TUGAS : MAKALAH
NAMA MAHASISWA :
1. Amalia Wahidah Rambe (4193311030)
2. Atma Wijaya Rajagukguk (4193111069)
3. Bintang Tabita Br. Sianipar (4193111088)
4. Dina Ulpa Pasaribu (4193311031)
5. Wafiq Azizah Br. Sinaga (4193311013)
6. Maxwell Ompusunggu (4193111093)
KELOMPOK : VIII (Delapan)
DOSEN PENGAMPU : Lidia Simanihuruk, S.Si., M.Pd
MATA KULIAH : Profesi Kependidikan
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kehadiran-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah pada mata kuliah profesi kependidikan ini dengan baik dan tepat pada waktunya
Dan tidak lupa pula kami berterimakasih kepada Dosen pembimbing kami, yaitu Ibu Lidia
Simanihuruk, S.Si. M.Pd atas arahan dan bimbingannya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini.
Terlepas dari itu semua, kami menyadari dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kekurangan. Namun, kami tetap berharap agar hasil dari makalh ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Kami juga berharap kritik dan saran dari pembaca
atas segala kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan Konseling merupakan suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan
kepada individu pada umumnya, dan siswa pada khususnya di sekolah. Menurut Sertzer dan
Stone, bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan untuk memahami dirinya
sendiri dan lingkungan hidupnya. Sedangkan konseling sendiri berasal dari kata latin
“Consilum” yang berarti “dengan” atau “bersama” dan “mengambil atau “memegang”. Maka
dapat dirumuskan sebagai memegang atau mengambil bersama.’
Pada bimbingan dan konseling di Dunia Internasional Sampai awal abad ke-20 belum ada
konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para
guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri
dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898
Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan
dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah
tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan
Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah
sistem pendidikan. Sebagai sebuah sistem, kehadirannya diperlukan dalam upaya
pembimbingan sikap perilaku siswa terutama dalam menghadapi perubahan-perubahan
dirinya dari anak-anak menuju jenjang usia yang lebih dewasa.
1
Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah simbol yang sering
tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua sekolah, fungsi bimbingan dan konseling
hanya muncul jika seorang siswa menghadapi permasalahan yang memang krusial, seperti
perkelahian, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta hal-hal
lain yang berada di luar batas kewajaran. Akibatnya, bimbingan dan konseling dalam
pandangan siswa menjadi semacam ”polisi sekolah” yang akan bertindak jika siswa
melanggar tata tertib sekolah. Di sisi lain, warga sekolah lainnya seperti kepala sekolah, guru-
guru, dan para staf sekolah lain selalu menunjuk guru bimbingan dan konseling jika didapati
adanya siswa yang memiliki permasalahan atau terlibat kasus tertentu.
Terlepas dari predikat guru bimbingan dan konseling, pada dasarnya guru adalah
jabatan profesional yang harus dipertanggungjawabkan secara profesional pula. Guru adalah
jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Sikap, perilaku dan pemikiran seorang guru harus
tercermin dalam idealismenya. Oleh karena itu, pemahaman atas jabatan guru penting artinya
dalam rangka mengabdikan dirinya terhadap nusa, bangsa dan negara. Jenis pekerjaan ini
seharusnya tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang di luar lingkup pendidikan.
Demikian pula halnya dengan jabatan fungsional guru bimbingan dan konseling yang
sesungguhnya hanya dapat dilaksanakan secara optimal oleh mereka yang memang memiliki
latar belakang kependidikan seperti itu. Jika suatu jabatan fungsional dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan dan keprofesian yang benar, maka sangat
besar kemungkinannya terjadi penyimpangan peri-laku, penyimpangan kegiatan, dan
penyimpangan penafsiran di luar batas kewajaran yang seharusnya. Itulah yang terjadi dalam
ruang lingkup bimbingan dan konseling di tingkat sekolah dasar pada dewasa ini.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata yaitu bimbingan dan konseling.
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang didalamnya terkandung beberapa
makna. Sertzer & Stone (1966:3) menemukakan bahwa guidance berasal kata guide yang
mempunyai arti to direct, pilot, manager, or steer (menunjukkan, menentukan, mengatur,
atau mengemudikan).
Prayitno dan Erman Amti (2004:99) mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat
mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang
berlaku. Sementara, Winkel (2005:27) mendefenisikan bimbingan: (1) suatu usaha untuk
melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman dan informasi tentang dirinya sendiri,
(2) suatu cara untuk memberikan bantuan kepada individu untuk memahami dan
mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk
perkembangan pribadinya, (3) sejenis pelayanan kepada individu-individu agar mereka dapat
menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat dan menyusun rencana yang realistis,
sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan diri dalam lingkungan dimana
mereka hidup, (4) suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada individu dalam
hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan
lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan.
I. Djumhur dan Moh. Surya, (1975:15) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu
proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami
dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance),
kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk
4
merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam
mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga,
sekolah dan masyarakat. Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “;;Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan
merencanakan masa depan.
Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut
konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang
bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel
(2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari
bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien
dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Berdasarkan pengertian konseling di atas dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha
membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.
Pada uraian definisi bimbingan yang telah dikemukakan selintas tentang aspek tujuan.
Tujuan umum dari pelayanan dari pelayanan bimbingan dan konseling adalah sama dengan
tujuan pendidikan sebagaimana yang dinyatakan dalam UU No 20 Tahun 2003 Sisdiknas
yaitu, terwujudnya manusia seutuhnya yang cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
5
B. Tujuan Bimbingan Konseling
Tujuan umum dari layanan Bimbingan dan Konseling adalah sesuai dengan tujuan
pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1994 : 5).
2. Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan dan Konseling bertujuan untuk membantu siswa
agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial,
belajar dan karier.
Bimbingan pribadi – sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pribadi – sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri, dan
bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas
perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi
pekerja yang produktif.
Secara umum tujuan diberikannya layanan Bimbingan dan Konseling adalah:
1. Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
2. Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan
berani menghadapi resiko.
3. Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan
emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
4. Mampu memecahkan masalah secara wajar dan objektif.
5. Memelihara nilai-nilai persahabatan dan keharmonisan dalam berinteraksi
dengan orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kodrati laki-laki atau perempuan sebagai dasar
dalam kehidupan sosial.
7. Mengembangkan potensi diri melalui berbagai aktivitas yang positif
8. Memperkaya strategi dan mencari peluang dalam berbagai tantangan kehidupan
yang semakin kompetitif.
6
9. Mengembangkan dan memelihara penguasaan perilaku, nilai, dan kompetensi
yang mendukung pilihan karir.
10. Meyakini nilai-nilai yg terkandung dalam pernikahan dan berkeluarga sebagai
upaya untuk menciptakan masyarakat yg bermartabat.
7
secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal-hal yang dipandang
positif agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian, siswa dapat memelihara dan
mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka perkembangan
dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
8
sekali tidak berarti mengabaikan kepentingan kelompok; dalam hal ini kepentingan kelompok
diletakkan dalam kaitannya dengan hubungan timbal balik yang wajar antarindividu dan
kelompoknya. Kepentingan kelompok dalam arti misalnya keharuman nama dan citra
kelompok, kesetiaan kepada kelompok, kesejahteraan kelompok, dan lain-lain, tidak akan
terganggu oleh pemusatan pada kepentingan dan kebahagiaan individu yang menjadi anggota
kelompok itu.
2. Orientasi perkembangan
Orientasi ini lebih menekankan pentingnya peranan yang terjadi pada individu
sekaligus bertujuan mendorong konselor dan klien menghilangkan problem yang menjadkan
laju perkembangan klien. Salah satu fungsi bimbingan dan konseling adalah fungsi tersebut
adalah pemeliharaan dan pengembangan. Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan
konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang
hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan
perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu. Perkembangan sendiri dapat
diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu(berkesinambungan) dalam diri
individu mulai lahir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah “perubahan-
perubahan yang dialami individu atau organisme menuju ke tingkat kedewasaannya atau
kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik
menyangkut fisik(jasmaniah) maupun psikis.Dalam hal itu, peranan bimbingan dan konseling
adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur
perkembangannya. Pelayanan bimbingan dan konseling berlangsung dan dipusatkan untuk
menunjang kemampuan inheren individu bergerak menuju kematangan dalam
perkembangannya.
3. Orientasi Permasalahan
Ada yang mengatakan bahwa hidup dan berkembang itu mengandung risiko.
Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering kali ternyata tidak mulus, banyak
mengalami hambatan dan rintangan. Padahal tujuan umum bimbingan dan konseling, sejalan
dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, ialah kebahagiaan. Hambatan dan
rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah akan mengganggu tercapainya
kebahagiaan itu. Agar tujuan hidup dan perkembangan, yang sebagiannya adalah tujuan
bimbingan dan konseling, itu dapat tercapai dengan sebaik-baiknya, maka risiko yang
mungkin menimpa kehidupan dan perkembangan itu harus selalu diwaspadai. Kewaspadaan
9
terhadap timbulnya hambatan dan rintangan itulah yang melahirkan konsep orientasi masalah
dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah
dibicarakan, orientasi masalah secara langsung bersangkut-paut dengan fungsi pencegahan
dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari
masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, sedangkan fungsi pengentasan
menginginkan agar individu yang sudah terlanjur mengalami maslaah dapat terentaskan
masalahnya. Melalui fungsi pencegahan, layanan dan bimbingan konseling dimaksudkan
mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari bernagai
permasalahan yang dapat menghambat perkembangannya.
Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan
merumuskan program bimbungan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat
perkembangan siswa kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dan sebagainya
dapat dihindari. Beberapa kegiatan atau layanan yang dapat diwujudkan berkenaan dengan
fungsi ini adalah layanan orientasi dan layanan kegiatan kelompok.
10
b. Prinsip Integralitas, meliputi:
(a) bimbingan dan konseling meliputi integral dari pendidikan dan pengembangan
individu, sehingga program bimbingan dan konseling diselarakan dengan program
pendidikan dan pengembangan diri peserta didik;
(b) program bimbingan dan konseling harus fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungannya;
(c) program bimbingan dan konseling disusun dengan mempertimbangkan adanya tahap
perkembangan individu;
(d) program pelayanan bimbingan dan konseling perlu diadakan penolaan hasil layanan.
11
F. Azas Bimbingan Konseling
Para ahli bimbingan dan konseling, seperti telah bersepakat bahwa asas bimbingan dan
konseling itu ada dua belas. Keduabelas asas tersebut sebagai berikut:
a. Asas kerahasiaan, Segala hal yang dibicarakan dalam proses bimbingan dan
konseling harus dijaga kerahasiaannya, terutama masalah yang dihadapi klien.
b. Asas kesukarelaan, kedua belah pihak melakukan proses bimbingan dengan
tidak merasa dipaksa atau ditekan. Klien menyampaikan semua masalah dengan
senang hati, begitu pula konselor dengan iklash memberi bantuan.
c. Asas keterbukaan, kedua belah pihak bersedia membuka diri untuk kepentingan
pemecahan masalah. Klien dengan jujur membuka segala masalah yang dihadapi atau
perasaan yang dirasakan. Konselor dengan terbuka menjawab pertanyaan klien, atau
tidak ada hal- hal yang disembunyikan.
d. Asas kekinian, masalah yang ditangani adalah masalah yang sedang dialami
klien, bukan masalah masa lampau. Selain itu konselor tidak boleh menunda
pemberian bantuan.
e. Asas kemandirian, Klien tidak tergantung kepada orang lain atau konselor.
Proses bimbingan dan konseling diharapkan menjadikan klien lebih mandiri dengan
ciri pokok seperti mengenal diri dan lingkungannya, mau menerima diri dan
lingkungannya, mampu mengambil keputusan yang tepat, mengarahkan diri sesuai
keoutusannya dan mempu menggali potensi diri seoptimal mungkin.
f. Asas kegiatan, bimbingan dan konseling hendaknya memotivasi klien untuk
melakukan sesuatu yang berarti untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Sebab
bimbingan dan konseling tidak ada maknanya tanpa kesungguhan klien untuk
melakukan hal-hal yang diyakini dapat menyelesaikan masalahnya.
g. Asas kedinamisan, bimbingan dan konseling menghendaki adanya perubahan
yang lebih baik pada diri klien.
h. Asas keterpaduan, bimbingan dan konseling diupayakan untuk memadukan
segala aspek yang dimilik klien, agar serasi, seimbang dan saling menunjang.
i. Asas kenormatifan, Keseluruhan proses bimbingan dan konseling harus sesuai
dengan norma-norma yang berlaku, baik norma agama, norma adat, norma ilmu,
norma hukum, maupun kebiasaan sehari-hari.
j. Asas keahlian, bimbingan dan konseling dilakukan secara teratur, sistematik
dengan menggunakan prosedur, teknik dan instrumen yang memadai.
12
k. Asas alih Tangan, Jika pelaksanaan bimbingan dan konseling sudah
dilaksanakan secara maksimal akan tetapi klien belum terbantu, maka konselor dapat
mengirim / merujuk klien tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
l. Asas tut wuri handayani, pelayanan bimbingan dan konseling hendaknya dapat
dirasakan klien tidak hanya ketika meminta bantuan kepada konselor, namun diluar
proses bimbingan dan konselingpun manfaatnya dapat dirasakan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1. Pengertian bimbingan konseling adalah Pelayanan bantuan untuk peserta didik baik
individu/kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam hubungan
pribadi, sosial, belajar, karir; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
atas dasar norma-norma yang berlaku. Dengan demikian, setiap bimbingan itu pasti
konseling dan setiap konseling belum tentu bimbingan.
Secara umum tujuan layanan Bimbingan dan Konseling adalah:
Menghayati nilai-nilai agama sebagai pedoman dalam berperilaku
Berperilaku atas dasar keputusan yang mempertimbangkan aspek-aspek nilai dan
berani menghadapi resiko.
Memiliki kemampuan mengendalikan diri (self-control) dalam mengekspresikan
emosi atau dalam memenuhi kebutuhan diri.
14
harus menguasai prinsip-prinsip belajar, disamping menguasai materi yang akan di ajarkan
dan guru juga harus mampumenciptakan suasana belajar yang sebaik-baiknya.
- Guru sebagai pembimbing
Dalam ugasnya yang pokok yaitu mendidik, guru harus membantu agar anak mencapai
kedewasaan secara optimal,artinya kedewasaan yang sempurna sesuaidengan norma dan
sesuai pula dengan kodrat yang dimiliknya. Dalam peranan ini guru harus memperhatikan
aspek-aspek pribadi peserta didik, antara lain aspek kematangan, bakat, kebutuhan,
kemampuan,sikap dan sebagainya, supaya kepada.
3. Stres dapat muncul pada seluruh periode kehidupan manusia, baik pada masa bayi,
masa kanak-kanak, masa remaja maupun pada masa tua. stres yang terjadi pada orang
dewasa lebih banyak disebabkan oleh kegagalan dalam hidupnya. Salah satu sumber
stres yang berasal dari sekolah, misalnya kurang berasilnya anak di bidang akademik
Pada uraian di bawah ini dikemukakan sumber atau faktor-faktor penyebab stres pada
diri guru, yaitu:
- Kesejahteraan hidup yang kurang terjamin, karena gaji, honor, atau penghasilan yang
kurang layak, atau tidak mencukupi kehidupan sehari-hari.
- Iklim atau suasana kerja yang kurang nyaman atau kurang harmonis.
- Tempat kerja jauh dari rumah tempat tinggal, sehingga memerlukan ongkos yang
cukup besar.
- Para siswa banyak yang tidak disiplin, keras kepala, atau nakal.
- Adanya kompetisi kurang sehat di antara kolega (antar guru-guru).
15
b. Meditasi
Meditasi merupakan latihan mental untuk memfokuskan kesadaran atau perhatian
dengan cara yang non analitis (Welten dan Lioyd, 1994). Pendekatan meditasi ini banyak
bentuknya, seperti yang dilakukan di Amerika Serikat: Yoga, Zen dan Transendental.
c. Relaksasi
Menurut penelitian para ahli seperti Lehrer dan Woolfolk (1984), relaksasi dapat
mengatasi kekalutan emosional dan meteduksi masalah fisiologis (ganguan atau penyakit
fisik)
d.Mengamalkan ajaran agama sebagai wujud keimanan kepada Tuhan
Kualitas keimanan seorang manusia dapat diukur dari kualitas ibadahnya. Orang yang
taat beragama/ memiliki keimanan kepada Tuhan akan mampu mengelola kehidupanya
secara sehat, wajar dan normatif serta mampu menghadapi situasi srtes secara positif dan
konstruktif.
B. Saran
Dari pemaparan di atas , tentunya tidak lepas dari berbagai
kekurangan baik dari segi isi materi, teknik penulisan dan sebagainya,
untuk itu sangat diharapkan saran maupun kritikan yang sangat
membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya. Baik dari dosen
pembimbing maupun rekan-rekan mahasiswa sekalian.
16
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdiknas.
17