Anda di halaman 1dari 55

i

LAPORAN SEMINAR KEPERAWATAN STASE GERONTIK


“ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY.J USIA 90
TAHUN DENGAN DIAGNOSA OSTEOARTHRITIS PADA
TANGGAL 20 APRIL - 2MEI 2020”

OLEH KELOMPOK STASE GERONTIK :

1. Aan Dwi Putri, S. Kep


2. Benny Wibowo, S.Kep
3. Desy Putri Andreani S. Kep
4. Dewi Prastika S.Kep
5. Dia Fitriana S.Kep
6. Makfiatul Abadyah S.Kep
7. Oktavia Indah L D S.Kep
8. Usha Meilasari S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES PEMKAB JOMBANG
2020

i
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Seminar Keperawatan Stase Gerontik Dengan Judul Asuhan


Keperawatan Gerontik Pada Ny.J Usia 90 Tahun Dengan Diagnosa Osteoarthritis
Pada Tanggal20 April - 2Mei 2020. dilaksakanakan oleh kelompok 13,14 Stase
Gerontik.

1. Aan Dwi Putri, S. Kep


2. Benny Wibowo, S.Kep
3. Desy Putri Andreani S. Kep
4. Dewi Prastika S.Kep
5. Dia Fitriana S.Kep
6. Makfiatul Abadyah S.Kep
7. Oktavia Indah L D S.Kep
8. Usha Meilasari S.Kep

sebagai bahan pemenuhan tugas praktik klinik keperawatan gerontik profesi


ners STIKES Pemkab Jombang,yang dialaksanakan pada tangga 20 April - 2 Mei
2020.

Jombang, Mei 2020

Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik

ii
iii

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................3
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Konsep Lansia...........................................................................5
2.2 Konsep Dasar Osteoathritis ......................................................13
2.2.1 Definisi Osteoathritis ......................................................13
2.2.2 Etiologi Osteoathritis.......................................................13
2.2.3 Manifestasi Klinis Osteoathritis......................................17
2.2.4 Patofisiologi Osteoathritis...............................................18
2.2.5 Komplikasi Osteoathritis.................................................19
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Osteoathritis..............................19
2.2.7 Penatalaksanaan Osteoathritis.........................................19
2.2.8 WOC Osteoathritis...........................................................24
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengakajian ..............................................................................27
3.2 Masalah keperawatan................................................................44
3.3 Analisa data I.............................................................................44
3.4 Intervensi Keperawatan ............................................................45
3.5 ImpIementasi keperawatan I.....................................................47
3.6 Evaluasi keperawatan I.............................................................47
3.7 Analisa data II...........................................................................48
3.8 Intervensi Keperawatan ............................................................49
3.9 Implementasi keperawatan II...................................................50
3.10 Evaluasi keperawatan II..........................................................52
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan intervensi I ............................................................
4.2 Pembahasan intervensi II...........................................................

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ...............................................................................54
5.2 Saran..........................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................

iii
4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) tidak
terkecuali dalam bidang kesehatan membuat kualitas kesehatan penduduk di dunia
menjadi meningkat sehingga harapan hidup (UHH) manusia pun menjadi meningkat.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan
RI bahwa angka umur harapan hidup pada tahun 2010-2015 di indonesia adalah 70,7
tahun dan diperkirakan pada tahun 2015-2020 angka umur harapan hidup akan
meningkat mencapai 71,7 tahun. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 pada
Bab 1 Pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia, lanjut usia adalah seseorang
yang mencapai usia 60 tahun ke atas. (Lilik, 2011)
Berdasarkan data dari World Population Prospects The Revision (2015),
ada 901.000.000 orang berusia 60 tahun lebih atau 12% dari jumlah populasi global.
Asia menempati urutan pertama dengan jumlah populasi lanjut usia terbesar dimana
pada tahun 2015 berjumlah 508 juta. Menurut World Health Organization (WHO)
jumlah warga negara indonesia pada tahun 2013 adalah sebanyak 249.866.000 dimana
8% dari jumlah populasinya adalah mereka yang berusia lebih dari 60 tahun.
Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun 2014 jumlah
lanjut usia di indonesia mencapai 20,24 juta jiwa atau setara dengan 8,03% dari
seluruh penduduk di indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari National Centers for Health Statistics,
sekitar 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan
osteoartritis (Anonim, 2011). Prevalensi osteoartritis total di Indonesia adalah sekitar
34,3 juta orang pada tahun 2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007.
Menua atau menjadi tua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun
luar tubuh yang masih dikategorikan sebagai hal yang alamiah. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa lanjut usia rentan terkena berbagai penyakit antara lain
pada sistem muskuloskeletal. Salah satu penyakit yang menyerang sistem
muskuloskeletal pada lanjut usiayaitu osteoartritis. Osteoartritis merupakan penyakit
sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kertilago sendi vertebra, panggul,
lutut dan pergerakan kaki paling sering terkena osteoartritis (Aru, dkk 2009).

4
5

Tipe primer(idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang


berhubungan dengan osteoartritis. Dan tipe sekunder seperti akibat trauma, infeksi
dan pernah fraktur. (Yuliana Elin, 2009).
Penyebab dari osteoartritis untuk sekarang masih belum jelas tetapi faktor
resiko osteoartritis dapat diketahui dari beberapa hal diantaranya adalah umur.
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadinya sejalan dengan bertambahnya umur
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen
yang berwarna kuning, proses degenerasi ini disebabkan oleh proses kondrosit yang
merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali stress
biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahkannya
polisakarida protein yang membentuk matriks disekeliling kondrosit yang
mengakibatkan kerusakan tulang rawan sehingga osteoarthritis banyak terjadi pada
lanjut usia.
Tanda gejala yang biasa muncul pada lanjut usia yang mengalami
osteoarthritis adalah nyeri sendi, nyeri bertambah dengan aktifitas dan membaik
dengan istirahat, kekakuan paling ringan pada pagi hari namun terjadi berulang-ulang
sepanjang hari, krepitasi, deformitas, dan adanya tanda-tanda peradangan. Hal ini
akan berdampak kepada kebutuhan dasar manusia pada lanjut usia yang akan
terganggu seperti, mengganggu kebutuhan aktivitas yang disebabkan oleh adanya
hambatan gerak sendi, deformitas dan perubahan gaya berjalan. Selain itu
mengganggu kebutuhan rasa aman dan nyaman yang disebabkan oleh adanya nyeri di
daerah tulang dan persendian yang terkena osteoarthritis.
Mengingat banyaknya kasus dan dampak yang ditimbulkan akibat dari
osteoartritis peran perawat sangat penting dalam pelayanan terhadap lanjut usia yang
mengalami osteoartritis diantaranya aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Aspek promotif pada keperawatan adalah dengan memberikan
penyuluhan kesehatan tentang osteoartritis. Aspek preventif, yaitu cara mencegah
dengan cara menganjurkan untuk mengatur pola makan sesuai diit dan menghindari
makanan yang memungkinkan menyebabkan osteoartritis bertambah parah seperti
kacang-kacangan, menganjurkan olahraga ringan secara teratur seperti berjalan kaki
minimal 30 menit perhari serta mengurangi berat badan. Aspek kuratif yaitu dengan
memberikan kompres pada daerah yang nyeri serta melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian analgetik serta anti-inflamasi. Aspek yang terakhir adalah

5
6

aspek rehabilitatif, yaitu dengan melakukan latihan gerak sendi atau range of motion
(rom) secara bertahap dan membatasi gerak.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pemenuhan kebutuhan dasar aman dan nyaman klien : nyeri
klien dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal :
osteoarthritis.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil pengkajian lansia dengan
masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.
2. Mampu menguraikan/mendeskripsikan masalah dan diagnosa keperawatan
lansia dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal :
osteoarthritis.
3. Mampu menguraikan/mendeskripsikan rencana tindakan keperawatan.
4. Mampu menguraikan/mendeskripsikan tindakan keperawatan lansia dengan
masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.
5. Mampu menguraikan/mendeskripsikan hasil evaluasi keperawatan lansia
dengan masalah kesehatan gangguan sistem muskuloskeletal : osteoarthritis.
6. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta dapat
mencari solusi.

6
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
secara bertahap (Azizah, 2012).
Menurut undang-undang nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada bab 1 pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun ke atas.
2.1.2 Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Menurut departemen kesehatan republik Indonesia membagi lanjut usia menjadi
sebagai berikut:
1) Kelompok menjelang usia lanjut (45 – 54 tahun), keadaan ini dikatakan
sebagai masa virilitas.
2) Kelompok usia lanjut (55 – 64 tahun) sebagai masa pensiunan.
3) Kelompok-kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai masa
senium.
2.1.3 Teori Menua
Teori penuaan secara umum menurut Ma’rifatul (2011) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu teori biologi dan teori penuaan psikososial:
a. Teori Biologi
1) Teori seluler
Kemampuan sel hanya dapat membelah dalam jumlah tertentu dan
kebanyakan sel–sel tubuh “diprogram” untuk membelah 50 kali. Jika
seldari tubuh lansia dibiakkanlalu diobrservasi di laboratorium terlihat
jumlah sel–sel yang akan membelah sedikit. Pada beberapa sistem, seperti
sistem saraf, sistem musculoskeletal dan jantung, sel pada jaringan dan
organ dalam sistem itu tidak dapat diganti jika sel tersebut dibuang karena
rusak atau mati. Oleh karena itu, sistem tersebut beresiko akan mengalami

7
8

proses penuaan dan mempunyai kemampuan yang sedikit atau tidak sama
sekali untuk tumbuh dan memperbaiki diri (Azizah, 2011).
2) Sintesis Protein (Kolagen dan Elastis)
Jaringan seperti kulit dan kartilago kehilangan elastisitasnya pada lansia.
Proses kehilangan elastisitas ini dihubungkan dengan adanya perubahan
kimia pada komponen protein dalam jaringan tertentu. Pada lansia
beberapa protein (kolagen dan kartilago, dan elastin pada kulit) dibuat
oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari protein yang
lebih muda. Contohnya banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada
kulit yang kehilangan fleksibilitasnya
serta menjadi lebih tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini dapat
lebih mudah dihubungkan dengan perubahan permukaan kulit yang
kehilangan elastisitanya dan cenderung berkerut, juga terjadinya
penurunan mobilitas dan kecepatan pada system musculoskeletal (Azizah
dan Lilik, 2011).
3) Keracunan Oksigen
Teori ini tentang adanya sejumlah penurunan kemampuan sel di dalam
tubuh untuk mempertahankan diri dari oksigen yang mengandung zat
racun dengan kadar yang tinggi, tanpa mekanisme pertahanan diri
tertentu. Ketidakmampuan mempertahankan diri dari toksin tersebut
membuat struktur membran sel mengalami perubahan serta terjadi
kesalahan genetik. Membran sel tersebut merupakan alat sel supaya dapat
berkomunikasi dengan lingkungannya dan berfungsi juga untuk
mengontrol proses pengambilan nutrisi dengan proses ekskresi zat toksik
di dalam tubuh. Fungsi komponen protein pada membran sel yang sangat
penting bagi proses tersebut, dipengaruhi oleh rigiditas membran.
Konsekuensi dari kesalahan genetik adalah adanya penurunan reproduksi
sel oleh mitosis yang mengakibatkan jumlah sel anak di semua jaringan
dan organ berkurang. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kerusakan
sistem tubuh (Azizah dan Lilik, 2011).
4) Sistem Imun
Kemampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan.
Walaupun demikian, kemunduran kemampuan sistem yang terdiri dari
sistem limfatik dan khususnya sel darah putih, juga merupakan faktor

8
9

yang berkontribusi dalam proses penuaan. Mutasi yang berulang atau


perubahan protein pasca tranlasi, dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri. Jika mutasi
isomatik menyebabkan terjadinya kelainan pada antigen permukaan sel,
maka hal ini akan dapat menyebabkan sistem imun tubuh menganggap sel
yang mengalami perubahan tersebut sebagai sel asing dan
menghancurkannya. Perubahan inilah yang menjadi dasar terjadinya
peristiwa autoimun. Disisi lain sistem imun tubuh sendiri daya
pertahanannya mengalami penurunan pada proses menua, daya serangnya
terhadap sel kanker menjadi menurun, sehingga sel kanker leluasa
membelah-belah (Azizah dan Ma’rifatul L., 2011).
5) Teori Menua Akibat Metabolisme
Menurut Mc. Kay et all., (1935) yang dikutip Darmojo dan Martono
(2004),pengurangan “intake” kalori pada rodentia muda akan
menghambat pertumbuhan dan memperpanjang umur. Perpanjangan umur
karena jumlah kalori tersebut antara lain disebabkan karena menurunnya
salah satu atau beberapa proses metabolisme. Terjadi penurunan
pengeluaran hormon yang merangsang pruferasi sel misalnya insulin dan
hormon pertumbuhan.
b. Teori Psikologis
1) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Seseorang yang dimasa mudanya aktif dan terus memelihara keaktifannya
setelah menua. Sense of integrity yang dibangun dimasa mudanya tetap
terpelihara sampai tua. Teori ini menyatakan bahwa pada lansia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial
(Azizah dan Ma’rifatul, L., 2011).

2) Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)


Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Identity
pada lansia yang sudah mantap memudahkan dalam memelihara
hubungan dengan masyarakat, melibatkan diri dengan masalah di
masyarakat, kelurga dan hubungan interpersonal (Azizah dan Lilik M,
2011).
3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory)

9
10

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara


pelan tetapi pasti mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau
menarik diri dari pergaulan sekitarnya (Azizah dan Lilik M, 2011).
c. Teori lingkungan (environmental theory)
1) Teori radikal ( radiation theory)
Setiap hari manusia terpapar adanya radiasi baik karena sinar
ultraviolet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang mikro yang telah
menumbuk tubuh tanpa terasa yang dapat mengakibatkan merubah susuna
DNA dalam sel hidup atau bahkan rusak dan mati.
2) Teori stress (theory stress)
Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran
neurotransmitter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi jaringan
menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan oksigen dan
mengalami gangguan metabolisme sel sehingga mengalami penurunan
jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksistensi membran sel.
3) Teori polusi (pollution theory)
Tercemarnya lingkungan dapat mengakibat kan tubuh mengalami
gangguan pada sistem psikoneuroimunologi yang siterusnya mempercepat
terjadinya proses menua dengan perjalanan yang masih rumit untuk
dipelajari.
4) Teori pemaparan (exposure theory)
Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan mirip
dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi susuna DNA sehingga
proses penuaan atau kematian sel bias terjadi.
2.1.4 Perubahan – perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara
degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri
manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Azizah dan Lilik M, 2011, 2011).
a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran)
oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara

10
11

yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas
60 tahun.
2) Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan
berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan
glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal
dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi..
Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan
jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak
teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan
mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya
kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi,
sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur
otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran
serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada
otot mengakibatkan efek negatif. Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar
sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas.
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa
jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga
peregangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan
jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh penumpukan lipofusin,
klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
5) Sistem respirasi

11
12

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,


kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengkompensasi kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks
berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan
produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi,
indra pengecap menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar
menurun), liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan.
Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dankemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary danuterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat
memproduksispermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-
angsur.

b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)

12
13

8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi
c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman
dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran
diri,
10) perubahan konsep diri.
d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
Lansia semakinmatang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat
dalam berfikir danbertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal
terutama jikalansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita
penyakit fisik berat,gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama
pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan
kesayangandapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia.
Hal tersebutdapat memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.

3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu
diikuti dengankeinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode

13
14

depresi. Depresijuga dapat disebabkan karena stres lingkungan dan


menurunnya kemampuanadaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas
umum,gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif,
gangguangangguantersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan
berhubungandengan sekunder akibat penyakit medis, depresi, efek samping
obat, atau gejalapenghentian mendadak dari suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga),
lansiasering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau
berniatmembunuhnya. Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi
ataumenarik diri dari kegiatan sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku
sangatmengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-
maindengan feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak
teratur.Walaupun telah dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

2.2 Konsep Dasar Osteoathritis


2.2.1 Definisi Osteoarthritis
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau steoartrosis
(sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering
ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer
dalam Renny, 2014)
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan
yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya
usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih
sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. (Renny, 2014).
Osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi
yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran
patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta
terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang
membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia,

14
15

metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin


rawan,26jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk
persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi).
Jadi osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi
besar yang menanggung beban secara klinis osteoartritis ditandai dengan
nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun
mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh dan
penyakit-penyakit sendi lainnya.

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi dan Faktor Resiko Penyebab dari osteoarthritis hingga saat ini masih
belum terungkap namun beberaoa faktor resiko timbulnya osteoarthritis antara
lain :
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoarthritis, faktor
ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya osteoarthritis
semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoarthritis hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun. Perubahan fisik dan biokimia yang
terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah
kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang
berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena osteoarthritis pada lutut dan sendi, dan
laki-laki lebih sering terkena osteoarthritis pada paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan dibawah 45 tahun frekuensi
osteoarthritis kurang lebihsama pada laki-laki dan wanita tetapi diatas
50 tahun frekuensi osteoarthritis lebih banyak pada wanita dari pada
laki-laki hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
pathogenesis osteoarthritis.
c. Genetik

15
16

Faktor Herediter juga berperan pada timbulnya osteoarthritis


misal, pada ibu dari seorang wanita dengan osteoarthritis pada sendi-
sendi interfalang distal terdapat 2 kali lebih sering osteoarthritis pada
sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan cenderung
mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan
dari wanita tannpa osteoarthritis.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoarthritis
nampaknya terdapat perbedaan diantaranya masing-masing suku
bangsa, misalnya osteoarthritis lebih jarang pada orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia. Osteoarthritis lebih sering dijumpai
pada orang-orang amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini
mungkin berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan
pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan
Berat badan berlebih nyatanya berkaitan dengan meningkatnya
resiko untuk timbulnya osteoarthritis baik pada wanita maupun pada
pria, kegemukkan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoarthritis
pada sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoarthritis
sendi lain (tangan atau sternoklavikula)
f. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoarthritis adalah trauma
yang menmbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik
sendi tersebut.
g. Akibat Penyakit
Radang Sendi Lain. Infeksi menimbulkan reaksi peradangan dan
pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membrane
sinovial dan sel-sel radang.
h. h. Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan
sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil /
seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.
i. Penyakit endokrin

16
17

Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam


proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga
merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit.
Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi
proteaglikan menurun.
j. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium
pirofosfat dapat mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam
hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.
2.2.3 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku,
kemudian timbul rasa nyeri yang berkurang saat istirahat. Terdapat hambatan
pada pergerakan sendi, kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan
gaya berjalan.
a. Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan
bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan
berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau
saat memulai kegiatan fisik.
c. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan,
pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan
pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini
akan menimbulkan rasa nyeri.
d. Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan
akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan
keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat.
Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar,
misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong
sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin,
akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
e. Pembengkakan

17
18

Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi


peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba
panas tanpa adanya pemerahan.
f. Deformitas disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
g. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang Pembentuk
sendi.
2.2.4 Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak
meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan,
rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan
pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali
oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan
dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling
kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling
sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan
terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami
atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi
tersebut.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena
peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas
congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma
pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan
fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri,
kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Renny 2014).

2.2.5 Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes serologi
 Sedimentasi eritrosit meningkat

18
19

 Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis


 Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
2.2.6 Komplikasi
1. Gangguan berjalan
2. Kekakuan pada senidi
3. Terjadi atrofi otot
4. Menurunnya fungsi otot stabilitas dari sendi terutama sendi penumpu berat
badan (Suriani, 2013)
2.2.7 Penatalaksanaan
a. Pencegahan
1) Penurunan berat badan
2) Pencegahan cedera
3) Screening sendi paha
4) Pendekatan ergonomic untuk memodifikasi stress akibat kerja.
b. Terapi Farmakologi
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk
osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan
mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja
sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat
memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.
1) Acetaminophen
Merupakan obat pertama yang direkomendasikan oleh dokter karena
relatif aman dan efektif untuk mengurangi rasa sakit.
2) NSAIDs (NonSteroid Anti Inflammatory Drugs)
Dapat mengatasi rasa sakit dan peradangan pada sendi. Efek samping
yaitu menyebabkan sakit perut dan gangguan fungsi ginjal.

19
20

3) Topical Pain
Dalam bentuk cream atau spray yang bisa digunakan langsung pada
kulit yang terasa sakit.
4) Tramadol
5) Tidak mempunyai efek samping seperti yang ada pada acetaminophen
dan NSAIDs.
6) Mild Narcotic Painkillers
Mengandung analgesik seperti codein atau hydrocodone yang efektif
mengurangi rasa sakitpada penderita osteoarthritis.
7) Corticosteroids
Efektif mengurangi rasa sakit.
8) Hyaluronic Acid
Merupakan glycosaminoglycan yang tersusun oleh disaccharides of
glucuronic acid dan n-acetyanglusamine. Disebut juga
viscosupplementation.
9) Dari hasil penelitian yang dilakukan 80% pengobatan dengan
menggunakan hyaluronic acid mempunyai efek yang lebih kecil
dibandingkan pengobatan dengan
10) menggunakan placebo. Makin besar molekul hyaluronic acid yang
diberikan, makin besar efek positif yang dirasakan karena hyaluronic
acid efektif mengurangi rasa sakit.
11) Glukosamine dan Chondroitin Sulfate
Mengurangi pengobatan untuk pasien osteoarthritis pada lutut.
c. Terapi Konservatif
Kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat-alat
orthotic untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
Message sebaiknya dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya.
Tujuan message tersebut adalah untuk membuat rileks otot-otot yang
spasme dan membantu melancarkan sirkulasi darah.
d. Terapi Non Farmakologi
1) Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahragayangtidak telalu berat
dan tidak menyebabkan bertambahnya kompresi atau tekanan atau
trauma pada sendi, yaitu misalnya berenang dan menggunakan

20
21

sepeda statis. Olahraga selain berfungsi untuk mengurangi rasa


sakit dan kaku juga bermanfaat untuk mengontrol berat badan.
2) Proteksi/Perlindungan Sendi
Sendi dijaga dari berbagai aktivitas sehari-hari dan pekerjaan yang
dapat menambah stress/tekanan pada sendi.Osteoarthritis mungkin
timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik.
Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
3) Terapi Panas atau Dingin
a. Terapi panas digunakan untuk mengurangi rasa sakit,
membuat otot-otot sekitar sendi menjadi rileks dan
melancarkan peredaran darah. Terapi panas dapat diperoleh
dari kompres dengan air hangat/panas, sinar IR (Infra
red/infra merah) dan alat-alat terapi lainnya seperti
swd/mwd.
b. Terapi dingin digunakan untuk mengurangi bengkak pada
sendi dan mengurangi rasa sakit. Terapi dingin biasanya
dipakai saat kondisi masih akut. Dapat diperoleh dengan
kompres air dingin.
2) Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoarthritis yang
gemuk menjadi program utama pengobatan osteoarthritis.
Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya
keluhandan peradangan.
4) Pemberian Vitamin C,D,E dan beta karoten, vitamin-vitamin
tersebut bermanfaat untuk mengurangi laju perkembangan
osteoarthritis.
5) Dukungan Psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoarthritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang
ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan
ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut
memikirkan penyakitnya. Pasien
6) osteoarthritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat bantu
karena faktor psikologis.

21
22

7) Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoarthritis,
meliputi terapi panas dan dingin dan program latihan yang tepat.
Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untuk
mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif
sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai
sebelum pemanasan.
8) Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti hidrokolator, bantalan
elektrik, ultrasonik, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari
pancuran panas.
9) Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan
memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi
osteoarthritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi daan
tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena
berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot.
10) Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoarthritisdengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri menetap dan kelemahan
fungsi. Tindakkan yang dilakukan adalah osteotomy untuk
mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement
sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi,
pembersihan osteofit.
11) Akupuntur
Dapat mengurangi rasa sakit dan merangsang fugsi sendi

22
23

2.2.8 Pathway/WOC

23
24

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. Identitas : Mengkaji mengenai usia,pekerjaan,jenis kelamin,faktor presdiposisi letih


banyak mengalami oestheoatritis
B. Keluhan Utama : Mengeluh nyeri pada persendian yang terkena,adanya keterbatasan
gerak yang menyebabkan keterbatasan mobilitas
C. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan klien nyeri hilang timbul sampai nyeri ketika
digunakan bergerak/aktivitas,kaku pada lutut
D. Riwayat kesehatan dahulu : Riwayat oprasi,riwayat trauma,riwayat penyakit seperti
diabetes,ht,osteoporosis,rematic dll
E. Riwayat penyakit keluarga : Memiliki penyakit osteoatritis dalam keluarga (genetik
kelainan tulang
F. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : Lemah
2. Kesadaran : Composmentis dan apatis
3. Ttv : - suhu meningkat
- Nadi meningkat
- TD meningkat / dalam batas normal
- Pernafasan normal / meningkat
G. Pemeriksaan Persistem
1. B1: - Peningkatan pernafasan karna proses penuaan,Batuk
- Inspeksi : Simetris,pergerakan dada simetris
- Palpasi : Tidak nyeri tekan
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Veskuler,Ronkhi,Whazing
2. B2:- inpeksi : Tidak terlihat di ics 4&5
- Palpasi : Ictus cordis teraba di mid clavikula sinistra ics 4&5
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : BJ1 BJ2 Tunggal
3. B3: Persyarafan : Kesadaran komposmentis
Reflek fisiologis menurun
Reflek patologis tidak ada\
4. B4: - Inspeksi : Output urine, Intek dan Out put cairan

24
25

Kandung kemih tidak penuh


- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
5. B5: Inspeksi : Tidak ada distensi abdomen
Perkusi : Tympani
Auskultasi : BU ada
Palpasi : Kuadran I : - Tidak ada splenomigali
Kuadran II: - Tidak ada hipotamegali
Kuadran III: - Tidak ada nyeri tekan
Kuadran IV: - Tidak ada masa skila
6. B6: Anamnesa : Nyeri akut,nyeri hilang timbul terus menerus
P : Rematik
Q : Hilang timbul
R : Patela,tumit
S : Skala 5
T : < 30 menit
H. Potensi pertumbuhan Psikososial dan spritual Cemas,depresi,isolasi diri dll
I. Tes kemampuan ADL
J. Aspek kognitif MMSE
K. Tes keseimbangan
L. Kecemasan GDS
M. Status nutrisi
N. Masalah keperawatan yang muncul
1. Nyeri akut
2. Gangguan mobilitas fisik
3. Resiko jatuh
4. Ansietas
O. Diagnosa dan intervensi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
Tujuan : Mengontrol nyeri
Kriteria : - Klien dapat mengetahui penyebab nyeri
- Dapat tanda tanda pencetus nyeri
- Melaporkan nyeri berkurang
Intervensi : 1. Observasi : Kaji intensitas skala nyeri
Terapiutik : Terapi farmakologi kompres dingin&panas

25
26

Edukasi : Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri


Kolaborasi : Pemberian obat anagesik
2. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri&ketidak nyamanan
Tujuan : Tingkat mobilitas baik
Kriteria : Klien menunjukan pergerakan sendi
Klien melakukan perpindahan
Intervensi : Observasi : - Identifikasi perawatan kaki yg biasanya
Monitor gaya brjalan&distribusi
Terapeutik : Latih ROM
Kompres panas
Edukasi : Anjurkan batasan aktivitas
Kolaborasi : Pemberian anagesik
3. Resiko jatuh b.d peradangan pada persendian
Penurunan kekuatan ekstremitas
Tujuan : Setelah dilakukan diharapkan klien dapat menghindari tempat beresiko
untuk jatuh
Intervensi : 1. Identifikasi kebutuhan keamanan
2. Identifikasi karastritik keamanan
3. Pantau gaya berjalan
4. Berikan informasi bahaya lingkungan

26
27

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS PADA NY.J

DENGAN OSTHEOARTRITIS

1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.J

Umur : 90 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Riwayat Pekerjaan : Penjual Sembako Keliling (Jalan kaki)

Penghasilan :-

Tingkat Pendidikan :-

Status Perkawinan : Suami Alm

Tanggal Pengkajian :

2. IDENTITAS KELUARGA
Nama : Ny.T

Hubungan : Anak Kandung

Pekerjaan :-

Alamat : Jombang

3. RIWAYAT KESEHATAN
 Keluhan utama : Nyeri kedua lutut dan tulang kemeng
 Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan : Jika nyerinya parah minum
obat anti nyeri
 Obat-obatan yang biasa digunakan : Antalgin
 Terapi / operasi yang pernah dilakukan : Terapi sangkal putung karena retak
tulang dipergelangan tangan ± 3 tahun yang llau akibat jatuh
 Riwayat penyakit sekarang : Ny.J mengatakan nyeri kedua lutut (terasa kemeng,
kaku), Menringis dan menyeringai lutut saat bangun dari kursi

27
28

P = Tulang rapuh
Q = Neyri seperti (kemeng), neyri saat setelah duduk dan berjalan
R = Kedua kaki khususnya di sendi lutut
S=4

T = Hilang timbul
 Riwayat penyakit dahulu : Tidak ada DM, memiliki riwayat asam urat
 Riwayat kesehatan keluarga : keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti
Ny.J
 Genogram

28
29

Keterangan :

: Meninggal

: Laki- laki

: Perempuan

: Pasien

: Tinggal serumah

4. AGE RELATEDCHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES MENUA) :


FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
TTV

N : 85 x/mnt

TD : 130/80 mmhg

RR : 21 x/mnt

S : 36,3 oC

Kelelahan : Tidak

Perubahan BB : Tidak

Perubahan nafsumakan : Tidak

29
30

Masalah tidur : Tidak

KemampuanADL : Melakukan ADL tanpa bantuan

2. Integumen
Lesi / luka : Tidak

Pruritus : Tidak

Perubahanpigmen : Perubahan kulit keriput, warna cokelat

Memar : Tidak

Pola penyembuhan lesi : Tidak

3. Hematopoetic
Perdarahanabnormal : Tidak

Pembengkakankel. Limfe : Tidak

Anemia : Tidak

4. Kepala
Sakit kepala : Tidak

Pusing : Iya, saat bangun dari duduk

Gatalpada kulit kepala : Tidak

5. Mata
Perubahanpenglihatan : Tidak

Pakai kacamata :Tidak

Kekeringanmata : Tidak

Nyeri :Tidak

Gatal :Tidak

Photobobia :Tidak

Diplopia :Tidak

Riwayat infeksi : Tidak

30
31

6. Telinga
Penurunan pendengaran : Iya

Discharge : Tidak

Tinitus : Tidak

Vertigo : Tidak

Alat bantu dengar : Tidak

Riwayat infeksi : Tidak

Kebiasaan membersihkan telinga : Jika gatal dibersihkan

Dampak pada ADL : Fungsi pendengaran terganggu

7. Hidung sinus
Rhinorrhea : Tidak

Discharge : Tidak

Epistaksis : Tidak

Obstruksi : Tidak

Snoring : Tidak

Alergi : Tidak

Riwayat infeksi : Tidak

8. Mulut, tenggorokan
Nyeri telan : Tidak

Kesulitan menelan : Tidak

Lesi : Tidak

Perdarahan gusi : Tidak

Caries : ada dan sebagian gigi ompong

Perubahan rasa : Tidak

Gigi palsu : Tidak

31
32

Riwayat Infeksi : Tidak

Pola sikat gigi : seikat gigi 2x sehari, pagi dan sore

9. Leher
Kekakuan : Tidak

Nyeri tekan : Tidak

Massa : Tidak

10. Thorax
Simetris : Iya

Tarikan : Tidak

Intercostae : Iya

Barrel chest : Tidak

Pigeon chest : Tidak

Wheezing : Tidak

Ronchi : Tidak

Palpitasi : Tidak

Dipsnoe : Tidak

Paroximal : Tidak

Nocturnal : Tidak

Orthopnea : Tidak

Murmur : Tidak

Chest pain : Tidak

11. Abdomen
Disphagia : Tidak

Nausea : Tidak

Vomiting : Tidak

32
33

Hemateemesis : Tidak

Perubahan nafsu makan : Makan jika lapar

Massa : Tidak

Jaundice : Tidak

Perubahan pola BAB : Tidak

Melena : Tidak

Hemorrhoid : Tidak

Pola BAB : BAB 2-3 hari sekali

12. Genetalia
Dysuria : Tidak

Frekuensi BAK : 3-4 x/hari

Hesitancy : Tidak

Urgency : Tidak

Hematuria : Tidak

Poliuria : Tidak

Oliguria : Tidak

Nocturia : Tidak

Inkontinensia : Tidak

Nyeriberkemih : Tidak

Pola BAK : 3-4 x/hari

Lesi : Tidak

Disharge : Tidak

Testiculer : Tidak

Testiculer : Tidak

Massa : Tidak

33
34

13. Reproduksi(perempua)
Lesi : Tidak

Discharge : Tidak

Postcoital : Tidak

Bleeding : Tidak

Nyeri pelvis : Tidak

Prolap : Tidak

Riwayatmenstruasi : Lupa

Aktifitasseksual : Tidak

Pap smear : Tidak

14. Muskuloskeletal
Nyeri Sendi : Iya, kedua sendi

Bengkak : Tidak

Kaku sendi : Iya

Deformitas : Tidak

Spasme : Tidak

Kram : Tidak

Kelemahan otot : Iya

Masalah gaya berjalan : Iya, agak pincang dan jalan lambat

Nyeri punggung : Tidak

Pola latihan : Melakukan aktivitas seperti IRT

Dampak ADL : Aktifitas ADL lambat

15. Persyarafan
Headache : Tidak

Seizures : Tidak

34
35

Syncope : Tidak

Tic/tremor : Tidak

Paralysis : Tidak

Paresis : Tidak

Masalah memori : Tidak

Gangguan koordinasi (teshidung-jari hidung) : Tidak

5. Potensi Pertumbuhan Psikososial Dan Spiritual :


1. Psikososial
Cemas : Tidak

Depresi : Tidak

Ketakutan : Tidak

Menarik diri Harga diri rendah : Tidak

Insomnia : Tidak

Kesulitan dalam mengambil keputusan : Tidak

Kesulitan konsentrasi : Tidak

Mekanisme koping : Ny.J melakukan aktivitas seperti berkebun dan poa


hidup sehat

Persepsi tentang kematian : Ny.J pasrah dan selalu berdoa

Dampak pada ADL : Aktivitas ADL lambat, nyeri kemeng dan kaku saat
berjalan

2. Spiritual
Aktivitas Ibadah : Ny.J masih bisa melaksanakan sholat dengan berdiri

Hambatan : Gerakan pelan-pelan

6. Lingkungan :
 Kamar : Temapt tidur berantakan karna Ny.J hidup sendiri, tempat
tidur agak pendek

35
36

 Kamar mandi : Pencahayaan kamar mandi kurang, agak jauh dari kamar
mandi, lantai tidak licin

 Dalam rumah.wisma : Lingkungan rumah bila malam pencahayaan kurang,


tidak ada tangga

 Luar rumah : Halama luas, tidak ada batu, terdapat kebun kacang
yang ditanam oleh Ny.J

7. Negative Functional Consequences


1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (indeks barte)

No Kriteria Dengan Mandir Skor


Bantuan i Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10
2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 15
sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 5
gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 10

36
37

tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5
6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5
kursi roda ) 5
7 Naik turun tangga 5 10 5
8 Mengenakan pakaian 5 10 10
9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10
10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10
Total 95

Penilaian :
0 - 2 : Ketergantungan
21 - 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 - 90 : Ketergantungan berat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

2. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam)

N Aspek Nilai Nila Kriteria


o Kognitif maksim i
al Klie
n
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : ............................. Hari
:...........................................
.....
Musim : ............................ Bulan :
.............................................
Tanggal :
2 Orientasi 5 5 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: …………………… Panti :
………………………………..

37
38

Propinsi: ………………….. Wisma :


……………………………..
Kabupaten/kota :
……………………………………………
……….
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3).
Kertas
4 Perhatiandankalkul 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
asi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
5 Mengingat 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 6 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1). ...................................
2). ...................................
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.

38
39

Perintahkan pada klien untuk hal berikut

(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.


7). “Tutup mata anda”

8). Perintahkan kepada klien untuk menulis


kalimat dan

9). Menyalin gambar 2 segi lima yang


saling bertumpuk

24

Total nilai 30
4

Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif

18 – 23: gangguan kognitif sedang


0 – 17 : gangguan kognitif berat

39
40

3. Kecemasan GDS Pengkajian Depresi


Jawaban
No Pertanyaan

Ya Tdk Hasil

1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 0

2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 1

3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0

4. Anda sering merasa bosan 1 0 0

5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 1

8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1

7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0

8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 0

9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0


sesuatu hal

10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1

11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 0

12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 0

13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0

40
41

14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0

15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0

Jumlah 4

(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage


(1983) dalamGerontological Nursing, 2006)

Interpretasi :

Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

41
42

4. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:

No Indikators score Pemeriksaan

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan perubahan 2 2


jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 -

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 -

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 -


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga tidak 2 2


dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli makanan 4 -

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 kali 1 -


atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 -


Terakhir

10. Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup untuk 2 -


belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 5

Interpretasi:
0–2 : Good
3–5 : Moderate nutritional risk
≥ 6: High nutritional ris

42
43

5. Fungsi sosial
lansia

Apgar Keluarga Dengan Lansia


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKOR

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman- ADAPTATION 2
teman) saya untuk membantu pada waktu sesuatu
menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERSHI 2


membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan P
masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 1


menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
aktivitas / arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 2


mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi
saya seperti marah, sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2


meneyediakan waktu bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL 9


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0

Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4.6 = Disfungsi sedang
>6 = Disfungsi baik

43
44

8. Analisa Data
Ns.Diagnosa Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis
Definisi Pengalaman sensorik / emosional / yang berkaitan dengan
kerusakan jarigan/ fungsional, dengan onset mendadak / lambat
dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung < 3 bulan
Penyebab Agen pencedara fisiologis (mis.inflamasi, iskemia, neoplasma)
Gejala dan tanda Subjektif

- Ny. J mengeluh nyeri kedua lutut dan tulang kemeng


Objektif

- Menringis dan menyeringai lutut saat bangun dari kursi


- Berjalan lambat
- P = Tulang rapuh (oesteoarthritis)
Q = nyeri kemeng

R = kedua lutut

S=4

T = hilang timbul saat berdiri dari kursi dan berjalan

- TTV :
TD = 130/80 mmhg

N = 85 x/mnt

S = 36,3oC

RR = 21 x/mnt
Kondisi klinis Inflamasi (Oesteoarthritis)
terkait

44
1
45
1

9. Intervensi keperawatan

SLKI

SIKI Tindakan Outcome Indikator

Manajemen nyeri Observasi Setelah dilakukan perawatan 1 x - Keluhan nyeri menurun


24 jm diharapkan : (3)
Def : Mengidentifikasi dan - Indentifikasi lokasi ,
- TD batas normal (4)
mengelola pengalaman durasi, frekuensi, - Keluhan neyri menurun
- Nadi membaik (4)
emosional yang berkaitan intensitas nyeri - TD dalam batas normal
- Dapat mengontrol nyeri
dengan kerusakan jaringan, - Identifikasi faktor - Nadi 60 – 100
(5)
mendadak, lambat, intensitas penyebab nyeri - Dapat mengontrol nyeri
ringan hingga berat Terapeutik

- Batasi aktivitas berat


- Fisioterapi kompres
panas dan dingin
- Latihan fisik / senam
Edukasi

- Jelaskan penyebab nyeri,


246

periode nyeri
- Edukasi mekanisme
penyebab nyeri
47
3

10. Implementasi Keperawatan


48
4

Analisa Data II
Ns.Diagnosa Risiko jatuh d/d usia 90 tahun, riwayat jatuh, penerangan
kurang saaat malam.
Definisi Berisiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan kesehatan
akibat terjatuh
Faktor Resiko - Usia >65 tahun
- Riwayat Jatuh
- Jika malam kondisi penerangan kurang.
Kondisi klinis Inflamasi (Oesteoarthritis)
terkait
49
5

Intervensi Keperawatan II

SLKI
SIKI Tindakan
Outcome Indikator

Manajemen Lingkungan Observasi Setelah dilakukan perawatan 3 jm - Pemeliharaan rumah (5)


Def : memfasilitasi dan mengelola - Identifikasi keamanan dn diharapkan : - Pencahayaan eksterior (5)
lingkungan untuk mendapatkan kenyamanan lingkungan - Pecahayaan ekterior dan - Pencahayaan inferior (5)
manfaat terapiutik, stimulasi, Terapeutik inferio cukup
sensorik, dan - Atur posisi Funiture - Pemeliharaan rumah baik
kesejahteraanpsikologis. dengan rapi dan terjangkau.
- Mengatur penerangan
ruangan yang tepat
Edukasi
- Mengajarkan pasien dan
keluarga cara cuci tangan
yang benar
1
50

Implementasi Keperawatan
NO Dx.KEP TGL/ IMPLEMENTASI EVALUASI/ TTD
JAM
RESPON
KLIEN

1. Nyeri Akut 30/04/202 Observasi - Lokasi : kedua lutut kemeng,


Berhubungan 0
- mengidentifikasi Durasi : bila diobati <30
Dengan 08.20
Agen lokasi , durasi, menit, bila dibiarkan >30
Pencedera menit, frekuensi : tidak
Fisiologis frekuensi, intensitas
(Inlamasi) menentu, intensitas nyeri :
nyeri
dibuktinkan kemeng, skala : 3
dengan
- Ny.J mengatakan tulang
- mengidentifikasi
08.30 rapuh sudah tua
faktor penyebab nyeri

Terapiutik
- menganjurkan pasien
membatasi aktivitas
08.35 - Pasien sedikit susah untuk
berat untuk
mengurangi aktivitas
mengurangi nyeri dikarenakan hidup sendiri
- Fisioterapi kompres
hangat, menggunakan - Pasien kooperatif saat
08.38
waslap dan air hangat dilakukan kopres hangat
400C

Edukasi
- menjelaskan pada
09.30
pasien penyebab
- Pasien mengerti penjelasan
nyeri, periode nyeri
- menjelaskan pada
pasien mekanisme
penyebab nyeri - Pasien sedikit susah untuk
09.45
memahami
2
51

Kolaborasi
09.47 - Pemberian analgesik - Neuropyron V, 1 biji :
methampyrone 500 mg, vit
B1 50 mg, vit B6 100 mg, vit
B12 100 mg
2. Risiko jatuh 10.00 Observasi - Pencahayaan kurang, funitur
d/d usia 90 - Mengidentifikasi tidak teratur.
tahun,
riwayat lingkungan
jatuh, Terapeutik
penerangan
kurang - Mengatur posisi
10.10
saaat Funiture dengan rapi
malam dan terjangkau. - Pasien mengizinkan dan
- Mengatur kooperatif membantu
penerangan ruangan
yang tepat
Edukasi
11.30
- Mengajarkan pasien - Pasien memahami dan bisa
dan keluarga cara mempraktekkanya
cuci tangan yang
benar
52
3

Evaluasi Keperawatan
NO TGL/JAM Dx.KEP PERKEMBANGAN
(S O A P I E R)

Nyeri Akut S: lutut tidak kemeng sudah mendingan.


30/04/2020 Berhubungan Dengan P : Tulang rapuh, Q: sudah tidak kemeng, R:
1.
12.00 Agen Pencedera kedua lutut, S: 1, T: terasa sedikit saat
Fisiologis (Inlamasi) bangun dari kursi.
dibuktinkan dengan O : tidak meringis sat bagun dari kursi
TTV : TD = 120/80 mmhg
N = 70 x/mnt
S = 36,2oC
RR = 18 x/mnt
A: Nyeri Akut Teratasi
P: Lanjutkan Intervensi :
- Kontrol Nyeri
- Kompres air hangat 15-30 menit bila
perlu mandi air hangat
- mengurangi aktivitas berlebihan
- kontrol penggunaan analgesik.
2. 12.00 Risiko jatuh d/d usia S: -
90 tahun, riwayat O : funitur rapi, pencahayaan cukup
jatuh, penerangan A: Resiko Jatuh
kurang saaat malam
P: Lanjutkan Intervensi :
- Anjurkan keluarga untuk kontrol
lingkugan
- Anjurkan keluarga untuk sering
mengunjungi pasien
- Modifikasi lingkungan tanpa tangga
- Modifikasi lingkingan yang sudutnya
tajam
453

BAB IV
PEMBAHASAN INTERVENSI
554

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab
kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan
meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada
usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia diatas 60
tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan
frekuensi.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
- Mahasiswa diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
kepada klien dengan ostearthritis secara benar
- Mahasiswa diharapkan dalam malakukan perawatan osteoarthritis
hendaknya dengan hati-hati dan cepat mengetahui tanda-tanda dan
gejala penyakitini untuk membantu penyembuhan
5.2.2 Bagi pasien Osteoarthritis
Diharapkan mampu bekerjasama dengan petugas kesehatan dalam
mengatasi dan mengobati Osteoathritis

Anda mungkin juga menyukai