Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

HIPERTERMIA PADA ANAK DENGAN DHF


(DENGUE HAEMORAGIC FEVER)

DISUSUN OLEH :
TINGKAT II/REGULER I

Sendy Tio Pratama 1814401043


Adjimas Nuswantoro 1814401044
Shelfia 1814401045
Ayu Indriyani 1814401046
Wiwik Rahayu Dipurwanti 1814401047
Renda Denata 1814401048
Dwi Yunika Lestari 1814401049
Laila Abidah 1814401050

PRODI DIII KEPERAWATAN POLTEKKES TANJUNG KARANG

TAHUN AJARAN 2019/2020


SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Pembahasan : Hipertermia Pada Anak Dengan DHF


Sub Pokok Pembahasan : DHF dan Hipertermia
Sasaran : Keluarga pasien DHF
Hari/Tanggal : Selasa, 25 Februari 2020
Pukul /Waktu : 08.00-09.30 (60 menit )
Tempat : Ruang Anak RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Penyuluh : Mahasiswa Politeknik Kesehatan

A. Analisa Situasi

Keadaan suhu tubuh seseorang yang meningkat di atas rentang normalnya. (nic
noc.2007). Keadaan dimana seorang individumengalami peningkatan suhutubuh atas
37,80ºC peroral atau 38,80ºC perrektal karena faktor eksternal(Carpenito, 1995).
Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh inti akibat kehilangan
mekanismetermorgulasi.(ensiklopedia keperawatan).Jadi hipertermi adalah keadaan suhu
tubuh seseorang yang meningkat diatasrentang normalnya karena faktor eksternal atau
akibat kehilanganmekanisme termorgulasi.

B. Diagnosa Keperawatan

Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi virus dengue/viremia)


ditandai dengan suhu tubuh diatas normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea dan
kulit terasa hangat.

C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan keluarga dan
pasien dapat mengerti tentang hipertermia pada DHF.

2. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan, keluarga dan pasien diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kembali tentang pengertian, tanda gejala, etiologi, dan komplikasi
DHF
b. Menjelaskan kembali pengertian hipertermia pada anak dengan DHF
c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala hipertermia pada anak dengan DHF
d. Menyebutkan kembali penatalaksanaan hipertermia pada anak dengan DHF
e. Menyebutkan kembali pertolongan pertama pada DHF di rumah
f. Menyebutkan kembali langkah-langkah kompres hangat yang benar

D. Isi Materi (Uraian materi penyuluhan terlampir/dilampirkan)


1. Pengertian, tanda gejala, etiologi, dan komplikasi DHF
2. Pengertian hipertermia pada DHF
3. Faktor penyebab hipertermia pada DHF
4. Tanda dan gejala hipertermia pada DHF
5. Komplikasi hipertermia pada DHF
6. Penatalaksanaan hipertermia pada DHF
7. Pencegahan hipertermia pada DHF
8. Pertolongan pertama pada DHF di rumah
9. Cara mengompres hangat

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Pemtaran Video
F. Media
1. Laptop
2. LCD
3. Video
4. Power Point
5. Leaflet

G. Kegiatan Pembelajaran
Waktu Kegiatan Penyuluh Penyuluh Sasaran
5 menit Pembukaan  Salam pembuka  Menjawab salam
 Perkenalan  Menyimak
perkenalan
 Menyampaikan  Menyimak tujuan
tujuan penyuluhan yang disampaikan
penyuluh
 Kontrak waktu  Mendengarkan
kontrak waktu
 Menjelaskan tata  Mendengarkan tata
tertib tertib
5 menit Arsepsi  Menanyakan  Menjawab
tentang DHF dan pertanyaan dari
hipertermia penyuluh
(pengertian dan
tujuan)
25 menit Penyampaian materi  Menyampaikan  Menyimak,
materi secara garis mendengarkan
besar materi
a. Pengertian, tanda
dan gejala, etiologi,
dan komplikasi DHF
b. Pengertian
hipertermia pada
DHF
c. Tanda dan gejala
hipertermia pada
DHF
d. Penatalaksanaan
hipertermia pada
DHF
e. Pertolongan pertama
pada DHF di rumah
f. Cara mengompres
hangat

5 menit Penutup  Melakukan tanya  Menjawab


jawab pertanyaan penyuluh

 Menyimpulkan  Memperagakan cara


materi mengompres hangat
yang benar
maksimal 2 peserta

 Salam penutup  Menjawab salam


penutup

H. Evaluasi
1. Evaluasi struktur :
a. Materi sesuai dengan tujuan
b. Ruangan yang dipakai kondusif
c. Sarana prasarana berfungsi dengan baik

2. Evaluasi proses :
a. Peserta hadir tepat waktu dan dapat mengikuti kegiatan sampai akhir
b. Peserta proaktif dalam penyuluhan
c. Penyuluh atau mahasiswa dapat melakukan tugas sesuai dengan rencana
d. Suasana kegiatan kondusif dan sesuai dengan yang diharapkan

3. Evaluasi hasil :
a. Peserta dapat memeragakan ulang cara kompres hangat yang benar
80% keluarga klien dapat menjelaskan tentang materi yang diberikan oleh penyuluh.
MATERI PENYULUHAN
HIPERTERMIA PADA ANAK DENGAN DHF

A. DHF (Dengue Haemoragic Fever)


1. Pengertian DHF
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan
yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000; 419).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus (Ngastiyah, 1995 ; 341). Demam berdarah dengue
adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan
ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi
perdarahan, hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya
renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45). Dengue Haemoragic Fever (DHF)
adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri
otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman; 1987;
16).

2. Tanda dan Gejala DHF


a. Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun
menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam,
gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung ,
nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya.

b. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya
terjadi pada kulit dan dapat berupa uji torniguet yang positif mudah terjadi
perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. Perdarahan ringan
hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan
haematemesis (Nelson, 1993 ; 296).
Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut yang
hebat (Ngastiyah, 1995 ; 349).

c. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada
penderita.

d. Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung
hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada
masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk.

3. Etiologi DHF
1) Virus Dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe
1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dalam genus flavovirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel-sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel-sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus.

2) Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan
beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
lainnya (Arief Mansjoer & Suprohaita; 2000;420).

4. Komplikasi DHF
Demam berdarah yang tidak tertangani dapat menimbulkan komplikasi
serius, seperti dengue shock syndrome (DSS). Selain menampakkan gejala
demam berdarah, DSS juga memunculkan gejala seperti:
 Tekanan darah menurun
 Pelebaran pupil
 Napas tidak beraturan
 Mulut kering
 Kulit basah dan terasa dingin
 Denyut nadi lemah
 Jumlah urine menurun.
Tingkat kematian DSS yang segera ditangani adalah sekitar 1-2%. Namun
sebaliknya, bila tidak cepat mendapat penanganan, tingkat kematian DSS bisa
mencapai 40%. Karena itu, penting untuk segera mencari pertolongan medis, bila
Anda mengalami gejala demam berdarah. Pada kondisi yang parah, demam
berdarah bisa menyebabkan kejang, kerusakan pada hati, jantung, otak, dan paru-
paru, penggumpalan darah, syok, hingga kematian.

A. Pengertian Hipertermia Pada DHF

Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal


tubuh, dimana salah satu penyebabnya karena proses penyakit (infeksi virus dengue)
(Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermia merupakan keadaan di mana individu
mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,8oC (100oF) per oral atau
38,8oC (101oF) per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Carpenito,
2012). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala klinis yang ditemukan pada DHF
sehingga dimungkinkan bahwa hipertermi juga berpengaruh terhadap derajat keparahan
penyakit DHF.

B. Faktor Penyebab Hipertermi pada DHF


Hipertermia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pada pasien DHF, hipertermia
disebabkan oleh karena adanya proses penyakit (infeksi virus dangue (viremia)) didalam
tubuh yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti.

C. Tanda dan Gejala Hipertermia pada DHF


Adapun gejala dan tanda mayor, dan gejala dan tanda minor, yaitu :
a. Gejala dan Tanda Mayor
Suhu tubuh di atas nilai normal, yaitu >37,8oC (100oF) per oral atau 38,8oC (101oF)
per rektal (Carpenito, 2012)
b. Gejala dan Tanda Minor
1) Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie)
2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi secara
tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang tinggi.
3) Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan di mana denyut jantung
yang lebih cepat dari pada denyut jantung normal.
4) Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang mengambarkan di mana pernapasan yang
cepat dan dangkal.
5) Kulit terasa hangat
Kulit dapat terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pembuluh darah
sehingga kulit menjadi hangat (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

D. Komplikasi Hipertermia pada DHF


Bila tidak segera ditangani, hipertermia pada DHF dapat mengakibatkan kerusakan
organ penting dalam tubuh, seperti otak. Pada kondisi lanjut tanpa penanganan yang baik,
hipertermia juga dapat berujung kematian.

E. Penatalaksanaan Hipertermia pada DHF


a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Observasi intake output.
2) Pada pasien DHF derajat I : pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam, periksa Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam, beri minum 11/2-2 liter/hari, beri
kompres.
3) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
trombosit, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
4) Pada pasien DHF derajat III : infus guyur, posisi semi fowler, beri O2,
pengawasan tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, observasi produksi urine
tiap jam, periksa Hb, Ht, trombosit.
5) Pada pasien DHF dengan resiko perdarahan : observasi perdarahan (pteckie,
epistaksis, hematemesis, dan melena), catat banyak dan warna dari perdarahan,
pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus gastrointestinal.
6) Penatalaksanaan pada peningkatan suhu tubuh : observasi/ukur suhu tubuh secara
periodik, beri banyak minum dan berikan kompres (Padila, 2013)

F. Pencegahan Hipertermia pada DHF


a. Menjaga kebersihan lingkungan secara rutin, terutama tempat penampungan air
b. Menggunakan obat nyamuk semprot, bakar, atau elektrik, pada pagi dan sore hari
c. Mengoleskan losion anti nyamuk
d. Mengenakan baju lengan panjang ketika beraktivitas diluar rumah
e. Tidak menggantukan pakaian didalam kamar
f. Melakukan fogging

Pertolongan Pertama pada DHF di Rumah


 Pertolongan pertama DBD pertama adalah beristirahat di tempat tidur dan kurangi
aktivitas
 Penggantian cairan. Anak-anak sekitar 1 tahun atau > 10 kg – setidaknya satu liter
sehari. Sementara Anak-anak > 40 kg – setidaknya dua liter sehari
 Pastikan anak mengeluarkan cukup air seni selama sehari
 Berikan cairan dengan garam dan gula (cairan rehidrasi oral, air kelapa raja, sup, kanji,
jus buah, dan bubur)
 Parasetamol dapat diberikan untuk menghilangkan rasa sakit dan mengendalikan
demam – 15mg / kg, setiap 6 jam
 Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengendalikan demam
 Jangan memberikan obat lain apa pun untuk mengendalikan demam
 Obat dapat diberikan untuk mual dan muntah
 Mungkin perlu tes darah (hitung darah lengkap) setiap hari untuk menilai
perkembangan penyakit
 Pertolongan pertama demam berdarah selanjutnya melakukan tes Antigen Dengue
pada hari 1 atau 2 mengalami demam

Cara Kompres Hangat


Agar panas tubuh anak bisa segera turun, ibu perlu tahu cara mengompres yang benar:

1. Pertama-tama, sediakan baskom kecil berisi air hangat dengan suhu kurang lebih 38
derajat Celsius, lalu basahi handuk atau waslap dengan air hangat tersebut.
2. Bukalah baju anak saat mengompres. Letakkan handuk hangat jangan hanya di dahi saja,
karena kurang efektif. Tapi letakkan juga di lipatan-lipatan pembuluh darah besar, seperti
di ketiak dan lipatan paha agar panas tubuh dapat cepat keluar lewat pori-pori.
3. Kompres bagian tubuh tersebut kurang lebih selama 10 menit. Bila handuk sudah tidak
lagi hangat, rendam lagi handuk dalam air hangat. Kompres lagi sampai suhu tubuh anak
menurun.
4. Selesai mengompres, keringkan bagian tubuh yang dikompres dengan cara menekan-
nekan kulit dengan handuk kering, jangan digosok. Kenakan kembali baju Si Kecil.
Pilihlah baju yang tipis dan longgar untuk membantu proses penguapan panas. Tutupi
anak dengan selimut tipis apabila ia kedinginan atau menggigil.

Referensi
Nanda NIC-NOC.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Edisi
Revisi Jilid 1. Jakarta: ECG

Carpenito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14th Ed.


Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis Definitions and Classification
2015-2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackweil.

Anda mungkin juga menyukai