Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN DASAR

“KEBUTUHAN DASAR MANUSIA MENJELANG AJAL DAN SOP”

DOSEN PENGAMPU :

Ns. TAJUDIN, MM

DISUSUN OLEH :

1. EGA FITRI 191440108


2. FARAH WITA WARDHANY 191440109
3. FITHRIAH RAMADHANI 191440110
4. GETTI PRATIWI 191440111

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Keperawatan Dasar yaitu mengenai “Kebutuhan Dasar Manusia Menjelang Ajal”.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan karena faktor pengetahuan penyusun, maka
kami dengan senang hati menerima kritik dan saran-saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi D-III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Pangkalpinang. Akhir kata, melalui kesempatan ini kami penyusun
makalah mengucapkan banyak terima kasih.

Pangkalpinang, 15 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................1
1.3 Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3
2.1 Pengertian Menjelang Ajal................................................................3
2.2 Respons Terhadap Menjelang Ajal dan Kematian............................3
2.3 Tahap-tahap Menjelang Ajal.............................................................5
2.4 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Ajal................................................6
2.5 Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis..............................................6
2.6 Macam Tingkat Kesadaran...............................................................7
2.7 Bantuan Yang Dapat Diberikan........................................................7
BAB III PENUTUP...........................................................................................8
3.1 Kesimpulan........................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berjumpa dengan klien yang menderita karena Terminal Ilness (penyakit
yang tidak tersembuhkan), merupakan hal yang umum bagi perawat yang merawat
pasien lanjut usia (lansia). Meskipun hal itu umum, namun tugas untuk menangani
orang yang sedang meninggal (menjelang ajal, sakaratul maut, sekarat, dying)
tidak mudah. Ketika klien tidak mengizinkan pemberi pelayanan kesehatan untuk
mencoba menyelamatkan hidup mereka, fokus perawat harus menjadi tujuan
perawatan dan penyembuhan.
Pada situasi lain yang melibatkan kematian, perawat memiliki tugas legal
yang khusus. Misalnya, perawat memiliki kewajiban hukum untuk menjaga orang
yang meninggal secara bermartabat. Penanganan yang salah untuk orang yang
meninggal dapat membahayakan emosional bagi orang yang selamat.
Klien menjelang ajal harus dirawat dengan respek dan perhatian.
Peningkatan kenyamanan bagi klien menjelang ajal termasuk pengenalan dan
peredaan distres psikobiologis. Perawat memberi berbagai tindakan penenangan
bagi klien sakit terminal. Kontrol nyeri terutama penting karena nyeri
mengganggu tidur, nafsu makan, mobilitas, dan fungsi psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Yang Dimaksud Dengan Menjelang Ajal dan Kematian?
2. Apa Respon Terhadap Menjelang Ajal dan Kematian?
3. Bagaimana Tahap-Tahap Menjelang Ajal?
4. Apa Saja Tipe-Tipe Menjelang Ajal?
5. Apa Saja Tanda-Tanda Meninggal?
6. Apa Saja Bantuan Yang Akan Di Berikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tentang Menjelang Ajal dan Kematian
2. Untuk Mengetahui Respon Terhadap Menjelang Ajal dan Kematian
3. Untuk Mengetahui Tahap-Tahap dari Menjelang Ajal

1
4. Untuk Mengetahui Tipe-tipe Menjelang Ajal
5. Untuk Mengetahui Tanda-Tanda Meninggal
6. Untuk Mengetahui Bantuan yang Akan di Berikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Menjelang Ajal Dan Kematian


Konsep kematian dibentuk seiring dengan waktu, saat seseorang tumbuh,
mengalami berbagai kehilangan, dan bepikir mengenai konsep yang konkret dan
abstrak. Secara umum, manusia berpindah dari keyakinan di masa kanak-kanak
mengenai kematian sebagai keadaan sementara, ke keyakinan di masa dewasa
yang menerima kematian sebagai sesuatu yang sangat nyata tetapi juga sangat
menakutkan, hingga keyakinan masa dewasa lanjut yang memandang kematian
sebagai sesuatu yang lebih diinginkan daripada hidup dengan kualitas kehidupan
yang buruk.
Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat
tidak tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat
disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Kematian adalah suatu
pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan mengalami/menghadapinya
seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan merupakan suatu kehilangan.

2.2 Respons Terhadap Menjelang Ajal dan Kematian

Reaksi setiap orang terhadap kematian orang lain yang benar-benar terjadi
atau terhadap kematian yang akan terjadi pada orang lain atau terhadap
kemungkinan realita kematian mereka sendiri, bergantung pada semua faktor yang
terkait dengan kehilangan dan perkembangan konsep kematian. Selain keragaman
individual dalam hal pandangan seseorang mengenai penyebab kematian,
keyakinan spritual, ketersediaan sistem pendukung, atau faktor lainnya, respons
cenderung dikelompokkan kedalam fase-fase yang digambarkan oleh ahli teori.

Klien menjelang ajal dan anggota keluarga berduka saat mereka


mengetahui kehilangan. Batasan karakteristik untuk diagnosis keperawatan Duka
cita Adoptif termasuk penyangkalan, rasa bersalah, marah, putus asa, merasa tidak
berharga, menangis, dan tidak mampu untuk berkonsentrasi. Perawat dapat
mengobservasi apatis, pesimisme, dan ketidakmampuan untuk membuat
keputusan. Seseorang yang mendapatkan sebuah solusi terhadap masalah tetapi

3
tidak yakin bahwa solusi dapat terhadap masalah tetapi tidak yakin bahwa solusi
dapat diimplementasikan dikatakan mengalami ketidakberdayaan. Kehilangan
kontrol ini dapat ditandai dengan rasa marah, kekerasan, bertindak berlebihan,
atau depresi dan perilaku pasif. Pemberi perawatan, baik profesional maupun
orang pendukung, juga berespons terhadap kematian yang akan datang.

Tabel Perkembangan Konsep Kematian

USIA KEYAKINAN/SIKAP
Bayi sampai 5 tahun - Tidak memahami konsep kematian
- Rasa perpisahan yang dialami bayi membentuk dasar untuk
memahami kehilangan dan kematian di masa depan
- Meyakini bahwa kematian bersifat reversibel, pergi sementara
atau tidur.
- Menekankan imobilitas dan inaktivitas sebagai
atribut/penyerta kematian.
5 sampai 9 tahun - Memahami bahwa kematian adalah akhir
- Meyakini bahwa kematian diri sendiri dapat dihindari
- Menghubunngkan kematian dengan agresi atau kekerasan
- Meyakini bahwa harapan atau tindakan yang tidak
berhubungan dapat menyebabkan kematian
9 sampai 12 tahun - Memahami kematian sebagai akhir kehidupan yang tidak
dapat dihindari
- Mulai memahami moralitas diri sendiri, diekspresikan
sebagai ketetarikan pada kehidupan setelah mati atau
sebagai ketakutan akan kematian
12 sampai 18 tahun - Takut tengah menjelang kematian
- Dapat memfantasikan bahwa kematian dapat ditolak,
melakukan penyimpangan melalui perilaku yang berbahaya
(contoh: penyalahgunaan zat)
- Jarang berpikir mengenai kematian, tetapi memandang
kematian dalam hal keagamaan dan filosofi
- Dapat tampal mencapai persepsi kematian “orang dewasa”
tetapi secara emosional tidak mampu menerimanya
- Dapat tetap meyakini konsep yang dibentuk dari tahap

4
perkembangan sebelumnya
18 sampai 45 tahun - Sikap terhadap kematian dipengaruhi oleh keyakinan agama
dan budaya
45 sampai 65 tahun - Menerima kematian diri sendiri
- Menghadapi kematian orang tua dan beberapa teman sebaya
- Mengalami puncak ansietas kematian
- Ansietas kematian menghilang dengan kesejahteraan
emosional
Lebih dari 65 tahun - Takut penyakit berkepanjangan
- Mengahadapi kematian anggota keluarga dan teman sebaya
- Melihat kematian sebagai sesuatu yang memiliki makna
multipel (contoh: bebas dari nyeri, reuni dengan anggota
keluarga yang telah meninggal).

2.3 Tahap-Tahap Menjelang Ajal

Kubler-Rosa (1969), telah menggambarkan atau membagi tahap-tahap


menjelang ajal (dying) dalam 5 tahap, yaitu:

a) Menolak (Denial)
Pada tahap ini klien tidak siap menerima keadaan yang sebenarnya terjadi
dan menunjukkan reaksi menolak.
b) Marah (Anger)
Kemarahan terjadi karena kondisi klien mengancam kehidupannya dengan
segala hal yang telah diperbuatnya sehingga menggagalkan cita-citanya.
c) Menawar (Bargaining)
Pada tahap ini kemarahan baisanya mereda dan pasien malahan dapat
menimbulkan kesan sudah dapat menerima apa yang terjadi dengan dirinya.

5
d) Kemurungan (Depresi)
Selama tahap ini, pasien cenderung untuk tidak banyak bicara dan
mungkin banyak menangis. Ini saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang
disamping pasien yang sedangan melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
e) Menerima atau Pasrah (Acceptance)
Pada fase ini terjadi proses penerimaan secara sadar oleh klien dan
keluarga tentang kondisi yang terjadi dan hal-hal yang akan terjadi yaitu
kematian. Fase ini sangat membantu apabila kien dapat menyatakan reaksi-
reaksinya atau rencana-rencana yang terbaik bagi dirinya menjelang ajal.
Misalnya: ingin bertemu dengan keluarga terdekat, menulis surat wasiat.

2.4 Tipe-tipe Perjalanan Menjelang Kematian.


Ada 4 tipe dari perjalanan proses kematian, yaitu:
a) Kematian yang pasti dengan waktu yang diketahui, yaitu adanya perubahan
yang cepat dari fase akut ke kronik.
b) Kematian yang pasti dengan waktu tidak bisa diketahui, baisanya terjadi pada
kondisi penyakit yang kronik.
c) Kematian yang belum pasti, kemungkinan sembuh belum pasti, biasanya
terjadi pada pasien dengan operasi radikal karena adanya kanker.
d) Kemungkinan mati dan sembuh yang tidak tentu, terjadi pada pasien dengan
sakit kronik dan telah berjalan lama.

2.5 Tanda-tanda Meninggal Secara Klinis

Secara tradisional, tanda-tanda klinis kematian dapat dilihat melalui


perubahan-perubahan nadi, respirasi dan tekanan darah. Pada tahun 1968, World
Medical Assembly, menetapkan beberapa petunjuk tentang indikasi kematian,
yaitu:

1. Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total.


2. Tidak adanya gerak dari otot, khususnya pernafasan.
3. Tidak ada reflek.
4. Gambaran mendatar pada EKG dan sensori terakhir yang berfungsi
sebelum meninggal.

6
2.6 Macam Tingkat Kesadaran/Pengertian Pasien dan Keluarganya
Terhadap Kematian

Strause et all (1970), membagi kesadaran ini dalam 3 tipe:

1. Closed Awareness/Tidak Mengerti


Pada situasi seperti ini, dokter biasanya memilih untuk tidak
memberitahukan tentang diagnosa dan prognosa kepada pasien dan
keluarganya. Tetapi bagi perawat hal ini sangat menyulitkan karena kontak
perawat lebih dekat dan sering kepada pasien dan keluarganya. Perawat
sering kal dihadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan langsung, kapan
sembuh, kapan pulang, dsb.
2. Matual Pretense/Kesadaran/Pengertian yang Ditutupi
Pada fase ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan
segala sesuatu yang bersifat pribadi walaupun merupakan beban yang berat
baginya.
3. Open Awareness/Sadar akan keadaan dan Terbuka
Pada situasi ini, klien dan orang-orang disekitarnya mengetahui akan adanya
ajal yang menjelang dan menerima untuk mendiskusikannya, walaupun
dirasakan getir. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada pasien untuk
berpartisipasi dalam merencanakan saat-saat akhirnya, tetapi tidak semua
orang dapat melaksanaan hal tersebut.

2.7 Bantuan Yang Dapat Diberikan

1. Bantuan Emosional

a) Pada Fase Denial


Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara
mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat
mengekspresikan perasaan-perasaannya.
b) Pada Fase Marah
Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya
yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me

7
rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang
kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat
sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan ras aman dan akan
menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga
membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman.
c) Pada Fase Menawar
Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan
mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa
bersalah dan takut yang tidak masuk akal.
d) Pada Fase Depresi Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan
mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika
berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang
disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien
sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien.
e) Pada Fase Penerimaan Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang,
damai. Kepada keluarga dan teman-temannya dibutuhkan pengertian
bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal
mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya
sendiri sebatas kemampuannya.

2. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis

a) Kebersihan Diri
Kebersihan dilibatkan untuk mampu melakukan kerbersihan diri sebatas
kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan, dsb.
b) Mengontrol Rasa Sakit
Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan
sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan
sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan
lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra
Muskular/Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun.
c) Membebaskan Jalan Nafas
Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan
pengeluaran sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan

8
nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi
sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen.
d) Bergerak
Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak,
seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah
decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan
alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun.
e) Nutrisi
Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik.
Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang
nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta
vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia,
perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan,
kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena/Invus.
f) Eliminasi
Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi
konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk
mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal,
pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.
g) Perubahan Sensori
Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang. Klien masih
dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon, perawat dan
keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.

3. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Sosial

Klien dengan dying akan ditempatkan diruang isolasi, dan untuk


memenuhi kebutuhan kontak sosialnya, perawat dapat melakukan:

9
a) Menanyakan siapa-siapa saja yang ingin didatangkan untuk bertemu
dengan klien dan didiskusikan dengan keluarganya, misalnya: teman-
teman dekat, atau anggota keluarga lain.
b) Menggali perasaan-perasaan klien sehubungan dengan sakitnya dan perlu
diisolasi.
c) Menjaga penampilan klien pada saat-saat menerima kunjungan kunjungan
teman-teman terdekatnya, yaitu dengan memberikan klien untuk
membersihkan diri dan merapikan mandiri.
d) Meminta saudara/teman-temannya untuk sering mengunjungi dan
mengajak orang lain dan membawa buku-buku bacaan bagi klien apabila
klien mampu membacanya.

4. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Spiritual

a) Menanyakan kepada klien tentang harapan-harapan hidupnya dan rencana-


rencana klien selanjutnya menjelang kematian.
b) Menanyakan kepada klien untuk mendatangkan pemuka agama dalam hal
untuk memenuhi kebutuhan spiritual.
c) Membantu dan mendorong klien untuk melaksanakan kebutuhan spiritual
sebatas kemampuannya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami


penyakit atau sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat
dekat dengan proses kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat
individual tergantung kondisi fisik, psikologis, social yang dialami, sehingga
dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi
tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan
menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya
sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada
kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh,
pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan
ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.

3.2 Saran
Hal yang paling diperlukan dalam penanganan pasien dalam fase terminal
adalah pendekatan secara moral, social dan spiritual. Peran utama perawat dalam
keadaan ini ditekankan pada kemampuan untuk mempersiapkan pasien secara
utuh dalam menerima keadaanya dan mempersiapkan diri dalam menghadapi
kematian secara damai.

11
DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Wahid Iqbal .(2008). Kebutuhan Dasar Manusia dan Aplikasi Dalam
Praktik. Jakarta: EGC
Potter, Patricia A .(2005).Fundamental of Nursing: Concepts, Proses and Practice
2nd edition.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba.
.

12

Anda mungkin juga menyukai