
Kecemasan dapat menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan pada individu mengenai hal- hal
yang tidak menyenangkan yang mungkin terjadi. Individu tersebut tidak memperhatikan masalah-
masalah real yang ada, sehingga individu sering tidak bekerja atau belajar secara efektif, dan
akhirnya dia akan menjadi lebih merasa cemas.
c. Simtom motorik
Orang-orang yang mengalami kecemasan sering merasa tidak tenang, gugup, kegiatan motorik
menjadi tanpa arti dan tujuan, misalnya jari-jari kaki mengetuk-ngetuk, dan sangat kaget terhadap
suara yang terjadi secara tiba-tiba. Simtom motorik merupakan gambaran rangsangan kognitif yang
tinggi pada individu dan merupakan usaha untuk melindungi dirinya dari apa saja yang dirasanya
mengancam (Pieter, Janiwarti& Saragih, 2011).
2.4.8 Hubungan Activity daily living non vokasional dengan Tingkat Kecemasan.
Mengalami kecemasan menyebabkan korteks cerebri (bagian berpikir dari otak) mengirimkan tanda
bahaya ke hipotalamus yang menstimulasi sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf otonom
yang berfungsi menghasilkan energi). Sistem saraf simpatik menghasilkan energi dengan cara
meningkatkan hormon adrenalin (epinefrin dan norepinefrin). Sehingga mengakibatkan ketegangan
motorik, hiperaktivitas sistem saraf otonom dan meningkatnya kewaspadaan.Ketegangan motorik
bermanifestasi sebagai sakit kepala, gemetar dan gelisah. Gejala hiperaktivitas sistem saraf otonom
berupa jantung berdebar-debar, nafas pendek, berkeringat banyak dan berbagai gejala system
pencernaan. (Chosiyah, 2012).
Ketika seseorang telah melakukan kegiatan rekreasional ditengah waktu luang, tubuh akan
mensekresikan zat yang bermanfaat seperti melotonin, endorphin, dan serotonin yang menekan
kortisol, adrenalin serta radikal bebas. Serotonin akan menyebabkan efek vasodilatasi pembuluh
darah dan meningkatkan sirkulasi oksigen ke seluruh tubuh. Serotonin akan menstimulus system
limbik untuk meningkatkan rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, dan keseimbangan psikomotor
( Ruspawan& Wulandari, 2012).
Penyaluran Hobi seperti mendengarkan musik akan menimbulkan proses relaksasi pada para lansia,
hal ini menurut teori akan menjadikan gelombang otak akan menjadi alfa, dalam keadaan tenang
seseorang akan memiliki substansi yang memiliki beta karobolin, antagonis GABA yang akan
menurunkan jumlah down regulator reseptor GABA. Penurunan ini akan menghambat kecemasan
(Junaidi & Noor, 2010).
Aktivitas aktivitas umum yang dilakukan oleh lansia termasuk Activity daily living non vokasionalakan
dapat menstimulasi HPA axis untuk menurunkan sekresi CRF (Corticotropic Realizing Factor) oleh
hipotalamus yang menyebabkan pelepasan hormone ACTH (Adenocorticotropic hormone). ACTH
akan merangsang korteks adrenalin untuk mengurangi produksi hormone adrenalin yang
mempengaruhi jantung, sehingga perasaan tidak tenang pada diri dapat berkurang, aktivitas yang
menjernihkan jiwa akan memberikan stimulus kepada sistem limbikyang berakibat penurunan
kecemasan (Ratnawati, 2014).
26
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan pada klien lansia dengan hipertensi di Panti Sosial
Tresna Werdha Nirwana Puri Samarinda Kalimantan Timur di Wisma Flamboyan dan Bougenville
tahun 2019. Penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Hasil pengkajian yang didapatkan dari kedua kasus menunjukkan adanya tanda dan gejala yang
sama dirasakan oleh kedua kasus. Keluhan yang dirasakan yaitu nyeri pada tengkuk. Kemudian tanda
dan gejala yang muncul terdapat nyeri di sekitar leher, kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk/ tegang,
dengan skala 5 pada klien 1 dan skala 6 pada klien 6 dengan durasi 10-15 menit. Klien 1 mengatakan
pernah jatuh 3 tahun yang lalu akibat jalan wisma yang licin sehingga klien menggunakan walker.
klien 1 dan 2 mengatakan lupa terhadap tanggal, hari, alamat panti, tahun lahir dan cara
menghitung. Klien mengatakan tidak pernah diberikan pendidikan kesehatan mengenai hipertensi
sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai