Anda di halaman 1dari 26

JURNAL PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

“Sediaan Body Scrub


Ekstrak Kulit Ari Biji Kakao (Theobroma Cacao)”
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas laporan praktikum mata kuliah praktikum
kosmetologi

Disusun oleh:
Hidayatul Karimah
11171020000007
A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
APRIL/2020
A. Tujuan praktikum
1. Menjelaskan formulasi sediaan Body Scrub
2. Menjelaskan cara pembuatan sediaan Body Scrub

B. Formulasi
No. Nama Bahan Jumlah
1. Ekstrak kulit biji kakao 6%
2. Setil alcohol 0,2%
3. Propilen glikol 5%
4. TEA 1,2%
5. Asam stearate 15%
6. Gliserin 5%
7. Silica 2,5%
8. Parfum Qs
9. Aquadest ad 100%

C. Preformulasi
1. Ekstrak kulit biji kakao
Nama senyawa Theobroma Cacao
Morfologi Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.

Kandungan ekstrak kulit mengandung 2,3-butanediol (6,45%),


biji kakao benzeneacetic acid (2,33%), caffeine (23,51%),
dan theobromine (65,99%). Selain itu kulit biji
kakao juga mengandung fenol yang berguna
sebagai antimikroba yang dapat menghilangkan
atau mengangkat kotoran yang ada pada kulit
Manfaat dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba karena
kandungan komponen fitokimianya. Kandungan
komponen fenoliknya seperti tanin dan
flavonoid berpotensi sebagai sumber
antioksidan alami

2. Setil Alkohol
Nama Senyawa Cetil Alkohol (Raymond C, 2009)

Struktur Kimia

C16H34O BM 242.44 (Raymond C, 2009)


Pemerian Lunak, lempengan putih, granul, kubus. Memiliki
bau lemah dan rasa hambar (Raymond C, 2009)
Sangat mudah larut dalam etanol 95% dan eter;
Kelarutan meningkat dengan adanya pemanasan ;
Kelarutan praktis tidak larut air ; Dapat bercampur jika
dilelehkan bersamaan dengan lemak, larutan, dan
parafin padat (Raymond C, 2009)
Suhu leleh 45-52ºC (Raymond C, 2009)
Cetil alcohol stabil dengan adanya asam, basa,
Stabilitas cahaya, dan udara serta tidak tengik. (Raymond C,
2009)
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan agen pengoksidasi kuat
(Raymond C, 2009)
Fungsi Emulsifying agent, Stiffening agent (Raymond C,
2009)
Emollient : 2-5%
Konsentrasi Emulsifying agent : 2-5%
Stiffening agent : 2-10%
(Raymond C, 2009)

3. Propilen Glikol
Nama Senyawa) Propilen glikol, 1,2-propanediol (National Center
for Biotechnology Information,2018
Rumus Molekul C3H8O2. (Raymond C Rowe, 2006)

Struktur molekul

(National Center for Biotechnology Information,


2018)
Pemerian Cairan kental yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan rasa manis. (Raymond C Rowe, 2006)
Berat Molekul 76,95 g/mol. (Raymond C Rowe, 2006)
Titik Leleh -59°C. (Raymond C Rowe, 2006)
pKa 14,9 (National Center for Biotechnology, 2018)
Koefisien partisi 0.92 (National Center for Biotechnology, 2018)
Dapat percampur dengan aseton, kloroform,
etanol (95%), dan air, larut dalam 1 dari 6 bagian
Kelarutan eter, tidak dapat bercampur dengan minyak
mineral tetapi dapat larut dalam minyak esensial.
(Raymond C Rowe, 2006)
Stabil pada suhu dingin dengan wadah tertutup,
Stabilitas jika pada suhu tinggi dan dengan wadah terbuka
propilen glikol cenderung mengoksidasi sehingga
dapat menghasilkan produk seperti asam laktat.
Propilen glikol stabil secara kimia bila dicampur
dengan etanol (95%), gliserin atau air. (Raymond
C Rowe, 2006)
Propilen glikol tidak dapat digunakan bersamaan
Inkompatibilitas dengan reagen pengoksidasi seperti kalium
permanganate. (Raymond C Rowe, 2006)
Metode analitik) Dengan menggunakan kromatografi gas dengan
detector ionisasi api. (Horwitz W., 2000)
Kegunaan Sebagai pelarut cosolvent, pengawet. (Raymond
C Rowe, 2006)

4. TEA
Nama senyawa) Trietanolamin; TEA (Raymond C, 2009

Struktur molekul
(Raymond C, 2009)
Rumus molekul C6H15NO3 (Raymond C, 2009
Berat molekul 149.19 g/mol (Raymond C, 2009)
larutan kental jernih tidak berwarna hingga
Pemerian kuning pucat, berbau amoniak sedikit dan
higroskopik (Raymond C, 2009)
Kelarutan larut dalam diklorometana, dapat bercampur
dengan air dan alcohol (Sean C, 2009)
Titik leleh 20-21 oC (Raymond C, 2009)
Titik didih) 335 oC (Raymond C, 2009
Keasaman pH: 10.5 (Raymond C, 2009)
Trietanolamin akan berubah warna menjadi
kecoklatan saat terkena uadara dan cahaya. Akan
menjadi keras bila disimpan dalam suhu dibawah
Stabilitas 15 oC, akan tetapi dapat kembali seperti semula
bila dipanaskan dan dicampur kembali sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup yang
terlindungi dari cahaya dan simpan di tempat
yang kering (Raymond C, 2009)
Trietanolamin merupakan amina tersier yang
memiliki grup hidroksi sehingga dapat
mengalami reaksi dengan amina tersier lainnya
dan alkohol. TEA akan bereaksi dengan asam
mineral membentuk Kristal garam dan ester.
Dengan asam lemak yang lebih tinggi, TEA akan
membentuk garam yang larut di dalam air dan
Inkompatibilitas memiliki karakteristik seperti sabun. TEA juga
akan bereaksi dengan tembaga membentuk
garam kompleks. Penghilangan warna dan
presipitasi akan terjadi dengan adanya garam
logam. TEA akan bereaksi dengan reagen seperti
tionil klorisa untuk menggantikan hidroksi
dengan halogen, menghasilkan produk yang
sangat beracun. (Raymond C, 2009)
emulsifying agent: 2-4% v/v dan 2-5 kali jumlah
Fungsi dari asam lemak menghasilkan O/W emulsifying
agent: 5% v/v untuk mineral oil menghasilkan
O/W alkalizing agent (Raymond C, 2009)

5. Asam Stearat
Nama Senyawa Asam Stearat. (Raymond C, 2009)

Struktur Kimia
C18H36O2 BM 284.47
(Raymond C, 2009)
Padat, putih atau agak kekuningan, mengkilap,
Pemerian kristalin atau serbuk putih kekuningan. Agak
berbau dan rasa seperti lemak. (Raymond C,
2009)
Sangat mudah larut dalam benzene, karbon
Kelarutan tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam
etanol 95%, heksana, dan propilenglikol; praktis
tidak larut air. (Raymond C, 2009)
Suhu leleh 69-70ºC. (Raymond C, 2009)
Asam stearate merupakan material stabil dan
Stabilitas dapat ditambahkan dengan antioksidan.
(Raymond C, 2009)
Inkompatibel dengan logam hidroksida dan juga
Inkompatibilitas dengan basa, agen pereduksi dana gen
pengoksidasi. (Raymond C, 2009)
Fungsi Emulsifying agent, Solubilizing agent.
(Raymond C, 2009)
Konsentrasi Salep dan Krim : 1-20% . (Raymond C, 2009)

6. Gliserin
Nama Senyawa Gliserin. (Raymond C, 2009)

Struktur Kimia

C3H8O3 BM = 92.09
(Raymond C, 2009)
Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa
Pemerian manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam
atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap
lakmus. (Depkes RI, FI V, 2014)
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,
Kelarutan tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap.
(Depkes RI, FI V, 2014)
Titik leleh 17.8° C. (Raymond C, 2009)
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni
tidak teroksidasi dalam kondisi penyimpanan..
Gliserin murni tidak mudah mengalami oksidasi
atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa,
Stabilitas tapi terurai pada pemanasan dengan evolusi
akrolein beracun.Campuran dari gliserin dengan
air, ethanol
(95%) dan PPG stabil secara kimiawi.
(Raymond C, 2009)
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan
oksidasi agent seperti chromium trioxide, kalium
klorat atau kalium permanganate. Dalam larutan
encer, reaksi lebih lambat dengan pembentukan
produk oksidasi. Perubahan warna hitam
padagliserin terjadi dengan adanya cahaya, atau
Inkompatibilitas kontak dengan seng oksidaatau bismut nitrat
dasar.Kontaminan dengan besi pada gliserin
dapat menyebabkan penggelapan pada campuran
warna mengandung fenol,salisilat dan tannin.
Glicerin terdiri dari asam boric kompleks, asam
gliseroboric, dimana lebih asam dari asam boric.
(Raymond C, 2009)
Fungsi Antimicrobial preservative, kosolven, emollient,
humektan. (Raymond C, 2009)
• Antimicrobial preservatives < 20%
Konsentrasi • Emollient ≤ 30% Humektan ≤ 30%
(Raymond C, 2009)
7. Silica
Nama Senyawa Colloidal Sillicone Dioxide (Raymond C, 2009).
Rumus Molekul SiO2 BM = 60.08 (Raymond C, 2009).
Serbuk amorf, putih, ringan, tidak berbau, tidak
Pemerian ada rasa. Ukuran partikel 15 nm
(Raymond C, 2009).
Praktis tidak larut dalam air, pelarut organic, dan
Kelarutan asam; larut dalam larutan panas alkali hidroksida
(Raymond C, 2009).
pH 3.8-4.2 (4% w/v larutan) dan 3.5-4.0 (10% w/v
larutan) (Raymond C, 2009).
Titik leleh 1600° C (Raymond C, 2009).
Bersifat higroskopis. Ketika digunakan pada
larutan pH 0-7.5, silica efektif meningkatkan
Stabilitas viskositas, pH lebih besar dari 7.5 akan
mengurangi kemampuannya dalam
meningkatkan viskositas. (Raymond C, 2009).
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan sediaan diethylstilbesterol
(Raymond C, 2009).
Fungsi Abrasives pada lulur, penstabil emulsi (1-5%)
(Raymond C, 2009).

8. Aquadest
aquadest/air murni/ purified water (Depkes RI,
Nama senyawa 2014) Aqua; hydrogen oxide (Raymond C,
2009).
Struktur Kimia

(Pubchem, Aquadest)
Berat Molekul 18,02 g/mol (Depkes RI, hal 64; 2014)
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
(Depkes RI, hal 64; 2014)
Kelarutan tercampur dengan pelarut polar (Raymond C,
2009).
Titik Leleh 0° C (Pubchem)
Keasaman atau pH 5,0-7,0 (Depkes RI, hal 64; 2014)
kebasaan
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan eksipien obat terlarang yang rentan
terhadap hidrolisis (penguraian dengan adanya
air atau uap air) pada suhu sekitar dan tinggi. Air
dapat bereaksi keras dengan logam alkali dan
Inkompatibilitas. cepat dengan logam alkali dan oksida mereka,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organik dan kalsium karbida
tertentu (Raymond C, 2009)
Stabilitas Air stabil secara kimiawi di semua keadaan fisik
(es, cairan, dan uap) (Raymond C, 2009).
Fungsi Pelarut. (Raymond C, 2009).
D. Penimbangan Bahan
Nama Bahan Perhitungan Jumlah
ekstrak Biji Kakao 6 3 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
setil alcohol 0,2 0,1 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
propilen glikol 5 2,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
TEA 1,2 0,6 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
asam stearate 15 7,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Gliserin 5 2,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Silica 2,5 1,25 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Parfum Qs 1 ml
Aquadest ad 50 – ( 3 + 0,1 + 2,5 + 0,6 + 7,5 + 2,5 + 31,55 ml
1,25+ 1 ) = 31,55 ml
E. Cara Kerja

Setil alcohol dan asam stearate dilebur di atas penangas air hingga suhu 70ᵒC
(massa A)

Propilen glikol, gliserin, TEA, dan air dipanaskan di atas penangas air
hingga suhu 70ᵒC (massa B)

Massa A dan Massa B dicampur di dalam mortir yang


sebelumnya telah dingatkan. Aduk hingga terbentuk massa
putih seperti susu

Tambahkan ekstrak kulit ari biji kakao dan aduk hingga


homogen

Tambahkan silica (butiran scrub) aduk hingga


homogen

Terakhir tambahkan parfum diaduk hingga


homogen dan masukkan ke dalam wadah
F. Box Sediaan
G. Label Sediaan
Judul Jurnal : PENGARUH SUHU DAN PENAMBAHAN BAHAN ABRASIVE
KULIT ARI
BIJI KAKAO TERHADAP KARAKTERISTIK KRIM BODY
SCRUB
Penulis : Anak Agung Gede Rai Giri Natha, A.A.P. Agung Suryawan
Wiranatha, Sri
Mulyani
Tahun : 2019

A. PENDAHULUAN
Kosmetik sudah menjadi bahan kebutuhan sehari-hari baik digunakan
oleh kaum wanita maupun pria. Kosmetik yang termasuk dalam kosmetik
perawatan kulit antara lain kosmetik pembersih, pelembab (moisturizer) dan
pelindung seperti tabir surya (Draelos dan Lauren, 2006). Kosmetik pembersih
merupakan produk perawatan kulit untuk membersihkan minyak, kotoran dan
polutan lain. Kosmetik pembersih biasa tidak sanggup untuk mengangkat sel-
sel yang sudah mati dipermukaan kulit. Bahan yang agak kasar diperlukan
untuk dapat melepaskannya dari kulit, seperti batu apung, handuk kasar, atau
kosmetik pengampelas/penipis kulit yang umum disebut scrub cream
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Bahan-bahan dasar scrub cream sama dengan krim pembersih kulit pada
umumnya yang mengandung lemak. Scrub cream dimasukkan butiran-butiran
kasar yang bersifat sebagai abrasiver agar bisa mengangkat sel-sel yang sudah
mati dari epidermis. Dengan dilakukannya pengelupasan dapat menyegarkan
kulit, membuat rileks dan santai kulit. Jika regenerasi kulit terlambat, kulit
menjadi kering, keriput, kusam, dan tidak elastis, terutama dibagian siku, lutut,
dan tumit (Betty, 2013).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi krim body scrub antara lain
jenis bahan abrasive yang ditambahkan, konsentrasi zat yang ditambahkan,
suhu, pengadukan, ukuran partikel embuatan produk krim body scrub dengan
penambahan bahan abrasive diantaranya adalah penelitian Betty (2013)
menggunakan bekatul sebagai bahan abrasive. Begitu pula pada penelitian
Indratmoko dan Meli (2017) serbuk kopi sebagai bahan abrasive. Merujuk
pada penelitian tersebut maka kulit ari biji kakao berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan abrasive dalam kesediaan krim body scrub.
Kandungan antioksidan dan tekstur kasar yang dimiliki kulit ari biji kakao dapat
dimanfaatkan untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga berpotensi
digunakan sebagai bahan abrasive dari krim body scrub tersebut.
B. METODE PENELITIAN
a) Alat dan bahan
• Alat
viscometer, spektrofotometer UV-VIS, neraca analitik,
peralatan gelas, ayakan, oven, cawan petri, mikropipet, pH-
meter Beckman, dan vortex
• Bahan
kulit ari biji kakao, beras, aquades, propilen glikol, gliserin,
asam stearat, setil alcohol, span 80 dan tween 80. Bahan lain
yang digunakan untuk pengujian karakteristik krim body scrub
methanol, follin ciocalteu, dan asam galat
b) Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola
faktorial dengan dua faktor, faktor pertama yaitu perlakuan suhu
pemanasan, dan yang kedua penambahan bahan abrasive. Variasi suhu
pemanasan terdiri dari 2 taraf yaitu T1: 65°C, T2 : 75°C. Penambahan
bahan abrasive terdiri dari 3 taraf yaitu: P1 : 3 persen, P2 : 6 persen, P3
: 9 persen. Dari kombinasi perlakuan tersebut diperoleh 6 unit
percobaan. Perlakuan dikelompokkan berdasarkan waktu pelaksanaan
menjadi 3 sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
c) Pelaksanaan penelitian
Pembuatan krim dilakukan dengan tiga tahapan yaitu; persiapan bahan
abrasive bubuk kulit ari biji kakao, pembuatan basis sediaan krim body
scrub, dan analisis krim body scrub
• kulit ari biji kakao dikecilkan ukurannya menggunakan blender
kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 20<x<40 mesh
untuk menyeragamkan ukurannya. Kulit ari biji kakao dengan
ukuran seragam dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C
sehingga kadar air yang terkandung dalam bahan 5 + 1 persen.
Penurunan kadar air bertujuan agar kulit ari biji kakao tidak
cepat berjamur. Formula krim yang digunakan dalam penelitian
ini seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.
• Dalam pembuatan sediaan krim terdapat dua bahan, yaitu water
base dan oil base. Oil base terdiri dari asam stearat 15 g, setil
alkohol 1 g dan span 80 sebanyak 2,86 g. Water base terdiri dari
aquades, 5 mL propilen glikol, 1,9 g tween 80 dan 5 mL gliserin.
Oil base dan water base dipanaskan pada suhu 65°C dan 75°C
secara terpisah pada water bath. Pemanasan dilakukan sampai
fase minyak dan fase air melarut pada seluruh komponennya
dengan adanya pengadukan. Selanjutnya campuran bahan water
base dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam bahan oil base
dan diaduk dengan cara manual sampai terbentuk sediaan krim.
• Pencampuran bahan scrub dilakukan setelah terbentuk basis
sediaan krim yang mengental. Pada tahap pencampuran, krim
body scrub ditambahkan bubuk beras 5 g selanjutnya diberi
perlakuan penambahan bahan abrasive bubuk kulit ari biji kakao
dengan persentase 3 persen, 6 persen dan 9 persen.
C. FORMULA

D. Hasil dan pembahasan


1. Kadar air bahan baku
Berdasarkan hasil pengujian kadar air kulit ari biji kakao sebagai bahan
scrub diperoleh nilai rata-rata yaitu sebesar 4,78 persen dengan standar
deviasi sebesar 0,04726. Nilai maksimal kadar air bubuk kulit ari biji
kakao yang baik yaitu sebesar 4,82 persen, nilai tersebut menunjukan
bahwa kadar air yang terkandung pada bubuk kulit ari biji kakao rendah
sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan bahan. Kadar air yang
terlalu tinggi tidak baik untuk bahan scrub, karena dapat mempengaruhi
stabilitas emulsi dan umur simpan krim body scrub (Aprilia, 2013)
2. Derajat keasaman krim (Ph)
Tabel 2. menunjukkan bahwa pH krim body scrub minggu ke-0
tertinggi dihasilkan pada suhu 65°C yaitu (5,60) sedangkan nilai pH
rendah dihasilkan pada suhu 75°C yaitu (5,56). Semakin tinggi suhu
pemanasan, maka pH krim body scrub menjadi lebih rendah. Hal ini
disebabkan karena pada suhu tinggi terjadi peningkatan senyawa asam
seperti pektin yang terdapat dalam sediaan krim body scrub.

Tabel 3. juga menunjukkan bahwa pH krim body scrub minggu


ke-0 tertinggi dihasilkan pada penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3
persen yaitu 5,67 sedangkan nilai terendah dihasilkan pada penambahan
bubuk kulit ari biji kakao 9 persen yaitu 5,52. Semakin tinggi
penambahan bubuk kulit ari biji kakao menyebabkan pH krim body
scrub menjadi rendah karena bubuk kulit ari biji kakao memberikan
sifat asam. Senyawa asam yang terdapat pada bubuk kulit ari biji kakao
adalah asam organik seperti asam asetat sebanyak 0,10 persen, asam
sitrat sebanyak 0,70 persen dan asam oksalat sebanyak 0,30 persen
Gambar 4 menunjukkan bahwa selama enam minggu
penyimpanan pH krim body scrub mengalami penurunan tren. Nilai pH
tertinggi terdapat pada suhu pemanasan 65°C dan penambahan bubuk
kulit ari biji kakao 3 persen berada pada kisaran 5,70 pada minggu ke-
0 menjadi 5,40 pada minggu ke- 6, terjadi penurunan tren sebesar 5,26
persen. Nilai pH terendah terdapat pada perlakuan suhu pemanasan
75°C dan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9 persen berada pada
kisaran 5,50 pada minggu ke-0 sampai 5,20 pada minggu ke- 6, terjadi
penurunan tren sebesar 5,45 persen. pH krim body scrub bubuk kulit ari
biji kakao selama 6 minggu penyimpanan sudah stabil karena
mengalami perubahan pH yang tidak signifikan. Perubahan pH
dipengaruhi oleh suhu penyimpanan dan reaksi oksidasi pada bahan
selama penyimpanan (Young et al. 2002).
3. Total senyawa Fenolik krim Bodr Scrub

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan penambahan


bubuk kulit ari biji kakao 9 persen dengan suhu pemanasan 65oC
menghasilkan jumlah total senyawa fenol tertinggi yaitu 21,631 mg
GAE/g sementara jumlah total senyawa fenol terendah 9,625 mg GAE/g
dihasilkan pada perlakuan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3
persen dengan suhu pemanasan 75oC. Tabel 3 juga menunjukan
semakin tinggi suhu dan semakin sedikit penambahan bubuk kulit ari
biji kakao akan menyebabkan jumlah total senyawa fenol yang didapat
lebih rendah. Suhu pemanasan yang tinggi akan merusak senyawa fenol
pada krim body scrub.
4. Viskositas krim Body Scrub

Tabel 4. menunjukkan bahwa suhu pemanasan 75oC dan


penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9 persen pada krim
menghasilkan viskositas tertinggi yaitu 46.150 cp, sementara viskositas
terendah yaitu 7.533 cp terjadi pada suhu pemanasan 65oC. Tabel 4 juga
menunjukkan bahwa nilai viskositas krim body scrub akan meningkat
apabila penambahan bubuk kulit ari biji kakao dan suhu pemanasan
ditingkatkan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya suhu
pemanasan dan jumlah penambahan bubuk kulit ari biji kakao
menyebabkan jumlah air pada krim body scrub berkurang sehingga
viskositas menjadi tinggi. Selain itu peningkatan suhu menyebabkan
terjadinya hidrolisis protopektin yang terdapat didalam kulit ari biji
kakao menjadi pektin yang dapat meningkatkan viskositas krim body
scrub. Faktor yang mempengaruhi kekentaalan viskositas adalah suhu
dan waktu (Chang dan Miyamoto, 1992).
Viskositas dalam sediaan emulsi merupakan penghambat dari
suatu sediaan untuk mengalir, semakin besar tahanannya maka
viskositasnya juga semakin besar. Viskositas yang baik akan
mempunyai nilai yang tinggi karena semakin tinggi viskositas suatu
bahan maka pergerakan partikel akan cenderung makin sulit sehingga
bahan akan semakin stabil (Schmitt, 1996).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa krim bodi scrub masih
memenuhi syarat SNI 16-4399-1996, nilai viskositas sediaan krim
menurut BSN, 1996 seharusnya berada pada kisaran nilai 2.000 –
50.000 cp (centipoise). Kestabilan viskositas pada krim bodi scrub
didukung dengan penggunaan emulsifier berupa tween 80, span 80,
asam stearat dan setil alkohol. Kombinasi dari emulsifier ini membuat
sediaan krim bodi scrub tetap stabil selama penyimpanan.

5. Uji organoleptic krim body scrub


Uji Organoleptik merupakan parameter yang penting untuk melihat
penerimaan konsumen terhadap produk. Uji Organoleptik pada
penelitian ini menggunakan panelis semi terlatih berjumlah 20 orang
dengan syarat pernah menggunakan produk krim body scrub. Parameter
yang diujikan berupa aroma dan kesukaan secara keseluruhan terhadap
produk krim body scrub. Pada umumnya, konsumen memilih produk
dari segi visual dibandingkan dari khasiat produk tersebut.

6. Aroma
Tabel 6. menunjukkan bahwa aroma produk krim body scrub
panelis cenderung memberikan nilai tertinggi pada produk dengan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen pada suhu pemanasan
65oC (P2T1) dengan nilai 5,50 (suka). Sementara pada produk dengan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen dan suhu pemanasan
75oC (P2T2) diberikan nilai 5,80 (agak suka), produk dengan nilai
terendah adalah pada penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen
dan suhu pemanasan 65oC (P1T2) dengan nilai 5,40 (agak suka).
Sementara pada produk dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao
3 persen dan 9 persen pada suhu pemanasan 65oC (P1T1 dan P3T1)
diberikan nilai 5,50 dan 5,85 (agak suka), sedangkan pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen pada suhu
pemanasan 75oC (P1T2) diberikan nilai 5,45 (agak suka).
7. Kesukaan
Tabel 6 menunjukkan bahwa kesukaan produk krim body scrub
adalah panelis cenderung memberikan nilai tertinggi pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen pada suhu
pemanasan 65oC (P2T1) dengan nilai 5,85 (agak suka). Produk dengan
nilai terendah adalah dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9
persen dan suhu pemanasan 75oC (P3T2) dengan nilai 5,0 (agak suka).
Sementara pada produk dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao
3 persen dan 9 persen pada suhu pemanasan 65oC (P1T1 dan P3T1)
diberikan nilai 5,35 dan 5,55 (agak suka), sedangkan pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen dan 6 persen
pada suhu pemanasan 75oC (P1T2) diberikan nilai 5,20 dan 5,60 (agak
suka).
8. Uji efektivitas
Tabel 6 menunjukkan bahwa krim body scrub dengan perlakuan
terbaik yaitu pada perlakuan suhu pemanasan 65°C dan penambahan
bubuk kulit ari biji kakao 9 persen mempunyai nilai terbaik yaitu 0,65.
Hal tersebut menunujukkan bahwa perlakuan suhu pemanasan 65°C dan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9 persen merupakan perlakuan
terbaik dengan karakteristik sebagai berikut : pH 5,53, viskositas 36.617
cp, aroma 5,85, kesukaan 5,5, dan kandungan senyawa fenolik 21,092
mg GAE/g.
E. Kesimpulan
1) Suhu pemanasan dan penambahan bubuk kulit ari biji kakao serta
interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap total fenolik dan
interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap viskositas krim body
scrub, tetapi perlakuan tidak berinteraksi terhadap pH, aroma dan
kesukaan.
2) Hasil terbaik krim body scrub adalah perlakuan suhu pemanasan 65oC
dan penambahan bubuk kulit ari kakao 9 persen dengan karakteristik
sebagai berikut: pH 5,53, viskositas 36.617 cp, aroma 5,85, kesukaan
5,5, dan kandungan senyawa fenolik 21,092 mg GAE/g.
3) Selama enam minggu penyimpanan karakteristik krim body scrub
menunjukkan kestabilan pada variabel pH, total senyawa fenolik dan
viskositas.
DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analitical Chemist. 2005. Official Methods of Analysis of


The Association of Official Analytical Chemist 18th Edition. Gaithersburg, USA.
Aprilia, A. (2013). Antimicrobial and Antioxidant Activities of Microwave Assisted Extracts
from Coffee Ground Residue in Chiang Rai Province, Thailand. Skripsi. Bogor:
Institut Pertanian Bogor. Halaman 2-5, 8, 26.
Aulia, A., (2017), Pengaruh Waktu Penyimpanan terhadap pH Sediaan Obat Kumur Ekstrak
Bunga Delima Merah (Punica granatum L.): Surakarta, Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Betty A., 2013, Stabilitas Fisika Sediaan Body Scrub Mengandung Bekatul, Rice Bran Oil,
Virgin Coconut Oil (VCO), Kopi Dan Ekstrak Aloe Vera Dengan Bahan Pengawet
DMDM Hydantonin Dan Natrium Benzoat, Jurnal Ilmiah UBAYA. 3(1): 1-14.
Minifie, B. W. 1984, Chocolate, Cocoa and Confectionary. Science and Technology, 2nd
edition.VA Churcil 104, London
Miranda, M., H. Maureira, K. Rodriguez, and A.V. Galves. 2009. Influence of Temperature
on The Drying Kinetics, Physicochemical Properties, and Antioxidant Capacity of
Aloe Vera

Anda mungkin juga menyukai