Disusun oleh:
Hidayatul Karimah
11171020000007
A
B. Formulasi
No. Nama Bahan Jumlah
1. Ekstrak kulit biji kakao 6%
2. Setil alcohol 0,2%
3. Propilen glikol 5%
4. TEA 1,2%
5. Asam stearate 15%
6. Gliserin 5%
7. Silica 2,5%
8. Parfum Qs
9. Aquadest ad 100%
C. Preformulasi
1. Ekstrak kulit biji kakao
Nama senyawa Theobroma Cacao
Morfologi Divisi : Spermatophyta
Anak Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
Jenis : Theobroma cacao L.
2. Setil Alkohol
Nama Senyawa Cetil Alkohol (Raymond C, 2009)
Struktur Kimia
3. Propilen Glikol
Nama Senyawa) Propilen glikol, 1,2-propanediol (National Center
for Biotechnology Information,2018
Rumus Molekul C3H8O2. (Raymond C Rowe, 2006)
Struktur molekul
4. TEA
Nama senyawa) Trietanolamin; TEA (Raymond C, 2009
Struktur molekul
(Raymond C, 2009)
Rumus molekul C6H15NO3 (Raymond C, 2009
Berat molekul 149.19 g/mol (Raymond C, 2009)
larutan kental jernih tidak berwarna hingga
Pemerian kuning pucat, berbau amoniak sedikit dan
higroskopik (Raymond C, 2009)
Kelarutan larut dalam diklorometana, dapat bercampur
dengan air dan alcohol (Sean C, 2009)
Titik leleh 20-21 oC (Raymond C, 2009)
Titik didih) 335 oC (Raymond C, 2009
Keasaman pH: 10.5 (Raymond C, 2009)
Trietanolamin akan berubah warna menjadi
kecoklatan saat terkena uadara dan cahaya. Akan
menjadi keras bila disimpan dalam suhu dibawah
Stabilitas 15 oC, akan tetapi dapat kembali seperti semula
bila dipanaskan dan dicampur kembali sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup yang
terlindungi dari cahaya dan simpan di tempat
yang kering (Raymond C, 2009)
Trietanolamin merupakan amina tersier yang
memiliki grup hidroksi sehingga dapat
mengalami reaksi dengan amina tersier lainnya
dan alkohol. TEA akan bereaksi dengan asam
mineral membentuk Kristal garam dan ester.
Dengan asam lemak yang lebih tinggi, TEA akan
membentuk garam yang larut di dalam air dan
Inkompatibilitas memiliki karakteristik seperti sabun. TEA juga
akan bereaksi dengan tembaga membentuk
garam kompleks. Penghilangan warna dan
presipitasi akan terjadi dengan adanya garam
logam. TEA akan bereaksi dengan reagen seperti
tionil klorisa untuk menggantikan hidroksi
dengan halogen, menghasilkan produk yang
sangat beracun. (Raymond C, 2009)
emulsifying agent: 2-4% v/v dan 2-5 kali jumlah
Fungsi dari asam lemak menghasilkan O/W emulsifying
agent: 5% v/v untuk mineral oil menghasilkan
O/W alkalizing agent (Raymond C, 2009)
5. Asam Stearat
Nama Senyawa Asam Stearat. (Raymond C, 2009)
Struktur Kimia
C18H36O2 BM 284.47
(Raymond C, 2009)
Padat, putih atau agak kekuningan, mengkilap,
Pemerian kristalin atau serbuk putih kekuningan. Agak
berbau dan rasa seperti lemak. (Raymond C,
2009)
Sangat mudah larut dalam benzene, karbon
Kelarutan tetraklorida, kloroform, dan eter; larut dalam
etanol 95%, heksana, dan propilenglikol; praktis
tidak larut air. (Raymond C, 2009)
Suhu leleh 69-70ºC. (Raymond C, 2009)
Asam stearate merupakan material stabil dan
Stabilitas dapat ditambahkan dengan antioksidan.
(Raymond C, 2009)
Inkompatibel dengan logam hidroksida dan juga
Inkompatibilitas dengan basa, agen pereduksi dana gen
pengoksidasi. (Raymond C, 2009)
Fungsi Emulsifying agent, Solubilizing agent.
(Raymond C, 2009)
Konsentrasi Salep dan Krim : 1-20% . (Raymond C, 2009)
6. Gliserin
Nama Senyawa Gliserin. (Raymond C, 2009)
Struktur Kimia
C3H8O3 BM = 92.09
(Raymond C, 2009)
Cairan; jernih seperti sirup; tidak berwarna; rasa
Pemerian manis; hanya boleh berbau khas lemah (tajam
atau tidak enak). Higroskopik; netral terhadap
lakmus. (Depkes RI, FI V, 2014)
Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol,
Kelarutan tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap.
(Depkes RI, FI V, 2014)
Titik leleh 17.8° C. (Raymond C, 2009)
Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni
tidak teroksidasi dalam kondisi penyimpanan..
Gliserin murni tidak mudah mengalami oksidasi
atmosfer di bawah kondisi penyimpanan biasa,
Stabilitas tapi terurai pada pemanasan dengan evolusi
akrolein beracun.Campuran dari gliserin dengan
air, ethanol
(95%) dan PPG stabil secara kimiawi.
(Raymond C, 2009)
Gliserin dapat meledak jika dicampur dengan
oksidasi agent seperti chromium trioxide, kalium
klorat atau kalium permanganate. Dalam larutan
encer, reaksi lebih lambat dengan pembentukan
produk oksidasi. Perubahan warna hitam
padagliserin terjadi dengan adanya cahaya, atau
Inkompatibilitas kontak dengan seng oksidaatau bismut nitrat
dasar.Kontaminan dengan besi pada gliserin
dapat menyebabkan penggelapan pada campuran
warna mengandung fenol,salisilat dan tannin.
Glicerin terdiri dari asam boric kompleks, asam
gliseroboric, dimana lebih asam dari asam boric.
(Raymond C, 2009)
Fungsi Antimicrobial preservative, kosolven, emollient,
humektan. (Raymond C, 2009)
• Antimicrobial preservatives < 20%
Konsentrasi • Emollient ≤ 30% Humektan ≤ 30%
(Raymond C, 2009)
7. Silica
Nama Senyawa Colloidal Sillicone Dioxide (Raymond C, 2009).
Rumus Molekul SiO2 BM = 60.08 (Raymond C, 2009).
Serbuk amorf, putih, ringan, tidak berbau, tidak
Pemerian ada rasa. Ukuran partikel 15 nm
(Raymond C, 2009).
Praktis tidak larut dalam air, pelarut organic, dan
Kelarutan asam; larut dalam larutan panas alkali hidroksida
(Raymond C, 2009).
pH 3.8-4.2 (4% w/v larutan) dan 3.5-4.0 (10% w/v
larutan) (Raymond C, 2009).
Titik leleh 1600° C (Raymond C, 2009).
Bersifat higroskopis. Ketika digunakan pada
larutan pH 0-7.5, silica efektif meningkatkan
Stabilitas viskositas, pH lebih besar dari 7.5 akan
mengurangi kemampuannya dalam
meningkatkan viskositas. (Raymond C, 2009).
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan sediaan diethylstilbesterol
(Raymond C, 2009).
Fungsi Abrasives pada lulur, penstabil emulsi (1-5%)
(Raymond C, 2009).
8. Aquadest
aquadest/air murni/ purified water (Depkes RI,
Nama senyawa 2014) Aqua; hydrogen oxide (Raymond C,
2009).
Struktur Kimia
(Pubchem, Aquadest)
Berat Molekul 18,02 g/mol (Depkes RI, hal 64; 2014)
Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau
(Depkes RI, hal 64; 2014)
Kelarutan tercampur dengan pelarut polar (Raymond C,
2009).
Titik Leleh 0° C (Pubchem)
Keasaman atau pH 5,0-7,0 (Depkes RI, hal 64; 2014)
kebasaan
Dalam formulasi farmasi, air dapat bereaksi
dengan eksipien obat terlarang yang rentan
terhadap hidrolisis (penguraian dengan adanya
air atau uap air) pada suhu sekitar dan tinggi. Air
dapat bereaksi keras dengan logam alkali dan
Inkompatibilitas. cepat dengan logam alkali dan oksida mereka,
seperti kalsium oksida dan magnesium oksida.
Air juga bereaksi dengan garam anhidrat untuk
membentuk hidrat dari berbagai komposisi, dan
dengan bahan organik dan kalsium karbida
tertentu (Raymond C, 2009)
Stabilitas Air stabil secara kimiawi di semua keadaan fisik
(es, cairan, dan uap) (Raymond C, 2009).
Fungsi Pelarut. (Raymond C, 2009).
D. Penimbangan Bahan
Nama Bahan Perhitungan Jumlah
ekstrak Biji Kakao 6 3 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
setil alcohol 0,2 0,1 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,1 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
propilen glikol 5 2,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
TEA 1,2 0,6 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 0,6 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
asam stearate 15 7,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 7,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Gliserin 5 2,5 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 2,5 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Silica 2,5 1,25 gram
× 50 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,25 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
Parfum Qs 1 ml
Aquadest ad 50 – ( 3 + 0,1 + 2,5 + 0,6 + 7,5 + 2,5 + 31,55 ml
1,25+ 1 ) = 31,55 ml
E. Cara Kerja
Setil alcohol dan asam stearate dilebur di atas penangas air hingga suhu 70ᵒC
(massa A)
Propilen glikol, gliserin, TEA, dan air dipanaskan di atas penangas air
hingga suhu 70ᵒC (massa B)
A. PENDAHULUAN
Kosmetik sudah menjadi bahan kebutuhan sehari-hari baik digunakan
oleh kaum wanita maupun pria. Kosmetik yang termasuk dalam kosmetik
perawatan kulit antara lain kosmetik pembersih, pelembab (moisturizer) dan
pelindung seperti tabir surya (Draelos dan Lauren, 2006). Kosmetik pembersih
merupakan produk perawatan kulit untuk membersihkan minyak, kotoran dan
polutan lain. Kosmetik pembersih biasa tidak sanggup untuk mengangkat sel-
sel yang sudah mati dipermukaan kulit. Bahan yang agak kasar diperlukan
untuk dapat melepaskannya dari kulit, seperti batu apung, handuk kasar, atau
kosmetik pengampelas/penipis kulit yang umum disebut scrub cream
(Tranggono dan Latifah, 2007).
Bahan-bahan dasar scrub cream sama dengan krim pembersih kulit pada
umumnya yang mengandung lemak. Scrub cream dimasukkan butiran-butiran
kasar yang bersifat sebagai abrasiver agar bisa mengangkat sel-sel yang sudah
mati dari epidermis. Dengan dilakukannya pengelupasan dapat menyegarkan
kulit, membuat rileks dan santai kulit. Jika regenerasi kulit terlambat, kulit
menjadi kering, keriput, kusam, dan tidak elastis, terutama dibagian siku, lutut,
dan tumit (Betty, 2013).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi krim body scrub antara lain
jenis bahan abrasive yang ditambahkan, konsentrasi zat yang ditambahkan,
suhu, pengadukan, ukuran partikel embuatan produk krim body scrub dengan
penambahan bahan abrasive diantaranya adalah penelitian Betty (2013)
menggunakan bekatul sebagai bahan abrasive. Begitu pula pada penelitian
Indratmoko dan Meli (2017) serbuk kopi sebagai bahan abrasive. Merujuk
pada penelitian tersebut maka kulit ari biji kakao berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan abrasive dalam kesediaan krim body scrub.
Kandungan antioksidan dan tekstur kasar yang dimiliki kulit ari biji kakao dapat
dimanfaatkan untuk mengangkat sel-sel kulit mati sehingga berpotensi
digunakan sebagai bahan abrasive dari krim body scrub tersebut.
B. METODE PENELITIAN
a) Alat dan bahan
• Alat
viscometer, spektrofotometer UV-VIS, neraca analitik,
peralatan gelas, ayakan, oven, cawan petri, mikropipet, pH-
meter Beckman, dan vortex
• Bahan
kulit ari biji kakao, beras, aquades, propilen glikol, gliserin,
asam stearat, setil alcohol, span 80 dan tween 80. Bahan lain
yang digunakan untuk pengujian karakteristik krim body scrub
methanol, follin ciocalteu, dan asam galat
b) Rancangan penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) pola
faktorial dengan dua faktor, faktor pertama yaitu perlakuan suhu
pemanasan, dan yang kedua penambahan bahan abrasive. Variasi suhu
pemanasan terdiri dari 2 taraf yaitu T1: 65°C, T2 : 75°C. Penambahan
bahan abrasive terdiri dari 3 taraf yaitu: P1 : 3 persen, P2 : 6 persen, P3
: 9 persen. Dari kombinasi perlakuan tersebut diperoleh 6 unit
percobaan. Perlakuan dikelompokkan berdasarkan waktu pelaksanaan
menjadi 3 sehingga diperoleh 18 unit percobaan.
c) Pelaksanaan penelitian
Pembuatan krim dilakukan dengan tiga tahapan yaitu; persiapan bahan
abrasive bubuk kulit ari biji kakao, pembuatan basis sediaan krim body
scrub, dan analisis krim body scrub
• kulit ari biji kakao dikecilkan ukurannya menggunakan blender
kemudian diayak dengan menggunakan ayakan 20<x<40 mesh
untuk menyeragamkan ukurannya. Kulit ari biji kakao dengan
ukuran seragam dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C
sehingga kadar air yang terkandung dalam bahan 5 + 1 persen.
Penurunan kadar air bertujuan agar kulit ari biji kakao tidak
cepat berjamur. Formula krim yang digunakan dalam penelitian
ini seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.
• Dalam pembuatan sediaan krim terdapat dua bahan, yaitu water
base dan oil base. Oil base terdiri dari asam stearat 15 g, setil
alkohol 1 g dan span 80 sebanyak 2,86 g. Water base terdiri dari
aquades, 5 mL propilen glikol, 1,9 g tween 80 dan 5 mL gliserin.
Oil base dan water base dipanaskan pada suhu 65°C dan 75°C
secara terpisah pada water bath. Pemanasan dilakukan sampai
fase minyak dan fase air melarut pada seluruh komponennya
dengan adanya pengadukan. Selanjutnya campuran bahan water
base dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam bahan oil base
dan diaduk dengan cara manual sampai terbentuk sediaan krim.
• Pencampuran bahan scrub dilakukan setelah terbentuk basis
sediaan krim yang mengental. Pada tahap pencampuran, krim
body scrub ditambahkan bubuk beras 5 g selanjutnya diberi
perlakuan penambahan bahan abrasive bubuk kulit ari biji kakao
dengan persentase 3 persen, 6 persen dan 9 persen.
C. FORMULA
6. Aroma
Tabel 6. menunjukkan bahwa aroma produk krim body scrub
panelis cenderung memberikan nilai tertinggi pada produk dengan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen pada suhu pemanasan
65oC (P2T1) dengan nilai 5,50 (suka). Sementara pada produk dengan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen dan suhu pemanasan
75oC (P2T2) diberikan nilai 5,80 (agak suka), produk dengan nilai
terendah adalah pada penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen
dan suhu pemanasan 65oC (P1T2) dengan nilai 5,40 (agak suka).
Sementara pada produk dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao
3 persen dan 9 persen pada suhu pemanasan 65oC (P1T1 dan P3T1)
diberikan nilai 5,50 dan 5,85 (agak suka), sedangkan pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen pada suhu
pemanasan 75oC (P1T2) diberikan nilai 5,45 (agak suka).
7. Kesukaan
Tabel 6 menunjukkan bahwa kesukaan produk krim body scrub
adalah panelis cenderung memberikan nilai tertinggi pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 6 persen pada suhu
pemanasan 65oC (P2T1) dengan nilai 5,85 (agak suka). Produk dengan
nilai terendah adalah dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9
persen dan suhu pemanasan 75oC (P3T2) dengan nilai 5,0 (agak suka).
Sementara pada produk dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao
3 persen dan 9 persen pada suhu pemanasan 65oC (P1T1 dan P3T1)
diberikan nilai 5,35 dan 5,55 (agak suka), sedangkan pada produk
dengan penambahan bubuk kulit ari biji kakao 3 persen dan 6 persen
pada suhu pemanasan 75oC (P1T2) diberikan nilai 5,20 dan 5,60 (agak
suka).
8. Uji efektivitas
Tabel 6 menunjukkan bahwa krim body scrub dengan perlakuan
terbaik yaitu pada perlakuan suhu pemanasan 65°C dan penambahan
bubuk kulit ari biji kakao 9 persen mempunyai nilai terbaik yaitu 0,65.
Hal tersebut menunujukkan bahwa perlakuan suhu pemanasan 65°C dan
penambahan bubuk kulit ari biji kakao 9 persen merupakan perlakuan
terbaik dengan karakteristik sebagai berikut : pH 5,53, viskositas 36.617
cp, aroma 5,85, kesukaan 5,5, dan kandungan senyawa fenolik 21,092
mg GAE/g.
E. Kesimpulan
1) Suhu pemanasan dan penambahan bubuk kulit ari biji kakao serta
interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap total fenolik dan
interaksi perlakuan berpengaruh nyata terhadap viskositas krim body
scrub, tetapi perlakuan tidak berinteraksi terhadap pH, aroma dan
kesukaan.
2) Hasil terbaik krim body scrub adalah perlakuan suhu pemanasan 65oC
dan penambahan bubuk kulit ari kakao 9 persen dengan karakteristik
sebagai berikut: pH 5,53, viskositas 36.617 cp, aroma 5,85, kesukaan
5,5, dan kandungan senyawa fenolik 21,092 mg GAE/g.
3) Selama enam minggu penyimpanan karakteristik krim body scrub
menunjukkan kestabilan pada variabel pH, total senyawa fenolik dan
viskositas.
DAFTAR PUSTAKA