Diare merupakan keadaan defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam.1 Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.2 Data yang diperoleh Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013 di wilayah kerja puskesmas dan rumah sakit diperkirakan 189.392 kasus diare dari 4.477.384 total penduduk (4,2%).3 Prevalensi kasus diare di Kabupaten Sambas pada tahun 2012 terdapat 10.645 kasus dan persentase diare ditemukan dan ditangani adalah sebesar 51,14% dari perkiraan kasus.4 Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 dengan ditemukannya 11.532 kasus serta persentase diare ditemukan dan ditangani sebesar 54,4%.3,5 Kejadian kasus diare tertinggi terdapat di Kabupaten Sambas dan diikuti oleh Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak dan Kabupaten/Kota lainnya.3 Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa rumah tangga di Indonesia menggunakan fasilitas defekasi milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%) dan fasilitas umum (4,2%). Berdasarkan hasil rekapitulasi data profil kesehatan Kabupaten/Kota tahun 2013, dari 309.567 Kepala Keluarga (KK) yang diperiksa, ada sebesar 190.332 (61,5%) KK yang memiliki jamban. 5 Sementara itu di Kabupaten Sambas tahun 2012 dari 34.118 rumah tangga yang diperiksa, ada sebesar 25.928 (76%) KK yang memiliki jamban. Kecamatan Sajad menurut laporan terakhir tahun 2014 dari 3.348 KK, terdapat 1.065 (46%) yang memiliki jamban. Data tersebut masih belum mecapai target Pemerintah yaitu 100% KK memiliki jamban.3 Upaya peningkatan cakupan jamban yang telah dilakukan bertahun-tahun melalui berbagai proyek dan pendekatan, tetapi masih belum memberikan hasil
1 2
yang signifikan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Kementrian kesehatan
mengembangkan teknik pendekatan perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu dengan pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) atau yang sekarang disebut Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang pada akhirnya bisa mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan yang baru yaitu dari defekasi ditempat terbuka atau sembarang tempat (Open Defecation) menjadi bebas dari perilaku defekasi di tempat terbuka atau sembarang tempat (Open Defecation Free). Dengan mendeklarasikan Open Defecation Free (ODF) harapan pemerintah salah satunya adalah dapat mengurangi bahkan mencegah penyakit diare.6 Pada bulan Mei 2005, STBM diujicobakan di enam Kabupaten yaitu Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Lumajang (Jawa Timur), Sambas (kalimantan Barat), Muaro Bungo (Jambi), Muara Enim (Sumatera Selatan) dan Bogor (Jawa Barat).6 STBM Kabupaten Sambas dilaksanakan di Kecamatan Sajad dan bertepatan tanggal 15 Desember 2013 telah mendeklarasikan komitmen tidak defekasi ditempat terbuka atau ODF sekaligus menjadi Kecamatan pertama yang mendeklarasikan ODF di Provinsi Kalimantan Barat.7 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis tertarik meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Perilaku Open Defecation Terhadap Kejadian Diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana hubungan perilaku Open Defecation terhadap kejadian diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku Open Defecation dengan kejadian diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui karakteristik penduduk di kecamatan Sajad Kabupaten Sambas. 3
b. Mengetahui perilaku Open Defecation penduduk di kecamatan Sajad
Kabupaten Sambas. c. Mengetahui angka kejadian diare di Kecamatan Sajad Kabupaten Sambas pada tahun 2010-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Untuk Peneliti a. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam melaksanakan penelitian. b. Menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam bidang sanitasi lingkungan dan diare. 1.4.2 Untuk Institusi Pendidikan Sebagai masukan informasi bagi Fakultas Kedokteran dan dapat menjadi sumber informasi untuk penelitian selanjutnya. 1.4.3 Untuk Instansi Terkait Memberikan informasi bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Sajad tentang hubungan perilaku Open Defecation dengan kejadian diare sehingga menjadi masukan dalam upaya program kesehatan lingkungan untuk menurunkan kasus diare . 1.4.4 Untuk Masyarakat Memberikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan tidak Open Defecation sehingga dapat melakukan upaya pencegahan kejadian diare. 4
1.5 Keaslian Penelitian
Penelitian terdahulu yang relevan dan pernah dilakukan antara lain: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No. Peneliti Judul Penelitian Perbedaan Dengan Peneliti 1. Siti Sholikhah. Hubungan Pelaksanaan Program 1. Populasi : 2014. Jurnal ODF (Open Defecation Free) Populasi pada penelitian ini yang Dengan Perubahan Perilaku adalah masyarakat Desa dipublikasi. Masyarakat Dalam Buang Air Kemiri Kecamatan Malo Besar Di Luar Jamban Di Desa Kabupaten Bojonegoro Kemiri Kecamatan Malo 2. Metode: Kabupaten Bojonegoro Tahun Jenis penelitian pada penelitian 2012. ini adalah analitik Cross . sectional dengan pendekatan observasi 3. Isi: Pada penelitian ini tidak mencari hubungan perilaku Open Defecation terhadap kejadian diare, tetapi menghubungkan Program Open Defecation Free (ODF) dengan perilaku buang air besar di luar jamban.