Pengertian
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan
dari dalam kavum pleura diantara pleura parietalis dan pleura viseralis
dapat berupa cairan transudat atau cairan eksudat ( Pedoman Diagnosis
danTerapi / UPF ilmu penyakit paru, 1994, 111).
Efusi pleural adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang
terletak diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit
primer jarang terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder
terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang pleural mengandung
sejumlah kecil cairan (5 sampai 15ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi
(Smeltzer C Suzanne, 2002).
Efusi pleural adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural, proses
penyakit primer jarang terjadi namun biasanya terjadi sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih, yang mungkin
merupakan transudat, eksudat, atau dapat berupa darah atau pus
(Baughman C Diane, 2000).
Effusi pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura (Price &
Wilson 2005).
Epidemiologi
Bakteri pneumonia serta keganasan adalah penyebab utama dan sering
untuk eksudat. Efusi pleura pada anak-anak umumnya kebanyakan adalah
infeksi (50-70% efusi parapneumonik), gagal jantung kongestif adalah
penyebab yang lebih sedikit (5- 15%) dan keganasan adalah kasus yang
jarang.
Efusi pleura merupakan manifestasi klinik yang dapat dijumpai pada
sekitar 50-60 % penderita keganasan pleura primer atau metastatic.
Sementara 5 % kasus mesotelioma (keganasan pleura primer) dapat disertai
Etiologi
Berdasarkan jenis cairan yang terbnetuk, cairan pleura dibagi menjadi
transudat, eksudat dan hemoragis
Patofisiologi
Dalam keadaan normal hanya terdapat 10-20 ml cairan di dalam rongga
pleura. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan
hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O. Akumulasi cairan pleura
dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid menurun misalnya pada
penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permeabilitas kapiler akibat
ada proses keradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan hidrostatis
akibat kegagalan jantung dan tekanan negatif intra pleura apabila terjadi
atelektasis paru (Alsagaf H, Mukti A, 1995, 145).
Effusi pleura berarti terjadi pengumpulan sejumlah besar cairan bebas
dalam kavum pleura. Kemungkinan penyebab efusi antara lain (1)
penghambatan drainase limfatik dari rongga pleura, (2) gagal jantung yang
menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi sangat
tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura (3) sangat menurunnya tekanan osmotik kolora plasma, jadi
juga memungkinkan transudasi cairan yang berlebihan (4) infeksi atau
setiap penyebab peradangan apapun pada permukaan pleura dari rongga
pleura, yang memecahkan membran kapiler dan memungkinkan pengaliran
protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara cepat (Guyton dan Hall ,
Egc, 1997, 623-624).
Efusi
pleura
akan
menghambat
fungsi
paru
dengan
membatasi
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang muncul (Terney, 2002 dan Tucker, 1998) adalah
Sesak Nafas
Nyeri dada
Kesulitan bernafas
Keletihan
Batuk
Pemeriksaan Fisik
Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi
penumpukan cairan pleural yang signifikan mungkin akan ditemukan.
Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan,
karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang
bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada
perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu). Didapati segitiga
Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis
Sistem Respirasi
Inspeksi pada pasien effusi pleura bentuk hemithorax yang sakit
mencembung, iga mendatar, ruang antar iga melebar, pergerakan
pernafasan menurun. Pendorongan mediastinum ke arah hemithorax
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR
cenderung meningkat dan Px biasanya dyspneu.
Fremitus tokal menurun terutama untuk effusi pleura yang jumlah
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit.
Suara perkusi redup sampai peka tegantung jumlah cairannya. Bila
cairannya tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas
atas cairan berupa garis lengkung dengan ujung lateral atas ke medical
penderita dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis EllisDamoisseaux. Garis ini paling jelas di bagian depan dada, kurang jelas
di punggung.
Auskultasi suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi
duduk cairan makin ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi
atelektasis dari parenkian paru, mungkin saja akan ditemukan tandatanda auskultasi dari atelektasis kompresi di sekitar batas atas cairan.
Ditambah lagi dengan tanda
Sistem Cardiovasculer
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada
pada ICS 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
Sistem Pencernaan
Pada inspeksi perlu diperhatikan, apakah abdomen membuncit atau
datar, tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak,
selain itu juga perlu di inspeksi ada tidaknya benjolan-benjolan atau
massa.
Auskultasi untuk mendengarkan suara peristaltik usus dimana nilai
normalnya 5-35 kali permenit. Pada palpasi perlu juga diperhatikan,
adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit
perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba,
juga apakah lien teraba. Perkusi abdomen normal tympanik, adanya
massa padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites,
vesika urinarta, tumor).
Sistem Neurologis
Pada inspeksi tingkat kesadaran perlu dikaji Disamping juga
diperlukan pemeriksaan GCS. Adakah composmentis atau somnolen
atau comma. refleks patologis, dan bagaimana dengan refleks
fisiologisnya. Selain itu fungsi-fungsi sensoris juga perlu dikaji seperti
pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan.
Sistem Muskuloskeletal
Pada inspeksi perlu diperhatikan adakah edema peritibial, palpasi
pada kedua ekstremetas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta
dengan pemerikasaan capillary refil time. Dengan inspeksi dan palpasi
Sistem Integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada
tidaknya lesi pada kulit, pada Px dengan effusi biasanya akan tampak
cyanosis akibat adanya kegagalan sistem transport O 2. Pada palpasi
perlu diperiksa mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam).
Kemudian texture kulit (halus-lunak-kasar) serta turgor kulit untuk
mengetahui derajat hidrasi seseorang.
Pemeriksaan Diagnostik
1
Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi
daripada bagian medial. Bila permukaannya horisontal dari lateral ke
medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal
dari luar atau dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit
membedakan antara bayangan cairan bebas dalam pleura dengan adhesi
karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan
posisi lateral dekubitus.
CT SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya
tumor paru juga sekaligus digunakan dalam penentuan staging klinik
yang meliputi :
menentukan adanya tumor dan ukurannya
mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus,
mediatinum dan pembuluh darah besar
mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk
menuntun tindakan trans thoracal needle aspiration (TTNA), evaluasi
pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radiasi.
Pemeriksaan Laboratorium
Dalam pemeriksaan cairan pleura terdapat beberapa pemeriksaan antara
lain :
a
Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
yang perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Transudat
Eksudat
<3
>3
< 0,5
> 0,5
< 200
> 200
< 0,6
> 0,6
< 1,016
> 1,016
Negatif
Positif
Disamping
pemeriksaan
tersebut
diatas,
secara
biokimia
Kadar pH dan glukosa. Biasanya merendah pada penyakitpenyakit infeksi, arthritis reumatoid dan neoplasma
Transudat
: jernih, kekuningan
Eksudat
: kuning, kuning-kehijauan
Hilothorax
Empiema
Empiema anaerob
: berbau busuk
Mesotelioma
Limfosit
paru
Eosinofil meningkat :
dan
jamur
Eritrosit
Sitologi
Hanya
50 - 60 % kasus- kasus
preamonitas
atau
atelektasis
Bakteriologis
Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah
pneamo cocclis, E-coli, klebsiecla, pseudomonas, enterobacter.
Pada pleuritis TB kultur cairan terhadap kuman tahan asam hanya
dapat menunjukkan yang positif sampai 20 % (Soeparman, 1998:
788).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada efusi pleura ini adalah (Mansjoer, 2001)
1
Thorakosentasis
Drainase cairan jika efusi pleura menimbulkan gejala subjektif seperti
nyeri, dispnea dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru. Jika
Pemberian antibiotik
Jika ada infeksi
Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat
(tetrasiklin, kalk dan bieomisin) melalui selang interkostalis untuk
melekatkan kedua lapisan pleura dan mencegah cairan terakumulasi
kembali
Tirah baring
Tirah baring ini
Komplikasi
Menurut (Mansjoer, 2001), komplikasi efusi pleura yaitu:
Infeksi
Fibrosis paru
Pengkajian
a
Identitas Pasien
Pada tahap ini perawat perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku bangsa, bahasa
yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien.
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan effusi pleura didapatkan keluhan berupa sesak nafas,
rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif.
c
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang
dilakukan terhadap dirinya.
tindakan
medis
danperawatan
di
rumah
sakit
Pola eliminasi
Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai
kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan
umum pasien yang lemah, pasien akan lebih banyak bed rest
sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan
pada struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otototot tractus degestivus.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosa
1
Ketidakefektifan
pola
nafas
berhubungan
dengan
sindrom
3
No
1
Diagnosa
Bersihan jalan nafas
Intervensi
NIC Label:
Airway Management
penyumbatan saluran
patency
Evaluasi
S:
Pasien mengatakan
Menyediakan jalan
O:
dengan teknik
kepada
mendorong rahang
pasien/meluruskan
ronchi (+)
criteria hasil:
saluran nafas
pernafasan (-)
A:
yang tersumbat
Menghilangkan
P:
sumbatan berupa
Pertahankan kondisi
suction
pasien
mengganggu jalan
dan oksigenasi
nafas.
memaximalkan aliran
20 x/menit (5)
Irama pernapasan
nafas
3
4
5
Pola
efektif
napas
normal (5)
Kedalaman inspirasi (5)
Rasional
tidak Setelah
diberikan
meringankan dyspnea
asuhan NIC Label:
dengan
hipoventilasi
Posisikan
klien
memaksimalkan
2
3
Mencegah terjadinya
hipoksia
Airway management
1Membantu
untuk
S:
memperbaiki Klien
sesaknya
mengatakan
sudah
ditandai
dispnea
dan Respiratory
penggunaan
otot Ventilation
Status:
ventilasi
pernapasan
batuk efektif
{5}
Ritme Pernapasan klien
teratur {5}
Kedalaman
normal {5}
Suara
hiperresonan
teknik
pernapasan klien
4Memberikan
bantuan
jika diperlukan
mengalami hipoksia
lebih
adanya
ritme
2
suara
klien
normal
atau snoring
seperti
normal
3: Moderate deviation from
crowing
keabnormalan pernapasan
2Mengetahui adanya sekret
dan
normal
deviation
from
5
di dalam paru
aktifitas
dalam paru
yang 4Mencegah
meningkatkan dyspnea
dispnea
beraktivitas
pasien
pernapasan
Retraksi Intercostal
(-)
A:
Tujuan
Tercapai
Sebagian
P:
Lanjutkan Intervensi
terlihat
aksesori
gangguan
paru
Tidak
dini
nafas
S: 37 0C
menggunakan otot
Monitor
x/menit
TD: 100/80 mmHg
normal
otot-otot
pernapasan
perkusi Respiratory monitoring
diseluruh 1 Monitor respiratory rate, Respiratory monitoring
Keterangan:
Mild
napas
4:
3Melatih
dalam
inspirasi
Ajarkan
RR Tn. Ibnu 18
terjadinya
ketika
Vital Sign
Suhu tubuh dalam rentang
normal (36.5-37.5 0C) {5}
Tekanan darah sistolik
(80-120 mmHg)
Tekanan darah diastolik
(60-80 mmHg) {5}
Keterangan:
1: Severe deviation from
normal
2: Substansial deviation from
normal
3: Moderate deviation from
normal
4:
Mild
deviation
from
normal
3
Nyeri
berhubungan
selama
diharapkan
dengan ketidaknyamanan
LABEL
2x24 Management
Pain 1.
Berguna
pengawasan
dan
durasi
nyeri. karakteristik
dalam S
keefektifan mengatakan
membedakan berkurang,
nyeri. menjadi 5
Pasien
nyerinya
skala
mengatakan
secara verbal
nyeri berkurang
dengan
hasil :
- Skala nyeri 5
nyeri
Pasien
tidak
Gunakan
dan
yang
nyeri
Untuk
skala
mengurangi
diberikan
keperawatan
jam
selama
diharapkan
ketidaknyamanan
berkurang
4.
nyeri
pasien
perawat
dapat
dengan
implementasi
Untuk
Setelah
dan
mengetahui
meningkatkan
dan intervensi
meningkatkan/mengurangi
untuk P
yang
asuhan memberikan
tidak 5.
misalnya respon
level temperature
ruangan, pasien
lain
Untuk
2x24 nyaman,
kriteria 6.
mengetahui
yang
respon
6.
meminimalisir
ketidaknyamanan
Berguna
tekhnik mengurangi
: Tujuan tercapai
sebagian
Berguna
pasien mengetahui
terjadinya A
respon
: Kecemasan pasien
menunjukan
Level
pada O
nyeri
untuk
dan
: Lanjutkan
hasil :
nonfarmakologis,
NOC LABEL :
guided
Pain control
relaksasi,
imageri,
terapi
Mencegah
terjadinya
yang
kepada
petugas 7.
Ajarkan
penggunaan
tentang
farmakologikal
untuk
sesuai
skala
sometimes
skala
consistenlly demonstrated)
4
Setelah
dilakukan
asuhan
prosedur invasif
dan
keluarga
cara
purulen
menghindari infeksi
3
4
kemerahan
Label
tidak
tanda
dan O:
Ajarkan
Px
dan
infeksi
tangan
1
2
menjaga kesehatan
Mencegah infeksi
Untuk
mengurangi
agen infeksi yang dapat
untuk
3
Tidak
ditemukan
gejala infeksi
adanya
tanda-tanda
Untuk
mengetahui
infeksi pada daerah
adanya
tanda
dan
pemasangan tube
gejala infeksi
A : Tujuan tercapai total
Untuk
mengurangi
P:
Pantau
kondisi
paparan patogen dari
pasien
luar
Untuk
mencegah
Infection
pengunjung mencuci
luka
mengetahui S: -
Control
1
3.Keadaan kulit
disekeliling
NIC
Untuk
adanya
NOC Label :
- Infection Severity
timbul
Untuk
meningkatkan
Gunakan
"universal
precaution"
Anjurkan
perbanyak istirahat
Instruksikan
px
imun
Untuk
adanya infeksi
Untuk
memantau
px
mendapat antibiotik,
5
jika dibutuhkan
Ajarkan
px
keluarga
tanda
mencegah
regular
dan
mengenai
dan
gejala
infeksi
dan
intruksikan
untuk
melapor ke perawat
jikan
tanda
menemukan
dan
gejala
infeksi pada px
Drainase
mengikuti
gaya gravitasi
Mencegah
adanya
WSD
Untuk memantau tanda
akumulasi cairan pada
Jaga
kantong
drainase levelnya di
bawah dada
intrapreural
Untuk
mencegah
adanya infeksi
Monitor
adanya
gelembung
pada
3
udara
"chest
tube
drainage"
Observasi
tanda
akumulasi
cairan
pada intrapreural
Ganti
balutan(dressing)
sekitar
di
pemasangan
WSD setiap 48 - 72
jam bila diperlukan
5
Hipertermi
berhubungan
proses
ditandai
peningkatan
NOC Label:
dengan Vital sign
inflamasi Setelah diberikan asuhan
NIC Label:
S: Pasien mengatakan
Fever treatment
criteria hasil:
Menkaji perkembangan
radial: 88 x/menit, TD
diberikan.
A: Tujuan tercapai
penuh
mengobati penyebab
P: Pertahankan kondisi
tubuh.
pasien
Menghilangan factor
meningkatkan intake
penyebab dari
hipertermi
sesuai.
5
proses termoregulasi
dalam tubuh
mengendalikan klien
6
Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
ketidakseimbangan
dgn baik
dengan kebutuhan
Kriteria Hasil:
menggigil
NIC: Toleransi aktivitas
1
Memudahkan perawat
S:
Klien mengatakan
kepada pasien
Mengetahui aktivitas
berkurang ketika
sehari-hari sehingga
pendek
O:
Kaji kesesuaian
aktivitas&istirahat klien
aktivitas secara
terengah-engah, RR 22
sehari-hari
bertahap
x / menit
Mengembalikan pola
A : tujuan tercapai
sebagian
menyesuaikan pada
P:
kondisi klien
Lanjutkan intervensi
Tentukan penyebab
intoleransi aktivitas &
tentukan apakah
Berpartisipasi dalam
psikis/motivasi
Peningkatan toleransi
aktivitas
3
aktivitas secara
Mencegah penekanan
berpindah&perawatan
diri
mengalami penonjolan
dan melihat sejauh
Monitor gejala
intoleransi aktivitas
5
klien
5
Memudahkan perawat
kesadaran&tanda vital
7
Cemas berhubungan
dengan krisis
situasional,
hospitalisasi
Pengurangan kecemasan
1
2
3
4
Untuk memudahkan
S:
komunikasi antara
Klien mengatakan
cemasnya sudah
Mengetahui sejauh
berkurang
O:
dirasakan pasien
Dengan mengetahui
lebih tenang
A : Tujuan tercapai
sebagian
P:
Tingkat pengetahuan
Lanjutkan intervensi
Mengkondisikan pasien
merasa diperhatikan,
dan mendapatkan
semangat dari orang
disekitarnya
Untuk mengurangi
kecemasan yang
dirasakan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., and Perry, Anne Griffin. 2006. Fundamental Keperawatan.
Volume 2. Jakarta: EGC
Guyton & Hall.2008.Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
kedokteran EGC
Smeltzer, Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &
Suddart). Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC
ansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.
Jakarta
NANDA International. 2011. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011.
Jakarta : EGC.