Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rismawati

NPM : 21801071165

Malam Halloween

Paling asyik kalau Halloween tiba. Pokoknya tidak ada yang menyamai serunya perayaan
itu. Saat itu kita bisa pakai kostum super serem, mengunjungi dari rumah ke rumah untuk
meminta permen dan coklat, juga menakuti cowok- cewek yang pengecut. Andre yakin
Halloweennya tahun ini pasti hebat. Lebih hebat dari tahun lalu, ketika Azis dan Ina berhasil
membuatnya ketakutan setengah mati. Waktu itu bersama sahabatnya, Rio, Andre dibikin malu
habis – habisan. Tapi tahun ini mereka sudah punya rencana. Mereka akan membalas dendam
pada Azis dan Ina.
Malam itu, Andre dan Rio memakai kostum dua kepala labu yang menyeramkan. Dibalik
semak belukar, mereka menyusun rencana yang besar untuk temannya, Azis dan Ina.
Rencananya mereka akan mendatangi rumah kakak beradik itu dan memberikan sebuah kejutan
dengan memakai kostum kepala labu. Rumah kakak beradik itu sebenarnya jauh dari jangkauan
kota, kita harus melewati rindangnya hutan ditambah tanpa penerang apapun.
Membayangkannya saja cukup membuatku gemetar ketakutan tetapi rencana ini harus berjalan
lancar dan itu harus sekarang, Aku dan Rio tidak bisa menunggu tahun depan. Ku telusuri hutan
dengan memakai kostum, tetapi malah membuatku susah bergerak tapi aku harus bisa
menahannya. Berjalan dengan perlahan dan sesekali ku menengok ke belakang agar Rio tidak
jauh dariku. Sebenarnya kami tidak pernah ke rumah kakak beradik itu, ini pertama kalinya kami
kesana. Awalnya ku mulai ragu apakah ini jalan yang benar. Disini benar-benar gelap gulita.
Kami hanya bisa mengandalkan cahaya rembulan sebagai petunjuk jalan. Setelah berjalan
beberapa jam, kami menemukan sebuah desa di tengah hutan. Ternyata desa itu juga merayakan
Halloween, mungkin kami bisa mendapatkan beberapa permen dan coklat disini.
Jalan setapak yang kering dan berembun, kami lewati beberapa rumah. Tetapi waktu
sudah menunjukkan tengah malam, mungkin semua orang sudah tertidur. Ku jalankan rencana
untuk mencari rumah kakak beradik itu dan menakutinya. Tapi rencana kami tidak berjalan
lancar. Karena kedua labu yang kami pakai, tiba – tiba berubah menjadi monster. Dengan api
yang menyambar – nyambar dari mata labu itu dan muncul suara perintah – perintah aneh keluar
dari mulut kami. Kedua labu itu menyuruh kami untuk mendatangi semua rumah dan meminta
permen, coklat dengan memakai kepala labu. Monster itu terus mengikuti gerak – gerik kami,
seolah – olah kami adalah tawanan mereka. Malam menunjukkan kesunyiannya, tidak mungkin
ada yang bangun pada malam selarut ini. Ku bunyikan bel rumah dan pintu itu terbuka. Datang
seorang nenek memandang kami dengan raut wajah aneh. Nenek itu menanyakan kepada kami,
mengapa datang selarut ini. Ingin ku menjawab pertanyaan itu dan meminta pertolongan
kepadanya, tetapi gerak – gerak kami di lihat sepenuhnya oleh monster itu. Aku, Rio hanya bisa
tersenyum dan meminta permen, coklat. Setelah dari rumah nenek itu, kudatangi rumah
berikutnya dan seterusnya. Anehnya lagi, rumah yang kami datangi disambut penuh oleh tuan
rumah. Mengapa mereka tidur, padahal ini sudah lewat jam tidur biasanya. Keranjang yang ku
bawa sudah penuh oleh permen dan coklat. Kaki dan tubuhku rasanya mati rasa karena kelelahan
berjalan jauh. Tiba – tiba monster itu menyuruh kami duduk dan memakan permen coklat itu
sampai habis. Suara aneh itu muncul lagi dan menyuruh kami segera menghabiskan penuh
permen sekeranjang itu dan melanjutkan lagi mengunjungi beberapa rumah. Aku, Rio tidak bisa
menolak karena kami sudah sangat kelelahan bahkan untuk berencana melarikan diri itu sangat
tidak mungkin. Baru sebagaian permen yang kuhabiskan, tinggal sebagain lagi. Rasa coklat itu
benar – benar membuatku muntah untuk memakannya. Kulihat Rio memaksa memakan semua
permen itu sehingga dia ingin memuntahkan semuanya.
Monster itu menyuruh kami bergerak cepat sambil membawa keranjang kosong, kami
melanjutkan mengunjungi rumah lagi mulai awal. Orang dari rumah itu benar – benar
membukakan pintu bagi kami dan memberi kami permen, coklat. Setelah mengunjungi
keseluruhan rumah, kami mendapati keranjang penuh dengan permen dan coklat. Melihat saja
benar – benar membuatku jijik, untuk terakhir ini aku tidak akan memakan permen dan coklat
lagi. Tangan melayang dari monster itu menamparku dan sahabatku. Mereka mengatakan agar
cepat menghabiskan semua permen, coklat itu dan dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa
kami tidak akan bisa berhenti melakukan perayaan Halloween di desa ini sampai kapanpun.
Mendengar itu, aku menguatkan hatiku agar tidak menangis, bermula dari rencana balas dendam
tapi malah menemui kedua monster dan menjadi budak mereka. Kami memaksa diri untuk
memakan permen, coklat lagi tetapi perut kami sudah tidak kuat lagi dan kaki sudah tak kuat lagi
untuk berdiri. Monster itu terus melihat kami dengan sorotan yang tajam.
Lampu di desa tiba – tiba padam semua tanpa terkecuali. Aku berpikir inilah kesempatan
kami untu melarikan diri dari monster itu. Ku tarik tangan Rio dan menyuruhnya untuk lari
sekencang mungkin sebelum lampu kembali menyala. Kami berlari sekuat mungkin dan
mencapai perbatasan antara desa dan hutan. Akhirnya aku bisa kembali pulang ku rumah.
Bersamaan dengan itu, ku melihat lampu sudah mulai menyala dan sesekali ku tengok ke
belakang, apakah mereka mengejar kami, ternyata tidak. Para monster itu tersenyum melihat
kami dan mereka melepas kepala labu itu. Aku, Rio terkejut melihat wajah dibalik kepala labu
yang menyeramkan itu, ternyata kakak beradik itu, Azis dan Ina. Mereka tersenyum puas melihat
ekspresi kami yang kelelahan dan ketakutan. Ingin ku langsung menghampiri dan memarahi
mereka, tetapi orang-orang dari rumah itu tiba – tiba keluar. Menatap kami dan tertawa begitu
keras dan mereka semua memakai kepala labu dengan api yang menyambar – nyambar.

Anda mungkin juga menyukai