OLEH:
00000023423
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
BAB I
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. A
Agama : Islam
1.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 3 Oktober 2019 di lantai 2 Rumah Sakit
Nyeri ulu hati sejak 2 bulan sebelum masuk Rumah Sakit Umum Siloam Hospitals Lippo
Pasien datang dengan keluhan nyeri ulu hati di bagian epigastrium sejak 2 bulan SMRS.
Nyeri disertai karakteristik rasa terbakar di area dada dan reflux dari daerah dada ke atas
kerongkongan. Nyeri tidak menjalar dan biasanya muncul saat jam makan telat, nyeri hilang
timbul dengan durasi 15 menit terutama saat pasien makan tidak teratur. Faktor yang
memperberat rasa nyeri adalah saat pasien minum kopi, stress dan jamu. Faktor yang
memperingan rasa nyeri adalah mengonsumsi obat promag dan tidur. Skala nyeri yang
Pasien mengeluhkan adanya perut kembung, tidak bisa flatus dan mual sejak 2 hari lalu,
disertai dengan sendawa. Pasien juga mengatakan bahwa ada muntah sejak 2 hari lalu
sebanyak 1x dalam sehari. Muntah tidak disertai darah dan berwarna kuning. Isi dari muntah
Pasien mengeluhkan rasa asam di mulut sejak muntah sehari yang lalu disertai dengan
penurunan nafsu makan. BAB pasien normal konsistensi normal, tidak berwarna merah
maupun hitam, frekuensi BAB 2 hari sekali , BAK pasien tidak ada perubahan warna.
Pasien tidak mengeluhkan warna kuning di tubuh, demam, sesak nafas, penurunan berat
badan.
Pasien memiliki riwayat penyakit tekanan darah tinggi terkontrol, pasien juga perah
mengalami penyakit seperti ini 2 bulan lalu namun pasien lupa nama obat yang diberikan.
Pasien tidak mempunyai riwayat kencing manis, stroke, rawat inap maupun operasi lain.
1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bwah dengan pekerjaan ibu rumah
tangga.
Pasien suka makan makanan pedas dan mempunyai kebiasaan telat makan.. Pasien suka
mengonsumsi kopi, jamu di pagi hari sebelum makan. Pasien tidak merokok,alkohol dan jarang
berolahraga.
Pasien mempunyai pola makan yang normal namun tidak teratur, sering makan makanan
pedas. Nafsu makan menurun sejak ia mengeluhkan rasa asam di mulutnya 1 hari yang lalu.
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90
Laju napas : 18x/menit
Nadi : 75x/menit
Kepala Normosefali
Kulit Jaundice (-), sianosis (-), kering (-), turgor cepat kembali.
Wajah Normofasialis
Mata Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-), pupil bulat isokor
3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+.
Mulut Ulserasi (-), edema (-), sianosis (-), mukosa kering (+)
THT Darah dan sekret dari lubang telinga dan hidung (-), faring
hiperemis (-), atrofi papil lidah (-), mukosa lembab.
(Anterior) dan dinamis, bekas luka operasi (-), retraksi (-), memar (-).
● Perkusi : Pekak
Batas atas jantung: ICS II sinistra
Batas kanan jantung: ICS IV linea parasternalis
dextra
Batas kiri jantung: ICS V linea aksilaris anterior
sinistra
● Feel : Akral hangat, CRT <2 detik, nyeri tekan (-), nadi
teraba kuat simetris, pitting edema (-)
Elektrolit
Gastrokopi
Hasil Pemeriksaan:
Esofagus : Hiperemis
Gaster : Fundus, Cardia, Corpus, Curvatura major minor hiperemis
Antrum : Hiperemis
Pylorus : Terbuka
Duodenum : D1, D2, D3 Normal
Hasil : Gastroesofagitis
1.6 Resume
Ny. A 44 tahun datang dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 2 bulan sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri disertai rasa terbakar di area dadadan ada reflux dari area dada
ke atas kerongkongan. Nyeri hilang timbul dengan durasi 15 menit, biasanya muncul saat
jam telat makan. Faktor yang memperberat rasa nyeri saat pasien minum kopi, jamu dan
saat stress. Faktor yang memperingan rasa nyeri adalah mengonsumsi obat promag dan
tiduran. Skala nyeri berada di angka 6 dari 10 dan sudah mengganggu aktivitasnya.
Pasien menambahkan terdapat perut kembung, tidak bisa flatus dan mual sejak 2 hari
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan muntah dengan ciri-ciri muntah tidak terdapat darah,
berwarna kuning dan isinya adalah sisa makanan. Pasien mengeluhkan rasa asam di
mulut sejak muntah sehari yang lalu dengan penrunan nafsu makan. Pasien mempunyai
sebelumnya sudah memunyai riwayat penyakit ini. Pasien memiliki kebiasaan jarang
berolahraga dan mengonsumsi jamu dan makanan pedas. Pada pemeriksaan fisik
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, EKG dan laboratorium pasien didiagnosis GERD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GERD terdiri dari dua tipe, yakni : NERD ( Non-erosive Reflux disease ) dan
ERD ( Erosive Reflux Disease )6
B. EPIDEMIOLOGI
Insidensi terjadinya GERD tinggi pada negara-negara barat dan saat ini makin
banyak yang menaruh perhatian tentang GERD. Dilaporkan sebanyak 13,4% -16,3 %
pasien menderita GERD di Taiwan, Malaysia, dan Jepang. Di FKUI, RSUPN Cipto
Mangunkusumo Syam AF et al melaporkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi GERD
dari 5,7 % pada tahun 1997 menjadi 25,18 % pada tahun 2002.3
C. ETIOLOGI
1. Terjadi kontak dalam waktu yang cukup lama antara bahan refluksat dengan
mukosa esofagus
2. Terjadi penurunan resistensi jaringan mukosa esofagus, walaupun waktu kontak
antara bahan refluksat dengan esofagus tidak lama.
D. PATOGENESIS
Esofagus dan Gaster dipisahkan oleh suatu zona tekanan tinggi (high pressure
zone) yang dihasilkan oleh kontraksi Lower esophageal sphincter. Pada individu normal,
pemisah ini akan dipertahankan kecuali pada saat terjadinya aliran antegrad yang terjadi
pada saat menelan, atau aliran retrogard yang terjadi pada saat sendawa atau muntah.
Aliran balik dari gaster ke esophagus melalui LES hanya terjadi apabila tonus LES tidak
ada atau sangat rendah (<3 mmHg)1
Terjadinya aliran balik/ refluks pada penyakit GERD diakibatkan oleh gangguan
motilitas / pergerakan esofagus bagian ujung bawah . Pada bagian ujung ini terdapat otot
pengatur ( sfingter ) disebut LES , yang fungsinya mengatur arah aliran pergerakan isi
saluran cerna dalam satu arah dari atas kebawah menuju usus besar. Pada GERD akan
terjadi relaksasi spontan otot tersebut atau penurunan kekuatan otot tersebut, sehingga
dapat terjadi arus balik atau refluks cairan/ asam lambung, dari bawah keatas ataupun
sebaliknya.5
Gambar 1 : Patogenesis Terjadinya GERD
Motilin Colesistokinin
Substance P Somastotatin
Glukagon
Polipeptida
Progesteron
Coklat
Pepermint
Antasida Rokok
Meticlopramid Kehamilan
Domperidone Prostaglandin
Cisapride Morpin
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinik yang khas dari GERD adalah nyeri / rasa tidak enak di epigastrium
atau retrosternal bagian bawah, rasa nyeri biasanya dideskripsikan sebagai rasa terbakar
(heart burn ), bercampur dengan gejala disfagia, mual atau regurgitasi dan rasa pahit di
lidah, gejala ini dapat lebih buruk pada malam hari.1
Heart burn kadang-kadang dijumpai pada orang sehat, namun bila terjadi
berulang-ulang, hal ini mempunyai nilai ramal diagnostik 60%. Yang dimaksud dengan
heart burn adalah rasa panas/ membakar yang dirasakan di daerah epigastrium dan
bergerak naik ke daerah retrosternal sampai ke tenggorok. Keluhan ini terutama timbul
malam hari pada waktu berbaring atau setelah makan. Keluhan bertambah pada waktu
membungkuk, atau setelah minum minuman beralkohol, sari buah, kopi, minuman panas
atau dingin. Sebaliknya antasida dapat mengurangi rasa sakit tadi.
Rasa tidak enak pada retrosternal ini mirip dengan keluhan pada serangan angina
pektoris. Disfagia yang timbul saat makan makanan padat mungkin terjadi karena striktur
atau keganasan yang berkembang dari Barrett’s esophagus . Odinofagia (rasa sakit saat
menelan makanan) bisa timbul jika sudah terjadi ulserasi esofagus yang berat.
GERD dapat juga menimbulkan manifestasi gejala ekstra esofageal yang atipik
dan sangat bervariasi mulai dari nyeri dada non-kardiak ( Non Cardiac Chestpain) , suara
serak ( hoarseness ) , mulut terasa asam , laringitis, batuk karena aspirasi sampai
timbulnya bronkiektasis atau asma. Gejala GERD biasanya berjalan perlahan-lahan,
sangat jarang terjadi episode akut atau keadaan yang bersifat mengancam nyawa
F. DIAGNOSIS
Merupakan standart baku untuk diagnosis GERD dengan ditemukannya mucosal break di
esofagus, jika tidak ditemukan keadaan ini disebut sebagai non erosive refluks disease
(NERD). Pada kebanyakan kasus hasil pemeriksaan ini normal, atau bisa tampak
esofagitis / eppitellium barret, yang merupakan suatu keadaan praganas dan predisposisi
adenokarsinoma di sepertiga bawah esofagus. Biopsi diperlukan untuk memastikan
diagnosis, menyingkirkan etiologi radang lainnya seperti kandidiasis atau virus (herper
simpleks, Cytomegalo virus), selanjutnya endoskopi menetapkan tempat asal perdarahan,
striktur dan berguna pula untuk pengobatan (dilatasi endoskopik)1
Pemeriksaan radiologi
Pada pemeriksaan ini diberikan kontras barium, diamati secara fluoroskopi jalannya
barium dalam esofagus, peristaltik terutama bagian distal, bila ditemukan refluks barium
dari lambung kembali ke esofagus maka hal itu dinyatakan sebagai GERD. Sering tidak
menunjukkan kelainan pada kasus esofagitis ringan. Namun pada keadaan tertentu
pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dari endoskopi, yaitu pada :
1. Stenosis esofagus derajat ringan akibat esofagitis peptik dengan gejala disfagia
2. Hiatus hernia1
Pemantauan PH 24 jam
Pengukuran PH pada esofagus bagian distal dapat memastikan ada tidaknya refluks
gastroesofageal. PH dibawah 4 pada jarak 5 cm di atas LES dianggap diagnostik untuk
refluks gastroesofageal. 1
Tes Provokatif
- Tes Bernstein
Tes ini mengukur sensitivitas mukosa dengan memasang selang transanal dan
melakukan perfusi bagian distal esofagus dengan HCL 0,1 M dalam waktu kurang dari 1
jam. Bila larutan ini menimbulkan nyeri dada seperti yang biasa dialami pasien,
sedangkan larutan NaCl tidak menimbulkan rasa nyeri, maka test ini dianggap positif 1
- Tes farmakologik/edrofonium
Menggunakan obat edrophorium yang disuntikkan IV untuk menentukan adanya
komponen nyeri motorik yang dapat dilihat dari rekaman gerak peristaltik esofagus
secara manometri untuk memastikan nyeri dada berasal dari esofagus.1
Manometri esofagus
Tes ini akan memberi manfaat yang berarti jika pada pasien-pasien dengan gejala nyeri
epigastrium dan regurgitasi yang nyata.1
Sintigrafi Gastroesofageal
Tes ini menggunakan cairan atau campuran makanan cair dan padat yang di label dengan
radio isitop yang tidak diabsorbsi, biasanya technetium . Sensitivitas dan spesifitas tes ini
masih diragukan.1
G. PENATALAKSANAAN
Pada prinsipnya, penatalaksanaan GERD terdiri dari modifikasi gaya hidup, terapi
medikamentosa, terapi bedah serta akhir-akhir ini mulai dilakukan terapi endoskopik.
Tujuan terapi GERD adalah menghilangkan gejala, menyembuhkan esofagitis
(jika terjadi) dan untuk mencegah terjadinya komplikasi.1
Terapi untuk GERD dapat dibedakan menjadi terapi tanpa nonfarmakologi atau
modifikasi gaya hidup, terapi farmakologis atau medikamentosa, terapi bedah, terapi
endoskopik.
Rekomendasi makanan dan gaya hidup pada pengobatan penyakit Refluks Esofageal
1. Jeruk nipis
2. Tomat
3. Bawang
4. Makanan pedas
Makanan yang dapat menyeabkan refluks :
1. Berhenti merokok
2. Hindari kegemukan
3. Tidak mengkonsumsi alkohol
4. Hindari makan 3 jam sebelum tidur
5. Meninggikan bantal
6. Mengkonsumsi sedikit tetapi lebih sering makanan
7. Hindari tidur setelah makan
8. Hindari pakaian yang ketat
Tabel : rekomendasi diet dan gaya hidup dalam pengobatan GERD4
1. Metode step up menggunakan obat yang tergolong kurang kuat dalam menekan
sekresi asam (antagonis reseptor H2 ) atau golongan prokinetik, bila gagal diberikan
golongan obat penekan sekresi asam yang lebih kuat dengan terapi lebih lama
(penghambat pompa proton/ PPI ).
2. Metode step down pengobatan dimulai dengan PPI dan apabila berhasil dapat
dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan dengan menggunakan dosis yang lebih
rendah atau antagonis reseptor H2 atau prokinetik atau bahkan antasid.
Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat digunakan dalam terapi medikamentosa :
• Antasid
Golongan obat ini cukup efektif dan aman, dapat memperkuat tekanan sfingter
esofagus bagian bawah tapi tidak menyembuhkan lesi esofagitis
• Antagonis reseptor H2
Sebagai penekan sekresi asam, golongan ini efektif dalam pengobatan GERD jika
diberikan dosis 2 kali lebih tinggi dan dosis untuk terapi ulkus, golongan ini hanya
efektif pada pengobatan esofagitis derajat ringan sampai sedang serta tanpa
komplikasi.
(3) Famotidin : 2 x 20 mg
• Obat-obat prokinetik :
(1) Metoklopramid : 3 x 10 mg
(3) Cisapride : 3 x 10 mg
- Omeprazole : 2 x 20 mg.
- Lansoprazole : 2 x 30 mg.
- Pantoprazole : 2 x 40 mg.
- Rabeprazole : 2 x 10 mg.
- Esomeprazole : 2 x 40 mg.
Antasid +1 0 0 0
Prokinetik +2 +1 0 +1
Antagonis +2 +2 +1 +1
reseptor H2
Antagois +3 +3 +1 +1
reseptor H2 +
prokinetik
Antagonis +3 +3 +2 +2
reseptor H2
dosis tinggi
Penghambat +4 +4 +3 +4
pompa proton
Pembedahan +4 +4 +3 +4
BAB III
ANALISA KASUS
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, Simadibrata M, Setiati S, editor, Buku
ajar ilmu penyakit dalam, Jilid I, ed. IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Universitas Indonesia. h. 1803;2007
2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi, Edisi 6, Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. h. 417.
3. Chandrasoma P. T, DeMeester Tom R. GERD: Reflux to Esophalangeal
Adenocarcinoma. Burlington: Academic Press. 2006.