Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

INTEGRAL KOMPLEKS

(Fungsi Kompleks)

DISUSUN OLEH :

FAISAL LOLONTO (412417040)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

JURUSAN MATEMATIKA

PRODI MATEMATIKA

UNIVERSITAS NEGERI GORNTALO

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini,
yang alhamdulillah selesai tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul
“INTEGRAL KOMPLEKS”

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua


tentang Berfikir sistematik yang baik. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
tidak jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Gorontalo, 14 Mei 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1......................................................................................................................3

PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang........................................................................................3

1.1 rumusan masalah....................................................................................4

1.2 Tujuan......................................................................................................4

BAB II..................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................5

2.1 Problematika Teknik Integrasi yang Memiliki Unsur Imaginer........5

2.2 Fungsi Kompleks w (t)................................................................................8

2.3 Properties dari Integral Kompleks......................................................11

2.4 Integral lintasan.....................................................................................14

BAB III..................................................................................................................29

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................29

3.2 SARAN.......................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................30
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
- Integral Garis
Sebelum membicarakan integral garis, terlebih dahulu akan
dibahas kurva, kurva mulus, lintasan, dan orientasi suatu lintasan.

- Lintasan
Kurva (lengkungan) C di bidang datar dapat
dinyatakan dalam bentuk parameter, yaitu: dengan x=
x(t) dan y = y(t), a £ t £ b,

x dan y kontinu pada [a,b]. Kurva C disebut kurva mulus, jika x’ dan y’
kontinu pada selang tertutup [a,b].

DEFINISI 1.1.1:

Fungsi f: [a,b]® R disebut kontinu bagian demi bagian, jika


terdapat partisi P = {x0, x1, x2, …, xn} dari selang [a,b] sehingga f
kontinu pada selang terbuka (xi,xi-1), i=1,2,3,…,n

Berdasarkan definisi tersebut, kurva C disebut kurva mulus bagian


demi bagian jika didalam x = x(t) dan y = y(t), a £ t £ b berlaku x’ dan y’
kontinu bagian demi bagian pada [a,b]. Kurva mulus bagian demi bagian
disebut lintasan.

Pada kurva C dengan x= x(t) dan y = y(t), a £ t £ b, titik (x(a),y(a))


disebut titik pangkal kurva C dan (x(b),y(b)) disebut titik ujung kurva
C.
1.1 rumusan masalah
1. Bagaimanakah materi tentang Integral Kompleks ?
2. Bagaimanakah cara mengerjakan integral kompleks ?

1.2 Tujuan
1. Mengetahui apa itu materi Integral Kompleks
2. Mengetahui bagaimana cara mengerjakan integral kompleks
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Problematika Teknik Integrasi yang Memiliki Unsur Imaginer
π
4
Hitung ∫ ei 2 t dt
0

Penyelesaian :

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :


π

1 i 2 t π −1 i 2 t π −1 2 1
4

| |

i2t
∫ e dt= 2i e 4 = 2 e 4 = 2 e + 2
0
0 0

Namun, penyelesaian di atas tidak tepat karena tidak mengerti

makna soal yang sesungguhnya. Soal di atas mengandung bilangan

imaginer sehingga dalam menyelesaikannya harus mengarah pada bentuk

bilangan kompleks. Penyelesaian integral di atas dapat diseleikan dengan

metode integral substitusi dan mengarahkan hasil dari teknik integral ke

dalam formula Euler’s untuk memperoleh hasil yang sebenarnya.

Langkah-langkah penyelesaian yang tepat adalah :

1. Integralkan fungsi

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :


π

1 i 2 t π −1 i 2 t π −1 2 1
4

| |

i2t
∫ e dt= 2i e 4 = 2 e 4 = 2 e + 2
0
0 0

2. Gunakan formula Euler’s untuk memperoleh bilangan kompleks dari hasil

pengintegralan sebelumnya.
Menggunakan formula Euler’s diperoleh :

e =cos2
( π2 )+i sin ( π2 )=i
3. Substitusikan hasil yang diperoleh dari formula Euler’s ke dalam persamaan

hasil penginegralan sebelumnya.

Jadi, diperoleh :
π
4
i 1+i
∫ ei 2 t dt= −i
2
( i) + =
2 2
0

3. Mengaplikasian Teorema Eksistensi Integral Kompleks dalam

Menentukan Luas Daerah Menggunakan Integral.

Contoh :

Hitunglah ∫ ź dz dengan
c

C 1 : y=4 x C −x 2; x :3→ 0 , y :3 → 4 → 0

C 2 : y=x ; x :0 → 3 , y :0 → 1

C 3 : x=3 ; y :1→ 3

C=C 1+C 2 +C3

Dalam menyelesaikan bentuk integral di atas, tidak dapat

dilakukan dengan mensubstitusi langsung batas yang diketahui karena

batas yang diketahui berbeda-beda. Untuk menyelesaikan model integral

ini maka harus dengan menggolongkan setiap bagian atau dalam bilangan

kompleks menggolongkan bilangan yang termasuk real dan bilangan yang


termasuk imaginer dengan menggunakan teorema eksistensi bilangan

kompleks yaitu

❑ ❑ ❑

∫ f ( z ) dz=∫ udx−¿∫ vdy +i¿ ¿ ¿


c c c

Setelah itu, substitusi setiap batas yang diketahui ke dalam teorema

di atas untuk menghasilkan luas setiap daerah bipartisi. Setelah luas setiap

daerah dipartisi diketahui, maka jumlahkan luas setiap daerah tersebut

untuk menghaliskan luas total dari daerah yang ditentukan.

Atau secara aljabar, penyelesaiannya dilakukan dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

❑ ❑ ❑ ❑

∫ ź dz=∫ ź dz+∫ ź dz +∫ ź dz
C C1 C2 C3

❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑

1. ∫ ź dz=∫ ( x−iy )( dx +idy )=∫ x dx +∫ y dy +i(∫ x dy −∫ y dx)


C1 C1 C1 C1 C1 C1

0 4 0
¿ ∫ x dx+
3
(
∫ y dy+∫ y dy +i¿
3 4
)
1 1
¿−4 −4 +i ( 0+ 9 )
2 2

¿−9+9 i

❑ ❑ ❑

2. ∫ ź dz=∫ x́ dx+∫ ý dy +i ¿ ¿ ¿
C2 C2 C2

¿ y +i ¿

¿ 4 ½+½+ 0
❑ ❑ ❑

3. ∫ ź dz=∫ xdx +∫ ydy +i¿ ¿ ¿


C3 C3 C3

3 3
¿ ∫ xdx+∫ ydy+ i¿ ¿
3 1

¿ 0+ 4+6 i

¿ 4 +6 i

❑ ❑ ❑ ❑

Jadi, ∫ ź dz=∫ ź dz+∫ ź dz +∫ ź dz=(−9+ 9i ) +5+(4 +6 i)=15 i


C C1 C2 C3

2.2 Fungsi Kompleks w (t)


Misalkan bahwa nilai dari sebuah fungsi kompleks w=f ( z)

didefinisikan sebagai suatu istilah dari satu variabel real t sebagai berikut:

w ( t )=u ( t ) +iv ( t )

Dan menganggap suatu interval a ≤ t ≤ b.

Sekarang integral tentu w=f ( z) dapat ditulis sebagai berikut:

b b b

∫ w ( t ) dt =∫ u ( t ) dt +i∫ v ( t ) dt
a a a

Integral dari fungsi kompleks dapat diartikan kedalam dua integral dari fungsi real

u(t )dan v (t). integral fungsi ini menggunakan teorema dasar yang telah

ditetapkan dalam kalkulus dengan beberapa kondisi.

Buat definisi:

dU dV
=u ( t ) dan =v( t)
dt dt
maka

b b b

∫ w ( t ) dt =∫ u ( t ) dt +i∫ v ( t ) dt
a a a

¿ U ( b ) −U ( a ) +i[V ( b )−V ( a ) ]

Contoh:

1. Hitung integral ∫ ¿ ¿
0

Solusi:

Langkah pertama adalah menulis integral dalam bagian real dan imaginer.

Dalam kasus ini

¿ 1−i 2t−t 2

¿ 1−t 2−i 2t

Menurut definisi

u ( t )=1−t 2 dan v ( t )=−2t

Integral dapat ditulis sebagai :


2

∫¿¿
0

2 2
2
¿ ∫ ( 1−t ) dt−i ∫ 2 t dt
0 0

Integral dasar ini dapat diselesaikan dengan mudah sebagai berikut:

2 2 3
∫ ( 1−t 2) dt−i∫ 2t dt=t− t −it 2 ¿20=2− 8 −4 i= −2 −4 i
3 3 3
0 0

π
4
2. Hitung ∫ ei 2 t dt
0

Penyelesaian :

Dengan menggunakan cara dari kalkulus dasar diperoleh :

π
4 π −1 π −1 iπ 1
∫ ei 2 t dt= 2i1 e i 2 t
0 | 4
0
=
2
e i2t

| 2
4= 2 e +2
0

Selanjutnya menggunakan formula Euler’s :


2
e =cos ( π2 )+i sin ( π2 )=i
Jadi, diperoleh :

π
4
i 1+i
∫ ei 2 t dt= −i
2
( i) + =
2 2
0
2.3 Properties dari Integral Kompleks

Jika f (z) adalah suatu fungsi yang bergantung pada satu variabel

real t sedemikian hingga f =u ( t )+iv (t) maka digunakan teorema dari

kalkulus variabel real untuk menyelesaikan beberapa integral kompleks.

Misalkan bahwa α =c +id adalah nilai suatu bilangan kompleks.

Disebutkan dari kalkulus variabel real bahwa nilai yang constant dapat

ditempatkan berada di luar integral. Hal yang sama berlaku pada bilangan

kompleks, sehingga diperoleh :

b b b b

∫ α f dt=∫ ( c +id )( u+iv ) dt =(c +id)∫ u dt +i(c +id)∫ v dt


a a a a

Misalkan g adalah fungsi kompleks yang tergantung pada variabel

real seperti g ( t ) =r ( t ) +is(t ). Integral jumlah atau selisih f ± g adalah :

b b b

∫ ( f ± g ) dt=∫ f dt ±∫ g dt
a a a

Tentunya, bagian bilangan real dan imaginer juga dapat

ditambahkan pada 2 fungsi, diperoleh :

b b b b

∫ ( f ± g ) dt=∫ ( u+iv ) ± ( r +is ) dt =∫ (u ± r )dt +i∫ (v ± s)dt


a a a a

Perkalian dari dua fungsi kompleks dari variabel real dapat

diintegrasikan sebagai berikut :


b b b b

∫ ( fg ) dt=¿∫ ( u+iv ) ( r+ is ) dt=∫ (ur−vs) dt+i∫ (vr +us) dt ¿


a a a a

Dalam kalkulus variabel real, dapat dibagi dalam suatu interval

a ≤ t ≤ b. Misalkan bahwa a< c< b . Maka dapat ditulis :

b c b

∫ f ( t ) dt=¿ ∫ f ( t ) dt=∫ f ( t ) dt ¿
a a c

Menukarkan limit dari integral ke dalam bentuk minus menjadi :

b a

∫ f ( t ) dt=−¿ ∫ f ( t ) dt ¿
a b

Contoh :

1. Diberikan

π π
2
e 2 (1−i)
∫e
0
t +it
dt= −
2 2 [ ]
Tentukan

π
2

∫ et +it dt
π
4

π
4
Dengan menghitung ∫ et +it dt .
0

Penyelesaian :

Diperoleh :
π π
4 4 π π
1 (1+i )t 4 1 (1+i) 4
∫ et +it dt=∫ e(1+i)t dt= 1+i
e ¿0 =
1+ i
e −1
0 0

Dari formula Euler’s diperoleh bahwa :

π π iπ π
π π
( ( ) ( ))
(1+i )
4 4 4 4
e =e e =e cos +isin
4 4

Dari table trigonometri diperoleh bahwa :

cos ( π4 )=sin ( π4 )= √22 = √12


Jadi,

π
π 4
(1+i )
4 e
e = (1+i)
√2

Oleh sebab itu,

π
4
1
∫ et +it dt=¿ 1+i ¿
0

π π

(e ( 1+i)
π
4 )
−1 =
1 e4
(
1+i √ 2
e4
(1+i)−1 = − ) 1
√ 2 1+i

Tulis istilah terakhir dalam bentuk standar diperoleh :

1 1 1−i 1−i
=
1+ i 1+i 1−i
=
2 ( )
Dengan demikian,
π π
4 4
∫ et +it dt= √e 2 − 1−i
2
0

Selanjutnya gunakan untuk menulis suatu persamaan yang dapat

digunakan untuk menemukan integral :

π π π
2 4 2

∫ et +it dt=¿∫ e t+it dt +¿∫ e t+it dt ¿ ¿


0 0 π
4

π π π
2 2 4

→∫ et +it dt =¿ ∫ e t +it dt−¿∫ et +it dt ¿ ¿


π 0 0
4

π π π π π π

¿
2
e
22

1−i
( )
2

e
−(
√2 2
4
1−i e
= −
2
1−i
2
e
)
− +
√2 2
2
1−i e
= −
e
( )
2 √2
4

( )
2 4

2.4 Integral lintasan

Misalkan C suatu lintasan yang dinyatakan dengan z ( t )=x ( t ) +i y ( t )

dengan t ril dan a ≤ t ≤ b .C disebut lintasan tertutup bila z ( a )=z ( b ) .

Lintasan tutup C disebut lintasan tutup sederhana bila z (t 1)≠ z ( t 2 ) untuk

t 1 ≠ t 2 (lintasan tidak berpotongan).

Integral dari fungsi kompleks f (z) atas lintasan C disebut integral

lintasan atau integral garis atau integral contour dinyatakan sebagai

∫ f ( z ) dz
C
Bila C = lintasan tutup maka dinotasikan ∮ f ( z ) dz
C

Sifat integral lintasan:

1. ∫ f [ k f ( z )+ 1 g ( z ) ] dz =¿ k ∫ f ( z )dz=1∫ f g (z) dz ¿, dengan


C C C

k , 1 ∈( sifat linear )

2. ∫ f ( z )dz =¿∫ f (z )dz =¿∫ f ( z ) dz ¿ ¿ (C : komposisi dari C 1 dan C 2 ¿


C C1 C2

z1 z0

3. ∫ f ( z ) dz=−∫ f ( z ) dz ( z 0dan z 1 merupakan ujung-ujung dari lintasan C)


z0 z1

1. Integral Bergantung Lintasan

Misalkan lintasan C dengan z ( t )=x ( t ) +i y ( t ) (a ≤ t ≤ b) dan f (z)

fungsi tidak analitik pada domain D ( yang memuat lintasan C). Maka

nilai integrase lintasan f (z) terhadap C bergantung pada bentuk lintasan

yang diambil dan dapat dinyatakan :

∫ f ( z )dz =¿∫ f [ z ( t ) ] z ' ( t ) dt ¿


C a

Untuk menghitung integral lintasan diatas dilakukan cara sebagai

berikut :

1. Nyatakan lintasan C dalam z ( t )=x ( t ) +i y ( t ) , a≤ t ≤ b

2. Cari turunan, z ' ( t)

3. Subtitusikan z (t) kedalam f (z)

4. Integrasikan f ( z ) z' t terhadap t.


Berikut beberapa lintasan Cdan pengujiannya dalam z ( t ) :

a. Lingkaran

Misal diberikan lintasan C berbentuk lingkaran satuan ( lingkran

dengan pusat ( 0,0 ) dan jari-jari 1) dan t sebagai sudut pusat. Maka

diperoleh hubungan x=cos t dan y=sint . Oleh karena itu persamaan

lintasan C , z (t )=x ( t ) +i y ( t )=r e i t dengan 0 ≤ t ≤ 2 π .

Sedangkan lintasan C berbentuk lingkaran dengan pusat z=(0,0)

dan jari-jari r dapat ditentukan dengan cara sama, sehingga persamaan

dituliskan sebagai :

z ( t )=x ( t ) +i y ( t )=r e i t dengan 0 ≤ t ≤ 2 π

Menggunakan trasformasi salib sumbu dan bentuk persamaan

lintasan di atas didapatkan persamaan lintasan C berbentuk lingkaran

dengan pusat z 0 dan jari-jari r, yaitu: z ( t )=z 0 +r e i t , dengan 0 ≤ t ≤ 2 π

Contoh :

1
Hitung integral dari f ( z )= atas lintasan C berbentuk lingkaran
z

satuan dengan arah berlawanan jarum jam.

Jawab :

 Persamaan lintasan C : z ( t ) =ei t dengan 0 ≤ t ≤ 2 π .

 z ' ( t )=i ei t

1
 f ( z )= =e−i t
z
2π 2π

 ∮ f ( z ) dz=∫ f ( z ) z ( t ) dt =∫ e i t ie−i t dt=2 π


'

C 0 0

b. Segmen Garis

Misal lintasan C berbentuk segmen garis dari z 0 ¿ ke z 0 ¿ . Maka kita

pilih terlebih dahulu interval parameter t, misal 0 ≤ t ≤1 dan dengan cara

deduktif dapat diturunkan persamaan untuk lintasan C yaitu :

t=0 ↔ x ( t )=x 0 , y ( t ) = y 0 ↔ z ( t )=x 0 +i y 0 =z 0

1 x 0 +3 x 1 y 0 +3 y 1 1
t= ↔ x ( t )= , y ( t )= → z ( t )=z 0 + ( z1−z 0 )
4 4 4 4

…..

t=1 → x ( t )=x 1 , y ( t )= y 1 → z ( t )=z 1

Secara umum persamaan lintasan C berbentuk segmen garis dari z 0

ke z 1 yaitu :

z ( t )=z 0 +t (z 1−z 0) dengan 0 ≤ t ≤1

Contoh :

Hitung ∫ f ( z ) dz dengan f ( z )=z zdan lintasan C berupa segmen garis dari z


C

¿ 2−3 i ke z=1+2 i

Jawab :
 Persamaan lintasan

C : z ( t ) =2−3 i+ t (−1+5 i ) =2−t +i (−3+5 i ) dt 0 ≤ t ≤1Turunan,

z ' ( t )=−1+5 i

 f ( z )=ź =2−t−i (−3+5 t )

1 1
'
 ∫ f ( z )dz =¿∫ f ( z ) z ( t ) dt=∫ ¿ ¿¿ ¿
C 0 0

c. Ellips

(x−x ¿¿ 0)2
Misal Lintasan C berbentuk ellips : +¿ ¿ ¿ ¿ =1 dengan
a2

arah positif. Maka dengan cara sama seperti menentukan persamaan

lintasan yang berbentuk lingkaran, didapatkan :

z ( t )=z 0 +a cos t+i b sin t denga 0 ≤ t ≤ 2 π dan ( x ¿ ¿ 0 , y o) ¿

Contoh

Hitung ∫ f ( z ) dz dengan f ( z )=x +i ydan lintasan C berbentuk ellips


C

4 x2 + y 2=4 dengan arah berlawanan jarum jam.

Jawab :

2 y2
 Persaman lintasan C : x =1 dengan penyajian
22

z ( t )=cos t+2 isin t , 0≤ t ≤ 2 π

 Turunan, z ' ( t )=−sin t +2i cos t .


 f ( z )=cos t−2i sin t

 ∫ f ( z ) dz=∫ ¿ ¿
C 0

2
−3
¿ ( 4 0
)
cos 2 t+2 it =4 i

d. Kurva

Bila lintasan C dinyatakan sebagai persamaan kurva maka kita

dapat memisalkan x ( t )=t . Sehingga interval parameter t dan bentuk y (t)

sangat bergantung berturut-turut terhadap nilai x dari titik dan persamaan

kurva yang diberikan. Sebagai contoh, misal lintasan C berupa kurva

dengan persamaan y=3 x 2−3 dari titik(−1,0) ke titik (0 ,−3). Persamaan

lintasan : z (t)=x (t )+ i y (t)=t+i(3 t 2−3) dengan −1 ≤t ≤0.

Contoh

Hitung integral dari fungsi f (z)= x y +2 i y atas lintasanC sepanjang kurva

y=3

x 2−3 dari titik (−1,0) ke titik (0 ,−3).

Jawab :

 Persamaan lintasan C : z ( t ) =x ( t )+i y ( t )=t+i ( 3t 2 – 3 )dengan

−1 ≤t ≤0

 Turunan, z ‘ ( t ) =1+ 6 it
 f (z)=t(3 t 2−3)+2i(3 t 2−3)=3 t 3−3 t+i(6 t 2−6)

0
32
 ∫ f ( z ) dz=¿ ∫ [ 3 t2−3 t +i ( 6 t 2−6 ) ] ( 1+ 6i t ) dt= −39
4
+ i¿
5
C −1

2. Integral Bebas Lintasan

Dalam keadaan khusus integral lintasan tidak bergantung ( bebas )

terhadap lintasan artinya nilai integral lintasan akan bernilai sama

walaupun lintasannya berbeda asalkan titik-titik ujung lintasan tetap.

Syarat perlu dan cukup untuk keadaan tersebut diberikan berikut.

Domain D disebut tersambung sederhana bila setiap lintasan

tutup sederhana dalam D melingkupi titik-titik pada D. Misal f (z) analitik

pada domain tersambung sederhana D. Maka terdapat fungsi analitik F ( z)

sehingga F ’ (z)=f ( z ) untuk setiap z ∈ D dan nilai integral dari f (z)

terhadap setiap lintasan yang menghubungkan dari titik z 0 ke z 0 dinyatakan

sebagai:

z1

∫ f ( z ) dz=f ( z 1 )−¿ f ( z 0 ) ¿
z0

Dari kondisi di atas dapat disimpulkan bahwa bila f (z) analitik pada

domain tersambung sederhana yang memuat lintasan tutup C maka

∮ f ( z ) dz=0
C
Contoh

Hitung ∫ f ( z ) dz bila f (z)= z sin z dan lintasan C berupa ruas garis yang
C

menghubungkan dari titik ( π ,3 π ) ke titik(2 π ,−π).

Jawab :

Pandang bahwaf (z)= z sin z merupakan fungsi entire, sehingga analitik

pada domain

tersambung sederhana yang memuat lintasan C .Oleh karena itu, integral

lintasan dari f (z) tidak

bergantung ( bebas ) bentuk lintasan.

Jadi :

2−i

∫ f ( z ) dz= ∫ z sin z dz=¿ ¿¿


C +3 i

¿ ( i−2 ) cosh−sinh− (+ 3i ) cosh 3+ sinh3

3. Pengintegralan Kompleks

Misalkan C : z ( t ) =x ( t )+iy (t ) , a ≤t ≤ b adalah kurva mulus dan

w=f ( z) didefinisikan pada C, maka pengintegralan kompleks ∫ f ( z ) dz


C

dikontruksi sebagai berikut:


1. Buatlah partisi ∆ pada [a,b] dengan titik pembagian

a=t 0< t 1 <t 3< …<t i−1<t i <…<t n=b. Selang bagian ke-I pada partisi ∆ adalah [

t i−1 , t 2 dan panjang partisinya adalah ‖∆‖ dengan ‖∆‖= max ∆ . Situasi
0 ≤tt ≤n

tersebut diperlihatkan pada gambar berikut.

2. Kurva dibagi atas n bagian yaitu z 0 z 1 , z 1 z2 , … , zi−1 zi , … , zn −1 z n denga

n z 0=( x ( a ) , y ( a ) )dan z n=( x ( b ) , y ( b ) )

3. Pilih c i ∈ z i−1 z i , 1 ≤i ≤n
n
4. Definisikan jumlah ∑ f ( ci ¿ )∆ zi ¿dimana
i=1

n
5. Tentukan lim
‖∆‖→ 0 i=1
∑ f (c i¿ ¿) ∆ z i ¿ ¿ Jika limit ada, maka f terintegralkan pada C

6. Dalam kasus f terdiferensialkan pada C, integral kompleks dari f pada C

❑ ❑ n
dinotasikan dengan ∫ f ( z ) dz dimana ∫ f ( z ) dz= lim ∑ f (c i ¿ ¿)∆ zi ¿ ¿
C C ‖∆‖→ 0 i=1

Contoh:

a. ∫ dz
C

b. ∫ zdz
C

Penyelesaian:
❑ n
a. ∫ dz=‖lim
∆‖ →0
∑ f (ci ¿ ¿) ∆ z ,c i ∈ z i−1 z i ¿ ¿
C i=1

n
¿ lim ∑ f ( c i¿ ¿).(z i−z i−1)¿ ¿
‖∆‖ →0 i=1
Misalkan f ( z )=1 , maka f ( c i )=1 untuk setiap c i ∈ z i−1 z i

Jadi diperoleh
❑ n

∫ dz= lim ∑ (¿ ¿ z i−¿ z i−1) ¿ ¿ ¿


‖∆‖ →0 i=1
C

¿ lim [(z 1 ¿−z 0)+( z2 −z1 )+…+(z n−1 −z n−2 )+(z n−z n−1 )]¿
‖∆‖ →0

¿ lim ¿ ¿
‖∆‖ →0

¿ z n−z 0=z ¿ zz n

❑ n
b. ∫ zdz=‖lim
∆‖ →0
∑ f ( c i ) ∆ z , c i ∈ z i−1 z i
c i=1

n
¿ lim ∑ f ( c i ) .( z i−z i−1¿ ¿) ¿ ¿
‖∆‖ →0 i=1

Misalkan f(z)=z, maka f ( c i) =c i . Diambil c i=z i−1.

Jadi, diperoleh
❑ n

∫ zdz= lim ∑ z i−1 .¿ ¿ ¿ ¿


‖∆‖ →0 i=1
c

n
¿ lim
‖∆‖ →0
∑ (z i−1 ¿¿ z i−z i−12) …( 1)¿ ¿
i=1

Diambil c i=z i , maka


❑ n

∫ zdz=‖lim
∆‖ →0
∑ z i .( z i−z i−1)
c i=1

n
¿ lim ∑ (z i2−z i z i−1) …(2)
‖∆‖ →0 i=1

Persamaan (1)+(2) diperoleh


❑ n
2∫ f ( z ) dz = lim ∑ [( z 12¿ ¿¿−z 02)+(z 22−z 12)+ …+(z n−12−z n−22)+( z n2−z n−12 )]¿ ¿ ¿
c ‖∆‖ →0 i=1
¿ lim ( z n2 ¿−z 02)¿
‖∆‖ →0

¿ z n2−z 02


1 2 2 1 2 z
Jadi, diperoleh bahwa ∫ f ( z ) dz= (z n −z 0 ¿)= z ¿z ¿
n

c 2 2 0

TEOREMA (eksistensi integral kompleks) :

Jika f (z)=u( x , y )+ iv( x , y ), kontinyu pada setiap titik di suatu kurva

mulus C, maka integral f sepanjang C ada dan

❑ ❑ ❑

∫ f ( z ) dz=∫ udx−¿∫ vdy +i¿ ¿ ¿


c c c

Pada teorema diatas, terdapat hal yang menarik untuk disimak

bahwa jika C merupakan suatu interval pada suatu sumbu real, maka f

pada C akan menjadi fungsi dari x saja. Dengan demikian adanya integral

pada fungsi x yang kontinu merupakan kasus khusus pada teorema di atas.

Dalam pengertian tersebut suatu integra kompleks dapat dipandang

sebagain perluasan dari integral real.

Penggunakan rumus pada teorema di atas akan diilustrasikan

melalui contoh-contoh, setelah disampaikan beberapa sifat dasar integral

kompleks yang disajikan dibawah ini.

SIFAT-SIFAT ∫ f ( z ) dz :
c
1. C tetap, f dipandang sebagai variable

a. Jika f kontinu dan C terbatas, maka ∫ f ( z ) dz ada


c

b. Jika f dan g kontinu dan C terbatas, maka

❑ ❑ ❑

∫ ( f + g ) f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz+∫ g ( z ) dz
c c c

❑ ❑

c. Jika α ∈ C dan f kontinu pada C, maka ∫ αf ( z ) dz=α ∫ f ( z ) dz


c c

2. Fungsi f tetap, C dipandang sebagai variable


❑ ❑

a. ∫ f ( z ) dz=−∫ f ( z ) dz
−c c

❑ ❑ ❑

b. ∫ f ( z ) dz=∫ f ( z ) dz +∫ f ( z ) dz
c 1+c 2 c1 c2

3. Jika f kontinu pada C, C terbatas, untuk suatu M>0 berlaku |f ( z)|≤ M untuk


setiap z pada C dan |C| panjang C, maka | |
∫ f ( z ) dz ≤ M .|C|
c

Contoh:

Hitunglah ∫ ź dz dengan
c

C 1 : y=4 x C −x 2; x :3→ 0 , y :3 → 4 → 0

C 2 : y=x ; x :0 → 3 , y :0 → 1
C 3 : x=3 ; y :1→ 3

C=C 1+C 2 +C3

Penyelesaian:

❑ ❑ ❑ ❑

∫ ź dz=∫ ź dz+∫ ź dz +∫ ź dz
C C1 C2 C3

❑ ❑ ❑ ❑ ❑ ❑

1) ∫ ź dz=∫ ( x−iy )( dx +idy )=∫ x dx +∫ y dy +i(∫ x dy −∫ y dx)


C1 C1 C1 C1 C1 C1

0 4 0
¿ ∫ x dx+
3
(∫ 3
)
y dy+∫ y dy +i¿
4

1 1
¿−4 −4 +i ( 0+ 9 )
2 2

¿−9+9 i

❑ ❑ ❑

2) ∫ ź dz=∫ x́ dx+∫ ý dy +i ¿ ¿ ¿
C2 C2 C2

¿ y +i ¿

¿ 4 ½+½+ 0

❑ ❑ ❑

3) ∫ ź dz=∫ xdx +∫ ydy +i¿ ¿ ¿


C3 C3 C3

3 3
¿ ∫ xdx+∫ ydy+ i¿ ¿
3 1

¿ 0+ 4+6 i
¿ 4 +6 i

❑ ❑ ❑ ❑

Jadi, ∫ ź dz=∫ ź dz+∫ ź dz +∫ ź dz=(−9+ 9i ) +5+(4 +6 i)=15 i


C C1 C2 C3

Contoh:

Misalkan C :|z−1|=1 dengan orientasi negative. Hitunglah ∫ ź dz


C

Penyelesaian:

❑ ❑ ❑ ❑

a. ∫ ź dz=∫ ( x−iy )( dx +idy )=¿∫ xdx+ ¿∫ ydy +i ¿ ¿ ¿


C C C C

C :|z −1|=1

C :(x−1)2 + y 2=1

C:⃗
F ( t )=¿

¿ x=cos t+1 , 0 ≤t ≤ 2 π
y=−sint ¿

Diperoleh

❑ 2π

∫ xdx=∫ ¿¿ ¿
C 0


¿∫ ¿ ¿
0

1
¿ ¿
2

¿0
❑ 2π

∫ ydyu=∫ ¿ ¿ ¿
C 0

1
¿− sin 2 t ¿20 π
2

¿0

❑ 2π

∫ xdy =∫ ¿ ¿¿
C 0


¿−∫ ¿ ¿
0

¿−μ

❑ 2π

∫ ydx =∫ ¿ ¿¿
C 0


¿∫ ¿ ¿
0

¿π

Jadi, ∫ ź dz=0+ 0+i (−π −( π ) )=−2 πi


C
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Integral dari fungsi kompleks dapat diartikan kedalam dua integral dari

fungsi real u(t )dan v (t). integral fungsi ini menggunakan teorema dasar yang

telah ditetapkan dalam kalkulus dengan beberapa kondisi.

Buat definisi:

dU dV
=u ( t ) dan =v( t)
dt dt

maka

b b b

∫ w ( t ) dt =∫ u ( t ) dt +i∫ v ( t ) dt
a a a

¿ U ( b ) −U ( a ) +i[V ( b )−V ( a ) ]

3.2 SARAN
Langkah pertama dalam menyelesaikan permasalahan-

permasalahan integral adalah memahami maksud dan makna dari

permasalahan tersebut dan menganalisa teknik yang sesuai yang dapat

digunaikan untuk menyelsaikan permasalah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA
Hasugian, M. Jimmy san Agus Prijono. 2006. Menguasai Analisis Kompleks

dalam Matematika Teknik. Bandung : Rekayasa Sains.

McMahon, David. 2006. Complex Variables Demystified. McGraw Hill.

Mutaqin, Anwar. Bilangan Kompleks. http://bilangan-kompleks11(1).pdf.

Purwanto, Heri, dkk. Kalkulus. Jakarta : PT. ERCONTARA RAJAWALI

Suprijanto, H. Sigit, dkk. Matematika SMA Kelas XI. Jakarta : Yudhistira.

Anda mungkin juga menyukai