Anda di halaman 1dari 9

Nama : Rezkyanti

Nim : A1D518066

Tanggal : 15 April 2020

Matkul : Dinamika Kelompok

Tugas : Buatlah Resume dari makalah kelompok

Resume 1

“NORMA, PERAN, RELASI ANTAR ANGGOTA DALAM DINAMIKA KELOMPOK”

2.1 Norma Dalam Dinamika Kelompok

Norma merupakan standar perilaku yang dapat diterima yang digunakan


bersama oleh para anggota kelompok. Norma memberitahukan kepada anggota apa
yang seharusnya dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Norma sebagai elemen
dasar dalam struktur kelompok sebagai arahan dan motivasi,, pengatur interaksi sosial,
serta membuat tanggapan orang lain tersebut dapat diprediksi dan bermakna. Johnson 
dan Johnson (2000) menyatakan bahwa norma sebagai keyakinan umum dalam
kelompok mengenai perilaku, sikap serta persepsi yang sesuai.

            Sherif menyimpulkan bahwa norma-norma baru berkembang dalam kelompok


bila konteksnya menyediakan sedikit informasi untuk menuntun tindakan atau untuk
memungkinkan anggota untuk menyusun keyakinan. Menurut Kelman (dalam Forsyth,
1983) mereka yang mematuhi norma kelompok bahkan ketika tidak ada tekanan
eksternal untuk melakukannya, menunjukkan bahwa mereka secara pribadi menerima
standar tersebut sebagai milik mereka. Kelompok juga menginternalisasikan norma
yang ada pada kelompok mereka dengan cara menerima norma tersebut sebagai
standar yang pasti bagi perilaku mereka.

2.2 Peran Anggota Antar Kelompok


A. Roles (Peran)

Peran di dalam sebuah kelompok mirip dengan peran dalam sebuah drama.
Persamaan antara peran dalam kelompok dengan peran dalam drama adalah adanya
perilaku yang terstruktur yang dikendalikan oleh “bagian” yang membuat mereka
berinteraksi satu dengan yang lainnya. Dalam sebuah kelompok setiap anggotanya
memiliki peran untuk menjalankan kelompok untuk mecapai tujuan tertentu.

 Role Differentiation

Sebuah grup mungkin untuk meningkatkan effisiensi dengan mengorganisasi dan


memilih ketua, seorang sekertaris, dan kepala subkomite. Seseorang diluar grup,
misalnya pengawas grup mungkin membuat peraturan untuk grup tersebut melalui
mandat.

 Role Stress

Beberapa peran dapat menjadi lebih rumit dibandingkan dengan yang lain. Variasi
dari rumitnya peran yang terdapat dalam sebuah kelompok, para anggota menduga
para pemilik peran tertentu hanya memerankan suatu perilaku.

 Role Conflicts

Peneliti telah mengidentifikasi banyak jenis konflik peran, tapi dua dari jenis
yang lebih bermasalah adalah konflik antar peran dan konflik peran intra. Konflik
antar peran terjadi ketika pengambil peran menemukan bahwa perilaku yang
terkait dengan salah satu peran mereka tidak sesuai dengan yang berkaitan
dengan salah satu dari peran mereka. Konflik internal peran hasil dari tuntutan
bertentangan dalam peran tunggal.

 Types of Roles

Fungsi peran dalam kelompok menurut Benne & Sheat, 1984. Dalam teori
ini fungsi peran di bagi menjadi 3 jenis peran yaitu, tugas peran, peran pribadi
dan sosial, dan peran disfungsional atau individualistik.
1) Tugas Peran

Ini adalah peran yang berhubungan dengan mendapatkan pekerjaan yang


dilakukan. Mereka mewakili peran yang berbeda diperlukan untuk
mengambil sebuah proyek langkah-demi-langkah dari konsepsi awal
melalui tindakan.

2) Pribadi dan/atau Sosial Peran

Peran-peran ini berkontribusi terhadap fungsi positif dari kelompok.

3) Disfungsional dan/atau Individualistis Peran

Peran-peran ini mengganggu kemajuan kelompok dan melemahkan


kohesi.

2.3 Relasi antar anggota kelompok

Dalam suatu kelompok masing-masing anggota tentu tidak melakukan hal yang
sama dalam mencapai tujuan. Setiap anggota memiliki tugas dan fungsi yang
berbeda sesuai dengan harapan. Dengan kata lain, anggota kelompok yang berbeda
tentu akan memainkan peran yang berbeda. Contoh: tugas dan tanggung jawab
seorang direktur adalah memimpin perusahaan. Tugas karyawan adalah mengikuti
perintah atasannya.

A. Role differentiation

Terkadang masyarakat sengaja menciptakan perannya. Hal ini ditunjukkan


dalam kelompok untuk memperjelas eksistensi mereka. Tidak hanya formal group
structure yang dibentuk, namun kelompok juga akan  kemungkinan
membentuk informal group structure.

B. Type of roles
Benne dan Sheats (dalam Forsyth, 1983) membagi peran atas:
 Task role: anggota kelompok yang melakukan tugasnya untuk mencapai
tujuan tertentu pada kelompok tersebut. Misalnya sebagai coordinator,
elaborator, energizer, evaluatorcritic, information giver, information
seeker, dan opinion seeker.
 Sociemotional role: Posisi anggota dalam kelompok untuk mendukung
perilaku interpersonal secara akomodatif. Misalnya compromiser,
encourager, follower, dan harmonizer.
 Individual role : peran  individu yang tidak berkontribusi dengan besar,
namun tetap dibutuhkan perannya sebagai penopang kebutuhan
kelompok. Misalnya aggressor, block, dominator, dan help seeker.

Terdapat perbedaan dengan ketiganya karena setiap anggota akan tidak mudah
untuk mencapai task role dan sociemotional role secara bersamaan. Masing-masing
telah memiliki spesifikasinya sendiri. 

C. Role stress
Peran tidaklah semudah yang dibayangkan. Kadang terdapat benturan sehingga
menimbulkan konflik dengan anggota kelompok yang lain. Ketika hal ini terjadi
peran mereka menjadi kompleks.
 Role ambiguity : ekspektasi yang tidak jelas tentang perilaku yang akan
dilakukan oleh individu yang menempati posisi dalam kelompok. Sehingga
ketika hal ini dirasakan oleh seseorang, maka dia akan kebingungan
harus berperan seperti apa dalam kelompok tersebut.
 Role conflict : Konflik yang terjadi
secara intragroup dan intraindividual yang
merupakan hasil dari ketidakcocokan peran. Misalnya ketika seseorang
mengalami pergolakan dengan perannya sendiri akibat dari peran
oranglain yang tidak sesuai sehingga mengacaukan perannya sendiri. Hal
inilah yang dinamakan intrarole conflict. Namun apabila ketidakcocokan
antara dua peran sekaligus hal ini dinamakan interrole conflict.
 Role conflict group performance: konflik dari peran yang terjadi pada
anggota cenderung mengakibatkan konflik pada performa kelompok.
Apabila hal ini terjadi maka keberlangsungan kelompok secara tidak
langsung akan terancam.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa norma-norma baru


berkembang dalam kelompok bila konteksnya menyediakan sedikit informasi
untuk menuntun tindakan atau untuk memungkinkan anggota untuk
menyusun keyakinan. Menurut Kelman (dalam Forsyth, 1983) mereka yang
mematuhi norma kelompok bahkan ketika tidak ada tekanan eksternal untuk
melakukannya, menunjukkan bahwa mereka secara pribadi menerima
standar tersebut sebagai milik mereka. Kelompok juga menginternalisasikan
norma yang ada pada kelompok mereka dengan cara menerima norma
tersebut sebagai standar yang pasti bagi perilaku mereka.

Resume 2

“PENGARUH KEKUATAN MAYORITAS DAN KEKUATAN MINORITAS”

2.1 Pengertian Kelompok Mayoritas Dan Kelompok Minoritas

Dalam kehidupan bermasyarakat, hampir dimana ada mayoritas, baik di bidang


agama, ekonomi, moral, politik, dsb, yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih
sering mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Hubungan antara
kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik social yang ditandai oleh sikap
subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat (Schwingenschlögl,
2007).  Secara umum, kelompok yang dominan cenderung mempertahankan posisinya
yang ada sekarang dan menahan proses perubahan social yang mungkin akan
mengacaukan status tersebut.

Adapun istilah “dominasi mayoritas”, dimana pihak mayoritas mendominasi


sehingga pihak minoritas terkalahkan kepentingannya. Contohnya yaitu pada suatu
negara dimana penduduk aslinya yang mayoritas mungkin saja mengabaikan
kepentingan penduduk pendatang yang jumlahnya jauh lebih sedikit.
Namun, tidak selalu kaum mayoritas yang memegang pengaruh kuat, kaum
minoritas pun dapat berpengaruh meskipun dengan jumlah anggota yang lebih sedikit
dibandingkan dengan kaum mayoritas. Clark (1990, dalam Forysth) mengatakan bahwa
kaum minoritas yang mengajukan pendapat yang bertentangan dengan mayoritas
cenderung lebih berpengaruh daripada minoritas yang gagal untuk membantah
mayoritas.

Mayoritas dan minoritas dapat berdampak negative bagi masyarakat baik bagi
kaum minoritas maupun pada kaum mayoritas itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya
perilaku diskriminatif yang muncul karena menganggap kelompok lain sebagai out-
group yang merupakan lawan bagi mereka terutama bagi kaum minoritas yang
dianggap asing oleh kaum mayoritas.

Jadi, bisa saja suatu kelompok secara jumlah anggota merupakan mayoritas
tetapi dikatakan sebagai kelompok minoritas karena kekuasan, kontrol, dan pengaruh
yang dimiliki lebih kecil daripada kelompok yang jumlah anggotanya lebih sedikit.
Menurut Brehm & Kassim (1994), loyalitas terhadap kelompok, demikian juga
prasangka rasial (etnik) lebih intens pada kelompok minoritas daripada kelompok
mayoritas karena identitas sosial mereka selalu terancam oleh kelompok mayoritas.
Ancaman terhadap etnik minoritas tidak hanya datang dari besarnya kemungkinan
menjadi sasaran kekerasan tetapi juga terhadap identitas kultur mereka.

2.2 Kekuasaan Kelompok Mayoritas Dan Minoritas


Kemampuan untuk memengaruhi hasil seseorang, orang lain, dan lingkungan 
(Coleman & Tjosvold,2000). Kekuasaan dari anggota kelompok  yang mengontrol
power Base, mereka akan mendapat reward atau punisment, mereka disukai dan
dihormati, mereka diterima oleh anggota sebagai pemimpin yang dilegitimasi, mereka
yang menguasai keahlian dan informasi khusus. Tidak hanya itu, apabila power dengan
social influence itu sendiri merupakna hubungan antar emosi, pendapat dan perilaku
dengan kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh sutau individu tertentu.

2.3 Power Bases


Kekuasaan pada dasarnya merupakan sumber daya kekuatan sosial atas orang
lain, termasuk kemampuan untuk menghargai dan menghukum, status, tarik, keahlian,
dan informasi (Forsyth, 1998). Kekuasaan terbagi menjadi:
A.      Personal Power
Mereka yang dapat memberikan reward dan punishment, mereka yang
dihormati, mereka yang diterima sebagai individu yang memiliki kewenangan sah, dan
mereka yang ahli dalam bidang tertentu, serta mereka yang memiliki informasi yang
bermanfaat memiliki potensi untuk berkuasa pada suatu grup.

B.  Group Power

1.    Intragroup: kekuasaan antaranggota di dalam kelompok itu sendiri.

2.    Intergroup: kekuasaan antara suatu kelompok terhadap kelompok lainnya.

2.4 Power Tactics


Keenam sumber power yang telah dijelaskan sebelumnya bukan semata-mata
cara untuk mendapatkan power. Ketika seseorang ingin memiliki pengaruh terhadap
kelompoknya, ia dapat mengungkapkan perilakunya melalui janji, ancaman, hukuman,
informasi, dll. Ada 2 macam Power Tactics, diantaranya:

a.    Directness vs Indirectedness
Directness merupakan taktik pemberian power dengan perintah langsung dari
penguasa, dengan pemberian reward, dan pemberian punishment sesuai dari
penguasa. Misalnya polisi yang secara langsung mengatur lalu lintas di jalan raya yang
sedang macet.

b.   Rationality vs Nonrational
Rationality merupakan taktik yang mengungkapkan alasan, logika, dan penilaian
baik, seperti diskusi dan negosiasi. Pemimpin masih mendengarkan aspirasi
anggotanya dan pemimpin memiliki goal yang baik, tidak semata-mata untuk
menguasai. Misalnya, seorang manager yang terus berdedikasi untuk memimpin
perusahaan agar terus maju dan berkembang.
c.    Bilateral vs Unilateral
Taktik bilateral merupakan taktik penegakan kekuasaan dengan kerja sama
antara penguasa dan anggota, misal seorang pemimpin yang mendiskusikan persoalan
dengan anggotanya sebelum mengambil keputusan.

Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari makalah tersebut adalah bahwasannya
Hubungan mayoritas-minoritas pastilah sangat kompleks, terlebih lagi di Indonesia yang
memang secara historis dan sosial sangat majemuk dari sudut keagamaan. Dalam
kehidupan bermasyarakat, hampir dimana ada mayoritas, baik di bidang agama,
ekonomi, moral, politik, dsb, yang minoritas lebih mudah ditindas dan lebih sering
mengalami penderitaan karena tekanan oleh pihak mayoritas. Kekuasaan dari anggota
kelompok  yang mengontrol power Base, mereka akan mendapat reward atau
punisment, mereka disukai dan dihormati, mereka diterima oleh anggota sebagai
pemimpin yang dilegitimasi, mereka yang menguasai keahlian dan informasi khusus.
Kekuasaan pada dasarnya merupakan sumber daya kekuatan sosial atas orang lain,
termasuk kemampuan untuk menghargai dan menghukum, status, tarik, keahlian, dan
informasi.

Anda mungkin juga menyukai