Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare merupakan keadaan defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah
cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 gram atau 200 ml/24 jam.1 Penyakit diare masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena
morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.2
Data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013
di wilayah kerja puskesmas dan rumah sakit diperkirakan 189.392 kasus diare dari
4.477.384 total penduduk (4,2%).3 Prevalensi kasus diare di Kabupaten Sambas
pada tahun 2012 terdapat 10.645 kasus dan persentase diare ditemukan dan
ditangani adalah sebesar 51,14% dari perkiraan kasus.4 Angka tersebut mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 dengan ditemukannya 11.532 kasus
serta persentase diare ditemukan dan ditangani sebesar 54,4%.3,5 Kejadian kasus
diare tertinggi terdapat di Kabupaten Sambas dan diikuti oleh Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Landak dan Kabupaten/Kota lainnya.3
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia
menggunakan fasilitas defekasi milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%) dan
fasilitas umum (4,2%). Berdasarkan hasil rekapitulasi data profil kesehatan
Kabupaten/Kota tahun 2013, dari 309.567 Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa,
ada sebesar 190.332 (61,5%) KK yang memiliki jamban. 5 Sementara itu di
Kabupaten Sambas tahun 2012 dari 34.118 rumah tangga yang diperiksa, ada
sebesar 25.928 (76%) KK yang memiliki jamban. Kecamatan Sajad menurut
laporan terakhir tahun 2014 dari 3.348 KK, terdapat 1.065 (46%) yang memiliki
jamban. Data tersebut masih belum mecapai target Pemerintah yaitu 100% KK
memiliki jamban.3
Upaya peningkatan cakupan jamban yang telah dilakukan bertahun-tahun
melalui berbagai proyek dan pendekatan, tetapi masih belum memberikan hasil

1
2

yang signifikan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Kementrian kesehatan


mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan
pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) atau yang sekarang disebut
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pada akhirnya bisa mengubah
kebiasaan lama menjadi kebiasaan yang baru yaitu dari defekasi ditempat terbuka
atau sembarang tempat (Open Defecation) menjadi bebas dari perilaku defekasi di
tempat terbuka atau sembarang tempat (Open Defecation Free). Dengan
mendeklarasikan Open Defecation Free (ODF) harapan pemerintah salah satunya
adalah dapat mengurangi bahkan mencegah penyakit diare.6
Pada bulan Mei 2005, STBM diujicobakan di enam Kabupaten yaitu
Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Lumajang (Jawa Timur), Sambas (kalimantan
Barat), Muaro Bungo (Jambi), Muara Enim (Sumatera Selatan) dan Bogor (Jawa
Barat).6 STBM Kabupaten Sambas dilaksanakan di Kecamatan Sajad dan
bertepatan tanggal 15 Desember 2013 telah mendeklarasikan komitmen tidak
defekasi ditempat terbuka atau ODF sekaligus menjadi Kecamatan pertama yang
mendeklarasikan ODF di Provinsi Kalimantan Barat.7
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik meneliti
lebih lanjut mengenai “Hubungan Perilaku Open Defecation Terhadap Kejadian
Diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
Bagaimana hubungan perilaku Open Defecation terhadap kejadian diare di
Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku Open
Defecation dengan kejadian diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui karakteristik penduduk di kecamatan Sajad Kabupaten Sambas.
3

b. Mengetahui perilaku Open Defecation penduduk di kecamatan Sajad


Kabupaten Sambas.
c. Mengetahui angka kejadian diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas
pada tahun 2010-2014.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Untuk Peneliti
a. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam
melaksanakan penelitian.
b. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang sanitasi
lingkungan dan diare.
1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai masukan informasi bagi Fakultas Kedokteran dan dapat menjadi
sumber informasi untuk penelitian selanjutnya.
1.4.3 Untuk Instansi Terkait
Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Sajad
tentang hubungan perilaku Open Defecation dengan kejadian diare sehingga
menjadi masukan dalam upaya program kesehatan lingkungan untuk menurunkan
kasus diare .
1.4.4 Untuk Masyarakat
Memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan tidak
Open Defecation sehingga dapat melakukan upaya pencegahan kejadian diare.
4

1.5 Keaslian Penelitian


Penelitian terdahulu yang relevan dan pernah dilakukan antara lain:
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
No. Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Dengan Peneliti
1. Siti Sholikhah. Hubungan Pelaksanaan Program 1. Populasi :
2014. Jurnal ODF (Open Defecation Free) Populasi pada penelitian ini
yang Dengan Perubahan Perilaku adalah masyarakat Desa
dipublikasi. Masyarakat Dalam Buang Air Kemiri Kecamatan Malo
Besar Di Luar Jamban Di Desa Kabupaten Bojonegoro
Kemiri Kecamatan Malo 2. Metode:
Kabupaten Bojonegoro Tahun Jenis penelitian pada penelitian
2012. ini adalah analitik Cross
. sectional dengan pendekatan
observasi
3. Isi:
Pada penelitian ini tidak
mencari hubungan perilaku
Open Defecation terhadap
kejadian diare, tetapi
menghubungkan Program
Open Defecation Free (ODF)
dengan perilaku buang air besar
di luar jamban.

Anda mungkin juga menyukai