DI SUSUN OLEH :
1. YURIKA PUTRI RAMADHANI
2. DESTRI UTARI
3. DWI TYA DANTA
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan keseharian kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan komunikasi bahkan
hampir seluruh waktu yang kita habiskan adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain. Manusia
sebagai pribadi maupun makhluk social akan saling berkomunikasi dan saling mempengaruhi satu
sama lain dalam hubungan yang beraneka ragam, dengan gaya dan cara yang berbeda pula.
Komunikasi merupakan dasar dari seluruh interaksi antar manusia.Interaksi manusia baik antara
perorangan, kelompok maupun organisasi tidak mungkin terjadi tanpa komunikasi. Begitupun
dalam interaksi keluarga, baik antar pribadi anggota keluarga, orang tua dengan anak maupun
dengan keluarga yang lain sebagai perorangan , kelompok maupun sebagai keluarga itu sendiri.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk
menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu
yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan
hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya
dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah
dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada
kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan
sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner &
Suddart, 2001 : 188)
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan non verbal dari
informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi
dimana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301 ).
Komunikasi amat berperan penting dalam menjelaskan segala sesuatunya, banyak orang yang salah
memahami makna pesan yang di sampaikan akibat pola komunikasi yang salah. Keluarga adalah
lingkungan terkecil dan terdekat bagi individu. Melalui keluarga seseorang mulai belajar,
bersosialisasi, membentuk karakter, dan mengembangkan nilai-nilai yang telah ditanamkan padanya
melalui suatu pola tertentu.
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara
seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah
dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar
anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika
sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak.
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang
berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran
pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis
makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
2. Apa bentuk komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
3. Bagaimana komunikasi pada keluarga dan lansia?
4. Apa factor yang mempengaruhi komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
5. Apa hambatan komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
2. Mengetahui bentuk komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
3. Mengetahui cara komunikasi pada keluarga dan lansia?
4. Mengetahui factor yang mempengaruhi komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
5. Mengetahui hambatan komunikasi terpeutik pada keluarga dan lansia?
BAB II
PEMBAHASAN
b. Suasana Psikologis
Suasana Psikologis di akui mempengaruhi komunikasi. Komunikasi sulit berlangsung bila seseorang
dalam keadaan sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa irihati, diliputi prasangka, dan
suasana psikologis lainnya.
c. Lingkungan Fisik
Komunikasi dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja, dengan gaya, dan cara yang berbeda.
Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga berbeda dengan yang terjadi di sekolah. Karena
memang kedua lingkungan ini berbeda. Suasana di rumah bersifat informal, sedangkan suasana di
sekolah bersifat formal. Demikian juga komunikasi yang berlangsung dalam masyarakat. Karena
setiap masyarakat memiliki norma yang harus diataati, maka komunikasi yang berlangsungpun harus
taat norma.
d. Kepemimpinan
Dalam keluarga seorang pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis. Dinamika
hubungan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola kepemimpinan. Karakteristik seorang pemimpin
akan menentukan pola komunikasi bagaimana yang akan berproses dalam kehidupan yang
membentuk hubungan-hubungan tersebut.
e. Bahasa
Dalam komunikasi verbal orang tua atau anak pasti menggunakan bahasa sebagai alat untuk
mengekspresikan sesuatu. Pada suatu kesempatan bahasa yang dipergunakan oleh orang tua ketika
secara kepada anaknya dapat mewakili suatu objek yang dibicarakan secara tepat. Tetapi dilain
kesempatan, bahasa yang digunakan itu tidak mampu mewakili suatu objek yang dibicarakan secara
tepat. Maka dari itu dalam berkomunikasi dituntut untuk menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti antara komunikator dan komunikasi.
f. Perbedaan Usia
Komunikasi dipengaruhi oleh usia. Itu berarti setiap orang tidak bisa berbicara sekehendak hati
tanpa memperhatikan siapa yang diajak bicara. Berbicara kepada anak kecil berbeda ketika berbicara
kepada remaja. Mereka mempunyai dunia masing-masing yang harus dipahami.
2. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut menjadi empat
macam meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) kelompok usia 45 samapai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) kelompok usia antara 60 samapai 70 tahun
c. Usia lanjut usai (old) kelompok usia antara 75 sampai 90 tahun
d. Usaia tua (veryold)kelompk usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun perubahan-perubahan
akibat dari usai tersebut telah dapat di identifikasi, misalnya perubahan pada aspek fisik berupa
perubahan neurologi dan sensorik, perubahan visual, perubahan pendengaran. Perubahan-
perubahan tersebut dapat menghambat proses penerimaan dan interprestasi terhadap maksud
komunikasi. Perubahan ini juga menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi. Belum lagi perubahan kognetif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi,
kemampuan belajar, daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi.
Gejala-gejala penolakan tersebut misalnya:
a. Tidak percaya terhadap diagnose, gejala, perkembangan serta keterangan yang di berikan
petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yang di berikan sedemikian rupa, sehinga di terima keliru
c. Menolak membicarakan perawatanya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan yang mengikut
sertakan dirinya
e. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama bila
nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
4. Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun psikis secara bertahap
menyebabkan emosi klien relative menjadi labil perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga
kesetabilan emosi klien lansia, mesalnya dengan mengiyakan , senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hormat menghargai selama lansia
berbicara. Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi
beban bagi keluarganya. Dengan demikaian di harapkan klien termotivasi untuk menjadi dan
berkarya sesuai dengan kemampuannya. Selama memberi dukungan baik secara materiil maupun
moril, petugas kesehatan jangan terkesan menggurui atau mangajari klien karena ini dapat
merendahan kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya. Ungkapan-
ungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan diri klien tanpa terkesan
menggurui atau mengajari misalnya: ‘saya yakin bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya, untuk itu
bapak/ibu dapat melaksanakanya……. dan bila diperlukan kami dapat membantu’.
5. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses komunikasi tidak berlangsung
dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih
dari satu kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat di terima dan di
persepsikan sama oleh klien ‘bapak/ibu bisa menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta
tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi…?.
6. Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-perubahan yang
terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan
ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang di lakukan tidak
terapeutik, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
A. Kesimpulan
Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara
seorang anggota keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai wadah
dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar
anak dapat menjalani hidupnya ketika berada dalam lingkungan masyarakat, apa yang terjadi jika
sebuah pola komunikasi keluarga tidak terjadi secara harmonis tentu akan mempengaruhi
perkembangan anak.
Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada terhadap
perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang
berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran
pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut kami menulis
makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.
B. Saran
Komunikasi terpeutik harus di terapkan oleh seorang perawat, karena komunikasi merupakan
elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,
mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang
DAFTAR PUSTAKA
Daimayanti, Mukhripah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung. PT
Refika Aditama.
http://materi-sehat.blogspot.com/07-04-2013
http://muzacil.wordpress.com/01-04-2013
http://wordpress.com/2011/06/03/dampak-kurangnya-komunikasi-dlm-keluarga/
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/komunikasi-dalam-keluarga/
http://dhinipedia.blogspot.com/2012/01/komunikasi-dalam-keluarga.html
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan Aplikasi dalam Pelayanan. Graha Ilmu: Yogyakarta
Muwarni, anita (2009), Komunikasi terapeutik panduan bagi keperawatan. Fitramaya: yogyakarta