Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESUME

HYPERBARIC OXYGEN THERAPY (HBOT)

DISUSUN OLEH

ANIS LUTFIANI
NIM 131932143026

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020
1. Definisi Hyperbaric Oxygen Therapy (HBOT)

Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi medis yang digunakan dalam

tindakan pengobatan dengan menggabungkan oksigen murni (100%) dan tekanan

udara lebih dari 1 ATA di dalam ruangan udara bertekanan tinggi (RUBT) yang

biasa disebut dengan hyperbaric chamber. Biasanya Pada saat terapi akan

diberikan tekanan 2-3 ATA. Hal ini akan menghasilkan 6 ml oksigen terlarut

dalam 100 ml plasma dan durasi rata-rata terapi sekitar 60-90 menit. Terapi

hiperbarik merupakan terapi yang sudah banyak digunakan untuk penyakit

penyelaman maupun penyakit bukan penyelaman baik sebagai terapi utama

maupun terapi tambahan. (Hariyanto, et al, 2009; Biomedical engineering, 2014;

Biomedical engineering, 2014; Biomedical engineering, 2014).

2. Tipe Hyperbaric Chamber

Hyperbaric chamber merupakan ruangan berbentuk kapsul yang terbuat dari

baja dan aluminium yang memiliki lubang jendela akrilik. Chamber terdiri dari

ruangan dengan dua pintu. Satu untuk ke luar chamber (lock chamber) dan satu

ruang utama dari chamber (main chamber) yang dapat diberi tekanan masing-

masing sehingga memungkinkan pasien untuk masuk atau keluar dari main

chamber saat masih bertekanan. Airlock atau medical lock berfungsi untuk

memasukkan atau mengeluarkan obat-obatan, instrumen, makanan, atau barang-

barang yang tidak boleh dibawa ke dalam chamber (Haryoto, 2015).

Jenis ruangan hiperbarik dibedakan menjadi 4, yakni :

1) Monoplace chamber : Chamber yang digunakan untuk pengobatan satu

pasien.
2) Multiplace chamber : Chamber yang digunakan untuk pengobatan beberapa

pasien pada waktu yang bersamaan.

3) Animal chamber : Chamber yang digunakan untuk penelitian dan

menggunakan binatang sebagai objek.

4) Portable chamber : Chamber yang dapat digunakan atau dibawa ke tempat

kejadian penyelaman.

3. Manfaat HBOT

Terapi Hiperbarik Oksigen dapat dimanfaatkan pada:

1) Kasus penyelaman: dekompresi, keracunan gas CO, dan tes toleransi oksigen

untuk penyelam

2) Penyakit klinis: Diabetes Mellitus, stroke, luka bakar, bell's palsy,

osteomyelitis, cangkok kulit/jaringan, dll

3) Kebugaran

Secara umum terapi hiperbarik oksigen memiliki manfaat, antara lain :

1) Meningkatkan konsentrasi oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh

2) Merangsang pertumbuhan pembuluh darah daru untuk meningkatkan aliran

darah pada daerah sirkulasi yang berkurang

3) Membunuh bakteri terutama anaerob seperti Closteridium perfingens

(penyebab gas gangren)

4) Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) seperti bakteri E.Coli

dan Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka mengganas

5) Mampu menghambat produksi alfa toksin

6) Meningkatkan kemampuan sel untuk bertahan hidup


7) Menurunkan waktu paruh koreboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit

pada penyakit keracunan gas CO

8) Mempercepat penyembuhan luka dengan pembentukan fibroblast

9) Mereduksi ukuran buble nitrogen

10) Mengurangi edema

11) Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang dapat

menjaga elastisitas kulit

12) Badan menjadi lebih segar, tidak mudah lelah, tidur menjadi lebih pulas

(Amira, et al, 2014)

4. Indikasi HBO

Menurut Sutarno (2000), indikasi terapi hiperbarik oksigen meliputi :

1) Dekompresi

2) Keracunan CO dan sianida

3) Emboli paru

4) Anemia

5) Infeksi jaringan lunak

6) Abses intrakranial

7) Osteomielitis

8) Peningkatan penyembuhan luka, ujung amputasi yang tidak sembuh, luka tidak

sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama, ulkus stasis refraktori

9) Luka bakar

10) Tuli mendadak

11) Crush injury & Acute traumatic injury


12) Delayed radiation injury

5. Kontraindikasi HBOT

1) Absolute : Kontraindikasi HBOT adalah pneumothorax yang belum dirawat,

kecuali telah dilakukan tindakan pembedahan untuk mengatasi pneumothorak

sebelum diberikan terapi HBO.

2) Relatif : ISPA, Sinusitis kronis, Kejang-kejang, Empisema dengan retensi

CO2, Panas tinggi yang tidak terkontrol. Hal ini merupakan predisposisi dari

kejang. Suhu tubuh harus diturunkan sebelum terapi HBO, Riwayat operasi

thorax atau operasi telinga, Infeksi virus, Penyakit keganasan , Kehamilan, hal

ini akan mengakibatkan malformasi kongenital

6. Tim Terapi HBOT

1) Supervisor

2) Dokter hiperbarik

3) Tender/perawat

4) Operator

5) Teknisi/mesin

7. Peran perawat/tender dalam HBOT

1) Pra terapi HBO

a. Anamnesis (identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,

kontraindikasi)

b. Persiapan alat (masker, air minum, selimut, pispot)

c. Pemeriksaan fisik lengkap

d. Pemeriksaan tambahan bila perlu


e. Inform consent (manfaat, proses, cara adaptasi ketika ada tekanan, benda-

benda yang tidak boleh dibawa)

2) Intra HBO

1) Bantu transfer input pasien

2) Safety klien

3) Cek kembali barang-barang yang dibawa

4) Ingatkan jangan terlambat valsava

5) Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan O2

6) Monitor keadaan umum pasien

7) Koordinasi dengan operator atau dokter jika terjadi masalah

3) Post HBO

1) Bantu pasien keluar

2) Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan CO

3) Lepas masker

4) Rapikan/ bersihkan chamber

5) Pendokumentasian

8. Komplikasi HBOT

Komplikasi dari terapi hiperbarik oksigen antara lain :

1. Barotrauma pada telinga, paru, dan gigi

2. Keracunan oksigen

3. Nyeri sinus

4. Katarak dan myopia

5. Claustrophobia

6. Fibroplasia retrolental
7. Gangguan neurologis

DAFTAR PUSTAKA

Bennett MH, Wasiak J, Schnabel A, Kranke P, French C. Hyperbaric oxygen


therapy for acute ischaemic stroke (Cochrane Review). In: The Cochrane
Library, Issue 1, 2006. Oxford: Update Software
McDonagh MS, Carson S, Ash JS, Russman BS, Stavri PZ, Krages KP et al.
Evidence report/technology assessment: hyperbaric oxygen therapy for
brain injury, cerebral palsy, and stroke. USA: AHRQ Publication; 2003.
Mu J, Krafft PR, Zhang JH. Hyperbaric oxygen therapy promotos
neurogenesis: where do we stand?. USA: Medical Gas Research; 2011.
Oktaria S. Terapi oksigen hiperbarik. Perhimpunan Kesehatan Hiperbarik
Indonesia. Jakarta;2016
Rusyniak DE, Kirk MA, May JD, Kao LW, Brizendine EJ, Julie LW et al.
Hyperbaric oxygen therapy in acute ischemic stroke: results of the
hyperbaric oxygen in acute ischemic stroke trial pilot study. Dallas:
American Heart Association; 2003
Sahni T, Singh P, John MJ. Hyperbaric oxygen therapy : current trends and
applications. New Delhi: JAPI; 2003.

Anda mungkin juga menyukai