SEL SYARAF
Disusun oleh :
KELOMPOK 4
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia,
serta hidayah-Nya. Karena izin Allah lah penulis dapat menuangkan tinta dan
mengukir suatu ilmu pengetahuan dalam bentuk makalah yang berjudul “Syaraf”.
Adapun ribuan kata syukur itu juga terucap karena penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Nevrita
selaku dosen pengampu mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan. Dan terima
kasih juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian
makalah ini. Tanpa bantuan kalian, mungkin penulis tidak bisa menyelesaikan
penulisan makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk mengisi
nilai tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan, tetapi juga untuk berbagi
ilmu pengetahuan tentang Syaraf. Informasi yang disajikan oleh penulis dalam
makalah ini diperoleh dari berbagai sumber seperti buku dan internet. Dalam
makalah ini, penulis menyajikan beberapa rincian topik mengenai Syaraf yang
semoga bisa menambah ilmu pengetahuan bagi yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………... i
DAFTAR ISI………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………. 3
3.2 Saran…………………………………………………………………... 3
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Susunan sel saraf pusat (SSP) manusia mengandung sekitar 1011 (100
miliar) neuron. Juga terdapap sel-sel glia sebanyak 10-5 kali jumlah tersebut.
Neuron, yang merupakan unit dasar sitem saraf merupakan evolusi dari sel-sel
neuroefektor primitive yang berespons terhadap berbagai rangsang dengan cara
berkontraksi. Pada hewan yang lebih kompleks, kontraksi merupakan fungsi
khusus sel-sel otot, sedangkan integrasi dan transmisi impuls saraf menjadi fungsi
khusus neuron.
Sistem saraf adalah sistem organ pada hewan yang terdiri atas sel neuron
yang mengkoordinasikan aktivitas otot, memonitor organ, membentuk atau
menghentikan masukan dari indra, dan mengaktifkan aksi. Komponen utama
dalam sistem saraf adalah neuron yang diikat oleh sel-sel neuroglia, neuron
memainkan peranan p enting dalam koordinasi.
Sistem saraf pada vertebrata secara umum dibagi menjadi dua, yaitu sistem
saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf
yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas
tubuh. Iritabilitas memungkinkan makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan
menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya. Jadi, iritabilitas
adalah kemampuan menanggapi rangsangan. Sistem saraf mempunyai tiga fungsi
utama, yaitu menerima informasi dalam bentuk rangsangan atau stimulus;
memproses informasi yang diterima; serta memberi tanggapan (respon) terhadap
rangsangan.
Susunan saraf terutama dibentuk oleh jaringan yang memiliki sifat khusus
yaitu dengan cepat dapat mengahatar rangsangan dari satu bagian tubuh ke bagian
lain. Sel khusus yang membentuk satuan susunan fungsional susunan saraf disebut
neuron. Neuron yang ada di dalam otak dan medula spinalis ditunjang oleh
1
jaringan ikat khusus disebut neuroglia. Jaringan saraf terdiri atas neuron dan
neuroglia banyak mengandung pembuluh darah tetapi tidak ada pembuluh limfa.
Susunan saraf manusia terdiri atas sangat banyak neuron yang secara khusus
saling berhubungan. Dengan adanya hubungan inilah badan dapat mengetahui
perubahan yang terjadi di lingkungannya atau di dalam tubuhnya sendiri, dan
memberi respon yang sesuai terhadap perubahan ini, misalnya berupa gerakan
atau mempengaruhi kerja organ tertentu dalam tubuh. Mekanisme beberapa fungsi
yang relatif sederhana ini telah dipahami sebagai hasil penelitian yang dilakukan
selama lebih dari satu abad. Tak dapat disangkal bahwa fungsi otak yang lebih
tinggi seperti mengingat dan kecerdasan harus diterangkan pula berdasarkan
hubungan-hubungan antar neuron ini, hingga kini masih sedikit yang diketahui
mengenai mekanisme yang terkait dengan itu.Makalah ini membahas
terbangkitnya neuron oleh rangsang, proses integrasi antara neuron serta
penghantaran impuls pada neuron.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui apa yang dimakud dengan Syaraf (Struktur Syaraf Dan
Klasifikasi Syaraf)?
2. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Neuroglia (Neuroglia SSP)?
3. Dapat mengetahui bagaimana fisiologi Syaraf ( Potensial Transmembrane,
Perubahan Dalam Potensial Transmembrane, Dan Potensial Aksi)?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Syaraf
Jaringan saraf terdiri dari kelompok sel saraf atau disebut Neuron yang
berfungsi untuk menghasilkan dan mengirimkan impuls saraf. Neuron adalah
unit fungsional sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan
3
sitoplasma. Neuron tidak mengalami mitosis yang berati bahwa jika
mengalami kerusakan maka tidak dapat digantika, hal ini bersifat amitotik.
Ciri neuron yang paling menonjol adalah penjuluran yang mirip serat., yang
disebut prosesus sehingga sel mampu mencapai jarak yang jauh untuk
menghantarkan pesan. Bagian sel saraf secara umum terdiri atas nukleus,
badan sel, dendrit, lapisan mielin, akson, ujung-ujung saraf, neurilema, dan
nodus ranvier.
4
e. Lapisan mielin. Myelin sheath. Adalah suatu lapisan insulasi yang
membungkus akson. Merupakan lapisan lemak tipis yang menyelubungi
akson dan beberapa dendrit(pada umumnya). Berfungsi sebagai isolator,
sebagai pelindung serabut saraf dari tekanan dan cedera. Selain itu, mielin
juga berfungsi sebagai penyekat serabut saraf sehingga impuls-impuls
tidak ditransmisikan ke saraf yang berdekatan atau jaringan terdekat tanpa
melalui ujung serabut. Lapisan mielin pada beberapa artikel penelitian
menjelaskan bahwa memiliki fungsi sebagai penyimpan ingatan.
f. Neurilema. Jaringan penyambung yang berada tepat diatas lapisan myelin.
Neurilema adalah lapisan terluar sel saraf.
g. Nodus ranvier. Bagian sel saraf yang tidak mengandung lapisan mielin
akibat tertekannya lapisan lemak tersebut. Akibatya, nodus ranvier sendiri
bukanlah sebuah struktur dari sel saraf. Nodus ranvier hanyalah penunjuk
atau penanda bahwa bagian tersebut terjadi pembelokan akibat tidak
adanya lapisan mielin diantaranya. Hal ini mengakibatkan hanya
neurilema saja yang membungkusnya. Berfungsi sebagai tempat terjadinya
pertukaran nutrien dan bahan-bahan sisa serta mempercepat impuls yang
ada.
h. Akson hillock. Bagian akson yang melebar.
5
B. Klasifikasi Syaraf
Sel saraf berdasarkan fungsinya dan Arah transmisi Impulsnya terdiri
atas tiga macam yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motorik, dan sel saraf
intermediet atau interneuron.
1) Sel saraf sensorik (aferen). Pada umumya terhubung dengan sel reseptor.
Sel saraf sensorik sudah tentu merupakan bagian terpenting dari 5 indera
yang dimiliki oleh manusia. Sel saraf ini menghantarkan impuls listrik dari
reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal ke SSP (Sistem
Saraf Pusat).
2) Sel saraf motoric. Pada umumnya terhubung dengan efektor seperti otot.
Sel saraf motorik merupakan bagian dari sistem saraf yang mengakibatkan
kita mampu bergerak berdasarkan perintah dari otak ataupun bagian
pengendali lainnya. Sel saraf ini menyampaikan impuls dari SSP (Sistem
Saraf Pusat) ke efektor.
3) Sel saraf interneuron (Neuron konektor). Ditemukan seluruhnya dalam
SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
a) Neuron unipolar hanya mempunyai satu serabut yang dibagi menjadi satu
cabang sentral yang berfungsi sebagai satu akson dan satu cabang perifer
yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron ini merupakan neuron-
neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion cerebrospinalis).
b) Neuron bipolar mempunya dua serabut, satu dendrite dan satu akson.
Jenis ini banyak dijumpai pada epithel olfaktorius dalam retina mata dan
dalam telinga dalam.
c) Neuron multipolar mempunyai banyak dendrite dan satu akson. Jenis
neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai pada sistem saraf
sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis medulla spinalis,
sel-sel ganglion otonom).
6
Gambar 4. Klasifikasi syaraf sel syaraf berdasarkan fungsi dan bentuknya
7
A. Neuroglia pada Sistem Saraf Pusat (SSP)
Susunan saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis,
yang merupakan pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian
fungsional pada susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung
dan transmisi elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang
menunjang secara mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
Sel glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi
sebagai jaringan ikat (Nugroho, 2013), selain itu juga berfungsi mengisolasi
neuron, menyediakan kerangka yang mendukung jaringan, membantu
memelihara lingkungan interseluler, dan bertindak sebagai fagosit. Jaringan
pada tubuh mengandung kira-kira 1 milyar neuroglia, atau sel glia, yang
secara kasar dapat diperkirakan 5 kali dari jumlah neuron (Feriyawati, 2006).
Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya mempertahankan kemapuan
untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada banyak neuron. Secara
bersama-sama, neuroglia bertanggung jawab secara kasar pada setengah dari
volume sistem saraf. Ada empat sel neuroglia pada sistem SSP yang berhasil
diindentifikasi yaitu :
1) Astrocytes. Memiliki ukuran paling besar, bentuk sferis, tidak teratur,
fungsi utamanya yaitu untuk memberi sokongan struktur sel, memberi
nutrisi, membentuk barrier darah-otak. Astrocytes adalah sel berbentuk
bintang yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar melekat
pada dinding kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi
sebagai “sel pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel astroglia
berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada
pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian ini juga membentuk
dinding perintang antara aliran kapiler darah dengan neuron, sekaligus
mengadakan pertukaran zat diantara keduanya. Dengan kata lain,
membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang sesuai
untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel
saraf terlindungi dari substansi yang berbahaya yang mungkin saja terlarut
dalam darah, tetapi fungsinya sebagai sawar darah otak tersebut masih
8
memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah endothel kapiler
darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
9
sistem saraf tepi biasanya berkumpul jadi satu dan disebut ganglia (tunggal:
ganglion). Akson juga bergabung menjadi satu dan membentuk sistem saraf
tepi. Seluruh neuron dan akson disekat atau diselubungi oleh sel glia. Sel glia
yang berperan terdiri dari sel satelit dan sel Schwann.
1) Sel schwann. Setiap akson pada saraf tepi, baik yang terbungkus dengan
mielin maupun tidak, diselubungi oleh sel Schwann atau neorolemmosit.
Plasmalemma dari akson disebut axolemma; pembungkus sitoplasma
superfisial yang dihasilkan oleh sel Schwann disebut neurilemma
(Bahrudin, 2013). Berfungsi sebagai penghasil myelin pada sel saraf tepi,
maka membantu meningkatkan konduksi impuls saraf.
2) Sel satelit. Badan neuron pada ganglia perifer diselubungi oleh sel satelit.
Sel satelit berfungsi untuk regulasi nutrisi dan produk buangan antara
neuron body dan cairan ektraseluler. Sel tersebut juga berfungsi untuk
penyokong pada sel saraf tepi dan mengisolasi neuron dari rangsangan lain
yang tidak disajikan di sinap. Merupakan sel penyokong pada sel saraf
tepi.
10
sistem (motorik visceral) otonom dari sistem motorik somatik. Sistem
motorik somatik dan sitem motorik visceral memiliki sedikit kendali
kesadaran atas kegiatan SSO.
Interneuron terletak diantara neuron sensori dan motorik. Interneuron
terletak sepenuhnya didalam otak dan sumsum tulang belakang. Mereka lebih
banyak daripada semua gabungan neuron lain, baik dalam jumlah dan jenis.
Interneuron bertanggung jawab untuk menganalisis input sensoris dan
koordinasi motorik output. Interneuron dapat diklasifikasikan sebagai
rangsang atau penghambat berdasarkan efek pada membran post sinaps
neuron (Bahrudin, 2013).
11
impuls saraf pada sinapsis. Neurotransmitter mengandung asetilkolin yang
berfungsi untuk menyebrangkan impuls dan mengandung enzim kolinestrase yang
berfungsi sebagai penyetop kerja otot supaya beristirahat.
A. Komponen Sinaps
Membran presinaps. Letaknya berdektan dengan sel asal
impuls,mengandung penebalan padat elektron, saat stimulasi akan
mengeluarkan neurotransmitter.
Celah sinaptik. Celah berisi cairan. Letaknya diantara membran presinaps
dan membrane postsinaps. Merupakan media yang menghantarkan
neurotransmitter ke membrane postsinaps.
Membran postsinaps. Merupakan penebalan membrane plasma pada sel
target.
Gambar 7. Synaps
a) Macam-Macam Sinaps
12
Alkalosis : Diatas PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas
neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat terjadi karena neuron sangat
mudah tereksitasi sehingga memicu output secara spontan.
Asidosis : Dibawah PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang
sangat besar pada output neuronal. Penurunan 7,0 akan
mengakibatkan koma.
Anoksia : Atau biasa yang disebut deprivasi oksigen,
mengakibatkan penurunan eksitabilitas neuronal hanya dalam
beberapa detik.
Obat-obatan : Dapat meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas
neuronal.
- Kafein menurunkan ambang untuk mentransmisi dan
mempermudah aliran impuls.
- Anestetik local (missal novokalin dan prokain) yang
membekukan suatu area dapat meningkatkan ambang
membrane untuk eksitasi ujung saraf.
- Anastetik umum menurunkan aktivasi neuronal di seluruh
tubuh.
Impuls saraf akan melewati membran sel saraf sebagai suatu potensial
aksi. Proses ini difasilitasi oleh adanya reseptor yang terdapat pada membran sel
saraf. Dengan demikian, jika aksoplasma (sitoplasma dari akson) dihilangkan
maka hal ini tidak akan mengganggu proses konduksi impuls saraf. Serabut saraf
mendapatkan sumber nutrisinya dari badan sel. Sehingga, jika serabut saraf ini
dirusak maka serabut saraf di bagian perifer akan mengalami degenerasi yang
dikenal dengan degenerasi Wallerian. Akson-akson pada saraf tepi atau saraf
perifer memiliki kemampuan untuk regenerasi, begitu pula selubung mielinnya.
Akan tetapi, kemampuan regenerasi ini tidak dimiliki oleh sel saraf di otak serta di
medula spinalis. Saat ini, banyak studi sedang dilakukan untuk mempelajari
tentang kondisi-kondisi yang dapat meningkatkan proses regenrasi saraf pusat
khususnya pada kasus-kasus injuri saraf pusat.
13
2.3 Potensial Membran (Potensial Transmembran) atau Potensial Membran
Istirahat (Resting Membrane Potential= RMP)
14
Na+ = +55 mV. Sel darah merah mempunyai RMP yang rendah (-9mV),
sedangkan potensial membran istirahat giant axon pada mantel cumi
sekitar -60 mV.
[Cl- i ]
Eq = 61,5 ----------pada 37 0 C,
[Cl- o]
Jika [Cl- i ] = 9,0 mmol/ l H2O, dan [Cl- o ] = 125,0 mmol/ l H2O,
akan didapatkan nilai potensial kesetimbangan sebesar -70 mV, identik
dengan RMP sel terukur. Dengan menggunakan rumus yang sama, dapat
dihitung pula potensial kesetimbangan untuk ion-ion yang lain. Ion K +
akan berdifusi ke luar sel mengikuti gradien kadar dan masuk ke sel
mengikuti gradien elektrik. Pada neuron motorik spinal Mammalia, Ek=
-90 mV. Karena RMP = -70 mV, maka banyaknya K + di dalam sel hasil
pengukuran akan lebih banyak dibandingkan dengan hasil hitung berdasar
gradien kadar dan gradien elektrik.
15
Berbeda dengan dua jenis ion tersebut terdahulu, berdasar gradien
kadar, Na+ akan masuk ke sel, demikian pula berdasar gradien elekriknya.
E Na+ = + 60 mV. Eksperimen menggunakan Na+ radioaktif menunjukkan
bahwa permeabilitas membran terhadap Na+ lebih rendah dibanding
dengan permeabilitas membran terhadap K+, oleh karena itu jika hanya
terjadi gaya pasif berdasar gradien kadar dan elektrik, sel akan secara
bertahap mendapat tambahan Na+ dan kehilangan K+.
16
utamanya pada konteks ini adalah untuk memelihara gradien kadar.
Potensial membran tergantung pada gradien kadar. Jika pompa terhenti
saat diberikan inhibitor metabolik, Na+ akan masuk ke sel, K+ akan ke
luar sel, dan potensial membran menurun. Laju penurunan tersebut
bervariasi menurut ukuran sel. Pada sel berukuran besar, dapat
berlangsung berjam-jam, tetapi pada serabut saraf dengan diameter kurang
dari 1 um, depolarisasi lengkap dapat terjadi kurang dari 4 menit.
Karena saat sel istirahat, PNa+ relatif lebih rendah dibanding dengan
PK+ , peran Na+ dalam menentukan potensial membran istirahat hanya
kecil. Oleh karena itu perubahan Na+ eksternal hanya akan menghasilkan
sedikit perubahan RMP, sedangkan peningkatan K+ eksternal akan
menurunkan RMP. Pada sel otot dan saraf, menurunnya potensial
membran justru akan memacu peningkatan permeabilitas membran
terhadap Na+. Sifat khas ini memungkinkan timbulnya penjalaran
informasi (impuls) sepanjang membran sel.
Sel saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh,
mempertahankan perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel
diantara bagian dalam sel dan cairan ektraseluler di sekeliling sel. Voltase
sel relatif berkisar antara -50 mV sampai -80 mV terhadap voltase luar.
Bergantung pada kondisi neuron dan ektraseluler yang mengelilingi sel.
17
Membran sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan
listrik atau terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan
menempatkan elektroda menit di dalam sel dan di luar
membran.
Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion
Natrium dan Kalium yang tidak seimbang di dalam dan di luar
sel, serta perbedaan permebilitas membrane terhadap ion ini
dan ion lain.
Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl-
serta relative impermiabel terhadap ion Na.
Membran ini impermiabel terhadap molekul protein
intraseluler besar yang bermuatan negatif.
Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi
daripada diluar membran sel, konsentrasi ion Na diluar
membrane sel lebih tinggi daripada didalam sel.
Karena tingkat permeabilitas membrane terhadap ion K sekitar
75 kali lebih besar daripada ion Na, maka difusi ion K keluar
dari sel lebih cepat daripada ion Na kedalam sel.
Saat ion K bermuatan positif kelur dari sel, ion tersebut
meninggalkan molekul protein bermuatan negatif yang terlalu
besar untuk dapat berdifuso melalui membran. Hal ini
mengakibatkan bagian dalam sel mengalami elektronegativitas.
Difusi dan transport aktif bertanggung jawab untuk pergerakan
ion melewati membran plasma
A. Potensial Aksi
18
Potensial aksi adalah aliran ionik positif dan negatif yang bergerak
di membran sel. Semakin besar diameter akson semakin cepat
penghantaran potensial aksi karena tahanan arus listrik berbanding terbalik
dengan luas penampang penghantar arus tersebut. Potensial aksi
merupakan pembalikan cepat potensial membran akibat perubahan
permeabilitas membran. Potensial aksi berfungsi sebagai sinyal jarak jauh.
Potensial aksi sesungguhnya tejadi di seluruh membran sel, hal ini
didasarkan oleh adanya perbedaan konsentrasi ion natrium dan kalium
antara intra-seluler dan ekstra-seluler. Perbedaan gradien konsentrasi ion
tersebut dipertahankan oleh adanya suatu enzim pada membran sel yang
disebut dengan enzim Na-K ATPase atau dalam istilah lainnya disebut
pompa Na-K. Pompa NaK ini bekerja dengan cara mentranfer tiga ion
Natrium keluar sel serta 2 ion Kalium ke dalam sel. Gradien konsentrasi
ini menyebabkan adanya potensial positif di luar membran sel dan
potensial negatif di dalam sel. Perbedaan potensial membran ini disebut
sebagai Resting Membrane Potential. Sitoplasma sel memiliki potensial
listrik sebesar -60 hingga -80 mV diabandingkan dengan cairan
ekstraseluler.5 Ketika suatu saluran ion tertentu terbuka maka akan terjadi
perpindahan ion menuruni gradien konsentrasinya. Potensial aksi
merupakan suatu perubahan yang cepat pada membran sel saraf akibat
terbukanya saluran ion Natrium dan terjadi influks Natrium menuruni
gradien konsentrasinya. Akibatnya meningkatnya jumlah Natrium di
dalam sel, sedangkan jumlah Kalium tetap maka terjadi perubahan
potensial listrik membran dimana potensial listrik intraseluler menjadi
lebih positif dibandingkan ektraseluler. Setelah terjadi depolarisasi maka
resting membrane potential akan dikembalikan lagi melalui suatu proses
yang disebut dengan repolarisasi. Pada proses ini saluran Natrium yang
tadi terbuka akan menutup dan diikuti dengan terbukanya saluran Kalium.
Kalium akan berpindah keluar sel menuruni gradien konsentrasinya dan
mengembalikan potensial membran dalam sel menjadi negatif.
Penyebaran Potensial Aksi Potensial Aksi menyebar di sepanjang
serabut saraf dan hal ini merupakan dasar mekanisme transmisi sinyal
19
pada sistem saraf. Potensial aksi menyebar disepanjang perjalanan serabut
saraf melalui mekanisme depolarisasi sistem saraf. Depolarisasi di
sepanjang serabut saraf inilah yang kita kenal dengan istilah impuls saraf.
Biasanya keseluruhan potensial aksi akan berlangsung selama kurang dari
1 millisecond.
Selama terjadinya potensial aksi, membran sel saraf berada dalam
keadaan sulit untuk mengalami stimulasi lanjutan. Kondisi ini disebut
sebagai suatu kondisi absolute refractory period. Kondisi ini terjadi karena
keberadaan saluran ion Natrium yang berada dalam kondisi inaktif dalam
jumlah yang besar selama periode tersebut. Namun pada akhir periode
potensial aksi, stimulus yang lebih kuat dari normal dapat menimbulkan
munculnya potensial aksi sekunder. Kondisi ini dinamakan sebagai
relative refractory period. Kondisi ini menandakan bahwa perlunya untuk
mengaktivasi beberapa saluran ion Natrium untuk memicu munculnya
potensial aksi.
Potensial Aksi Abnormal Defisiensi kalsium pada cairan
ekstraseluler (hipokalsemia) akan mencegah penutupan saluran ion
natrium diantara potensial aksi. Kondisi ini akan menyebabkan masuknya
natrium secara terus-menerus ke dalam sel sehingga sel mengalami
depolarisasi yang berkepanjangan atau mengalami potensial aksi yang
berulang. Suatu kondisi yang kita kenal dengan istilah tetani. Begitu pula
sebaliknya, dimana tingginya kadar ion kalsium di dalam darah akan
mengurangi permeabilitas membran sel terhadap natrium. Hal ini akan
mengurangi eksitabilitas sel saraf untuk mengalami depolarisasi.6
Rendahnya konsentrasi ion kalium dalam cairan ekstraseluelr akan
meningkatkan potensial negatif membran di dalam sel saraf. Akibatnya
akan terjadi hiperpolarisasi sel saraf dan penurunan eksitabilitas membran
sel saraf karena sulit untuk mencapai nilai ambang untuk terjadi potensial
aksi. Kelemahan otot skeletal yang terjadi setelah seseorang mengalami
hipokalemia merupakan hasil dari terjadinya hiperpolarisasi dari membran
sel otot skeleton tersebut. Obat anestesi lokal akan menurunkan
permeabilitas membran sel saraf terhadap ion natrium, mencegah
20
tercapainya nilai ambang untuk memunculkan suatu potensial aksi.
Blokade saluran ion sodium pada jantung menggunakan obat anestesi
lokal akan menimbulkan gangguan konduksi impuls dan menurunkan
kontraktilitas otot jantung.
i. Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
ii. Ion Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah
potensial istirahat (polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi)
21
ditunjukkan dengan pergeseran diferensial dari -65mV ke puncak listrik
(potensial puncak) yang hampir mencapai +40 mV. Depolarisasi juga
menyebabkan terbukanya lebih banyak gerbang natrium, yang
kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan balik positif.
iii. Potensial aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari
seperseribu detik.
iv. Gerbang Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion
Na+, Gerbang Kalium akan membuka, menyebabkan ion K+ mengalir
keluar sel dengan deras.
v. Repolarisasi (polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk
kembali pada keadaan istirahat.
22
Untuk lebih memahami bisa menekan link berikut :
https://youtu.be/iBDXOt_uHTQ
https://youtu.be/wKeMolHzNPs
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkandan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sistem saraf bertanggung jawab untuk mengendalikan sebagian besar tubuh, baik
melalui fungsi somatik (Sadar) dan otonom (tidak sadar).
Neuroglia (berasal dari nerve glue) pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Virchow pada tahun 1854. Neuroglia tersusun atas berbagai macam sel yang
secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada
otak dan medulla spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan
penyokong neuron-neuron diluar sistem saraf pusat.
3.2 Saran
23
untuk kami mohon kritik dan saran yan membangun demi
perbaikan dalam penulisan kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
24