Anda di halaman 1dari 37

RESUME

EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA

“TEKNIK PENILAIAN”

OLEH

Nama : YUNI FITRIA

Nim : 1703375

Prodi : Pendidikan Fisika A

Pembimbing : Prof. Dr Festiyed, M.s

Kelompok. : 4

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018
BAB I

PEMBAHASAN

1. Penilaian Unjuk Kerja


a. Pengertian
Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini
cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik dilaboraturium,
praktik sholat, praktik OR, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan
alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll.
Cara penialaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa
yang dinilai kebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
Penilaian unjuk kerja perlu memprtimbangkan hal-hal berikut:
1. Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik
untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetensi.
2. Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalm kinerja
tersebut.
3. Kemapuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
4. Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
semua dapat diamati.
5. Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan
diamati.
b. Teknik Penilaian Unjuk Kerja
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalm berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai
kemampuan berbicara paeserta didik, misalnya dilakukan pengamatan atau
observasi berbicara yang beragam, seperti: diskusi dalam kelompok kecil,
berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara. Dengan demikian,
gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Untuk mengamati
unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument berikut:
1. Daftar check (check-list)
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan dafrat
check (baik-tidak baik). Dengan menggunakan daftar check, peserta
didik mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat
diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, peserta didik tidaj
memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya
mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-
tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah, namun daftar check lebih praktis digunakan mengamati
subjek dalam jumlah besar.
2. Skala penilaian (rating scale)
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian
memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan
kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana
pilihan kategori nilai lebih dari 2. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya:
1= tidak kompeten, 2=cukup kompeten,3=kompeten dan 4=sangat
kompeten.
Untuk memperkecil faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh
lebih dari satu orang, agar hasil penilaian lebih akurat.

Contoh penilaian unjuk kerja


LEMBAR PENILAIAN KINERJA
LKPD-1
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas/Semester : X/1
Hari/Tanggal :
Materi Pokok : Optika Geometri

INDIKATOR Skor
1 2 3
A. Persiapan
1. Membuat pertanyaan berdasarkan wacana dan
gambar yang ditampilkan dengan benar dan
lengkap
2. Membuat jawaban sementara dari pertanyaan
berdasarkan wacana dan gambar yang
ditampilkan dengan benar dan lengkap
3. Kecakapan menentukan kegunaan alat dan bahan
untuk mengamati perambatan cahaya
4. Kecakapan mempersiapkan alat dan bahan yang
dibutuhkan
B. Pelaksanaan
1. Berpartisipasi dalam kegiatan percobaan
2. Kecakapan menyusun peralatan percobaan seperti
pada gambar di LKPD
3. Kebenaran hasil percobaan
4. Kecakapan menganalisis hasil percobaan
C. Pelaporan Hasil
1. Kecakapan melaporkan hasil percobaan
2. Kecakapan menjawab soal-soal latihan
3. Kecakapan membuat kesimpulan dari hasil
percobaan
Skor Total
Keterangan:
1= tidak tahu apa-apa
2= kriteria kurang tepat
3=kriteria tepat

2. Penilaian Sikap
a. Pengertian
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan
kecendrungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek. Sikap juga
sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh
seseorang. Sikap dapat dibentuk, sehingga terjadi perilaku atau tindakan
yang diinginkan.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif.
Komponen aktif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah
kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun
komponen konatif adalah kecendrungan untuk berprilaku atau berbuat
dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam peroses pembelajaran
berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.
a) Sikap terhadap materi pelajaran.
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap materi pelajaran.
Dengan sikap positif pada diri peserta didik akan tumbuh dan
berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan
lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.
b) Sikap terhadap guru/pengajar
Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik
yang tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung
mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik
yang memiliki sikap negatif terhadap guru/pengajar akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
c) Sikap terhadap proses pembelajaran
Peserta didik juga prlu mrmiliki sikap positif terhadap proses
pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran
yang digunakan. Prose pembelajaran yang menarik nyaman dan
menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar peserta didik,
sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
d) Sikap berkaiatan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan
suatu materi pelajaran. Misalnya kasus atau masalah lingkungan hidup,
berkaitan dengan materi biologi atau goeografi. Peserta didik juga
perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif
terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus
perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap
positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang
keluar negri.
e) Sikap berhubungan dengan kompetensi afektif lintas kurikulum yang
relevan dengan mata pelajaran.
b. Teknik Penilaian Sikap
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara/teknik. Teknik-
teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan
laporan pribadi. Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Observasi perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukan kcenderungan
seseorang dalam sesuatu hal. Misalnya, orang yang biasa minum kopi
dapat dipahami sebagai kecendrungannya yang senang kepada kopi.
Oleh karena itu, guru dapat melakukan observasi terhadap peserta
didik yang dibinanya. Hasil pengamatan dapat dijadikan sebagai
umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku disekolah dapat
dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadiab-
kejadian berkaitan dengan peserta didik selama disekolah.
2. Pertanyaan langsung
Kita juga dapat menenyakan secara langsung atau wawancara tentang
sikap seseorang berkaitan dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana
tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan
disekolah mengenai “peningkatan ketertiban”. Berdasarkan jawaban
dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami
sikap peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap
peserta didik disekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam
menilai sikap dan membina peserta didik.
3. Laporan pribadi
Melalui penggunaan teknik ini disekolah, peserta didik diminta
membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang
suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya,
peserta didik diminta menulis pandangannya tentang “kerusuhan antar
etnis” yang terjadi akhir-akhir ini diindonesia. Dari ulasan yang dibuat
oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecendrungan
sikap yang dimilikinya.
Untuk menilai perubahan perilaku atau sikap peserta didik secara
keseluruhan, termasuk kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, estetika, dan jasmani, semua
catatan dapat diragkum dengan menggunakan lembar pengamatan
berikut.
3. Penilaian Tertulis
a. Pengertian
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu
merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalm bentuk
yang lain seperti menjawab secara lisan,memberi tanda, mewarnai,
menggambar, malakukan sesuatu, dan lain sebagianya.

b. Teknik penilaian
Ada dua bentuk soal tes tertulis,yaitu:
1. Memilih jawaban yang dibedakan menjadi:
a. Pilihan ganda
b. Dua pilihan (benar-salah, ya-tidak)
c. Menjodohkan
d. Sebab-akibat
2. Mensuplai jawaban, dibedakan menjadi:
a. Isian atau melengkapi
b. Jawaban singkat atau pendek
c. Uraian

Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban


benar-salah, isian singkat, menjodohkan dan sebab-akibat merupakan
alat yang hanya menilai kemampuan berfikir rendah, yaitu kemampuan
mengingat (pengetahuan). Tes pilihan ganda digunakan untuk menilai
kemampuan berfikir tinggi dengan cakupan materi yang luas. Peserta
didik tidak mengembangkan sendiri jawabannya, sehingga cendrung
hanya memilih jawaban yang benar dan jika peserta didik tidak
mengetahui jawaban yang benar, maka peserta didik akan menerka.
Hal ini menimbulkan peserta didik tidak belajar untuk memahami
pelajaran tetapi menghafal soal dan jawaban. Selain itu tes untuk
pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk
dijadikan umpan balik guna mendiagnosis kelemahan peserta didik
atau memodifikasi kegiatan pembelajaran. Karena itu kurang
dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas yang otentik dan
berkesinambungan. Namun tes bentuk tersebut banyak digunakan
untuk penilaian keterampilan berbahasa yang dilakukan secara formal.

Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut


peserta didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan
gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari. Peserta didik
mengemukakan atau mengespresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Alat ini
dapat menilai berbagai jenis kompetensi, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara
lain cakupan materi yang ditanyakan terbatas dan membutuhkan waktu
lebih banyak dalam mengoreksi jawaban.

Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu


dipertimbangkan hal-hal berikut.

a) Karekterisitik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi


yang akan diuji.
b) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan standar kompetensi,
kompetensi dasar dan indikator pencapain pada kurikulum.
c) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan
tegas.
d) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat
yang menimbulkan penafsiran ganda.

4. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

Dalam penilain proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan
yaitu:
a) Kemampuan penelolaan: Kemampuan peserat didik dalam memilih topik,
mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan
laporan.

b) Relevansi: kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan


tahap penegetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

c) Keaslian: Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil


karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek


Proyek adalah tugas-tugas belajar (learningtasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan
dalam waktu tertentu. Data penilaian proyek meliputi skor yang diperoleh
dari tahap-tahap: perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan
data,dan penyajian data atau laporan. Dalam menilai setiap tahap, guru
dapat menggunakan setiap skor yang terentang dari 1 sampai 4. Skor 1
merupakan skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi untuk setiap
tahap. Jadi total skor terendah untuk keseluruhan tahap adalah 4 dan total
skor tertinggi adalah 16.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai
hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu
dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan
laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk
poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrumen penilaian berupa
daftar cek ataupun skala penilaian.

Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek:


a). penelitian sederhana tentang air di rumah;
b). Penelitian sederhana tentang perkembangan harga sembako.

5. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas
suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta
didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan,
pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat
dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
* Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan
merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain
produk.
* Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan
peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
* Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang
dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.
b. Teknik Penilaian Produk
Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan
terhadap semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses
pengembangan.
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
6. Penilaian Portofolio
a. Pengertian

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada


kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari
proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai)
atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata
pelajaran. Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara
individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil
karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik sendiri.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri


dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan
kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat,
komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian,
sinopsis, dsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio di sekolah, antara lain:

1. Karya siswa adalah benar-benar karya peserta didik itu sendiri.


Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan
penilaian portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh
peserta didik itu sendiri.

2. Saling percaya antara guru dan peserta didik


Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling
percaya, saling memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses
pendidikan berlangsung dengan baik.

3. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik


Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu
dijaga dengan baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak
berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan

4. Milik bersama (joint ownership) antara peserta didik dan guru


Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio
sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan
akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.

5. Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang
memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.

6. Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan
kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

7. Penilaian proses dan hasil


Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar
yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta
didik.

8. Penilaian dan pembelajaran


Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti
bagi guru untuk melihat kelebihan dan kekurangan peserta didik.

b. Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan portofolio,
tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang
digunakan oleh guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh
peserta didik sendiri. Dengan melihat portofolionya peserta
didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan
minatnya. Proses ini tidak akan terjadi secara spontan, tetapi
membutuhkan waktu bagi peserta didik untuk belajar meyakini
hasil penilaian mereka sendiri.
b) Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa
saja yang akan dibuat. Portofolio antara peserta didik yang satu
dan yang lain bisa sama bisa berbeda. Misalnya, untuk
kemampuan menulis peserta didik mengumpulkan karangan-
karangannya. Sedangkan untuk kemampuan menggambar,
peserta didik mengumpulkan gambar-gambar buatannya.
c) Kumpulkan dan simpanlah karya-karya tiap peserta didik dalam
satu map atau folder di rumah masing-masing atau loker
masing-masing di sekolah.
d) Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi
perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan
kualitas dari waktu ke waktu.
e) Sebaiknya tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan
bobotnya dengan para peserta didik sebelum mereka membuat
karyanya.
f) Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.
Contoh, Kriteria penilaian kemampuan menulis karangan yaitu:
penggunaan tata bahasa, pemilihan kosa-kata, kelengkapan
gagasan, dan sistematika penulisan. Dengan demikian, peserta
didik mengetahui harapan (standar) guru dan berusaha
mencapai standar tersebut.
g) Minta peserta didik menilai karyanya secara berkesinambungan.
Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai
dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan kekurangan
karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini
dapat dilakukan pada saat membahas portofolio.
h) Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan,
maka peserta didik diberi kesempatan untuk memperbaiki.
Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak”
atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2
minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada
guru.
i) Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio.
Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan
tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua dapat
membantu dan memotivasi anaknya.

7. Penilaian Diri (sel assesment)


a. Pengertian
Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana peserta didik diminta
untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi
kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Penilaian kompetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta
untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya
sebagai hasil belajar dari suatu mata pelajaran tertentu. Penilaian diri
peserta didik didasarkan atas kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
2. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta
untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu
objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan
penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
3. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik
dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah
dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan.
Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap
perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian
diri di kelas antara lain:
1. dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka
diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2. peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3. dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk
berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam
melakukan penilaian.
b. Teknik Penilaian
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif. Oleh
karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan
melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1. Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
2. Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
3. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
4. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
5. Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong
peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat
dan objektif.
6. Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil
kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.

CHAPTER I
DISCUSSION
1. Assessment of Performance
a. Understanding
Performance evaluation is an assessment carried out by observing the
activities of students in doing something. This assessment is suitable to be
used to assess the achievement of competencies that require students to
perform certain tasks such as: dilaboraturium practice, practice prayer, OR
practices, presentations, discussions, role playing, playing musical
instruments, singing, poetry reading / declamation etc.
This method of collection is considered more authentic than a written test
because what is considered more reflects the ability of the actual learners.
Performance evaluation needs to consider the following:
1. Performance measures that students are expected to do to show the
performance of a competency.
2. The completeness and accuracy of aspects that will be assessed in the
performance.
3. Special abilities needed to complete the task.
4. Try the ability to be assessed not too much, so that all can be observed.
5. Ability to be assessed is sorted according to the order to be observed.
b. Performance Assessment Techniques
Observations of performance need to be carried out in various contexts to
determine the level of achievement of certain abilities. To assess students'
speaking skills, for example, various observations or speaking
observations such as: small group discussions, giving speeches, telling
stories, and conducting interviews. Thus, the picture of students' abilities
will be more complete. To observe the performance of students can use the
following tools or instruments:
1. Register check (check-list)
Performance evaluation can be done using dafrat check (good or not). By
using the checklist, students get grades if certain competency mastery
criteria can be observed by the assessor. If it cannot be observed, students
cannot get grades. The weakness of this method is that the appraiser only
has two absolute choices, for example right-wrong, observable-
unobservable, good-not good. Thus there is no middle value, but checklists
are more practical to be used to observe large numbers of subjects.
2. Rating scale
Performance appraisal that uses a rating scale allows the assessor to give a
midpoint to the mastery of certain competencies, because the value is
given in a continuum where the choice of value categories is more than 2.
The rating scale ranges from imperfect to very perfect. For example:
1 = incompetent, 2 = quite competent, 3 = competent and 4 = very
competent.
To minimize the subjectivity factor, it is necessary to evaluate more than
one person, so that the assessment results are more accurate.

Example of assessing performance


PERFORMANCE ASSESSMENT SHEET
LKPD-1
Subject : Physics
Class / Semester : X / 1
Date and time :
Main Material : Geometry Optics
INDICATOR Score
1 2 3
A. A. Preparation
1. Make questions based on discourse and
images that are displayed correctly and
completely
2. Make temporary answers to questions based
on discourse and images that are displayed
correctly and completely
3. The ability to determine the use of tools and
materials to observe the propagation of light
4. The ability to prepare the tools and materials
needed
B. Implementation
1. Participate in experiment activities
2. The ability to construct experimental
equipment is like in the picture on LKPD
3. The truth of the results of the experiment
4. The ability to analyze experimental results
C. Reporting Results
1. Skills for reporting experimental results
2. Skills to answer practice questions
3. The ability to draw conclusions from the
results of the experiment
Total Score
Information:
1 = don't know anything
2 = incorrect criteria
3 = exact criteria

2. Assessment of attitude

a. Understanding

Attitudes start from feelings (likes or dislikes) related to a person's tendency to


respond to something or an object. Attitude is also an expression of the values or
views of life possessed by someone. Attitudes can be formed, so that the desired
behavior or action occurs.

Attitude consists of three components, namely: affective, cognitive, and conative.


Active components are feelings that are owned by someone or their assessment of an
object. The cognitive component is a person's beliefs or beliefs about the object. The
conative component is the tendency to behave or act in certain ways with regard to the
presence of an attitude object.

In general, the object of attitudes that need to be assessed in the process of learning
various subjects is as follows.

a) Attitude towards subject matter.

Students need to have a positive attitude towards the subject matter. With a positive
attitude in the learners themselves will grow and develop interest in learning, will be
more easily motivated, and will more easily absorb the subject matter taught.

b) Attitude towards the teacher / teacher

Students need to have a positive attitude towards the teacher. Students who do not
have a positive attitude towards the teacher will tend to ignore things that are taught.
Thus, students who have a negative attitude towards the teacher / teacher will find it
difficult to absorb the subject matter taught by the teacher.

c) Attitude towards the learning process

Students also need to have a positive attitude towards the ongoing learning process.
The learning process includes the learning atmosphere, strategies, methodologies, and
learning techniques used. An interesting learning process that is comfortable and fun
can foster students' learning motivation, so that they can achieve maximum learning
outcomes.

d) Attitude related to the values or norms related to a subject matter. For example
cases or environmental problems, related to biological material or geography.
Students also need to have the right attitude, which is based on positive values on
certain environmental cases (environmental conservation / destruction cases). For
example, students have a positive attitude towards wildlife protection programs. In the
case of foreign countries.

e) Attitudes related to cross-curriculum affective competencies that are relevant to


subjects.

b. Attitude Assessment Techniques

Attitude assessment can be done in several ways / techniques. These techniques


include: behavioral observation, direct questions, and personal reports. These
techniques can be briefly described as follows:

1. Observing behavior

A person's behavior generally shows a person's tendency in something. For example,


people who usually drink coffee can be understood as a happy tendency to coffee.
Therefore, the teacher can make observations on the students he is training.
Observations can be used as feedback in coaching. Behavioral observation at school
can be done by using a special notebook about events related to students during
school.
2. Direct questions

We can also direct or interview someone's attitude regarding something. For example,
how do students respond to new policies applied in schools regarding "improving
order". Based on the answers and other reactions that appear in giving answers can be
understood the attitude of the students towards the object of attitude. In assessing the
attitudes of students in schools, teachers can also use this technique in assessing
attitudes and fostering students.

3. Personal report

Through the use of this technique in schools, students are asked to make reviews that
contain their views or responses about a problem, situation, or thing that is the object
of attitude. For example, students were asked to write down their views on "inter-
ethnic riots" that occurred recently in Indonesia. From the reviews made by the
students, they can be read and understood the tendency of the attitude they have.

To assess changes in behavior or attitudes of students as a whole, including groups of


religious subjects and noble character, citizenship and personality, aesthetics, and
physicality, all records can be summarized using the following observation sheet.

3. Written Assessment

a. Understanding

Written assessment is done with a written test. Written test is a test where the
questions and answers given to students in writing in answering the questions of
students do not always respond in the form of writing answers but can also be in other
forms such as answering orally, giving a sign, coloring, drawing, doing something,
and others.

b. Assessment technique

There are two forms of written test questions, namely:


1. Choose answers that are divided into:

a. Multiple choice

b. Two choices (right-wrong, yes-no)

c. Match up

d. Cause and effect

2. Supply answers, divided into:

a. Fill in or complete

b. Short or short answer

c. Description

From various written assessment tools, the test selects the right-wrong, short,
matching and causal answers is a tool that only assesses low thinking ability, namely
the ability to remember (knowledge). Multiple choice tests are used to assess high
thinking abilities with a wide range of material. Students do not develop their own
answers, so they tend to only choose the right answers and if students do not know the
right answers, students will guess. This causes students not to learn to understand the
lesson but memorize questions and answers. In addition, multiple choice tests are less
able to provide enough information to be used as feedback to diagnose learners'
weaknesses or

modify learning activities. Therefore, it is not recommended to use it in an authentic


and continuous class assessment. However, this form test is widely used for formal
language skills assessment.

Written form description test is an assessment tool that requires students to remember,
understand, and organize their ideas or things that have been learned. Students express
or express these ideas in the form of written descriptions using their own words. This
tool can assess various types of competencies, such as expressing opinions, thinking
logically, and concluding. Weaknesses of this tool include the limited scope of the
question and requires more time in correcting answers.

In preparing the written assessment instrument, the following matters must be


considered.

a) Characteristics of subjects and the scope of the material to be tested.

b) Material, for example the suitability of the questions with competency standards,
basic competencies and indicators of achievement in the curriculum.

c) Construction, for example the formulation of questions or questions must be clear


and firm.

d) Language, for example, the formulation of the question does not use words /
sentences that give rise to multiple interpretations.

4. Project Assessment

a. Understanding

Project appraisal can be used to determine understanding, ability to apply, ability to


investigate and the ability to inform students in certain subjects clearly.

In assessing the project there are at least 3 (three) things that need to be considered,
namely:

a) Management ability: The ability of students to choose topics, find information, and
manage the time of data collection and report writing.

b) Relevance: suitability with subjects, taking into account the stages of knowledge,
understanding and skills in learning.

c) Authenticity: Projects carried out by students must be the result of their work,
taking into account the teacher's contribution in the form of instructions and support
for the student project.
b. Project Assessment Techniques

Projects are learning tasks (learning activities) which include the activities of
designing, implementing and reporting in writing or verbally in a certain time. Project
appraisal data includes scores obtained from stages: planning / preparation, data
collection, data processing, and presentation of data or reports. In assessing each
stage, the teacher can use each score that ranges from 1 to 4. Score 1 is the lowest
score and score 4 is the highest score for each stage. So the lowest total score for the
whole stage is 4 and the highest total score is 16.

Project appraisal is carried out starting from the planning process to the final project
results. For this reason, the teacher needs to determine the things or stages that need to
be assessed, such as the preparation of designs, data collection, data analysis, and
preparation of written reports. Task reports or research results can also be presented in
the form of posters. The assessment can use assessment tools / instruments in the form
of check lists or rating scales.

Some examples of student activities in project appraisal:

a). simple research on water at home;

b). Simple research on the development of basic food prices.

5. Product Assessment

a. Understanding

Product assessment is an assessment of the manufacturing process and the quality of a


product. Product assessment includes assessing the ability of students to make
technology and art products, such as: food, clothing, works of art (sculpture,
paintings, drawings), items made of wood, ceramics, plastic and metal.

Product development includes 3 (three) stages and each stage needs to be assessed,
namely:

* Preparatory phase, including: assessment of students' abilities and planning,


exploring, and developing ideas, and designing products.
* The stage of making products (processes), including: assessment of the ability of
students in selecting and using materials, tools and techniques.

* Product appraisal stage, including: assessment of products produced by students


according to established criteria.

b. Product Assessment Techniques

Product valuation usually uses a holistic or analytical method.

The analytical method, which is based on the aspects of the product, is usually carried
out on all the criteria contained at all stages of the development process.

The holistic way, which is based on the overall impression of the product, is usually
done at the appraisal stage.

6. Portfolio Assessment

a. Understanding

Portfolio assessment is a continuous assessment based on a collection of information


that shows the development of students' abilities in a certain period. This information
can be in the form of students' work from the learning process that is considered best
by students, test results (not grades) or other forms of information related to certain
competencies in one subject. Portfolio assessment basically assesses the work of
students individually in one period for a subject. At the end of a period the results of
the work are collected and assessed by the teacher and students themselves.

Based on this development information, the teacher and students themselves can
assess the development of students' abilities and continue to make improvements.
Thus, the portfolio can show the development of students' learning progress through
their work, including: essays, poetry, letters, composition of music, pictures,
photographs, paintings, book reviews / literature, research reports, synopsis, etc.
Matters that need to be considered and used as guidelines in the use of portfolio
assessments in schools include:

1. The student's work is truly the work of the students themselves.

The teacher conducts research on the work of students who are used as portfolio
assessment material so that the work is the result of the work made by the students
themselves.

2. Mutual trust between teachers and students

In the assessment process the teacher and students must have mutual trust, need each
other and help each other so that the educational process takes place well.

3. Shared confidentiality between teachers and students

The confidentiality of the results of the development of students' information needs to


be maintained properly and not conveyed to unauthorized parties so as to negatively
impact the educational process

4. Joint ownership between students and teachers

Teachers and students need to have a sense of belonging to the portfolio file so that
students will feel that they have the work collected and will endeavor to continue to
improve their abilities.

5. Satisfaction

Portfolio work should contain information and / or evidence that encourages students
to improve themselves.

6. Suitability

The results of the work collected are work results that are in accordance with the
competencies listed in the curriculum.

7. Assessment of processes and results


Portfolio assessment applies the principles of process and results. The learning
process that is assessed for example is obtained from the teacher's notes on the
performance and work of students.

8. Assessment and learning

Portfolio assessment is an integral part of the learning process. The main benefit of
this assessment is a very meaningful diagnostic for teachers to see the advantages and
disadvantages of students.

b. Portfolio Assessment Techniques

Portfolio assessment techniques in the classroom require the following steps:

1. Explain to students that the use of portfolios is not only a collection of students'
work that is used by the teacher for assessment, but also used by the students
themselves. By looking at the portfolio students can know their abilities, skills and
interests. This process will not occur spontaneously, but it takes time for students to
learn to believe in their own assessment results.

2. Determine with students what sample portfolios will be made. Portfolios between
students from one and the other can be the same can be different. For example, for
writing skills students collect essays. As for the ability to draw, students collect
homemade drawings.

3. Collect and store the works of each student in a folder or folder in their respective
homes or lockers at school.

4. Date the creation of each student's information on developmental information so


that differences in quality can be seen from time to time.

5. We recommend that you determine the criteria for assessing the sample portfolio
and its weight with the students before they make their work.

6. Discuss how to assess the quality of the work of students. For example, criteria for
assessing writing skills are: the use of grammar, vocabulary selection, completeness
of ideas, and writing systematics. Thus, students know the expectations (standards) of
teachers and try to achieve these standards.

7. Ask students to assess their work continuously. Teachers can guide students, how
to assess by giving information about the advantages and disadvantages of the work,
and how to improve it. This can be done when discussing a portfolio.

8. After a work has been assessed and its value has not been satisfactory, the students
are given the opportunity to improve. However, between students and teachers need to
be made a "contract" or agreement regarding the period of repairs, for example 2
weeks of repaired work must be submitted to the teacher.

9. If necessary, schedule a meeting to discuss portfolio. If necessary, invite parents of


students and be explained about the purpose and objectives of the portfolio, so that
parents can help and motivate their children.

7. Self Assessment (cell assessment)

a. Understanding

Self-assessment is an assessment technique in which students are asked to rate


themselves in relation to the status, process and level of achievement of competencies
they have learned in certain subjects. Self-assessment techniques can be used to
measure cognitive, affective and psychomotor competencies.

1. Assessment of cognitive competence in the classroom, for example: students are


asked to assess the mastery of knowledge and thinking skills as a result of learning
from a particular subject. Student self-assessment is based on criteria or references
that have been prepared.

2. Assessment of affective competencies, for example, students can be asked to make


writings that contain the outpouring of their feelings towards a particular object.
Furthermore, students are asked to make an assessment based on criteria or references
that have been prepared.
3. In connection with the assessment of psychomotor competence, students can be
asked to assess the skills or skills they have mastered based on criteria or references
that have been prepared.

Using this technique can have a positive impact on the development of one's
personality. The advantages of using self-assessment in class include:

1. can foster self-confidence of students, because they are given the confidence
to judge themselves;
2. learners are aware of their strengths and weaknesses, because when they make
an assessment, they must introspect their strengths and weaknesses;
3. can encourage, familiarize, and train students to be honest, because they are
required to be honest and objective in making judgments.

b. Assessment Technique

Self-assessment is carried out based on clear and objective criteria. Therefore,


self-assessment by students in the class needs to be done through the following
steps.
1. Determine competencies or aspects of ability to be assessed.
2. Determine the assessment criteria to be used.
3. Formulating an assessment format, can be in the form of scoring guidelines,
check mark list, or rating scale.
4. Ask students to make a self-assessment.
5. The teacher examines the sample of the assessment results randomly, to
encourage students to always make a careful and objective self-assessment.
6. Deliver feedback to students based on the results of a study of randomly
selected samples of assessment results.
BAB II
TAMBAHAN
1. Pengertian Penilaian Tes
Istilah ”tes” berasal dari bahasa Perancis, yaitu ”testum”, berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Pengertian Tes juga merupakan suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya
terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan atau serangkaian tugas yang harus
dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk mengukur aspek perilaku peserta
didik. Dalam rumusan ini terdapat beberapa unsur penting, yaitu :
1.        Tes merupakan suatu cara atau teknik yang disusun secara sistematis dan digunakan
dalam rangka kegiatan pengukuran.
2.        Di dalam tes terdapat berbagai pertanyaan dan pernyataan atau serangkaian tugas
yang harus dijawab dan dikerjakan oleh peserta didik.
3.        Tes digunakan untuk mengukur suatu aspek perilaku peserta didik.
4.        Hasil tes peserta didik perlu diberi skor dan nilai.
2. Jenis- Jenis Penilaian Tes
Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi
jenis, yaitu:
a.         Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay)
Tes bentuk uraian adalah tes yang pertanyaannya membutuhkan jawaban
uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian secara terbatas. Tes bentuk uraian ini,
khususnya bentuk uraian bebas menuntut kemampuan murid untuk
mengorganisasikan dan merumuskan jawaban dengan menggunakan kata-kata sendiri
serta dapat mengukur kecakapan murid untuk berfikir tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pertanyaan yang menuntut:
- Memecahkan masalah
- Menganalisa masalah
- Membandingkan
- Menyatakan hubungan
- Menarik kesimpulan dan sebagainya (Sutomo, 1995:80).
Tes uraian memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a. Tes tersebut bentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa
uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
b. Bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntuk kepada tester untuk memberikan
penjelasan, komentar, penafsiran, membanding-kan, membedakan, dan sebagainya.
c. Jumlah soal butir uraiannya terbatas yaitu berkisar lima sampai dengan sepuluh
butir.
d. Pada umumnya butir-butir soal uraian diawali dengan kata-kata,
“uraikan”,…. “Mengapa”,….”Terangkan”,….”Jelaskan”.
Kelebihan dan Kelemahan tes uraian diantaranya sebagai berikut:
-          Kelemahan
1)      Sample tes sangat terbatas,
2)      Sifatnya sangat subjektif,
3)      Kurang reliable.
-          Kelebihan
1)   Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi,
2)   Dapat mengembangkan kemempuan berpikir teratur atau penelaran, baik lisan
maupun tulisan, dengan baik dan benar sesua dengan kaidah-kaidah bahasa,
3)   Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran.
4)   Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah (problem solving)
5)   Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat.

b.        Tes Objektif


Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi (dichotomously scored item)
karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya antara 1 atau 0. Disebut tes
objektif karena penilaiannya objektif. Siapapun yang mengoreksi jawaban tes objektif
hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Tes objektif
menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan
jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi
pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk
menilai kemampuan yang menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi, seperti
mengingat, mengenal, pengertian, dan penerapan prinsip-prinsip. Bentuk tes objektif
ada enam macam yaitu:
1)   Benar – Salah
Bentuk benar - salah merupakan tes yang sederhana, karena dalam menjawab soal
bentuk benar – salah, siswa hanya dihadapkan dengan dua pilihan, yaitu menentukan
apakah pernyataan yang tertera pada butir aoal benar atau salah.
2)   Jawaban Singkat Atau Isian Singkat
Bentuk jawaban singkat adalah bentuk soal yang hanya membutuhkan peserta tes
untuk mengisi jawaban singkat, biasanya hanya jawaban berupa kalimat pendek,
angka, simbo, maupun frase.
3)   Menjodohkan
Bentuk menjodohkan adalah bentuk tes yang terdiri dari seri pertanyaan dan seri
jawaban, seri pertanyaan ditulis pada lajur sebelah kiri dan seri jawaban ditulis pada
lajur sebelah kanan, tes tersebut cocok untuk mengetahui pemahaman atau fakta dan
konsep.
4)   Isian Atau Melengkapi
Soal isian adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan jawaban singkat
berupa fakta, frase, angka atau simbol, bentuk ini cocok untuk mengukur kemampuan
mengingat.
5)   Pilihan Ganda
Pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan
jawaban yang telah disediakan. Setiap butir pilihan ganda terdiri dari pokok soal
(stem) dan pilihan jawaban (option) dan setiap pilihan jawaban terdiri dari kunci
jawaban ditandai dengan tanda astrik (*) dan distraktor (pengecoh).

c.         Tes Tindakan(Performance Test)


Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil belajar
yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai dengan apa
yang diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang
telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan ketepatan
menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan merencanakan suatu
pekerjaan. Tindakan atau unjuk kerja yang dapat dinilai seperti: memainkan alat
musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium,
dan mengoperasikan suatu alat. Contoh tes tindakan:
“Coba tunjukkan di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran aktif tipe jigsaw”.
Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan tes tindakan adalah:
(1) Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil belajar dalam
bidang keterampilan, seperti keterampilan membaca al-Qur’an berdasarkan ilmu
tajwid.
(2) Sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan teori
dengan keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi lengkap.
(3) Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk saling menyontek.
(4) Guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta didik sebagai dasar
tindak lanjut hasil penilaian, seperti penbelajaran remedial.
Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah:
(1) Memakan waktu yang lama
(2) Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar
(3) Cepat membosankan
(4) Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak mempunyai arti
apa-apa lagi
(5) memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga maupun
biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil penilaian tidak dapat
dipertanggung jawabkan dengan baik.
CHAPTER II
ADDITIONAL
1. Definition of Test Assessment
The term "test" comes from the French language, namely "testum",
meaning the plate used to select precious metals from other objects, such
as sand, stone, soil, and so on. Understanding Tests is also a technique or
method used in order to carry out measurement activities, in which there
are various questions, statements or a series of tasks that must be done or
answered by students to measure the behavior aspects of students. In this
formula there are several important elements, namely:
1. The test is a method or technique that is arranged systematically and
used in the framework of measurement activities.
2. In the test there are various questions and statements or a series of tasks
that must be answered and done by students.
3. Tests are used to measure an aspect of student behavior.
4. Test results of students need to be given a score and value.
2. Types of Assessment Test
When viewed from the students' answers, the test can be divided into
types, namely:
a. Written Test Form Description (Essay)
The description form test is a test whose question requires an answer to
the description, both a free description and a limited description. This
description form test, especially the form of free description requires the
ability of students to organize and formulate answers using their own
words and can measure students' ability to think high which is usually
expressed in the form of demanding questions:
- Solve the problem
- Analyze problems
- compare
- Declare relationships
- Draw conclusions and so on (Sutomo, 1995: 80).
The description test has several characteristics, namely:
a. The test is the form of questions or commands that require answers in
the form of descriptions or exposures of sentences that are generally
quite long.

b. The form of the question or command requires the tester to provide an


explanation, comment, interpretation, comparison, differentiation, and so
on.

c. The number of questions about the item description is limited, ranging


from five to ten items.

d. In general, the item description questions begin with words,

"Describe", ... "Why", ... "Explain", ... "Explain".


Strengths and Weaknesses of the test, including the following
descriptions:
- Weaknesses
1) Sample tests are very limited,
2) Its nature is very subjective,
3) Less reliable.
- Advantages
1) Can measure high mental processes or high-level cognitive aspects,
2) Can develop the ability to think regularly or in writing, both oral and
written, properly and correctly according to the rules of the language,
3) Can train the ability to think regularly or reasoning.
4) Develop problem solving skills
5) There are technical advantages such as easy to make.

b. Objective Test
Objective tests are often called dichotomous tests (dichotomously
scored items) because the answer is between right or wrong and the
score is between 1 or 0. It is called an objective test because it is
objective. Anyone who corrects the objective test answers will be the
same because the key to the answer is clear and certain. Objective tests
require students to choose the right answer among the possible answers
provided, give a short answer, and complete a question or statement
that is not perfect. Objective tests are very suitable for assessing
abilities that demand mental processes that are not so high, such as
remembering, knowing, understanding, and applying principles. There
are six types of objective tests, namely:
1) Right - False
The right form - wrong is a simple test, because in answering the
question of form right - wrong, students are only faced with two
choices, namely determining whether the statement stated in the item is
true or false.
2) Short answer or short entry
The form of short answers is a form of questions that only requires test
participants to fill in short answers, usually only answers in the form of
short sentences, numbers, symbols, or phrases.
3) Matching
Matching form is a form of test consisting of questions series and
answer series, questions series written in the left lane and answer series
written in the right lane, the test is suitable for knowing understanding
or facts and concepts.
4) Fill or Complete
Questioning is a matter that requires test participants to give short
answers in the form of facts, phrases, numbers or symbols, this form is
suitable for measuring memory skills.
5) Multiple Choice
Multiple choices are questions whose answers must be selected from
several possible answers provided. Each multiple choice item consists
of a stem and choice of answers and each answer option consists of an
answer key marked with an astrik (*) and distractor (deception) mark.

c. Action Test
An action test is a test that demands the answers of students in the
form of behavior, actions, or actions under the supervision of
examiners who will observe their appearance and make decisions
about the quality of learning outcomes they produce or display.
Students act according to what is ordered and asked.
Action tests can be used to assess the quality of a work done by
students, including the skills and accuracy of completing a job, speed
and ability to plan a job. Actions or performance that can be assessed
such as: playing a musical instrument, singing, reading poetry /
declamation, using laboratory equipment, and operating a device.
Examples of action tests:
"Try to show in front of the class how to teach using the jigsaw type
active learning model".
As with other types of tests, the action test also has advantages and
disadvantages. The advantages of the action test are:
(1) The only test technique that can be used to find out the learning
outcomes in the field of skills, such as reading al-Qur'an skills based
on the recitation of recitation.
(2) It is very good to be used to match the suitability of theoretical
knowledge with practical skills, so that the assessment results are
complete.
(3) The implementation does not allow students to cheat each other.
(4) Teachers can get to know the characteristics of each student as a
basis for follow-up assessment results, such as remedial learning.
The weaknesses / shortcomings of the action test are:
(a) Take a long time
(b) In certain cases requires a large fee
(c) Fast boring
(d) If the action test has become something routine, then it has no
meaning
(e) requires complete supporting conditions, both time, energy and
cost. If the conditions are not met, then the results of the assessment
cannot be accounted for properly.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur


pencapaian hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan
guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi atau
hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Untuk itu,
diperlukan data sebagai informasi yang diandalkan sebagai dasar pengambilan
keputusan. Data dijaring dan dikumpulkan guru melalui prosedur dan alat penilaian
yang sesuai dengan kompetensi atau hasil belajar yang akan dinilai. Penilaian
kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi
yang memuat satu ranah atau lebih. Berdasarkan indikator-indikator ini dapat
ditentukan cara penilaian yang sesuai, apakah dengan tes tertulis, observasi, tes
praktek, dan penugasan perseorangan atau kelompok. Menurut Shadiq (2009),
terdapat tujuh teknik penilaian yang dapat digunakan dalam mengukur pencapaian
hasil belajar peserta didik, yaitu: penilaian unjuk kerja, penilaian sikap, penilaian
tertulis, penilaian proyek, penilaian produk, penilian portofolio dan penilaian diri.

Jika dilihat dari bentuk jawaban peserta didik, maka tes dapat dibagi menjadi jenis,
yaitu: Tes Tertulis Bentuk Uraian (Essay), Tes bentuk uraian adalah tes yang
pertanyaannya membutuhkan jawaban uraian, baik uraian secara bebas maupun uraian
secara terbatas. Tes Objektif, Tes objektif sering juga disebut tes dikotomi
(dichotomously scored item) karena jawabannya antara benar atau salah dan skornya
antara 1 atau 0. Tes Tindakan (Performance Test), Tes tindakan adalah tes yang
menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan di
bawah pengawasan penguji yang akan mengobservasi penampilannya dan membuat
keputusan tentang kualitas hasil belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya.
Peserta didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.

CHAPTER III
CLOSING
CONCLUSION
Assessment is the process of gathering and processing information to
measure the achievement of learning outcomes of students. Class
assessment is a form of teacher activity related to decision making
about the achievement of competencies or learning outcomes of
students who follow a particular learning process. For this reason, data
is needed as information that is relied upon as a basis for decision
making. Data is collected and collected by teachers through procedures
and assessment tools that are in accordance with the competencies or
learning outcomes to be assessed. Assessment of basic competencies is
carried out based on competency achievement indicators that contain
one or more domains. Based on these indicators can be determined the
appropriate assessment method, whether by written tests, observations,
practice tests, and individual or group assignments. According to
Shadiq (2009), there are seven assessment techniques that can be used
to measure student achievement in learning outcomes, namely:
performance appraisal, attitude assessment, written assessment, project
assessment, product assessment, portfolio assessment and self-
assessment.
When viewed from the students' answers, the test can be divided into
types, namely: Written Description Form (Essay), a description form
test is a test that requires answers to a description, either a free
description or a limited description. Objective Tests, objective tests are
often also called dichotomous tests (dichotomously scored items)
because the answer is between right or wrong and the score is between
1 or 0. Action Tests, Action tests are tests that demand students'
answers in the form of behavior, actions, or acts under the supervision
of examiners who will observe their appearance and make decisions
about the quality of learning outcomes they produce or display.
Students act according to what is ordered and asked.

DAFTAR PUSTAKA

Festiyed.2018. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Padang: sukabina press


Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan
Islam
Kementrian Agama.
Asrul, Dkk. 2015. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media.
Nurmawati. 2016. Evaluasi Pendidikan Islam. Medan: Perdana Mulya Sarana.
Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai