Dosen :
Bu Lailatun Ni’mah, S.Kep.,Ns., M.Kep.
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah Small
Group Discussion (SGD) yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Persyarafan Dengan Pasien Meningioma Intrakranial” sebagai tugas mata ajar
Keperawatn Onkologi dengan baik.
(Penyusun)
ii
DAFTAR ISI
COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Meningioma Intrakranial.....................................................3
2.2 Klasifikasi..........................................................................................4
2.3 Etiologi..............................................................................................4
2.4 Manisfestasi Klinis............................................................................5
2.5 Patofisiologi.......................................................................................5
2.6 Komplikasi.........................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang.....................................................................7
2.8 Penatalaksanaan.................................................................................9
2.9 Konsep Askep..................................................................................12
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Pengkajian .......................................................................................16
3.2 Analisis Data....................................................................................18
3.3 Masalah Keperawatan......................................................................19
3.4 Intervansi Keperawatan...................................................................20
3.5 Implementasi dan Evaluasi..............................................................21
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan......................................................................................24
4.2 Saran................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Tumor intracranial termasuk juga lesi desak ruang (lesi organ yang karena proses
pertumbuhannya dapat mendesak organ yang ada disekitarnya,sehingga organ tersebut
dapat mengalami gangguan) jinak maupun ganas,yang tumbuh diotak meningen dan
tengkorak (Ariyani, 2012). Berdasarkan data di RSUD dr. Moewardi Surakarta, dari tahun
2013 sampai bulan Maret 2014 terdapat 31 kasus pasien dengan tumor otak dari rata-rata
hampir semua jenis tumor ganas. Insiden terjadinya tumor otak dengan kraniofaringioma
pada anak-anak 13,3 per 100 ribu populasi terjadi di Amerika Serikat pada tahun 2001-
2005. Sayangnya, insiden tumor otak di Indonesia belum banyak ditemukan dalam literatur
(Harsono, 2011). Masalah yang muncul pada pasien dengan tumor adalah gangguan
penglihatan,gangguan fokal,ansietas,dan nyeri akibat dari peningkatan tekanan intrakranial.
Melihat banyaknya angka kejadian maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah
tentang asuhan keperawatan tumor otak.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1
7. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan teori
8. Mengetahui asuhan keperawatan kasus Meningoma Intrakranial
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.2 Klasifikasi
2.3 Etiologi
Sebab pasti tidak diketahui. Insiden meningkat dengan kelainan genetik (kehilangan
kromosom 22 dan dengan neurofibromatosis tipe 2). Faktor Resiko lain termasuk radiasi kranial,
trauma kepala, kanker payudara (walaupun tidak menentukan ). Lokasi (disusun berdasarkan dari
lokasi tersering dijumpai) :
1. Tulang tengkorak Basis kranial : sphenoid wing, dan petrosus ridge. Tempat lekukan dura
: falx cerebri dan tentorium cerebelli. Selubung saraf N.optikus. Pleksus khoroid. Spinal.
Diluar aksis kraniospinal seperti telinga, tulang temporal, dan tungkai.
2. Marker proliferasi Marker proliferasi memberikan informasi mengenai kemungkinan
rekurensi dari tumor. Sebagai contoh adalah MIB-1 dan Ki 67, yang ditemukan pada
tumor dengan derajat lebih tinggi dan cenderung akan mengalami rekurensi. Walaupun
begitu masih diperlukan penelitian lanjutan mengenai marker proliferasi tersebut. Angka
reseptor progesteron yang tinggi telah dilaporkan berhubungan dengan angka frekuensi
rekurensi yang lebih rendah dan prognosis yang lebih baik. 70% dari meningioma
mengekspresikan reseptor somatostatin yang dapat digunakan dengan imaging radiologi,
terutama bila mencari rekurensi lokal.
4
2.4 Manifestasi Klinis
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala merupakan gejala dini tumor intrakranial pada kira-kira 20% penderita.
Sifat nyeri kepalanya berdenyut-denyut atau rasa penuh di kepala seolah-olah mau
meledak.3 Awalnya nyeri dapat ringan, tumpul dan episodik, kemudian bertambah berat,
tumpul atau tajam dan juga intermiten. Nyeri juga dapat disebabkan efek samping dari
obat kemoterapi. Nyeri ini lebih hebat pada pagi hari dan dapat diperberat oleh batuk,
mengejan, memiringkan kepala atau aktifitas fisik.7 Lokasi nyeri yang unilateral dapat
sesuai dengan lokasi tumornya sendri. Tumor di fossa kranii posterior biasanya
menyebabkan nyeri kepala retroaurikuler ipsilateral. Tumor di supratentorial
menyebabkan nyeri kepala pada sisi tumor, di frontal orbita, temporal atau parietal.
2. Mual dan muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial.
3. Perubahan neuromuscular meliputi: gerakan yang janggal atau tidak terkoordinasi,
hilangnya keseimbangan.
4. Gangguan vokal (bicara terganggu, berdesis, afasia).
5. Perubahan perilaku meliputi: penurunan selera makan, gagal tumbuh, keletihan (sering
tidur siang), koma, perilaku ganjil (pandangan kosong, gerakan otomatis).
2.5 Patofisiologi
1. Gangguan fokal.
Terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak, dan infiltrasi atau infasi langsung
pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya: gliomablastoma
multiforme) Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
5
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri pada
umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan mungkin dapat
dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer. Serangan kejang sebagai
manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi, invasi, dan
perubahan suplai darah ke jaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal,
seperti bicara terganggu,berdesis, dan afasia.
2. Peningkatan tekanan intracranial.
Dapat diakibatkan oleh beberapa faktor: bertambahnya massa dalam tengkorak,
terbentuknya edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal.
6
WOC (sunddart & Brunert)
Idiopatik
Tumor Otak
Penekanan jaringan otak
Bertambahnya masa
Invasi jaringan otak Nekrosis jar.otak
Penyerapan cairan otak
Kerusakan jar. Neuron
Gangguan Hipoksia
(Nyeri) Obstruksi vena di otak
supai darah jaringan
kejang Gangguann
eurologisfo Gangguan Gangguan Odema
akal suplai darah Perfusi
jaringan
Peningkatan Hidrosevalus
Defisit Gangguan TIK
neurologis fungsi otak
Aspirasi
sekresi
Obstruksi Disorientasi
jalan
nafas
Dyspnea Resti.Cidera Perubahan
Henti Proses piikir
nafas
Bicara Hernialis
Bradikardi progesif, tergang ulkus
hipertensi sistemik gu
gang. pernafasan Gang. Komunikasi Manisefal
verbal on
Tekanan
Gg.
Gangguan Ancaman Kesadaran
pertukaran gas kematian Mual, muntah,
papileodema,
pandangan kabur,
Cemas penurnan fungsi
pendengaran, nyeri
kepala
Gang. Rasa
nyaman nyeri
7
2.6 Komplikasi
1. Edema serebral
2. Hidrosefalus
3. Herniasi otak
4. Epilepsi
5. Metastase ketempat lain.
8
CT Scan meningioma
2. Biopsi stereotatik
Biopsi stereotaktik dapat dikerjakan pada lesi yang letak dalam. Pada operasi biopsi
stereotaktik dilakukan penentuan lokasi target dengan komputer dan secara tiga dimensi
(3D scanning).
3. Angiografi serebral
Angiografi bisa menampilkan blush tumor atau pergeseran pembuluh yang diperlukan
untuk melengkapi hasil CT scan. Pada beberapa kasus diperlukan untuk informasi
prabedah seperti mengetahui pembuluh darah yang terkena atau konstriksi pembuluh
darah utama oleh tumor.
4. EEG (elektroensefalogram)
Memberi informasi mengenai perubahan kepekaan neuron.
5. Cairan serebrospinal
Pemeriksaan cairan serebrospinal tidak rutin dilakukan, terutama pada pasien dengan
massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan
9
patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi seperti abses serebri.
2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan medis menurut widagdo (2012) dan Harsono
(2011) :
1. Pembedahan
Operasi pada kanker otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang
tepat, menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan
efektifitas terapi lain. Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk hampir
seluruh jenis kanker otak yang operabel. Kanker otak yang terletak jauh di dalam dapat
diterapi dengan tindakan bedah kecuali apabila tindakan bedah tidak memungkinkan
(keadaan umum buruk, toleransi operasi rendah). Teknik operasi meliputi membuka
sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada lokasi tumor. Tumor diangkat sebanyak
mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli patologi anatomi untuk diperiksa
jenis tumor (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2017).
2. Radiotherapy
10
3. Chemotherapy
11
2.9 Konsep Askep
2.9.1 Pengkajian
Pengkajian Fokus pengkajian tumor otak menurut Dongoes (2008):
a. saraf: kejang, tingkah laku aneh, disorientasi, afasia, penurunan/kehilangan memori,
afek tidak sesuai, berdesis.
b. Penglihatan : penurunan lapang pandang, penglihatan kabur.
c. Pendengaran : tinitus, penurunan pendengaran, halusinasi.
d. Jantung : bradikardi, hipertensi.
e. Sistem pernafasan : irama nafas meningkat, dispnea, potensial obstruksi jalan nafas,
disfungsi neuromuskuler.
f. Sistem hormonal : amenorea, rambut rontok, diabetes mellitus
g. Motorik : hiperekstensi, kelemahan sendi.
2.9.2 Diagnosa
Diagnosa keperawatan dengan tumor otak menurut NANDA (2015) adalah :
1. Nyeri akut b.d peningkatan tekanan intracranial
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah, penurunan
intake makanan
3. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan di otak
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan suplai darah jaringan otak
5. Resiko jatuh b.d gangguan penglihatan (kompresi saraf optikus)
6. Ketidakefektifan pola napas b.d suplai O2 ke otot pernapasan
7. Ketidakefektifan termoregulasi b.d peningkatan suhu tubuh
8. Hambatan komunikasi verbal b.d kesulitan bicara
2.9.3 Intervensi
Dx 1: Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan: Nyeri yang dirasakan berkurang
Kriteria Hasil:
o Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi
ditunjukkan penurunan skala nyeri. Skala = 2
o Klien tidak merasa kesakitan.
12
o Klien tidak gelisah
Intervensi:
1) Teliti keluhan nyeri: intensitas, karakteristik, lokasi, lamanya, faktor yang
memperburuk dan meredakan.
R/ Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh
pasien. Identifikasi karakteristik nyeri dan faktor yang berhubungan merupakan
suatu hal yang amat penting untuk memilih intervensi yang cocok dan untuk
mengevaluasi keefektifan dari terapi yang diberikan.
2) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
menangis/meringis, perubahan tanda vital.
R/ Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung yang dialami.
3) Instruksikan pasien/keluarga untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
timbul.
R/ Pengenalan segera meningkatkan intervensi dini dan dapat mengurangi
beratnya serangan.
4) Berikan kompres dingin pada kepala.
R/ Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi.
5) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode distraksi
R/ Mengurangi rasa nyeri yang dialami klien.
6) Kolaborasi pemberian analgesic.
R/ Analgesik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri berkurang
13
o Nyeri kepala berkurang atau tidak terjadi
Intervensi:
1) Pantau status neurologis secara teratur dan bandingkan dengan nilai standar.
R/ Mengkaji adanya perubahan pada tingkat kesadran dan potensial
peningkatan TIK dan bermanfaat dalam menentukan okasi, perluasan dan
perkembangan kerusakan SSP.
2) Pantau tanda vital tiap 4 jam.
R/ Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah ke otak yang stabil.
Kehilangan autoregulasi dapat mengikuti kerusakan vaskularisasi serebral lokal
dan menyeluruh.
3) Pertahankan posisi netral atau posisi tengah, tinggikan kepala 200-300.
R/ Kepala yang miring pada salah satu sisi menekan vena jugularis dan
menghambat aliran darah vena yang selanjutnya akan meningkatkan TIK.
4) Pantau ketat pemasukan dan pengeluaran cairan, turgor kulit dan keadaan
membran mukosa.
R/ Bermanfaat sebagai indikator dari cairan total tubuh yang terintegrasi dengan
perfusi jaringan.
5) Bantu pasien untuk menghindari/membatasi batuk, muntah, pengeluaran feses
yang dipaksakan/mengejan.
R/ Aktivitas ini akan meningkatkan tekanan intra toraks dan intra abdomen yang
dapat meningkatkan TIK.
6) Perhatikan adanya gelisah yang meningkat, peningkatan keluhan dan tingkah
laku yang tidak sesuai lainnya.
R/ Petunjuk non verbal ini mengindikasikan adanya penekanan TIK atau
menandakan adanya nyeri ketika pasien tidak dapat mengungkapkan keluhannya
secara verbal.
7) Kolaborasi:
o Kolaborasi dalam pemberian oksigen
R/ Memenuhi kebutuhan oksigen
o Berikan sedative atau analgetik dengan kolaboratif.
R/ Mengurangi peningkatan TIK
14
Dx 3: Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan pergerakan dan kelemahan
Tujuan : Gangguan mobilitas fisik teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil :
Pasien mendemonstrasikan tehnik / prilaku yang memungkinkan dilakukannya kembali
aktifitas.
Intervensi:
1) Kaji derajat mobilisasi pasien dengan menggunakan skala ketergantungan
( 0-4 )
R/ Seseorang dalam semua kategori sama-sama mempunyai resiko kecelakaan.
2) Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena
tekanan.
R/ Perubahan posisi yang teratur meningkatkan sirkulasi pada seluruh tubuh.
3) Bantu untuk melakukan rentang gerak
R/ Mempertahankan mobilisasi dan fungsi sendi.
4) Tingkatkan aktifitas dan partisipasi dalam merawat diri sendiri sesuai
kemampuan
R/ Proeses penyembuhan yang lambat sering kali menyertai trauma kepala,
keterlibatan pasien dalam perencanaan dan keberhasilan.
5) Berikan perawatan kulit dengan cermat, masase dengan pelembab.
R / : Meningkatkan sirkulasi dan elastisitas kulit
2.9.4 Implementasi
Sesuai intervensi
2.9.5 Evaluasi
Sesuai tujuan
15
BAB 3
3.1 Pengkajian
1. Biodata
Nama : Ny.N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Pernikahan : Sudah menikah
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Lamongan Utara
Tgl. Masuk RS : 13 Mei 2017
Jam masuk : 07.00
No. RM : 34-9X-XX
Ruang : Teratai
Tanggal pengkajian : 13 Mei 2017
Jam pengkajian : 12.15
Diagnosa Masuk : meningioma intrakranial (pre op)
2. Keluhan Utama
Sakit kepala yang hebat
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengatakan sering mengalami sakit kepala sejak tiga bulan belakangan,
akan tetapi baru satu bulan ini klien periksa ke dokter karena merasa semakin hari
semakin sakit kepalanya dan klien merasa tidak sembuh dengan obat-obatan biasa.
Klien juga mengatakan bahwa klien merasa pandangan sering kabur dalam waktu
dua-tiga minggu ini. Dua hari ini sakit kepala terasa hebat tak tertahankan pada pagi
dan malam hari, sakit seperti di tekan kencang, dan disertai mual dan muntah, sempat
kejang ketika dibawa kerumah sakit.
16
4. Riwayat kesehatan masa lalu
- Pasien mengatakan sebelumya tidak pernah dirawat di RS
- Pasien tidak memiliki penyakit keganasan, hipertensi, DM,dll
- Pasien tidak memiliki alergi makanan atau obat
- Pasien tidak pernah operasi
5. Riwayat kesehatan keluarga
Ada riwayat penyakit keluarga dengan kanker payudara, yakni ibu klien
6. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pasien mengatakan tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok,tidak mengkonsumsi
narkoba, dan jarang olahraga. Klien mengatakan sudah 10 tahun menggunakan
kontrasepsi hormonal jenis pil.
7. Observasi dan pemeriksaan
a. Tanda-tanda vital
S: 372oC N: 110x/menit T: 140/90 mmHg RR: 23 x/menit
Kesadaran : composmentis
b. Sistem pernafasan
RR: 23x/menit
Pasien mengatakan tidak batuk, napas cepat, terpasang oksigen canul 2 l, suara
napas vesikuler.
c. Sistem kardiovaskuler
TD:140/90 mmHG, N:110x/menit, irama jantung reguler, suara jantung S1/S2
tunggal, akral hangat, sirkulasi perifer normal
d. Sistem persyarafan
GCS : E4V5M6
Refleks fisiologis ;triceps +, biceps +, pattela hiperrefleks
Refleks patologis ; babinsky +
Pasien mengatakan pusing
Pemeriksaan saraf kranial : N2 (optikus) mengalami gangguan pandangan sering
kabur.
Pupil : isokor, Sclera : anikterus, konjungtiva : merah muda
17
Istirahat tidur : siang sering tidur dan malam hari 4-5 jam
e. Sistem perkemihan
Genetalia bersih tidak ada luka atau iritasi, produksi urine ± 1500 cc/24 jam
f. Sistem pencernaan
Tidak ada keluhan nyeri telan, nafsu makan berkurang, BAB 1x/hari terakhir tadi
pagi konsistensi lembek.
g. Sistem muskuloskeletal dan integumen
Tidak terdapat kelainan, akral hangat, tugor kulit lembab
h. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
8. Pengkajian Pola Kesehatan (Gordon)
a. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan
Pasien mengatakan sakit yang diderita merupakan cobaan dari Tuhan, klien
belum mengetahui mengenai penyakitnya, merasa terdengar asing bagi klien.
Dalam keluarag klien dikatakan bahwa ibunya memiliki riwayat kanker
payudara
b. Nutrisi-Metabolik
Klien mengalami mual, muntah dan berat badan menurun, sebelum sakit BB
klien adalah 60 kg, setelah sakit 57 kg karena klien mengalami penurunan
nafsu makan
c. Eliminasi
Klien tidak mengalami gangguan eliminasi, BAB normal, BAK normal
d. Aktivitas-latihan
Aktivitas dan latihan klien mengalami penurunan karena nyeri kepala yang
dirasakan, nadi takikardia 110 x/m, cemas, frekuensi pernapasan meningkat.
Selain itu, karena pandangan klien sering kabur, klien juga dilarang
beraktivitas yang berlebihan oleh keluarganya.
e. Istirahat tidur
Klien sering kali tidur disiang hari, malam hari klien tidur 4-5 jam. Sulit
berkonsentrasi karena merasakan sakitnya, cenderung istirahat
f. Kognitif perseptual
18
Ada kekhawatiran karena pusing, pandangan kabur
g. Persepsi diri
Gambaran diri : Pasien bersyukur dan dapat menerima kondisi fisiknya,
namun ada ketakutan.
Ideal diri : Pasien merasa sedikit takut dengan kondisinya.
Peran diri : Pasien masih dapat mengerjakan peran ibu rumah tangga.
Identitas : Pasien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara dan memiliki 2 orang
anak.
h. Hubungan-peran
Support keluarga sangat besar, sehingga klien bisa menerima, akan tetapi
takut jika nantinya klien tidak bisa berperan seperti saat sehat dikeluarganya
i. Seksual-reproduksi
Penurunan libido dan tidak mengalami masalah reproduksi lain
j. Koping-peran
Pasien tampak cemas dan mengutarakan ketakutan dan keadaaan emosinya
stabil. Pasien menjawab pertanyaan dengan baik
k. Kepercayaan
Klien beribadah dirumah, selalu beribadah dan rajin berpuasa sunnah tapi
selama merasakan keluhan tersebut klien tidak pernah berpuasa, selalu
melibatkan aktivitasnya dengan doa, baik sebelum sakit maupun ketika sakit
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan CT Scan
c. Pemeriksaan MRI
10. Terapi
- Medikamentosa
- pemberian kortikosterodi Dexamethasone 3x 10mg/mL IV
- pemberian profilasis anti kejang/ IV
- pemberian anti ulcer berupa H2 blocker maupun PPI dan simtomatik anti nyeri
kepala.
19
3.2 Analisis Data
Masalah
No. Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan 1. pemberian analgesik (2210)
Aktivitas :
berhubungan keperawatan 3x24 jam,
a. Cek perintah pengobatan
dengan agen diharapkan masalah nyeri meliputi obat, dosis, dan
frekuensi
pencedera akut dapat teratasi dengan
b. Tentukan pilihan obat
fisiologis outcome sebagai berikut: analgesik berdasarkan
tipe dan keparahan nyeri
(D.0077) 1. Tingkat nyeri (2102) :
c. Tentukan rute pemberian
(210201) Dari nyeri
dan dosis untuk mencapai
yang dilaporkan
hasul pengurangan nyeri
cukup berat menjadi
yang maksimal
sedang (rentang nilai
d. Monitor TTV sebelum
1-10)
dan setelah diberikan
(210210) Frekuensi
analgesik
nafas : dari deviasi
e. Berikan kebutuhan
yang cukup berat dari
kenyamanan untuk
kisaran normal
memfasilitasi penurunan
menjadi ringan atau
nyeri
tidak ada deviasi
f. Evaluasi dan
(rentang nilai 16-20
dokumentasikan respon
x/m)
pemberian analgesik
(210212) tekanan
21
darah : dari deviasi
cukup menjadi ringan
(rentang nilai systole :
100-120 dan diastole
<90 mmHg)
22
No. Pukul Implementasi Evaluasi Ttd
1. 08.00 a. mengecek perintah S : klien mengatakan nyeri Perawat
pengobatan meliputi
sedikit berkurang seseaat setelah
obat, dosis, dan frekuensi
(memberikan obat aspirin minum obat
500 mg per oral setiap 6-8
O : klien masih nampak
jam)
b. mentukan pilihan obat merasakan nyeri setelah
analgesik berdasarkan
dievaluasi empat jam setelah
tipe dan keparahan nyeri
(nyeri kepala, skala minum obat, TTV ( TD: 130/80
nyeri : 7, nyeri terasa
mmHg, N: 90x/mt, RR : 20
berat dikepala, sering
sekali timbul, dan x/mt, S: 36,5C)
diberikan obat aspirin)
A : masalah belum teratasi
c. menentukan rute
pemberian dan dosis P : Intervensi 1 dilanjutkan
untuk mencapai hasul
pengurangan nyeri yang
maksimal (obat diberikan
melalui intravena)
d. Monitor TTV sebelum
dan setelah diberikan
analgesik (tanda-tanda
vital sebelum diberikan
analgesik yaitu TD:
140/90 mmHg, N: 110
x/mnt, S: 37 C, RR: 23
x/mt)
e. Memberikan kebutuhan
kenyamanan untuk
memfasilitasi penurunan
nyeri (mengatur posisi
klien, lingkungan yang
tenang, serta mengajarkan
teknik mengontrol nyeri)
f. Evaluasi dan
dokumentasikan respon
pemberian analgesik
23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tumor intrakranial merupakan penyakit yang sulit didiagnosis secara dini. Penyebabnya
hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Secara klinis sukar membedakan antara
tumor intrakranial benigna atau maligna, karena gejala yang timbul ditentukan oleh lokasi tumor,
kecepatan tumbuhnya, kecepatan terjadi tekanan tinggi intrakranial, dan efek masa tumor ke
jaringan otak. Dicurigai menderita tumor intrakranial apabila didapat adanya gangguan serebral
umum yang bersifat progresif, adanya gejala tekanan tinggi intrakranial, dan adanya gejala
sindrom otak yang spesifik.
Pemeriksaan radiologi, dalam hal ini CT scan dan MRI berperan dalam diagnosis tumor
intrakranial, sedangkan diagnosis pasti tumor intrakranial benigna atau maligna dengan
pemeriksaan patologi anatomi. Terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tumor intrakranial,
yaitu terapi suportif dengan pemberian antikonvulsan dan kortikosteroid serta terapi definitif
dengan operasi, radioterapi, kemoterapi, atau imunoterapi. Pemilihan jenis terapi pada tumor
intrakranial tergantung pada beberapa faktor, antara lain kondisi umum penderita, tersedianya
alat yang lengkap, pengertian penderita dan keluarganya, serta luasnya metastasis.
4.2 Saran
Secara menyeluruh dari asuhan keperawatan yang penulis lakukan ini tentunya tidak luput
dari berbagai kesalahan dan kekurangan, baik dari segi prosesnya maupun dari segi
penulisannya. Oleh karena iitu penulis mengharapkan saran yang membangun dari pihak-
pihak yang berhubungan untuk kebaikan penulis dan pembaca yang budiman.
24
DAFTAR PUSTAKA
Harsono. 2008. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hartono. 2011. Buku Ajar Neurologis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Uduma, U. F. and Emejulu, J. C. (2013) ‘Intracranial meningiomas in the present era of modern
neuroimaging : diagnostic and management options , with radiological illustrations’,
Orient journal of Medicine, 25(3–4), pp. 67–74.
Wang, K. Da, Su, Y. B. and Zhang, Y. (2015) ‘Recurrent intracranial meningioma with multiple
pulmonary metastases: A case report’, Oncology Letters, 10(5), pp. 2765–2768. doi:
10.3892/ol.2015.3670.
Widagdo, (2012) .Tata lakasana masalah penyakit anak dengan kejang.Jakarta : CV Sagung
Seto.
25