Anda di halaman 1dari 3

Fraktur Akibat Osteoporosis

1
Nur A’mala Dewi dan 2Yudha Nurdian

1
Student, Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia
2
Faculty of Medicine, University of Jember, Indonesia
Corresponding Author: namdewi@gmail.com
162010101128@students.unej.ac.id

Abstrak
Pendahuluan

Osteoporosis merupakan keadaan tulang yang ditandai dengan menurunnya massa tulang
atau kepadatan tulang yang diakibatkan oleh ketidakmampuan tubuh dalam mengatur kandungan
mineral dalam tulang dan juga rusaknya arsitektur tulang yang mengakibatkan penurunan
kekuatan dari tulang yang tidak lain adalah pengeroposan tulang, gangguan pada metabolisme
tulang adalah penyebab dari osteoporosis. Tiga tempat yang paling rawan mengalami
osteoporosis adalah tulang belakang, panggul dan pergelangan tangan. Fraktur panggul paling
sering terjadi akibat osteoporosis. Menurut WHO memperkirakan bahwa angka kejadian patah
tulang (fraktur) karena osteoporosis mengalami peningkatan tiga kali lipat. Data dari
International Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan bahwa satu dari tiga wanita dan satu
dari delapan pria yang mempunyai usia diatas 50 tahun mengalami risiko patah tulang atau
fraktur akibat osteoporosis. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya osteoporosis
antara lain adalah usia, rokok, kualitas diet, penggunaan obat-obatan seperti glukokortikoid dan
tiroid, dan konsumsi alkohol. Osteoporosis sendiri dikelompokkan menjadi 2 yaitu, Osteoporosis
primer yang biasanya terjadi pada wanita pascamenopause dan pada wanita yang lanjut usia,
biasanya disebabkan oleh pengaruh hormone yang tidak seefektif biasanya, yang paling
mempengaruhi adalah hormone estrogen yang seharusnya melindungi tulang dalam tubuh malah
jumlahnya berkurang, berbeda pada pria biasanya yang terjadi adalah osteoporosis senilis, yang
terjadi akibat berkurangnya kalsium karena pertambahan usia.Osteoporosis sekunder biasanya
disebabkan oleh penyakit tertentu, gaya hidup (merokok, mengkonsumsi alkohol yang
berlebihan, mengkonsumsi kafein yang berlebihan, kurangnya aktifitas fisik, dan gangguan
hormonal), berbeda dengan osteoporosis primer yang terjadi karena faktor usia, osteoporosis
sekunder terjadi pada seseorang yang masih berusia muda. Osteoporosis dapat muncul tanpa
diduga , beberapa patah tulang atau fraktur akibat osteoporosis dapat lolos dari deteksi selama
bertahun tahun karena tidak memperlihatkan gejala. Gejala yang biasanya berhubungan dengan
patah tulang atau fraktur akibat osteoporosis adalah nyeri dan lokasinya tergantung pada lokasi
yang mengalami patah tulang atau fraktur.
Osteoporosis disebabkan oleh berbagai penyebab, ada yang bisa untuk dihindari dan tidak
bisa dihindari yaitu;
1. Usia, pada seseorang yang berusia 35 tahun keatas akan mengalami penurunan kepadatan
tulang secara alami.
2. Hormon, pascamanopause atau masa setelah berhentinya menstruasi, perempuan akan
akan lebih rentan mengalami osteoporosis karena terjadi perubahan pada hormonalnya
yaitu terjadi penurunan drastis dalam penyerapan kalsium dalam tubuh.
3. Keturunan, seseorang yang mempunyai keturunan osteoporosis (contohnya bungkuk)
akan memiliki risiko lebih besar terkena pengeroposan tulang.
4. Berkurangnya gerakan fisik.
Gejala klinis yang ditemui biasanya tidak spesifik dan biasanya osteoporosis tidak memiliki
tanda-tanda atau gejala khusus sampai akhirnya akan terjadi patah tulang atau fraktur, dan yang
lain lebih sering mengalami gejala klasik yang umum berupa nyeri punggung yang biasanya
dipicu oleh kegiatan yang berlebihan maupun stress fisik, dan akan menghilang setelah 4-6
minggu, oleh karena itu biasanya seseorang akan tidak sadar telah mengalami gejala awal. Pasien
juga dating dengan gejala yang lain, seperti gejala patah tulang, turunnya tinggi badan, bungkuk.
Seseorang yang mengalami patah tulang biasanya untuk menegakkan diagnosis pasti melali
pemeriksaan fisik, gejala yang dialami pasien, dan rontgen tulang. Pemeriksaan lebih lanjut juga
perlu dilakukan untuk menyingkirkan keadaan lain yang dapat menyebabkan osteoporosis.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan MRI(Magnetic Resonance Imaging), radiologi,
radioisotope, serta pemeriksaan dengan menggunakan densitometer untuk menilai kepadatan
tulang, biasanya pemeriksaan yang paling dipilih dan paling akurat adalah DXA (Dual-energy x-
ray absorptiometry) , pada pemeriksaan ini aman dan tidak menimbulkan nyeri serta dapat
dilakukan dalam waktu yang singkat antara 5-15 menit. Pengobatan yang dianjurkan untuk pasien
osteoporosis memiliki tujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang yaitu dengan mengonsumsi
kalsium dan vitamin D yang telah dianjurkan dan mencukupi kebutuhan setiap pasien. Selain
meningkatkan kepadatan tulang, pasien osteoporosis juga membutuhkan beberapa jenis obat yang
lain karena selain perlu dipadatkan tulang juga harus dikuatkan, hal ini terjadi karena pengaruh
pengaruh proses penuaan dan kekurangan hormone akan membuat tulang semakin rapuh dan
tipis. Obat-obatan tambahn dikonsumsi secara terus-menerus untuk membantu dan
mempertahankan tulang yang sehat, oabat yang digunakan adalah :
1. Golongan bifosfat,
2. Kalsitonin, dan
3. Reloxifene.
Penangan umum yang biasanya dilakukan adalah untuk mengurangi rasa sakit, bantuan
menghadapi dampak psikososial terhadap penyakit, pemulihan mobilitas, dan pencegahan.
Penanganan umum yang dianjurkan adalah mengubah pola makan, olahraga, dan lebih berhati-
hati dalam melakukan aktifitas sehari-hari agar tidak mudah jatuh. Berkomunikasi dengan
penderita osteoporosis juga merupakan salah satu penanganan yang penting, dengan menjelaskan
mengenai semua aspek penyakit, pencegahan, serta sarana dan prasarana untuk menunjang
kesembuhan penderita osteoporosis tersebut. Pencegahan osteoporosis juga penting untuk
dilakukan, misalnya dengan mempertahankan dan meningkatkan kepadatan tulang dengan
mengkonsumsi kalsium yang cukup, minum 2 gelas susu, dan juga vitamin D setiap hari. Gaya
hidup yang sehat juga bias menjadi pilihan, yaitu dengan menghindari merokok dan minum
alkohol dapat menurunkan risiko osteoporosis.

Ringkasan

Osteoporosis merupakaan keadaan yang ditandai dengan dengan menurunnya massa tulang
dan kepadatan tulang yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan tulang yang
baru dan reabsorbsi tulang tua. Tiga tempat yang paling rawan mengalami osteoporosis adalah
tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan, dan fraktur panggul paling sering terjadi
akibat osteoporosis. Faktor-faktor terjadinya osteoporosis adalah usia, gaya hidup (merokok,
mengkonsumsi alkohol, mengkonsumsi kafein), kurangnya aktifitas fisik dan kurangnya
pengetahuan mengenai osteoporosis. Osteoporosis biasanya tidak memiliki gejala yang spesifik
sampai akhirnya terjadi patah tulang atau fraktur, oleh karena itu osteoporosis sering disebut
dengan “silent disease” atau “silent thief”. Gejala yang paling sering dikeluhkan penderita
adalah nyeri pada daerah yang fraktur.Penanganan secara khusus adalah mengonsumsi kalsium,
vitamin D, dan 2 gelas susu per hari. Penanganan secara umum adalah melakukan olahraga,
menghindari rokok, alkohol, kafein, serta lebih berhati hati dalam beraktifitas fisik untuk
menghindari terjatuh.

Referensi

Buchbinder, R., R.V. Johnston., K.J. Rischin., J. Homik., C.A. Jones., K. Golmohammadi, dan
D.F. Kallmes. 2018. Percutaneous vertebroplasty for osteoporotic vertebral compression
fracture. Cochrane Systematic Review.

Giangregorio, L. M., N. J. Maclntyre., L. Thabane, C. J. Skidmore, dan A. Papaioannou. 2013.


Exercise for improving outcomes after osteoporotic vertebral fracture. Cochrane
Systematic Review.11(2): 80-85.

Raisz L (2005). "Pathogenesis of osteoporosis: concepts, conflicts, and prospects". J Clin


Invest. 115 (12): 3318–25.

Ramadani. M. 2010. Faktor-faktor resiko osteoporosis dan upaya pencegahannya. Jurnal


Kesehatan Masyarakat. 4(2): 111-115.

Setyawati, B., N. Fuada, dan Salimar. 2014. Pengetahuan tentang osteoporosis dan kepadatan
tulang hubungannya dengan kalsium pada wanita dewasa muda. 1-10.

World Health Organization. 2007. WHO global report on falls prevention in older age.

Yatim, F, 2000. Osteoporosis Penyakit Kerapuhan Tulang pada Lansia. Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai