I. Latar Belakang
II. Preformulasi
a. Zat Aktif
1. Asam Mefenamat
Struktur kimia
2. Gliserin
Struktur kimia
3. Metil paraben
Struktur kimia
5. Lemon essence
Struktur kimia
(Rowe, 2006)
Rumus molekul C8H17O2(Kibbe, 2009)
Nama kimia Oktil asetat (Kibbe, 2009)
Sinonim Lemon essence atau Essence orange (Kibbe, 2009)
Berat molekul 57,8
Pemerian Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang diproses secara
mekanik dan terkanung kurang lebih 90% lemon.
Kelarutan Mudah larut dalam alkohol 90%, asam asetat glasial
pH larutan 2 (Reynolds, 1982)
pKa 12,6 (Reynolds, 1982)
Titik lebur 98 oC (Reynolds, 1982)
Konstanta Dielektrik 35,2 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 19 oC (Reynolds, 1982)
Stabilitas Stabil warna dan baunya walaupun telah mengalami proses
Panas pengolahan (Reynolds, 1982)
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Flavouring agent (Reynolds, 1982)
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (Reynolds, 1982)
penyimpanan
Inkompatibilitas Tahan terhadap cahaya, mudah bercampur dengan asam lemah
(Reynolds, 1982)
6. Yellow color
Struktur kimia
(Reynolds, 1982)
Rumus molekul C16H9N4Na3O9S2(Reynolds, 1982)
Nama kimia Trisodium 5-hydroxy-1-(4-sulfonatophenyl)-4-(4-sulfonato-
phenylazo)-H-pyrazole-3-carboxylate(Reynolds, 1982)
Sinonim Tartrazin (Reynolds, 1982)
Berat molekul 534.3634(Reynolds, 1982)
Pemerian Bubuk kuning oranye (Reynolds, 1982)
Kelarutan Warna sintetik larut dalam air (Reynolds, 1982)
pH larutan 6,5 – 7,5 (Reynolds, 1982)
pKa 9,4 (Reynolds, 1982)
Titik lebur 3000 C (Reynolds, 1982)
Konstanta Dielektrik 56 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 2100 gr/cm3 (Reynolds, 1982)
Stabilitas Stabil warnanya meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan
Panas pemanasan (Reynolds, 1982)
Hidrolisis/oksidasi
Cahaya
Kegunaan Untuk meningkatkan penampilan produk dan memberikan pewarna
khas (Reynolds, 1982)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Reynolds, 1982)
penyimpanan
Inkompatibilitas Inkompatibilitas buruk dengan larutan asam sitrat.Tidak kompatibel
dengan asam askorbat, laktosa 10%, glukosa solusi, dan jenuh larutan
natrium bikarbonat solusi (Reynolds, 1982)
7. Aquadest
Struktur kimia
a. Perhitungan penimbangan
1. Asam mefenamat
20 mg/ml
= 2 gram
2. PGA
2,5% x 100 = 2,5 g
3. Gliserin
3% x 100 = 3 ml
4. Metil paraben
0,05% x 100 = 0,05 g
5. Propilen glikol
10% x 100 = 10 ml
6. Lemon essence = 3 tetes
7. Yellow color = 3 tetes
1. Hari Pertama
F= = 0,018
2. Hari kedua
F= = 0,056
3. Hari ketiga
F= = 0,056
4. Hari keempat
F= = 0,056
VII. Penimbangan
Analisis titik kritis dalam pembuatan sediaan suspensi ialah bahwa semua bahan harus tercampur
rata, digunakan bahan pensuspensi yang mudah dikembangkan, penambahan bahan pewarna sertan
perasa dan terlebih dahulu airnya dimasak.
X. Evaluasi
a. Suspensi
N Jumlah Hasil
Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
o sampel pengamatan
1 Uji organoleptis Pengamatan secara visual. 1 Warna : kuning
(warna, bau, Rasa : lemon
rasa dan Bau : khas lemon
kejernihan)
2 Uji pH suspensi Menentukan pH larutan 1 6
dengan pH-meter yang telah
dibakukan dengan larutan
dapar tertentu.
3 Uji kecepatan Berdasarkan kecepatan 1
sedimentasi pengendapan partikel dalam
partikel dalam suspensi akibat adanya gaya
suspensi gravitasi bumi setelah
didiamkan selama waktu
tertentu dengan menghitung
rasio tinggi endapan yang
terbentuk setelah waktu
tertentu dengan tinggi
sediaan awal.
4 Penetapan Mengukur diameter partikel 1
ukuran partikel fasa terdispersi dalam
dan distrbusi suspensi dan distribusi
ukuran partikel ukurannya.
pasa terdispersi
5 Penentuan Menentukan densitas larutan 1
densitas larutan dengan menimbang massa
(FI IV, 1030) larutan sebanyak volume
tertentu (10 mL) dengan
piknometer yang kemudian
dibandingkan dengan cairan
yang telah diketahui
densitasnya (aquadest) pada
suhu tertentu
6 Penentuan Mengukur tekanan geser 2
viskositas dan suspensi pada beberapa
sifat aliran kecepatan putar tertentu.
suspensi
dengan alat
Brokefield
7 Uji stabilitas Sediaan disimpan pada 1
sediaan temperatur kamar untuk
mengamati lamanya stabilitas
sediaan.
2. Pengamatan organoleptik
3. Volume sedimentasi
Waktu Hv (cm) Ho (cm) F = Hv/Ho
(Hari ke-)
1 0,1 cm 5,3 cm 0,018
XII. Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai pembuatan suspensi. Suspensi adalah sediaan
sistem heterogen yang terdiri dari fase terdispersi sebagai fase dalam dan fase pendipersi sebagai
fase luar. Fase terdispersi terdiri dari partikel padat dengan ukuran partikel tertentu yang tidak
larut dalam fase pendispersi. Fase luar merupakan bagian yang terbesar berbentuk larutan.
Keuntungan dari sediaan suspensi ialah baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima
tablet/kapsul, homogenitas tinggi, dapat menutupi rasa yang tidak enak, mengurangi penguraian
zat aktif yang tidak stabil dalam air serta lebih mudah diabsorbsi karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Sedangkan kekurangan dari sediaan suspensi ialah
kestabilannya rendah bisa menyebabkan pertumbuhan kristal, ketepan dosis lebih rendah
daripada bentuk sediaan dan sulit terdispersi kembali jika terbentuk cacking. Cacking merupakan
suatu masalah dalam pembuatan suspensi yang dapat diatasi dengan flokulasi yaitu apabila
partikel bergabung dengan ikatan yang lemah.
Ada beberapa alasan dalam pembuatan suspensi, salah satunya adalah karena obat-obatan
tertentu tidak stabil secara kimia bila dalam larutan tetapi stabil bila dalam suspensi. Faktor-
faktor yang terdapat dalam pembuatan suspensi adalah sifat partikel terdispersi, zat pembasah,
medium pendispersi serta komponen lain seperti pewarna, perasa dan pengawet. Kestabilan suatu
suspensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas medium dispersi, mengecilkan
ukuran partikel dan mengurangi perbedaan berat jebis partikel.
Bahan yang digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan suspensi adalah asam
mefenamat. Asam mefanamat merupakansenyawa yang praktis tidak larut dalam air dan
berkhasiat sebagai obat pereda nyeri terutama pada nyeri sakit gigi, nyeri otot dan nyeri sendi
sehingga penggunaannya dalam sediaan cair dibuat dalam bentuk suspensi. Mekanisme kerja dari
asam mefenamat ialah menghambat kerja enzim siklo-oksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Salah stau efek samping asam mefenamat yang paling
menonjol adalah dapat merangsang dan merusak lambung. Sebab itu, asam mefenamat tidak
diberikan pada pasein yang mengidap gangguan lambung.
Bahan tambahan yang digunakan adalah PGA, gliserin, metil paraben, propilen glikol,
lemon essence, yellow color dan aquadest. PGA (Pulvis gummi arabica) digunakan sebagai
suspending agent yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalan pembawa dan
meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. PGA ini digunakan
sebagai koloid pelindung, diperoleh dari tanaman akasia dapat larut dalam air dan bersifat asam
karena adanya aktivitas enzim yaitu enzim oksidase. PGA sebagai suspending agent digunakan
pada konsentrasi antara 1-5%. PGA yang akan digunakan terlebih dahulu dikembangkan dengan
air hingga terbentuk mucilago agar mudah dalam pencampurannya. Selanjutnya digunakan bahan
pembasah seperti gliserin yang berfungsi untuk membuat zat aktif mudah terbasahi oleh air.
Glisering yang digunakan berfungsi sebagai humektan yang dapat menurunkan tegangan antar
muka sehingga akan memudahkan proses pembasahan.
Mekanisme kerja humektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat
padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Gliserin biasa
digunakan pada konsentrasi antara 1-3%.Selain itu, metil paraben digunakan sebagai bahan
pengawet dengan konsentrasi 0,05% untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan mikroba ini disebabkan oleh zat aktif yang larut dalam air. Air merupakan
komponen utama pertumbuhan sel mikroba. Metil paraben umumnya larut dalam 500 bagian air
saja sehingga dibutuhkan pelarut lain agar bisa larut sempurna didalam air. Pelarut yang
digunakan untuk melarutkan metil paraben adalah propilen glikol dengan konsentrasi 10%.
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berbau dan dapat menyerap air pada udara
lembab.
Setelah semua bahan tercampur dilakukan penambahan lemon essence dan yellow color.
Lemon essence berfungsi sebagai perasa untuk memperbaiki rasa dari sediaan sehingga enak saat
dikonsumsi dan digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%, sedangkan yellow color berfungsi
sebagai pewarna untuk menambah nilai estetika dari sediaan sehingga sediaan yang dihasilkan
lebih menarik, digunakan pada konsnetrasi kurang dari 0,8%. Penggunaan aquadest ialah sebagai
pelarut agar suspensi yang diperoleh mencapai 100 ml. Sediaan suspensi yang telah jadi
dimasukkan ke dalam botol kaca beningagar lebih mudah melihat pengendapannya.
Setelah diperoleh suspensi dengan bobot yang sesuai tahap selanjutnya ialah evaluasi.
Evaluasi sediaan suspensi terdiri dari pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa), pengamatan
pada leher botol, pemeriksaan pH, penetapan volume terpindahkan, pengujian homogenitas dan
pengamatan volume sedimentasi. Pemeriksaan organoleptis dan pengamatan kristal pada leher
botol dilakukan selama 4 hari. Hari pertama pada pemeriksaan organoleptis didapat warnanya
kunin, rasanya lemon dan berbau khas lemon. Sedangkan pada hari kedua, ketiga dan keempat
diperoleh hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan ini tidak mengalami
perubahan secara organoleptis. Selain itu, tidak ditemui adanya pembentukankrital pada leher
botol pada sediaan suspensi yang dilakukan pengamatan selama 4 hari.
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter yang dicelupkan
kedalam sediaan dan didapat hasil pHnya sebesar 6. Hasil yang didapat sesuai teori karena asam
mefenamat berbentuk asam dan memiliki pH 4-7. Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara
mencelupkan batang pengaduk ke dalam sediaan selanjutnya dioleskan pada kaca arloji.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saat proses pembuatan suspensi bahan aktif
dengan bahan tambahan lain tercampur secara homohen. Persyaratannya harus homogen,
sehingga sediaan dapat terditribusi merata pada saat dikonsumsi, dari hasil pengamatan
didapatkan sediaan suspensi yang homogen.
Tahap selanjutnya ialah pengujian volume terpindahkan, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa jumlah yang kita tuang dari botol sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan
cara menuang isi sediaan kedalam gelas ukur kemudian didapat hasil volume terpidahkan sebesar
96 ml. Setelah itu, dilakukan pengamatan volume sedimentasi dengan cara mengukur tinggi
endapan yang diperoleh dari sediaan lalu dibagi dengan tinggi awal sediaan. Hasil fraksi (F) yang
didapat pada pengamatan volume sedimentasi selama 4 hari yaitu pada hari pertama
sebesar0,018., hari kedua sebesar 0,056., hari ketiga sebesar 0,056 dan hari keempat sebesar
0,056. Semakin nilai fraksi (F) mendekati 1 maka semakin baik suspensinya.
Percobaan pembuatan suspensi yang dilakukan menggunakan sistem flokulasi, karena
suspensi flokulasi ini sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
didispersikan kembali. Selain itu juga, sistem flokulasi ini berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya pengendapan. Formula yang didapat untuk sediaan suspensi 100 ml yaitu
PGA 2,5%, gliserin 3%, metil paraben 0,05%, propilen glikol 10%, lemon essence 3 tetes, yellow
color 3 tetes dan aquadest dicukupkan hingga 100 ml.
XIII. Formula yang Diusulkan
Usulan formula yang baik adalah dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau
bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan
tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang
dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik,
kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.
XIV. Kesimpulan
Allen, Judy.2002.The Business of Event Planning. Canada: John Wiley & Sons
Ansel , C. 1982. Pengantar Bentuk Sediaan Farmsi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Depkes RI, 1979. Farmakpe Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI
Kibbe, Orthur. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Edition 6th. USA : Pharmaceutical
Press
Lachman, L dan Lieberman A, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta :
Universitas Indonesia
Reynolds, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea 28 th Edition. The Pharmaceutical Press
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th ed. London: Pharmaceutical
Press.
EVALUASI SEDIAAN
Penentuan Bobot Jenis Larutan dengan Piknometer (FI IV p.1030)
a. Gunakan piknometer bersih dan kering
b. Timbang piknometer kosong
c. Timbang piknometer yang berisi air yang baru dididihkan
d. Timbang piknometer yang berisi sediaan larutan.
Wsediaan Wkosong
e. Bobot jenis sediaan = air
Wair Wkosong
Penentuan Organoleptis
a. Warna larutan diamati.
b. Bau larutan dicium.
c. Sediaan sediaan dirasakan.
Tinggi Sedimentasi
Hv/Ho (cm) 10’ 20’ 30’ 60’ 2 jam 1 hari 3 hari
LAMPIRAN