Jhumy Kelompok 5 KEPERAWATAN ANAK
Jhumy Kelompok 5 KEPERAWATAN ANAK
TANTRUM
OLEH
KELOMPOK 5
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena limpahan rahmat, dan
hidayahNya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami menyadari makalah masih jauh dari sempurna. Untuk itu kami
harapkan kritikan dan masukan dari yang membangun dalam penyusunan makalah
ini. semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
3.1 Kesimpulan...................................................................................18
3.2 Saran...............................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar
menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa
kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang wajar dan
natural. Namun seringkali, tanpa disadari orang tua ‘menyumbat’ emosi yang
dirasakan oleh anak. Misalnya saat anak menangis karena kecewa, orangtua
dengan berbagai cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian, memarahi dsb
demi menghentikan tangisan anak. Hal ini menurut sebenarnya membuat emosi
anak tak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung terus menerus,
akibatnya timbullah yang disebut dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi
inilah yang nantinya dapat meledak tak terkendali dan muncul sebagai temper
tantrum.
Temper tantrum adalah ledakan emosi yang kuat yang terjadi ketika anak
balita merasa lepas kendali. Tantrum adalah demonstrasi praktis dari apa yang
dirasakan oleh anak dalam dirinya. Ketika orang-orang membicarakan
4
tantrum,biasanya hanya mengenai satu hal spesifik, yaitu kemarahan yang
dilakukan oleh anak kecil. Hampir semua tantrum terjadi ketika anak sedang
bersama orang yang paling dicintainya. Tingkah laku ini biasanya mencapai titik
terburuk pada usia 18 bulan hingga tiga tahun, dan kadang masih ditemui pada
anak usia lima atau enam tahun, namun hal tersebut sangat tidak biasa dan secara
bertahap akan menghilang.
Ekspresi emosi yang baik pada anak dapat menimbulkan penilaian sosial
yang menyenangkan, sedangkan ekspresi emosi yang kurang baik seperti
cemburu, marah, atau takut dapat menimbulkan penilaian sosial yang tidak
menyenangkan atau disebut dengan tantrum. Anak yang bersikap seperti itu akan
dijauhi teman, dinilai sebagai anak yang cengeng, pemarah, atau julukan-julukan
lain. Penilaian yang diperoleh anak dari lingkungannya dapat membentuk konsep
diri negatif, dan pada akhirnya anak tidak dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Raufi, 2006).
5
cedera tersebut dapat berupa menjatuhkan badan ke lantai, memukul kepala, atau
melempar barang, hal ini diduga merupakan bentuk awal dari temper tantrum
pada saat anak sudah mampu mengekspresikan rasa frustasinya. Jika temper
tantrum telah terlanjur muncul dalam bentuk perilaku yang membahayakan dan
berpotensi menimbulkan kerusakan, maka tindakan intervensi harus segera
dilakukan. Semakin besar anak, tenaga juga semakin kuat dan akan semakin sulit
bagi orang tua untuk mengendalikan atau mencegah tingkah lakunya yang tak
terkendali. Selain itu timbunan emosi ini juga dapat mengarah pada ‘kerusakan’
lain baik secara fisik ataupun bentuk perilaku berbohong, menyalahkan orang lain,
menutup diri, merebut milik orang lain secara paksa dan sebagainya (Rulie, 2011).
Menurut psikolog Michael Potegal (dalam Hayes, 12: 2003) terdapat dua
jenis tantrum yang berbeda dengan landasan emosional dan tingkah laku yang
berbeda yaitu, tantrum amarah (anger tantrum) yang diperlihatkan dengan cara
menghentakkan kaki, menendang, memukul, berteriak, dan tantrum kesedihan
(distress tantrum) yang diperlihatkan dengan cara membanting diri, menangis
terisak-isak, serta berlari menjauh. Tantrum dapat terjadi karena kesedihan dan
amarah, juga karena kebingungan dan ketakutan.
6
kursi tinggi untuk bayi, tempat duduk di mobil, dan sebagainya (11,6 %), konflik
mengenai pemakaian baju (10,8 %). Ada kejadian puncak yang menunjukkan
bahwa tantrum lebih banyak terjadi menjelang tengah hari dan petang saat anak
lapar ataupun lelah (Hayes, 16: 2003).
1.2 tujuan
1. Untuk mengetahui definisi temper trantum
2. Untuk mengetahui manifestasi temper tantrum
3. Untuk mengetahui etiologi temper trantum
4. Untuk mengetahui pencegahan temper tantrum
5. Untuk mengetahui penatalksanaan temper trantum
7
BAB II
PEMBAHASAN
Temper tantrum merupakan salah satu ciri anak yang bermasalah terhadap
perkembangan emosi dengan ciri (Rosmala Dewi, 2005:95), yaitu :
a. Marah berlebihan, seperti ingin merusak diri dan barang di sekelilingnya.
b. Tidak dapat mengungkapkan keinginannya
c. Takut yang sangat kuat, sehingga mengganggu orang disekitarnya
d. Pemalu, hingga menarik diri dari lingkungannya
e. Hipersensitiv ( sangat peka, sulit mengatasi perasaan tersinggung dan
pandangan cenderung negatif).
8
Tantrum juga lebih mudah terjadi pada anak-anak yang dianggap “ sulit”,
dengan ciri-ciri sebagai berikut (Soetjiningsih & Ranuh, 2013) :
Memiliki kebiasaan tidur, makan, dan buang air besar yang tidak teratur
Sulit menyukai situasi, makanan, dan orang-orang baru
Lambat beradaptasi terhadap perubahan
Mood (suasanan hati) lebih sering negative
Mudah terprovokasi, mudah marah atau kesal
Sulit dialihkan perhatiannya.
Secara umum, tantrum jarang terjadi pada anak yang lebih besar. Anak
bermain dan bertindak normal seperti biasa diantara kondisi tantrum pertama
dengan kondisi tantrum berikutnya. Rujukan perlu dilakukan, jika terjadi hal-hal
seperti berikut ini :
Tantrum parah berlangsung dalam waktu yang lama dan sering
terjadi.
Anak memiliki masalah berbicara atau orangtua tidak mengetahui
apa yang diinginkan anak.
Tantrum semakin parah terjadi pada umur 3-4 tahun.
Anak memperlihatkan tanda-tanda sakit selama terjadi tantrum atau
menahan napas sehingga pingsan.
Anak melukai dirinya sendiri dan orang lain selama tantrum.
9
mengelola emosi tersebut. Misal, dengan cara menghitung angka sampai 10 dapat
membantu mereka untuk mengontrol perasaan marah tersebut. Pada usia sekolah
tantrum jarang terjadi.
10
1. Perilaku-perilaku tersebut pada dua kategori usia diatas
2. Memaki
3. Menyumpah
4. Memukul kakak, adik, atau temannya
5. Mengkritik diri sendiri
6. Memecahkan barang dengan sengaja
7. Mengancam
11
atau orangtua yang terlampau melindungi (overprotective). Walaupun tantrum
pada mulanya merupakan perasaan tidak senang pada perlakuan fisik, tantrum
juga dimaksudkan sebagai suatu usaha untuk mendapatkan hadiah-hadiah
(gratification), atau menguasai keluarganya melalui cetusan marah (outburst), atau
merupakan suatu hasil meniru dari orangtua atau anggota keluarga lainnya.
Tantrum biasanya terjadi pada anak umur 18 bulan – 4 tahun. Tantrum ini
disebut otonomi diri, yaitu rasa mampu berbuat sesuai kehendak (autonomy vs
shame and doubt). Pada umur 1-3 tahun, timbul beberapa kebebasan dari
ketergantungan total pada oragtua. Kebebasan fisik berupa mulai belajar berjalan
dan kemudian berlari.
Penyebab tantrum erat kaitannya dengan kondisi keluarga, seperti anak
terlalu banyak mendapatkan kritikan dari anggota keluarga, masalah perkawinan
pada orang tua, gangguan atau campur tangan ketika anak sedang bermain oleh
saudara yang lain, masalah emosional dengan salah satu orangtua, persaingan
dengan saudara dan masalah komunikasi serta kurangnya pemahaman orangtua
mengenai tantrum yang meresponnya sebagai sesuatu yang mengganggu dan
distress. (Fetsch & Jacobson, dikutip syamsyuddin, 2013).
Banyak orangtua terkejut dengan bagaimana begitu cepat anak mereka
yang sempurna dan bahagia menjadi pemarah. Orangtua perlu memeriksa apa
yang terjadi, yang menyebabkan perubahan perilaku secara mendadak tersebut.
Tantrum menjadi lebih buruk dan lebih sering terjadi, akibat dari berbagai alasan
di bawah ini :
Lapar. Anak yang lapar akan lebih sulit dibuat senang.
Sangat kelelahan. Anak yang tidak tidur siang atau tidak mendapatkan
tidur yang cukup pada malam sebelumnya biasanya akan lebih mudah
marah.
Tidak berdaya. Anak yang tidak mampu menyelesaikan tugasnya
(mengancingkan baju, menumpukkan balok).
Perubahan mendadak. Anak di paksa berubah dari satu aktivitas ke
aktivitas lainnya, lebih mudah menjadi marah dan bertingkah laku
berlebihan.
12
Mencari perhatian. Seorang anak yang tidak mendapatkan perhatian
saat marah, terkadang dapat membentuk kebiasaan memiliki tantrum.
Tidak mendapatkan benda yang diinginkan, membuat anak sedih atau
tersinggung.
Benda miliknya yang diambil paksa.
Orangtua tidak mengeri apa yang diinginkan atau dikatakan anak,
membuat anak frustasi. Demikian pula, jika anak tidak mengerti apa
yang dikatakan atau diperintahkan orangtuanya, membuat anak
menjadi frustasi juga.
Tidak punya kata yang tepat untuk mendeskripsikan perasaan atau
kebutuhannya.
Anak yang merasa cemas, tertekan atau terganggu.
Ketidakmampuan memecahkan masalah , mengakibatkan anak
kecewa.
13
yang berkenaan dengan intervensi yaitu intervensi secara umum dan khusus.
Intervensi secara umum meliputi pencegahan masalah yaitu :
1) Pastikan anak tidak kekurangan perhatian.
2) Cobalah untuk mempertahankan kebiasaan untuk berlaku positif
(memberi penghargaan jika mereka bersikap baik)
3) Kenali sifat dan kebiasaan anak
4) Temani mereka belajar dan bermain, untuk menunjukkan bahwa
orang tua peduli dan memiliki perhatian pada kegiatan anaknya
5) Evaluasi cara orangtua mendidik anak selama ini (apakah terlalu
keras atau terlalu memanjakan anak)
6) Memberikan saluran bagi anak untuk mengungkapkan emosi anak
7) Mengurangi frustasi dengan menawari anak banyak pilihan
aktivitas untuk mengisi waktu luang
14
tempat yang dikunjungi dan anak melanggar kesepakatan tersebut, maka tugas
orangtua untuk mengingatkan. Ini juga merupakan cara untuk mengajarkan nilai
konsistensi pada anak. Jika tetap menuntut, maka ada satu cara yang dapat
dilakukan orangtua, yang disebut making a game out of the child’s demand, yakni
keterampilan berbahasa untuk keluar dari tuntutan anak, sebagai contoh dapat
dilihat pada percakapan di bawah ini :
15
bertingkah laku berlebihan untuk membuat orang tuanya marah. Perilaku itu
mungkin membuat dia sendiri juga takut.
Pada umur-umur tertentu, anak menggunakan tantrum untuk berekspresi.
Anak tidak mengetahui bagaimana cara mengekspresikan keinginan mereka.
Dengan kesabaran dan cinta, orang tua dapat membantu anaknya untuk
mengekspresikan keinginan mereka melalui kata-kata dan menunjukkkan
kemarahan melalui cara yang sesuai. Dibawah ini dijelaskan cara-cara yang dapat
diikuti untuk mengontrol tantrum :
Orangtua tetap tenang. Mungkin hal ini sulit untuk dilakukan,
tetapi orangtua sebaiknya tetap tenag dan memegang kendali. Hal
ini membantu orangtua mengingatkan diri bahwa tantrum adalah
suatu hal yang alami dan bukan merupakan suatu reaksi yang
buruk untuk mengungkapkan rasa frustasi dan kemarahan.
Orangtua marah hanya akan membuat anak tambah bingung dan
frustasi.
Jangan mengubah “ tidak ” menjadi “ ya “. Jangan mengubah
keputusan yang telah dibuat hanya untuk membuat anak
menghentikan pemulihan yang bersifat sementara tetapi kekuatan
anak akan bertambah karena diizinkan dan akan membuatnya lebih
sulit untuk dihadapi dikemudian hari. Anak akan memperoleh
manfaat bila memiliki orangtua yang menjalankan aturan. Anak
harus tahu siapa yang memegang kendali. Bersifat hangat,
sungguh-sungguh, dan konsisten adalah dasar dalam membesarkan
anak.
Memindahkan anak. Jika anak mengalami tantrum pada tempat
keramaian, pindahkan anak ke tempat lain yang lebih
tenang.tantrum anak ini dapat mengganggu dan memalukan dan
tidak ada gunanya untuk membiarkannya tetap disana. Orangtua
dan anak mungkin dapat duduk didalam mobil sampai anak tenang
atau pulang ke rumah.
Orangtua yang memindahkan diri. Jika anak ada di tempat aman
(misalnya: kamar tidur), tinggalkan anak selama beberapa menit
16
dan biarkan dia menjadi tenang. Tanpa penonton untuk “
pertunjukkannya ”, anak akan lebih mudah berhenti.
Tenangkan anak. Jika anak mulai menyakiti dirinya selama
tantrum (missal: memukulkan kepalanya di lantai), orangtua harus
menghentikan setenang mungkin. Tenangkan anak dan selama
memeluknya katakana “ Kamu sangat marahsaat ini, ayah dan ibu
tidak akan membiarkan kamu melukai diri sendiri. Ayah atau ibu
disini dan kami mencintaimu.”
Bicarakan sesudahnya. Jangan mencoba bicara pada anak tentang
kelakuannyaketika dia marah.tunggu tantrumna hilang, lalu
diskusikan dengan si anak bagaimana cara dia mengendalikan
marah dan frustasi.
Jangan mencoba berbincang untuk menyakinkan anak sepanjang
ledakan kemarahan. Perasaan anak seperti laut emosi, tidak dalam
keadaan mental yang siap untuk mendengarkan logika atau alasan.
Jangan mengancam dengan hukuman.
Terapi finger painting adalah teknik melukis dengan mengoleskan cat pada
kertas basah dengan jari atau dengan telapak tangan (Salim, 1991 dalam Hardi
Mulyana Wibawa, ___: 8). Point terpenting dari shaw adalah gerakan. Dalam
aktivitas ini, bukan hanya tangan saja yang bergerak tetapi seluruh tubuh.
Ada berbagai kelebihan finger fainting sebagai terapi temper tantrum pada
anak usia dini ( Downs, 2008 dalam Hardi Mulyana Wibawa,___:5), yaitu :
17
1) Finger fainting adalah salah satu metode yang menyenangkan yang
membuat anak mengungkapkan perasaannya secara bebas tanpa
tertekan. Dari hasil penelitian dikatakan bahwa dari berbagai
metode gambar dalam mengurangi agresivitas anak, hanya finger
fainting yang paling efektif dalam menurunkan perilaku agresif
anak.
2) Finger fainting dapat membuat membuat anak dan remaja duduk
diam dalam waktu lima menit atau lebih. Selain itu finger fainting
mempunyai kadungan spiritual seperti yoga.
18
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Temper tantrum adalah ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana.
Pada anak-anak, ini bukan hanya untuk mencari perhatian dari orang dewasa saja. Ketika
mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu
menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit, mencubit.Penyebab temper
tantrum yaitu : lelah ,orangtua selalu mengekang, frustasi ,sifat dasar anak emosional ,dan
keinginan tak dipenuhi .Penyebab kecemasan pada anak : masalah kehidupan ,fisiologis
,lingkungan dan kepribadian.
Sebagai seorang guru kita harus paham mengenai permasalahan yang di alami oleh setiap anak
,sehingga kita dapat membantu mengatasi setiap permasalahan yang dialami oleh anak.
19
DAFTAR PUSTAKA
Psikologi zone. (2012). Pengertian, sebab, dan cara mengatasi temper tantrum.
(Online) tersedia: http://www.psikologizone.com /pengetian-sebab-dan-
cara-mengatasi-temper-tantrum/065113939. (akses:10 september 2013).
Radyah. (2010). Hubungan pola asuh orang tua terhadap intensitas temper
tantrum pada anak autis SLB bakti luhur malang
20