Anda di halaman 1dari 3

TUGAS DIKLAT 2

IDENTIFIKASI MASALAH KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP)

Disusun Oleh :
SUKMA SEKAR PRATIWI
P07131217044

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA
JURUSAN GIZI
PRODI SARJANA TERAPAN DAN DIETETIKA
2020
A. Latar belakang

Kekurangan energi Protein (KEP) merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh
rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari atau disebabkan oleh
gangguan penyakit tertentu, sehingga kecukupan gizi tidak terpenuhi.
KEP terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kwarshiorkor, marasmus, marasmus-kwarshiorkor.
Gejala anak yang mengalami KEP antara lain adanya edema pada kaki atau tangan, rambut tipis
dan kemerahan seperti rambut jagung (kwarshiorkor); tampak sangat kurus dan wajah seperti
orang tua (marasmus). Dampak dari KEP, antara lain menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang menyebabkan terganggunya pertumbuhan,
gangguan perkembangan fisik, mental anak, dan jaringan otak anak.
Prevalensi balita KEP di D.I Yogyakarta tahun 2016 sebesar 8,83 dan turun menjadi 8,26
pada tahun 2017 dan turun lagi menjadi 7,94 pada tahun 2018. Angka prevalensi selama tiga
tahun terakhir masih berada dikisaran 7-8 yang menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan
dalam menurunkan prevalensi balita KEP di DIY belum tercapai secara maksimal. Pada
Kabupaten Sleman sendiri prevalensi KEP pada tahun 2017 mengalami penurunan 0,51 jika
dibanding tahun 2016 yaitu 7,84 menjadi 7,33 kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2018
menjadi 7.84.
Faktor penyebab KEP dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu zat gizi yang terkandung
dalam makanan, daya beli keluarga, ada atau tidaknya pemeliharaan kesehatan termasuk
kebersihan dan fenomena sosial serta kepercayaan ibu terhadap makanan. Kepercayaan ibu
terhadap makanan yang salah dapat menyebabkan pemberian MPASI yang kurang
memperhatikan kandungan gizinya, masih banyak dijumpai ibu balita hanya memberikan
MPASI pada anak berupa bubur beras tanpa lauk atau kuah sayur.
MPASI dapat dibuat dari bahan makanan campuran yang padat gizi, dengan harga yang
relative terjangkau dan mudah didapat di daerah setempat, contohnya adalah kacang-kacangan,
serealia, dan sayur-sayuran.
Maka dari itu perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan mengenai MPASI berbahan dasar
pangan lokal untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengolahan MPASI.
Topik Pelatihan
Pendidikan dan Pelatihan mengenai pengolahan MP-ASI berbasis bahan pangan lokal bagi kader

Tujuan pelatihan

1. Tujuan umum
a. Setelah mengikuti pelatihan diharapkan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan kader dalam mengolah MPASI berbahan pangan lokal
2. Tujuan khusus
a. Setelah mengikuti pelatihan, kader mengetahui pedoman pemberian MPASI
sesuai dengan usia anak
b. Setelah mengikuti pelatihan, kader mengetahui cara pengolahan MPASI dengan
baik
c. Setelah mengikuti pelatihan, kader mampu mempraktekkan pengolahan MPASI
dengan baik
d. Setelah mengikuti pelatihan, kader mampu mengembangkan resep MPASI
berbasis pangan loal
e. Setelah mengikuti pelatihan, kader mampu menjelaskan mengenai pengolahan
MPASI menggunakan bahan pangan lokal kepada masyarakat lain.

Anda mungkin juga menyukai