Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 5

Nurul Hanifah 1401417050 (6A)

Annisa Nur Kholifah 1401417263 (6A)

KARAKTERISTIK PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

ABSTRAK

Indonesia adalah bangsa majemuk yang terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, bahasa,
adat istiadat, agama dan budaya. Masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat
multikultural karena anggotanya terdiri dari berbagai latar belakang agama dan budaya
yang
beragam. Indonesia merupakan bangsa multikultural dan majemuk, oleh karena itu bangsa
Indonesia dapat disebut bangsa yang bersifat multikulturalisme. Secara konseptual
sebenarnya multikulturalisme tidak sama dengan konsep keberagaman atau
keanekaragaman. Konsep multikuluralisme selain mengandung unsur keberagaman agama
dan budaya juga mengandung unsur kesedarajatan.
Konsep kesedarajatan harus dipandang sebagai adanya penghargaan terhadap derajat
sesama warga negara sekalipun berbeda suku, adat istiadat, bahasa, ras, agama dan
budayanya.Kesederajatan berarti adanya persamaan dan penghargaan terhadap hak asasi
manusia (HAM),keadilan, hukum, potiltik dan budaya. Jadi konsep multikulturalisme
menunjuk kepada adanya kesederajatan dalam keberagaman. Multikulturalisme merupakan
kekayaan bangsa yang tak ternilai harganya, sebagai potensi yang harus dikembangkan dan
dibina. Sebaliknya apabila keberagaman ini tidak dimanfaatkan, dan dibina secara benar
akan berkembang menjadi sesuatu yang menakutkan. Oleh karena itu,pendidikan yang
berbasis multikulturalisme merupakan suatu keharusan dan apabila tidak dilakukan saat ini
akan berubah menjadi malapetaka, pendidikan multikultural adalah “conditio cine quanon”.
Dulu keberagaman merupakan kekayaan bangsa yang paling dibanggakan, dibangun atas
dasar tujuan dan kepentingan bersama yaitu kemerdekaan Indonesia.

Karakteristik adalah sifat-sifat yang perlu diteliti berkenaan dengan kekhasan yang
membedakan seseorang dengan orang lainnya. Hal ini dilakukan agar dapat menyesuaikan
cara-cara membujuknya. Menurut H.A.R Tilaar, pendidikan multikultural biasanya memiliki
ciri tujuanya membentuk "manusia budaya" dan menciptakan "masyarakat berbudaya
(berperadaban)". Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa,
dan nilai-nilai kelompok etnis (cultural). Metodenya demokratis yang menghargai aspek-
aspek perbedaan dan keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis).
Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik yang meliputi
persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
Sonia Nieto, mendefinisikan karakteristik pendidikan multikultural dalam konteks sosio-
politik, ditujukan kepada masyarakat dan proses pendidikan, bahwa elastisitas (kemampuan)
dalam pendidikan sebagai bentuk tetap dan statis. Ada tujuh karakteristik yang disampaikan
oleh Nieto, yaitu; pertama, antiracist education (pendidikan yang tidak membenci ras orang
lain), pendidikan anti-rasis membuat anti-diskriminasi eksplisit dalam kurikulum dan
mengajarkan siswa keterampilan untuk memerangi rasisme dan bentuk lain dari penindasan.
Kedua, basic education (pendidikan dasar), hak dasar dari semua siswa untuk terlibat dalam
inti dan akademisi adalah sebuah kebutuhan mendesak bagi semua siswa. Ketiga, important
for all students (penting bagi semua sisawa), dalam hal ini semua siswa berhak dan
membutuhkan pendidikan yang inklusif dan ketat. Keempat, pervasive (luas), pendidikan
multikultural menekankan pendekatan yang menembus seluruh pengalaman pendidikan,
termasuk iklim sekolah, lingkungan fisik, kurikulum, dan hubungan terhadap sesama.
Kelima, education for sosial justice (pendidikan untuk keadilan sosial), siswa diajak secara
langsung untuk melakukan tindakan sosial di lingkungannya. Keenam, education as process
(pendidikan adalah suatu proses), siswa dan institusi pendidikan dalam melakukan proses
pendidikan melibatkan masyarakat (komite sekolah) dalam meningkatkan prestasi belajar,
lingkungan belajar, preferensi belajar siswa dan variabel budaya. Ketujuh, critical pedagogy
(pendidikan kritis) dalam berfikir kritis siswa dipengaruhi oleh budaya, bahasa, keluarga,
sekolah, artistik, dan pengalaman pendidikan. Siswa dituntut untuk melakukan perubahan
pemikiran dari kesadaran pasif, magis menuju kesadaran kritis melalui tindakannya. Melihat
ketujuh karakteristik tersebut, dapat diketahui bahwasanya pendidikan multikultural
diarahkan untuk menghargai diri dan orang lain, membentuk relasi antara orang-orang dari
tradisi-tradisi kultural. Sebagai pemerjelas teori pendidikan multikultural akan diilustrasikan
dalam bagan alur pendididkan multikultural.

Dengan memahami karakteristik kultur masing-masing kelompok, karakteristik


konsep kultur tersebut dapat digunakan sebagai proses belajar yang menuntut keterlibatan
psikologis yang total dan intensif para pelakunya, maka dapat disebutkan bahwa pendidikan
multikultural merupakan proses kulturalisasi tentang multikultural.Salah satu upaya untuk
bisa menghargai adanya perbedaaan kultur adalah dengan memberikan pendidikan
multikultural, karena dalam pendidikan multikultural memberikan kesempatan yang sama
dalam sekolah, prulalisme kultural, alternative gaya hidup, menghargai mereka yang berbeda
dan mendukung keadilan kekuasaan di antara semua kelompok.
Kesempatan yangeducation for mutual understanding yaitu pendidikan untuk
meghargai diri dan meghargai orang lain,dan memperbaiki relasi antara orag-orang dari
tradisi antara orang-orang dari tradisi kultural. Tujuan dari dari pendidikan ini tidaka lain
adalah membuat siswa mampu menghargai dan menili diri sendiri dan orang lain;
megapresiasi kesalig kaitan orang-orang dalam masyarakat; megetahui dan memahami apa
yang menjadi milik bersama serta apa yang berbeda dari tradisi-tradisi kultural mereka; dan
mengapresiasi bagaimana konflik dapat ditangani dengan cara-cara nir kekerasan.
karekteristik diatas pendidikan multikultural diarahkan untuk meghargai diri dan meghargai
orang lain, memperbaiki relasi antara orang-orang dari tradisi tradisi kultural. Membuat siswa
mampu menghargai dan menilai diri sendiri dan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai