Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN

PRAKTIKUM FTS CSP


PEMBUATAN KRIM

Asisten : Maria Veronika

Nama : Siti Syabriyantini


NIM : I21112038
Kelompok : 5 (Lima) Shift A
Anggota Kelompok : 1. Wulandari (I21112016)
2. Anggun Miftahul J (I21112056)
3. Agung Arif Perkasa (I21112061)
4. Hendri Wijaya (I21112081)

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2014
Nilai

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA-SEMISOLIDA

SOAL : PEMBUATAN SUSPENSI

I. Latar Belakang

Perkembangan teknologi di bidang industri farmasisangat berperan aktif dalam peningkatan


kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak ditunjukan dengan banyaknya sediaan obat-obatan
yang disesuaikan dengan karakteristik dari zat aktif obat, kondisi pasien dan penigkatan kualitas
obat dengan meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek
farmakologis zat aktif obat. Sekarang ini banyak bentuk sediaan obat yang kita jumpai dipasaran,
antara lain dalam bentuk sediaan padat yaitu pil, kapsul dan tablet; dalam bentuk sediaansetengah
padat yaitukrim dan salep; dan dalam bentuk cair yaitusirup, eliksir, suspensi, emulsi dan lain-lain.
Suspensi merupakan salah satu contoh dari bentuk sediaan cair, yang secara umum dapat
diartikan sebagai suatu sistem dispersi kasar yang terdiri atas bahan padat tidak larut tetapi
terdispersi merata ke dalam pembawanya. Bentuk suspensi yang dipasarkan ada 2 macam, yaitu
suspensi siap pakai atau suspense cair yang langsung bisa diminum, dan suspensi yang dilarutkan
terlebih dahulu ke dalam cairan pembawanya, suspensi bentuk ini digunakan untuk zat aktif yang
kestabilannya dalam air kurang baik. Sebagai pembawa dari suspensi yaitu berupa air dan minyak
(Lachman, 1994).
Alasan bahan obat diformulasikan dalam bentuk sediaan suspensi yaitu bahan obat
mempunyai kelarutan yang kecil atau tidak larut dalam air, tetapi diperlukan dalam bentuk sediaan
cair sehingga mudah diberikan kepada pasien yang mengalami kesulitan untuk menelan, diberikan
pada anak-anak untuk menutupi rasa pahit atau aroma yang tidak enak pada bahan obat. Sediaan
suspensi lebih mudah diabsorbsi dibandingkan tablet atau kapsul serta dapat mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil didalam air (Ansel, 1982).
Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah sediaan suspensi menggunakan zat aktif asam
mefenamat. Asam mefenamat merupakan senyawa yang praktis tidak larut dalam air dan berkhasiat
sebagai obat pereda nyeri (Depkes RI, 1995), sehingga penggunaannya dalam sediaan cair dibuat
dalam bentuk suspensi. Mekanisme kerja dari asam mefenamat ialah menghambatkerja enzim
siklo-oksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu.
Tujuan dari praktikum ini ialah diharapkan agar praktikan dapat memahami dan membuat
formulasi sediaan suspensi dari zat aktif asam mefenamat yang mempunyai sifat kurang stabil jika
berinteraksi dengan air sesuai dengan peralatan dan bahan yang tersedia di laboratorium.

II. Preformulasi
a. Zat Aktif
1. Asam Mefenamat
Struktur kimia

(Depkes RI, 1995)


Rumus molekul C15H15N02(Depkes RI, 1995)
Nama kimia Asam N-2,3-xililantranilat (Depkes RI, 1995)
Sinonim Acidum Mefenamicum (Depkes RI, 1995)
Berat molekul 241,29 (Depkes RI, 1995)
Pemerian Serbuk hablur, putih atau hampir putih; melebur pada suhu lebih
kurang 230° disertai peruraian. (Depkes RI, 1995)
Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut dalam
kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam metanol; praktis tidak
larut dalam air. (Depkes RI, 1995)
pH larutan 4-7 (Depkes RI, 1995)
PKa 4,2 (Depkes RI, 1995)
Titik lebur 2300C (Depkes RI, 1995)
Stabilitas Terhadap cahaya : lebih mudah terurai dengan adanya cahaya.
 Panas Terhadap Udara : Higroskopis dan mudah terurai dengan adanya udara
 Hidrolisis/oksidasi (Depkes RI, 1995)
 Cahaya
Kegunaan Sebagai Analgetikum (Depkes RI, 1995)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995)
penyimpanan
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan : Asam
Bentuk sediaan : Suspensi
Kemasan : Botol kaca bening
Inkompatibilitas : Attapulgite, veegum, methylcelulosa 0,5%, polysorbat 80 0,05% (Kibbe,
2009)

b. Eksipien (zat tambahan)


1. PGA (Pulvis Gummi Arabica)
Struktur kimia -
Rumus molekul -
Nama kimia Pulvis Gummi Arabica (Depkes RI, 1979)
Sinonim Gom arab (Depkes RI, 1979)
Berat molekul -
Pemerian Serpihan tipis, granul, serbuk bulat telur, tidak berasa, putih dan tidak
berbau (Depkes RI, 1979)
Kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan kental tembus cahaya.
Praktis tidak larut dalam etanol 95% (Depkes RI, 1979)
pH larutan 6,5 (Depkes RI, 1979)
PKa 13 (Kibbe, 2009)
Titik lebur 101 oC (Kibbe, 2009)
Konstanta Dielektrik 32,4 (Rowe, 2006)
Bobot jenis 1,35-1,49 (Depkes RI, 1979)
Stabilitas Tidak stabil oleh udara karena bersifat higroskopis (Depkes RI, 1979)
 Panas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Suspending agent (Depkes RI, 1979)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1979)
penyimpanan
Inkompatibilitas Amidopirin, apomorphin, cresol, etanol 95%, garam besi, morfin,
fenol, fisotiomin, tannin, timol, timol, dan vanillin (Kibbe, 2009)

2. Gliserin
Struktur kimia

(Depkes RI, 1995)


Rumus molekul C3H8O3 (Depkes RI, 1995)
Nama kimia Propana-1,2,3-triol (Depkes RI, 1995)
Sinonim Gliserol (Depkes RI, 1995)
Berat molekul 92,09 (Depkes RI, 1995)
Pemerian Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis; hanya boleh
berbau khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral
terhadap lakmus (Depkes RI, 1995)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol 95 %praktis tidak
larut dalam kloroform dalam eter dan dalam minyak lemak dan dalam
minyak menguap (Depkes RI, 1995)
pH larutan 7 (Depkes RI, 1995)
pKa 12 (Rowe, 2006)
Titik lebur 18 0C(Depkes RI, 1995)
Konstanta Dielektrik 35,8 (Kibbe, 2009)
Bobot jenis Tidak kurang dari 1,249g/cm3-1,2620 g/cm3 (Depkes RI, 1995)
Stabilitas Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang
 Panas bisa menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan
 Hidrolisis/oksidasi air, etanol 95 % dan propilena glikol secara kimiawi stabil (Reynolds,
 Cahaya 1982)
Kegunaan
Wadah dan Wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995)
penyimpanan
Inkompatibilitas  Seperti kromium trioksid, kalium horat, atau kalium
permanganate
 Berubah warna menjadi hitam dengan adanya cahaya atau
setelah kontak dengan ZnO dan bisulfat.(Reynolds, 1982)

3. Metil paraben
Struktur kimia

(Depkes RI, 1995)


Rumus molekul C8H803(Depkes RI, 1995)
Nama kimia Methylies parabenum (Depkes RI, 1995)
Sinonim Metil paraben (Depkes RI, 1995)
Berat molekul 152,15 (Depkes RI, 1995)
Pemerian Hablur kecil, tidak berwarna atau simplisia hablur, putih, tidak berbau
atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar (Depkes RI,
1995)
Kelarutan Sukar larut dalam air, dalam benzena dan dalam karbon tetraklorida,
mudah larut dalam etanol dan dalam eter (Depkes RI, 1995)
pH larutan 3-6 (Depkes RI, 1995)
pKa 8,47 (Rowe, 2006)
Titik lebur 125o-128o (Depkes RI, 1995)
Konstanta Dielektrik 67,5 (Wallace et.al., 2011)
Bobot jenis 3,07 g/cm3 (Depkes RI, 1995)
Stabilitas Cahaya (Depkes RI, 1995)
 Panas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Pengawet (Depkes RI, 1995)
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1995)
penyimpanan
Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari metilparaben atau golongan paraben yang
lain sangat dapat mengurangi efektivitas dari surfaktan nonionik,
seperti polysorbate 80.(Rowe, 2006).
4. Propilen glikol
Struktur kimia CH3CH(OH)CH20H (Depkes RI, 1995)
Rumus molekul C3H8O2 (Depkes RI, 1995)
Nama kimia Propylenglycolum (Depkes RI, 1995)
Sinonim Propilen glikol (Depkes RI, 1995)
Berat molekul 76,06 (Depkes RI, 1995)
Pemerian Cairan kental, jernih, tidak berwarna; rasa khas; praktis tidak berbau;
menyerap air pada udara lembab (Depkes RI, 1995)
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform;
larut dalam eter dan dalam beberapa minyak esensial; tetapi tidka
dapat bercampur dengan minyak lemak (Depkes RI, 1995)
pH larutan 3-6 (Allen, 2002)
pKa 8 (Allen, 2002)
Titik lebur -59°C (Allen, 2002)
Konstanta Dielektrik 33 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 1,038 g/cm3(Depkes RI, 1995)
Stabilitas Higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi
 Panas dari cahaya, ditempat dingin dan kering(Reynolds, 1982)
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Pelarut pengawet (Depkes RI, 1995)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat (Depkes RI, 1995)
penyimpanan
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan senayawa pengoksidasi seperti kalium
permanganate (Rowe, 2006)

5. Lemon essence
Struktur kimia

(Rowe, 2006)
Rumus molekul C8H17O2(Kibbe, 2009)
Nama kimia Oktil asetat (Kibbe, 2009)
Sinonim Lemon essence atau Essence orange (Kibbe, 2009)
Berat molekul 57,8
Pemerian Terbuat dari kulit jeruk yang masih segar yang diproses secara
mekanik dan terkanung kurang lebih 90% lemon.
Kelarutan Mudah larut dalam alkohol 90%, asam asetat glasial
pH larutan 2 (Reynolds, 1982)
pKa 12,6 (Reynolds, 1982)
Titik lebur 98 oC (Reynolds, 1982)
Konstanta Dielektrik 35,2 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 19 oC (Reynolds, 1982)
Stabilitas Stabil warna dan baunya walaupun telah mengalami proses
 Panas pengolahan (Reynolds, 1982)
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Flavouring agent (Reynolds, 1982)
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (Reynolds, 1982)
penyimpanan
Inkompatibilitas Tahan terhadap cahaya, mudah bercampur dengan asam lemah
(Reynolds, 1982)

6. Yellow color
Struktur kimia

(Reynolds, 1982)
Rumus molekul C16H9N4Na3O9S2(Reynolds, 1982)
Nama kimia Trisodium 5-hydroxy-1-(4-sulfonatophenyl)-4-(4-sulfonato-
phenylazo)-H-pyrazole-3-carboxylate(Reynolds, 1982)
Sinonim Tartrazin (Reynolds, 1982)
Berat molekul 534.3634(Reynolds, 1982)
Pemerian Bubuk kuning oranye (Reynolds, 1982)
Kelarutan Warna sintetik larut dalam air (Reynolds, 1982)
pH larutan 6,5 – 7,5 (Reynolds, 1982)
pKa 9,4 (Reynolds, 1982)
Titik lebur 3000 C (Reynolds, 1982)
Konstanta Dielektrik 56 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 2100 gr/cm3 (Reynolds, 1982)
Stabilitas Stabil warnanya meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan
 Panas pemanasan (Reynolds, 1982)
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Untuk meningkatkan penampilan produk dan memberikan pewarna
khas (Reynolds, 1982)
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Reynolds, 1982)
penyimpanan
Inkompatibilitas Inkompatibilitas buruk dengan larutan asam sitrat.Tidak kompatibel
dengan asam askorbat, laktosa 10%, glukosa solusi, dan jenuh larutan
natrium bikarbonat solusi (Reynolds, 1982)

7. Aquadest
Struktur kimia

(Depkes RI, 1979)


Rumus molekul H2O (Depkes RI, 1979)
Nama kimia Aquadest (Depkes RI, 1979)
Sinonim Air suling (Depkes RI, 1979)
Berat molekul 18,02 (Depkes RI, 1979)
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa(Depkes RI,
1979)
Kelarutan Larut dalam air (Depkes RI, 1979)
pH larutan 7 (Reynolds, 1982)
pKa 8,4 (Reynolds, 1982)
Titik lebur 0o (Reynolds, 1982)
Konstanta Dielektrik 78,54 (Reynolds, 1982)
Bobot jenis 1 gr/cm3 (Depkes RI, 1979)
Stabilitas Stabil diudara (Depkes RI, 1979)
 Panas
 Hidrolisis/oksidasi
 Cahaya
Kegunaan Pelarut (Depkes RI, 1979)
Wadah dan Dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979)
penyimpanan
Inkompatibilitas Dalam formulasi farmasetik, air dapat bereaksi dengan obat dan
berbagai eksipien yang rentan akan hidrolisis (terjadi dekomposisi jika
terdapat air atau kelembaban) pada peningkatan temperatur. Air juga
bereaksi dengan garam anhidrat menjadi bentuk hidrat dalam berbagai
komposisi dan dengan bahan organik tertentu serta kalsium karbital
(Rowe, 2006)

III. Permasalahan Farmasetika


1) Asam mefenamat tidak stabil secara kimiawi di dalam air
2) Asam mefenamat tidak memiliki warna
3) Asam mefenamat tidak berasa
4) Penggunaan bahan-bahan yang larut dalam air membuat sediaan mudah ditumbuhi
mikroorganisme
5) Metil paraben tidak larut dalam air
6) Penggunaan PGA dalam bentuk serbuk akan menyulitkan saat pencampuran

IV. Penyelesaian Masalah


1) Asam mefenamat dibuat sediaan suspensi agar stabilitas kimianya di dalam air stabil
2) Ditambahkan yellow color sebagai bahan pewarna agar sediaan yang dihasilkan nilai
estetika yang tinggi
3) Ditambahkan lemon essence sebagai bahan perasa agar enak dikonsumsi
4) Ditambahkan metil paraben sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroba
sehingga sediaan bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama
5) Metil paraben dilarutkan dalam propilen glikol
6) PGA dikembangkan terlebih dahulu dengan air sebelum dimasukkan ke dalam campuran
sediaan.

V. Pendekatan Formula (Formula Yang Diusulkan)

N Bahan Jumlah Fungsi Bahan Alasan Penambahan


O
1 Asam mefenamat 2 gram Zat aktif Berfungsi sebagai analgetikum yang
bersifat sukar larut dalam air
2 PGA 2,5% Suspending Sebagai suspending agent agar sediaan
agent yang dihasilkan kental, dan biasa
digunakan pada konsentrasi 1-5%
3 Gliserin 3% Pembasah Sebagai bahan pembasah untuk
menurunkan tegangan permukaan antar
muka antara obat dan medium sekaligus
membentuk misel sehingga molekul obat
akan terbawa oleh misel larut kedalam
medium . Biasa digunakan pada
konsentrasi 1-3%.
4 Metil paraben 0,05% Pengawet Sebagai bahan pengawet untuk mencegah
terjadinya pertumbuhan mikroba.
Konsentrasi metil paraben sebagai bahan
pengawet adalah 0,05-0,25%.
5 Propilen glikol 10% Pelarut Melarutkan metil paraben dan digunakan
pengawet pada konsentrasi 10-35%.
5 Lemon essence 3 tetes Perasa Sebagai bahan perasa, digunakan pada
konsentrasi kurang dari 1%
6 Yellow color 3 tetes Pewarna Sebagai bahan pewarna, digunakan pada
konsentrasi kurang dari 0,8%
7 Aquadest a.d 100 ml Pelarut Sebagai pelarut
VI. Perhitungan
R/ Asam mefenamat 2g
PGA 2,5%
Gliserin 3%
Metil paraben 0,05%
Propilen glikol 10%
Lemon essence 3 tetes
Yellow color 3 tetes
Aquadest a.d 100 ml

a. Perhitungan penimbangan

1. Asam mefenamat
20 mg/ml

= 2 gram
2. PGA
2,5% x 100 = 2,5 g
3. Gliserin
3% x 100 = 3 ml
4. Metil paraben
0,05% x 100 = 0,05 g
5. Propilen glikol
10% x 100 = 10 ml
6. Lemon essence = 3 tetes
7. Yellow color = 3 tetes

b. Perhitungan volume sedimentasi

1. Hari Pertama
F= = 0,018
2. Hari kedua
F= = 0,056
3. Hari ketiga
F= = 0,056
4. Hari keempat
F= = 0,056

VII. Penimbangan

NO. Bahan Jumlah dalam Jumlah


formula penimbangan
1 Asam mefenamat 2g 2g
2 PGA 2,5% 2,5 g
3 Gliserin 3% 3 ml
4 Metil paraben 0,05% 0,05 g
5 Propilen glikol 10% 10 ml
6 Lemon essence 3 tetes 3 tetes
7 Yellow color 3 tetes 3 tetes
8 Aquadest a.d 100 ml a.d 100 ml

VIII. Prosedur Pembuatan


1. Pembuatan suspensi
1) Dikalibrasi botol kaca bening dengan 100 ml air
2) Dikembangkan PGA sebanyak 2,5 g dengan 10 ml air panasdi dalam mortirsambil
diputar hingga terbentuk mucilago dan ditambahkan 3 ml gliserin sedikit demi sedikit
sampai homogen.
3) Ditimbang asam mefenamat sebanyak 2 g, kemudian digerus halus dalam mortir lain
4) Dilarutkan metil paraben sebanyak 0,05 g di dalam 10 ml propilen glikol
5) Dimasukkan campuran metil paraben dan propilen glikol kedalam mortir yang berisi
asam mefenamat.
6) Ditambahkan PGA yang telah dikembangkan ke dalam campuran tersebut dan aduk
homogen.
7) Ditambahkan lemon essence 3 tetes dan yellow color 3 tetes
8) Ditambahkan air hingga 100 ml
9) Dimasukkan dalam botol kaca bening yang telah dikalibrasi
10) Dilakukan evaluasi sediaan
2. Prosedur evaluasi
2.1 Pemeriksaan organoleptis
a. Warna sediaan diamati.
b. Bau sediaan dicium.
c. Sediaan yang telah jadi dirasa
2.2 Pemeriksaan pH
Uji pH sediaan suspensidilakukan dengan mencelupkan kertas pH meter ke dalam
sediaan lalu diukur pHnya.
2.3 Penentuan volume terpindahkan
a. Dituang isi dari wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur yang kering
b. Didiamkan beberapa detik
c. Diukur volumnye jika telah bebas dari gelembung udara
2.4Pengujian homogenitas
Dilakukan dengan cara mencelupkan batang pengaduk kedalam sediaan lalu di goreskan
pada kaca arloji.
2.5 Pengamatan volume sedimentasi
Dilakukan dengan cara mengukur tinggi endapan yang diperoleh dibagi dengan tinggi
sediaan secara keseluruhan sehingga diperoleh nilai fraksi (F) (F) dari sediannya.
2.6 Pengamatan kristal pada leher botol
Dilakukan dengan cara mengamati sediaan apakah ada terbentuk kristal atau tidak

IX. Analisis titik kritis pembuatan sediaan

Analisis titik kritis dalam pembuatan sediaan suspensi ialah bahwa semua bahan harus tercampur
rata, digunakan bahan pensuspensi yang mudah dikembangkan, penambahan bahan pewarna sertan
perasa dan terlebih dahulu airnya dimasak.

X. Evaluasi
a. Suspensi
N Jumlah Hasil
Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Syarat
o sampel pengamatan
1 Uji organoleptis Pengamatan secara visual. 1 Warna : kuning
(warna, bau, Rasa : lemon
rasa dan Bau : khas lemon
kejernihan)
2 Uji pH suspensi Menentukan pH larutan 1 6
dengan pH-meter yang telah
dibakukan dengan larutan
dapar tertentu.
3 Uji kecepatan Berdasarkan kecepatan 1
sedimentasi pengendapan partikel dalam
partikel dalam suspensi akibat adanya gaya
suspensi gravitasi bumi setelah
didiamkan selama waktu
tertentu dengan menghitung
rasio tinggi endapan yang
terbentuk setelah waktu
tertentu dengan tinggi
sediaan awal.
4 Penetapan Mengukur diameter partikel 1
ukuran partikel fasa terdispersi dalam
dan distrbusi suspensi dan distribusi
ukuran partikel ukurannya.
pasa terdispersi
5 Penentuan Menentukan densitas larutan 1
densitas larutan dengan menimbang massa
(FI IV, 1030) larutan sebanyak volume
tertentu (10 mL) dengan
piknometer yang kemudian
dibandingkan dengan cairan
yang telah diketahui
densitasnya (aquadest) pada
suhu tertentu
6 Penentuan Mengukur tekanan geser 2
viskositas dan suspensi pada beberapa
sifat aliran kecepatan putar tertentu.
suspensi
dengan alat
Brokefield
7 Uji stabilitas Sediaan disimpan pada 1
sediaan temperatur kamar untuk
mengamati lamanya stabilitas
sediaan.

XI. Hasil Percobaan


1. Evauasi

Jenis evaluasi Hasil


Pemeriksaan wadah Wadah yang digunakan botol kaca bening
Berat jenis sediaan -
Viskositas dan aliran sediaan -
Volume terpindahkan 96 ml
Ph 6

2. Pengamatan organoleptik

Pengamatan Waktu pengamatan (Hari Ke-)


1 2 3 4
Organoleptik
Bau Khas lemon Khas lemon Khas lemon Khas lemon
Warna Kuning Kuning Kuning Kuning
Rasa Lemon Lemon Lemon Lemon
Kristal pada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
leher botol

3. Volume sedimentasi
Waktu Hv (cm) Ho (cm) F = Hv/Ho
(Hari ke-)
1 0,1 cm 5,3 cm 0,018

2 0,3 cm 5,3 cm 0,056

3 0,3 cm 5,3 cm 0,056

4 0,3 cm 5,3 cm 0,056

XII. Pembahasan
Praktikum yang dilakukan kali ini mengenai pembuatan suspensi. Suspensi adalah sediaan
sistem heterogen yang terdiri dari fase terdispersi sebagai fase dalam dan fase pendipersi sebagai
fase luar. Fase terdispersi terdiri dari partikel padat dengan ukuran partikel tertentu yang tidak
larut dalam fase pendispersi. Fase luar merupakan bagian yang terbesar berbentuk larutan.
Keuntungan dari sediaan suspensi ialah baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima
tablet/kapsul, homogenitas tinggi, dapat menutupi rasa yang tidak enak, mengurangi penguraian
zat aktif yang tidak stabil dalam air serta lebih mudah diabsorbsi karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat. Sedangkan kekurangan dari sediaan suspensi ialah
kestabilannya rendah bisa menyebabkan pertumbuhan kristal, ketepan dosis lebih rendah
daripada bentuk sediaan dan sulit terdispersi kembali jika terbentuk cacking. Cacking merupakan
suatu masalah dalam pembuatan suspensi yang dapat diatasi dengan flokulasi yaitu apabila
partikel bergabung dengan ikatan yang lemah.
Ada beberapa alasan dalam pembuatan suspensi, salah satunya adalah karena obat-obatan
tertentu tidak stabil secara kimia bila dalam larutan tetapi stabil bila dalam suspensi. Faktor-
faktor yang terdapat dalam pembuatan suspensi adalah sifat partikel terdispersi, zat pembasah,
medium pendispersi serta komponen lain seperti pewarna, perasa dan pengawet. Kestabilan suatu
suspensi dapat ditingkatkan dengan meningkatkan viskositas medium dispersi, mengecilkan
ukuran partikel dan mengurangi perbedaan berat jebis partikel.
Bahan yang digunakan sebagai zat aktif dalam pembuatan suspensi adalah asam
mefenamat. Asam mefanamat merupakansenyawa yang praktis tidak larut dalam air dan
berkhasiat sebagai obat pereda nyeri terutama pada nyeri sakit gigi, nyeri otot dan nyeri sendi
sehingga penggunaannya dalam sediaan cair dibuat dalam bentuk suspensi. Mekanisme kerja dari
asam mefenamat ialah menghambat kerja enzim siklo-oksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Salah stau efek samping asam mefenamat yang paling
menonjol adalah dapat merangsang dan merusak lambung. Sebab itu, asam mefenamat tidak
diberikan pada pasein yang mengidap gangguan lambung.
Bahan tambahan yang digunakan adalah PGA, gliserin, metil paraben, propilen glikol,
lemon essence, yellow color dan aquadest. PGA (Pulvis gummi arabica) digunakan sebagai
suspending agent yang berfungsi mendispersikan partikel tidak larut dalan pembawa dan
meningkatkan viskositas sehingga kecepatan sedimentasi diperlambat. PGA ini digunakan
sebagai koloid pelindung, diperoleh dari tanaman akasia dapat larut dalam air dan bersifat asam
karena adanya aktivitas enzim yaitu enzim oksidase. PGA sebagai suspending agent digunakan
pada konsentrasi antara 1-5%. PGA yang akan digunakan terlebih dahulu dikembangkan dengan
air hingga terbentuk mucilago agar mudah dalam pencampurannya. Selanjutnya digunakan bahan
pembasah seperti gliserin yang berfungsi untuk membuat zat aktif mudah terbasahi oleh air.
Glisering yang digunakan berfungsi sebagai humektan yang dapat menurunkan tegangan antar
muka sehingga akan memudahkan proses pembasahan.
Mekanisme kerja humektan adalah menghilangkan lapisan udara pada permukaan zat
padat, sehingga zat padat dan humektan lebih mudah kontak dengan pembawa. Gliserin biasa
digunakan pada konsentrasi antara 1-3%.Selain itu, metil paraben digunakan sebagai bahan
pengawet dengan konsentrasi 0,05% untuk mencegah terjadinya pertumbuhan mikroba.
Pertumbuhan mikroba ini disebabkan oleh zat aktif yang larut dalam air. Air merupakan
komponen utama pertumbuhan sel mikroba. Metil paraben umumnya larut dalam 500 bagian air
saja sehingga dibutuhkan pelarut lain agar bisa larut sempurna didalam air. Pelarut yang
digunakan untuk melarutkan metil paraben adalah propilen glikol dengan konsentrasi 10%.
Propilen glikol berupa cairan kental, jernih, tidak berbau dan dapat menyerap air pada udara
lembab.
Setelah semua bahan tercampur dilakukan penambahan lemon essence dan yellow color.
Lemon essence berfungsi sebagai perasa untuk memperbaiki rasa dari sediaan sehingga enak saat
dikonsumsi dan digunakan pada konsentrasi kurang dari 1%, sedangkan yellow color berfungsi
sebagai pewarna untuk menambah nilai estetika dari sediaan sehingga sediaan yang dihasilkan
lebih menarik, digunakan pada konsnetrasi kurang dari 0,8%. Penggunaan aquadest ialah sebagai
pelarut agar suspensi yang diperoleh mencapai 100 ml. Sediaan suspensi yang telah jadi
dimasukkan ke dalam botol kaca beningagar lebih mudah melihat pengendapannya.
Setelah diperoleh suspensi dengan bobot yang sesuai tahap selanjutnya ialah evaluasi.
Evaluasi sediaan suspensi terdiri dari pemeriksaan organoleptis (warna, bau, rasa), pengamatan
pada leher botol, pemeriksaan pH, penetapan volume terpindahkan, pengujian homogenitas dan
pengamatan volume sedimentasi. Pemeriksaan organoleptis dan pengamatan kristal pada leher
botol dilakukan selama 4 hari. Hari pertama pada pemeriksaan organoleptis didapat warnanya
kunin, rasanya lemon dan berbau khas lemon. Sedangkan pada hari kedua, ketiga dan keempat
diperoleh hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan ini tidak mengalami
perubahan secara organoleptis. Selain itu, tidak ditemui adanya pembentukankrital pada leher
botol pada sediaan suspensi yang dilakukan pengamatan selama 4 hari.
Pemeriksaan pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH meter yang dicelupkan
kedalam sediaan dan didapat hasil pHnya sebesar 6. Hasil yang didapat sesuai teori karena asam
mefenamat berbentuk asam dan memiliki pH 4-7. Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara
mencelupkan batang pengaduk ke dalam sediaan selanjutnya dioleskan pada kaca arloji.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah saat proses pembuatan suspensi bahan aktif
dengan bahan tambahan lain tercampur secara homohen. Persyaratannya harus homogen,
sehingga sediaan dapat terditribusi merata pada saat dikonsumsi, dari hasil pengamatan
didapatkan sediaan suspensi yang homogen.
Tahap selanjutnya ialah pengujian volume terpindahkan, hal ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa jumlah yang kita tuang dari botol sediaan. Pengujian ini dilakukan dengan
cara menuang isi sediaan kedalam gelas ukur kemudian didapat hasil volume terpidahkan sebesar
96 ml. Setelah itu, dilakukan pengamatan volume sedimentasi dengan cara mengukur tinggi
endapan yang diperoleh dari sediaan lalu dibagi dengan tinggi awal sediaan. Hasil fraksi (F) yang
didapat pada pengamatan volume sedimentasi selama 4 hari yaitu pada hari pertama
sebesar0,018., hari kedua sebesar 0,056., hari ketiga sebesar 0,056 dan hari keempat sebesar
0,056. Semakin nilai fraksi (F) mendekati 1 maka semakin baik suspensinya.
Percobaan pembuatan suspensi yang dilakukan menggunakan sistem flokulasi, karena
suspensi flokulasi ini sedimen pada tahap akhir penyimpanan akan tetap besar dan mudah
didispersikan kembali. Selain itu juga, sistem flokulasi ini berbentuk agregat yang dapat
mempercepat terjadinya pengendapan. Formula yang didapat untuk sediaan suspensi 100 ml yaitu
PGA 2,5%, gliserin 3%, metil paraben 0,05%, propilen glikol 10%, lemon essence 3 tetes, yellow
color 3 tetes dan aquadest dicukupkan hingga 100 ml.
XIII. Formula yang Diusulkan

Bahan Jumlah Fungsi Untuk 100 ml


Asam mefenamat 2g Zat aktif 25 ml
PGA 2,5% Suspending agent 30 ml
Gliserin 3% Pembasah 0,05 gr
Metil paraben 0,05% Pengawet 10 ml
Propilen glikol 10% Pelarut pengawet a.d 100 ml
Lemon essence 3 tetes Perasa 3 tetes
Yellow color 3 tetes pewarna 3 tetes
Aquadest a.d 100 ml pelarut a.d 100 ml

Usulan formula yang baik adalah dengan memperhatikan campuran zat tambahan atau
bahan-bahan tambahan lainnya yang dapat berinteraksi baik atau tidak dengan zat aktif bahan
tersebut, dan memperhatikan kestabilan, kelarutan, kompatibilitas tiap-tiap bahan yang
dicampurkan, tujuannya supaya menghasilkan kualitas obat dengan efektifitas zat aktif yang baik,
kestabilan sediaan dan penerimaan ke pasien yg baik.

XIV. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa :


1. Suspensi adalah sediaan sistem heterogen yang terdiri dari fase terdispersi sebagai fase
dalam dan fase pendipersi sebagai fase luar. Fase terdispersi terdiri dari partikel padat
dengan ukuran partikel tertentu yang tidak larut dalam fase pendispersi.
2. Zat aktif yang digunakan adalah asam mefenamat yang praktis tidak larut dalam air dan
berkhasiat sebagai pereda nyeri, sedangkan bahan pensuspensi digunakan PGA dan
bahan pembasah digunakan gliserin.
3. Pengujian organoleptis sediaan suspensi selama 4 hari didapat hasil yaitu warnanya
kuning, rasanya lemon dan berbau khas lemon
4. Tidak ada pembentukan kristal pada leher botol
5. Pengujian pH pada sediaan suspensi menggunakan kertas pH meter didapat hasil pH
sebesar 6
6. Volume terpindahkan sediaan suspensi adalah 96 ml.
7. Hasil fraksi (F) yang diperoleh dari volume sedimentasi yaitu pada hari pertama 0,018
hari kedua 0,056 hari ketiga 0,056dan hari keempat 0,056.
8. Formula yang digunakan untuk membuat sediaan suspensi terdiri asam mefenamat 2 g,
PGA 2,5%, Metil paraben 0,05%, Proplilen glikol 10%, Lemon essence 3 tetes, Yellow
color 3 tetes dan aquadest a.d 100 ml

XV. Daftar Pustaka

Allen, Judy.2002.The Business of Event Planning. Canada: John Wiley & Sons
Ansel , C. 1982. Pengantar Bentuk Sediaan Farmsi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Depkes RI, 1979. Farmakpe Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Depkes RI
Depkes RI, 1995. Farmakope Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : Depkes RI
Kibbe, Orthur. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients Edition 6th. USA : Pharmaceutical
Press
Lachman, L dan Lieberman A, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta :
Universitas Indonesia
Reynolds, 1982. Martindale The Extra Pharmacopoiea 28 th Edition. The Pharmaceutical Press
Rowe, Raymond C. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th ed. London: Pharmaceutical
Press.
EVALUASI SEDIAAN
Penentuan Bobot Jenis Larutan dengan Piknometer (FI IV p.1030)
a. Gunakan piknometer bersih dan kering
b. Timbang piknometer kosong
c. Timbang piknometer yang berisi air yang baru dididihkan
d. Timbang piknometer yang berisi sediaan larutan.
Wsediaan  Wkosong
e. Bobot jenis sediaan =  air
Wair  Wkosong

Penentuan Viskositas Larutan dengan Alat Brookfield


a. pilih spindel sesuai dengan viskositas cairan yang hendak diukur.
b. pasang spindel pada gantungan spindel.
c. turunkan spindel sedemikian rupa sehingga batas spindel tercelup ke dalam cairan yang
hendak diukur viskositasnya.
d. pasang stop kontak.
e. hidupkan motor sambil menekan tombol.
f. biarkan spindel berputar dan perhatikan jarum merah pada skala.
g. catat angka yang ditunjukkan jarum merah tersebut. (untuk menghitung viskositas, angka
pembacaan dikalikan dengan suatu faktor yang dapat dikutip dari tabel yang terdapat pada
brosur alat.)
h. dengan mengubah-ubah ppm, akan diperoleh viskositas cairan pada berbagai ppm.

Penentuan pH larutan (FI IV p. 1039)


Uji pH larutan dilakukan dengan menggunakan kertas pH atau dengan pHmeter.

Penentuan Volume Terpindahkan (FI IV p. 1089)


a. Tuang isi dari tiap wadah perlahan-lahan ke dalam gelas ukur kering terpisah dengan
kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua setengah kali volume yang diukur dan telah
dikalibrasi.
b. Diamkan selama 30 menit.
c. Jika telah bebas dari gelembung udara, ukur volume dari campuran: volume rata-rata larutan,
suspensi, atau sirup yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100% dan tidak satupun
volume wadah kurang dari 95% volume yang dinyatakan pada etiket.

Penentuan Organoleptis
a. Warna larutan diamati.
b. Bau larutan dicium.
c. Sediaan sediaan dirasakan.

Pengamatan Pertumbuhan Mikroorganisme, Cap-locking, dan Pengendapan


Amati sediaan selama beberapa hari untuk mengamati adanya pertumbuhan mikroorganisme,
cap- locking dan pengendapan.

Tinggi Sedimentasi
Hv/Ho (cm) 10’ 20’ 30’ 60’ 2 jam 1 hari 3 hari
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai