Anda di halaman 1dari 4

NAMA : NURAINA MISBAWATI

NIM : 1916042011

KELAS : PENDIDIKAN IPA REGULER A

1. Struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir disebut
Piaget dengan skema dan adaptasi. Kedua komponen ini berarti bahwa kognisi
merupakan sistem yang selalu diorganisir dan diadaptasi, sehingga memungkinkan
individu beradaptasi dengan lingkungannya. Apa yang dimaksud dengan skema dan
adaptasi?
2. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu
asimilasi dan akomodasi. Apa itu asimilasi dan akomodasi?
3. Piaget membagai tahap perkembangan kognitif manusia menjadi 4 tahap. Sebutkan
dan berikan penjelasan untuk setiap tahapannya.
4. Setelah mempelajari tentang konsep perkembangan kognitif, berikanlah contoh-
contoh penerapan aplikatif konsep ini dalam kegiatan pembelajaran.

JAWABAN

1. Skema (struktur konitif) adalah proses atau cara mengorganisasi dan merespons
berbagai pengalaman. Dengan kata lain, suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku,
pikiran, dan strategi pemecahan masalah yang memberikan suatu kerangka pemikiran
dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. Dalam diri bayi terlihat
beberapa pola tingkah laku refleks yang terorganisasi sehubungan dengan
"pengetahuan" mengenai lingkungan. Misalnya gerakan refleks menghisap pada bayi,
ada gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menghisap. Gerakan
ini menunjukan ada pola-pola tertentu. Gerakan ini tidak terpengaruh oleh apa yang
masuk ke mulut, apakah ibu jari, putting susu, ataukah dot. Pola gerakan yang
diperoleh sejak lahir inilah yang disebut dengan skema.

Adaptasi (struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan Piaget untuk
menunjukan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses
perkembangan kognitif. Piaget meyakini bahwa bayi manusia ketika dilahirkan telah
dilengkapi dengan kebutuhan-kebutuhan dan juga kemampuan untuk menyeduaikan
diri dengan lingkungannya. Adaptasi ini muncul dengan sendirinya ketika bayi
tersebut mengadakan interaksi dengan dunia di sekiutarnya. Mereka akan belajar
menyesuaikan diri dan mengatasinya, sehingga kemampuan mentalnya akan
berkembang dengan sendirinya. Menurut Piaget, adaptasi ini terdiri dari dua proses
yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
2. Asimilasi adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam
skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu
untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya

Akomodasi adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah
terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimulus
lingkungan.

3. Piaget menyakini bahwa perkembangan kognitif terjadi dalam empat tahapan, yaitu
sensorimotor, pra-operasional, operasional konkret, dan operasional formal.
a. Tahap Sensorimotor (0 bulan – 2 tahun)
Pada tahap ini, bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengordinasikan
pengalaman indera(sensory), seperti melihat dan mendengar dengan gerakan
sepertu menggapai, menyentuh sehingga disebut sebagai sensorimotor.
Pencapaian kognitif yang penting di usia bayi adalah object permanance, yaitu
pemahaman bahwa objek dan kejadian terus eksis bahkan ketika objek dan
kejadian itu tidak dapat dilihat, didengar, atau disentuh. Menjelang akhir
priode sensorimotor, anak bisa membedakan antara dirinya, dunia di
sekitarnya dan menyadari bahwa objek tetap ada dari waktu ke waktu.
b. Tahap Pra-operasional (usia 2 – 7 tahun)
Pada tahap ini, anak lebih egosentris dan intuitif. Pemikiran pra-operasional
dbagi menjadi 2 subtahap : fungsi simbolis dan pemikiran intuitif.

1. Subtahap fungsi simbolis (usia 2 – 4 tahun).

Pada tahap ini, penggunaan bahasa mulai berkembang dan kemunculan


sikap bermain adalah contoh lain dari peningkatan pemikiran simbolis.
Anak kecil mulai mencoret-coret gambar orang, rumah, mobil, awan,
dan benda lainnya. Pemikiran pra-operasional masih mengandung dua
keterbatasan, yaitu egosentris dan animisme. Egosentris adalah
ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif sendiri dengan
perspektif orang lain.

2. Subtahap pemikiran intuitif (usia 4 – 7 tahun).

Disebut tahap pemikiran intuitif karena anak-anak tahu sesuatu tetapi


mereka mengetahui tanpa menggunakan pemikiran rasional. Tahap pra-
oprasional ini menunjukkan karaktersitik pemikiran yang disebut
centration yaitu pemokusan (pemusatan) perhatian pada satu
karakteristik dengan mengabaikan karaktersitik lainnya.

c. Tahap Operasional Konkret (usia 7 – 11 tahun)


Pemikiran operasional konkret mencakup penggunaan operasi. Penalaran
logika matematika menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya dalam
situasi konkret. Pada tahap ini, anak secara mental bisa melakukan sesuatu
yang sebelumnya hanya bisa mereka lakukan secara fisik, dan mereka dapat
membalikkan operasi konkret ini
Misalnya, ada dua lempung berbentuk bola dengan ukuran sama. Kemudian
bola lempung tersebut duabh menjadi bentuk panjang dan ramping. Anak itu
ditanya lempung mana yang lebih banyak, yang berbentuk bola atau yang
panjang. Jika anak itu berusia 7 atau 8 tahun, besar kemungkinan mereka
akan menjawab bahwa jumlah lempung dlaam kedua bentuk tersebut adalah
sama. Tahap ini juga ditandai dengan seriation yaitu operasi konkret yang
melibatkan stimulus pengurutan di sepanjang dimensi kuantitatif (seperti
panjang). Contoh : seoprang guru meletakkan delapan batang lidi dengan
panjang yang berbeda-beda secara acak di atas meja. Guru kemudian
meminta murid untuk mengurutkan batang itu berdasarkan panjangnya.
Aspek lain dari penalaran tentang hubungan antar kelas adalah transivity
yaitu kemampuan untuk mengombinasikan hubungan sceara logis untuk
memahami kesimpulan tertentu. Misalnya, dalam kasus batang lidi tadi, tiga
batang (A, B, dan C) berbeda panjangnya. A adalah yang paling panjang, B
panjangnya menengah, dan C adalah yang paling pendek. Si anak memahami
bahwa jika A>b, dan B>C, maka A>C ? menurut Piaget, pemikir konkret
operasional bisa memahaminya.
d. Tahap Operasional Formal (usia 7 – 15 tahun)
Pada tahap ini, individu sudah mulai memikirkan pengalaman di luar pengalaman
konkret, dan memikirkannya secara lebih abstrak, idealis, dan logis. Pemikir
operasional konkret perlu melihat elemen konkret A, B, dan C untuk menarik
kesimpulan logis bahwa jika A = B dan B = C, maka A = C. Sebaliknya, pemikir
operasional formal dapat memecahkan persoalan ini walau problem ini hanya
disajikan secara verbal. Selain memiliki kemampuan abstraksi, pemikir
operasional formal juga punya kemampuan untuk melakukan idealisasi dan
membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Pemikir idealis ini bisa menjadi
fantasi atau khayalan. Banyak remaja tak sabar terhadap cita-cita mereka sendiri.
Mereka juga tidak sabar menghadapi problem untuk mewujudkan cita-citanya itu.

4. Implementasi teori perkembangan kognitif dalam pembelajaran,adalah:

1. Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar
peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama.
Peserta didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung
loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan
benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berpikir
mereka baru mencapai tahap operasi konkret.
3. Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.
4. Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses
paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh.

Anda mungkin juga menyukai