Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN TRAUMA ABDOMEN

OLEH :
RAHMI
NPM. 1914901110059

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN TRAUMA ABDOMEN

A. Anatomi Dan Fisiologi


Abdomen ialah rongga terbesar dalam
tubuh. Bentuk lonjong dan meluas dari atas
diafragma sampai pelvis dibawah.  Rongga
abdomen dilukiskan menjadi dua bagian –
abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah
atas dan yang lebih besar, dan pelvis yaitu rongga
sebelah bawah dan kecil.
Batasan – batasan abdomen. Di atas,  diafragma, Di bawah, pintu masuk
panggul dari panggul besar. Di depan dan kedua sisi, otot – otot abdominal, tulang
–tulang illiaka dan iga – iga sebelah bawah. Di belakang, tulang punggung, dan
otot psoas dan quadratrus lumborum.
Isi Abdomen. Sebagaian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung,
usus halus, dan usus besar. Hati menempati bagian atas, terletak di bawah
diafragma, dan menutupi lambung dan bagian pertama usus halus. Kandung
empedu terletak dibawah hati. Pankreas terletak dibelakang lambung, dan limpa
terletak dibagian ujung pancreas. Ginjal dan kelenjar suprarenal berada diatas
dinding posterior abdomen. Ureter berjalan melalui abdomen dari ginjal. Aorta
abdominalis, vena kava inferior, reseptakulum khili dan sebagaian dari saluran
torasika terletak didalam abdomen. Pembuluh limfe dan kelenjar limfe, urat saraf,
peritoneum dan lemak juga dijumpai dalam rongga ini.
B. Definisi A. Etiologi
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa Kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan
trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau olahraga dan terjatuh dari ketinggian. Menurut
tidak disengaja (Smeltzer, 2001). sjamsuhidayat, penyebab trauma abdomen adalah,
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat sebagai berikut :
terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada 1. Penyebab trauma penetrasi
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat a) Luka akibat terkena tembakan
pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI, 1995). b) Luka akibat tikaman benda tajam
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada c) Luka akibat tusukan
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi 2. Penyebab trauma non-penetrasi
sehingga terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan a) Terkena kompresi atau tekanan dari luar tubuh
gangguan faal berbagai organ (Sjamsuhidayat, 2007). b) Hancur (tertabrak mobil)
c) Terjepit sabuk pengaman karna terlalu menekan perut
d) Cidera akselerasi / deserasi karena kecelakaan olah raga
C. Klasifikasi
Trauma pada dinding abdomen terdiri dari :
1. Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non- D. Manifestasi Klinis
penetrasi. Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera Pada trauma non-penetrasi (tumpul) biasanya terdapat
intra abdomen, kemungkinan terjadi eksimosis atau adanya:
penimbunan darah dalam jaringan lunak dan masa darah 1. Jejas atau ruftur dibagian dalam abdomen
dapat menyerupai tumor. 2. Terjadi perdarahan intra abdominal.
2. Laserasi : Jika terdapat luka pada dinding abdomen yang 3. Apabila trauma terkena usus, mortilisasi usus terganggu
menembus rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi sehingga fungsi usus tidak normal dan biasanya akan
karena trauma penetrasi. Trauma Abdomen adalah terjadinya mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah,
atau kerusakan pada organ abdomen yang dapat dan BAB hitam (melena).
menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan 4. Kemungkinan bukti klinis tidak tampak sampai beberapa
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal jam setelah trauma.
berbagai organ. 5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda
kontusio pada dinding abdomen.
Trauma abdomen pada isi abdomen, menurut  Suddarth &
Brunner (2002) terdiri dari:
1. Perforasi organ viseral intraperitoneum : Cedera pada isi Pada trauma penetrasi biasanya terdapat:
abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya cedera pada 1. Terdapat luka robekan pada abdomen.
dinding abdomen. 2. Luka tusuk sampai menembus abdomen.
2. Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen : Luka tusuk 3. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak
pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik ahli perdarahan/memperparah keadaan.
bedah. 4. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari
3. Cedera thorak abdomen : Setiap luka pada thoraks yang dalam andomen.
mungkin menembus sayap kiri diafragma, atau sayap kanan
dan hati harus dieksplorasi Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma
abdomen, yaitu :
1. Nyeri
Nyeri dapat terjadi mulai dari nyeri sedang sampai yang
E. Pathofisiologi berat. Nyeri dapat timbul di bagian yang luka atau
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh tersebar. Terdapat nyeri saat ditekan dan nyeri lepas.
manusia (akibat kecelakaan lalulintas, penganiayaan, 2. Darah dan cairan
kecelakaan olah raga dan terjatuh dari ketinggian), maka Adanya penumpukan darah atau cairan dirongga
beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor – peritonium yang disebabkan oleh iritasi.
faktor fisik  dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. 3. Cairan atau udara dibawah diafragma
Berat trauma yang terjadi berhubungan  dengan kemampuan Nyeri disebelah kiri yang disebabkan oleh perdarahan
obyek statis (yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada limpa. Tanda ini ada saat pasien dalam posisi rekumben.
tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan  dari 4. Mual dan muntah
jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Hal 5. Penurunan kesadaran (malaise, letargi, gelisah)
ini juga karakteristik dari permukaan  yang menghentikan Yang disebabkan oleh kehilangan darah dan tanda-tanda
tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas awal shock hemoragi.
dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang
sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk
menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi 1. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan
tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan hebat oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada sabuk pengaman yang letaknya tidak benar dapat
seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ padat maupun
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan  dalam organ berongga.
beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap 2. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ anterior dan vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
intra abdominal yang disebabkan beberapa mekanisme : 3. Terjadi gaya akselerasi – deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
Pohon masalah: F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Foto thoraks
Trauma Untuk melihat adanya trauma pada thorak.
(kecelakaan) 2. Pemeriksaan darah rutin
↓ Pemeriksaan Hb diperlukan untuk base-line data bila
Penetrasi & Non-Penetrasi terjadi perdarahan terus menerus. Demikian pula dengan
↓ pemeriksaan hematokrit. Pemeriksaan leukosit yang
Terjadi perforasi lapisan abdomen melebihi 20.000/mm tanpa terdapatnya infeksi
(kontusio, laserasi, jejas, hematom) menunjukkan adanya perdarahan cukup banyak
↓ kemungkinan ruptura lienalis. Serum amilase yang
Menekan saraf peritonitis meninggi menunjukkan kemungkinan adanya trauma
↓ pankreas atau perforasi usus halus. Kenaikan
Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen  →   Nyeri transaminase menunjukkan kemungkinan trauma pada
↓ hepar.
Motilitas usus 3. Plain abdomen foto tegak
↓ Memperlihatkan udara bebas dalam rongga peritoneum,
Disfungsi usus  →   Resiko infeksi udara bebas retroperineal dekat duodenum, corpus
↓ alineum dan perubahan gambaran usus.
Refluks usus output cairan berlebih 4. Pemeriksaan urine rutin
↓ Menunjukkan adanya trauma pada saluran kemih bila
Gangguan cairan        dijumpai hematuri. Urine yang jernih belum dapat
dan elektrolit           menyingkirkan adanya trauma pada saluran urogenital.
↓ 5. VP (Intravenous Pyelogram)
Nutrisi kurang dari Karena alasan biaya biasanya hanya dimintakan bila ada
kebutuhan tubuh persangkaan trauma pada ginjal.
↓ 6. Diagnostik Peritoneal Lavage (DPL)
Kelemahan fisik Dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan
↓ usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat
Gangguan mobilitas fisik membantu. Tetapi DPL ini hanya alat diagnostik. Bila
ada keraguan, kerjakan laparatomi (gold standard).
(Sumber : Mansjoer,2001) Indikasi untuk melakukan DPL adalah sebagai berikut :
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
b) Trauma pada bagian bawah dari dada
G. Penatalaksanaan c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
Penanganan Awal : Pengkajian yang dilakukan untuk d) Pasien cedera abdominal dengan gangguan kesadaran
menentukan masalah yang mengancam nyawa, harus (obat, alkohol, cedera otak)
mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian. e) Pasien cedera abdominal dan cedera medula spinalis
Paramedik mungkin harus melihat Apabila sudah ditemukan
luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
ditangani, penilaian awal dilakuakan prosedur ABC jika ada 1. Stop makanan dan minuman
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan 2. Imobilisasi
bersihkan jalan napas. 3. Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL)
1. Airway, dengan Kontrol Tulang Belakang Dilakukan pada trauma abdomen perdarahan intra
Membuka jalan napas menggunakan teknik ‘head tilt chin abdomen, tujuan dari DPL adalah untuk mengetahui
lift’ atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, lokasi perdarahan intra abdomen. Indikasi untuk
periksa adakah benda asing yang dapat mengakibatkan melakukan DPL, antara lain:
tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah atau
a) Nyeri abdomen yang tidak bisa diterangkan sebabnya
benda asing lainnya.
2. Breathing, dengan Ventilasi Yang Adekuat b) Trauma pada bagian bawah dari dada
Memeriksa pernapasan dengan menggunakan cara ‘lihat- c) Hipotensi, hematokrit turun tanpa alasan yang jelas
dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik untuk memastikan d) Pasien cidera abdominal dengan gangguan kesadaran
apakah ada napas atau tidak, Selanjutnya lakukan (obat, alkohol, cedera otak)
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan e) Pasien cedera abdominalis dan cidera bmedula spinalis
adekuat tidaknya pernapasan). (sumsum tulang belakang)
3. Circulation,dengan Kontrol Perdarahan Hebat
f) Patah tulang pelvis
Jika pernapasan korban tersengal-sengal dan tidak adekuat,
Pemeriksaan DPL dilakukan melalui anus, jika
maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika tidak ada tanda-
terdapt darah segar dalm BAB atau sekitar anus berarti
tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru segera. Rasio
trauma non-penetrasi (trauma tumpul) mengenai kolon atau
kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 15 : 2
usus besar, dan apabila darah hitam terdapat pada BAB atau
(15 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
sekitar anus berarti trauma non-penetrasi (trauma tumpul)
usus halus atau lambung. Apabila telah diketahui hasil
Diagnostic Peritoneal Lavage (DPL), seperti adanya darah
Kontra indikasi dilakukan Diagnostic Peritoneal Lavage
pada rektum atau pada saat BAB.
(DPL), antara lain:
Perdarahan dinyatakan positif bila sel darah merah
a) Hamil lebih dari 100.000 sel/mm³ dari 500 sel/mm³, empedu atau
b) Pernah operasi abdominal amilase dalam jumlah yang cukup juga merupakan indikasi
 Operator tidak berpengalaman untuk cedera abdomen. Tindakan selanjutnya akan
 Bila hasilnya tidak akan merubah penata-laksanaan dilakukan prosedur laparotomi.
Penanganan awal trauma penetrasi (trauma tajam) H. KOMPLIKASI
a. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda 1. Trombosis Vena
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya 2. Emboli Pulmonar
tim medis.
b. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
3. Stress Ulserasi dan perdarahan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau 4. Pneumonia
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah luka. 5. Tekanan ulserasi
c. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ 6. Atelektasis
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam 7. Sepsis
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
8. Pankreas : Pankreatitis, Pseudocyta formasi, fistula
pancreas-duodenal, dan perdarahan.
d. Imobilisasi pasien
e. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum 9. Limfa : perubahan status mental, takikardia, hipotensi,
f. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan akral dingin, diaphoresis, dan syok.
menekan 10. Usus : obstruksi usus, peritonitis, sepsis, nekrotik
usus, dan syok.
11. Ginjal : Gagal ginjal akut (GGA)

Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan
perdarahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera mekanik (trauma
abdomen atau luka penetrasi abdomen)
3. Kerusakan integritas Kulit berhubungan dengan factor mekanik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
No Dx. Keperawatan Noc Nic

1 Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x24 jam, Monitoring:
berhubungan dengan: kelebihan volume cairan dapat berkurang atau teratasi. 1. Observasi status mental
- Kehilangan cairan tubuh dalam Kriteria hasil: 2. Monitor imput serta output urine dan catat adanya
jumlah banyak No Kriteria Score perubahan jumlah, warna dan konsentrasi urine
- Kegagalan fungsi regulasi 1 Temperature : 5 3. Monitor turgor kulit, membrane mukosa dan perasaan haus
(36,5 – 37,5 °c) klien.
2 Perubahan status mental (-) 5 4. Monitor adanya tanda dehidrasi
3 Nadi dalam batas normal : 60- 5 5. Ukur tanda-tanda vital dan CVP
100 mmHg 6. Ukur CRT, kondisi dan suhu kulit
4 RR: 12-20 x/mnt 5 7. Timbang berat badan sesuai indikasi
5 Tekanan darah : 5 8. Kaji status mental
(100-140/60-90mmhg) Mandiri:
6 Turgor kulit 5 1. Memasang dan mempertahankan akses vena perifer (infus)
7 Produksi urine 0,5-1 ml/Kg 5 2. Berikan perawatan kulit pada bagian penonjolan tulang.
BB/jam Pendidikan kesehatan:
8 Konsistensi urine normal 5 1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan.
(kuning jernih, tidak ada 2. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake nutrisi untuk
endapan) meningkatkan kadar albumin darah
Kolaborasi:
9 CRT < 2s 5
1. Berikan terapi cairan sesuai instruksi dokter
10 Mukosa membrane dan kulit 5
2. Berikan transfuse darah sesuai hasil kolaborasi dengan
kering (-)
medis
11 Hematokrit 35%-50% 5
3. Berikan terapi farmakologi untuk meningkatkan jumlah
12 Penurunan berat badan secara 5
urine output
signifikan (-) 4. Kolaborasi pemeriksaan kadar elektrolit, BUN, creatinin
13 Rasa haus berlebihan (-) 5 dan kadar albumin.
14 Kelemahan (-) 5
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri
dengan agen cedera mekanik selama …x24 jam nyeri terkontrol :
No Kriteria Score 1. Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi: skala
1 Mengenal faktor penyebab nyeri 5 nyeri, lokasi, karakteristik dan onset, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor
2 Mengenali tanda dan gejala nyeri
presipitasi.
3 Mengetahui onset nyeri 5
2. Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
4 Menggunakan langkah-langkah 5
3. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran sebelum memulai
pencegahan nyeri aktivitas
5 Menggunakan teknik relaksasi 5 4. Gunakan komunkiasi terapeutik agar klien dapat
6 Menggunakan analgesic yang 5 mengekspresikan nyeri
tepat 5. Kaji latar belakang budaya klien
7 Melaporkan nyeri terkontrol 5 6. Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri yang telah digunakan
Keterangan : 7. Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
1. Tidak pernah menunjukkan 8. Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab, berapa
2. Jarang menunjukkan lama terjadi, dan tindakan pencegahan
3. Kadang-kadang menunjukkan 9. Motivasi klien untuk memonitor sendiri nyeri
4. Sering menunjukkan 10. Ajarkan penggunaan teknik relaksasi nafas dalam
5. Selalu menunjukkan 11. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri
12. Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup
13. Beritahu dokter jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
keluhan.

Kerusakan integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai Nursing Intervention Clasification (NIC) :pengobatan pada
berhubungan dengan factor dengan kondisi pasien …x24jam integritas jaringan : kulit
mekanik kulit dan membran mukosa baik dengan kriteria hasil : 1. Lakukan prosedur 5 benar dalam pemberian obat
2. catat adanya alergi pasien
Keterangan : 3. kaji pengetahuan pasien tentang cara pengobatan
4. kaji kondisi sekitar kulit sebelum dilakukan pengobatan
No Kriteria Score 5. berikan pengobatan dengan jumlah yang benar sesuai
1 Temperature : 5 dengan standar
(36,5 – 37,5 °c) 6. monitor efek dari pengobatan.
2 sensasi dalam batas normal 5
3 elastisitas dalam batas normal 5
4 pigmentasi dalam batas normal 5
5 perspiration dalam batas 5
normal
6 warna kulit dalam batas normal 5
7 teksture dalam batas normal 5
8 perfusi jaringan baik 5
9 pertumbuhan rambut di kulit 5
baik.
1. Ekstrim
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak

3 Resiko Infeksi berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 Kontrol infeksi
dengan tindakan pembedahan, jam risiko terkontrol dengan kriteria hasil : klien bebas 1. Bersihkan ruangan sebelum digunakan tindakan pada
tidak adekuatnya pertahanan dari tanda dan gejala infeksi : pasien
tubuh. 2. Ganti peralatan untuk tindakan pada pasien
No Kriteria Score 3. Batasi jumlah pengunjung
1 Tidak terdapat rubor 5 4. Ajarkan pada pasien untuk melakuakn cuci tangan dengan
2 Tidak terdapat kalor 5 benar
3 Tidak terdapat dolor 5 5. Instruksikan pada pengunjung untuk melakukan cuci
4 Tidak terdapat tumor 5 tangan sebelum ke pasien
5 Tidak terdapat fungsiolesa 5 6. Gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan
Keterangan : 7. Bersihkan tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan
1. Ekstrim pada pasien
2. Berat 8. Gunakan universal precaution
3. Sedang 9. Gunakan sarung tangan sesuai standar universal precaution
4. Ringan 10. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai dengan kondisi
5. Tidak pasien
11. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk mengenali tanda
dan gejala infeksi serta melaporkan pada tenaga kesehatan
ketika terdapat tanda dan gejala infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. Jakarta: EGC
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis,            
Edisi 6. Jakarta: EGC
Doenges. 2000.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan  
Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta: EGC
FKUI. 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media      Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth   Ed.8
Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta :        EGC
Training. 2009. Primarytraumacare.(http ://www.primarytraumacare.org/  
ptcman/training/ppd/ptc_indo.pdf/ 10, 17, 2009, 13.10 1m, diakses: 12         september 2011)

Banjarmasin, 25 April 2020

Ners Muda

(Rahmi,S.Kep)

Anda mungkin juga menyukai