Tugas Makalah Keperawatan Dasar Ii - Kelompok 1 - Konsep Dan Prinsip Aman Dan Nyaman
Tugas Makalah Keperawatan Dasar Ii - Kelompok 1 - Konsep Dan Prinsip Aman Dan Nyaman
NAMA KELOMPOK
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala berkat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Dan Prinsip Kebutuhan Rasa Aman Nyaman” kami menyadari
bahwa makalah ini masih banyaknya kekurangan dari segi referensi teori yang ada.
Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca pada
umumnya. Kami menyadari bahwa hasil penyusunan makalah ini belum sempurna
sepenuhnya sesuai yang diharapkan. Dengan rela hati kami menerima kritikan dan
saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini bagi kemajuan asuhan keperawatan khususnya pada Kebutuhan Rasa
Aman dan Nyaman.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 4
B. Tujuan .................................................................................. 4
C. Manfaat …………............................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keamanan Atau Keselamatan ........................................... 6
B. Klasifikasi Kebutuhan Keamanan Atau Keselamatan .... 6
1. Keselamatan Fisik ........................................................ 6
2. Keselamatan Psikologi ................................................. 7
3. Cara Meningkatkan Keamanan .................................... 7
C. Kenyamanan ........................................................................ 8
D. Jenis-Jenis Resiko Keamanan Pada .................................. 8
E. Nyeri ..................................................................................... 10
1. Definisi Nyeri .............................................................. 10
2. Penyebab Nyeri ............................................................ 11
3. Klasifikasi Nyeri .......................................................... 12
4. Mekanisme Nyeri ......................................................... 17
5. Fisiologi Nyeri ............................................................. 19
6. Upaya Mengatasi Ketidaknyamanan (Nyeri) .............. 20
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 23
B. Saran ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan rasa aman dan nyaman merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia. Oleh karena itu hal tersebut harus terpenuhi agar kehidupan
sebagai individu dapat berjalan dengan seimbang. Terutama pada usia remaja
dan lansia dimana kebutuhan ini haruslah sangat terpenuhi. Usia secara alami
akan mempengaruhi kesanggupan individu mempertahankan dirinya untuk
tetap dalam kondisi aman dan merawat dirinya agar senantiasa merasa
nyaman.
Kebutuhan rasa aman dan nyaman ini bisa masuk di faktor lingkungan
yang eksternal yang dapat mempengaruhi sehat sakit seseorang. Dan hal itu
juga memberikan dampak rasa aman dan nyaman yang positif atau negatif.
Dengan seperti itu sebagai seorang perawat kita seharusnya lebih peka dan
caring terhadap klien yang kita asuh. Karena, ada beberapa klien yang tidak
dapat mengekspresikan apa yang dia rasakan dan kurang terbuka kepada
perawat. Dan kebutuhan rasa nyaman yang bebas dari rasa nyeri juga
merupakan salah satu kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditujukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Agar terciptanya rasa saling percaya tersebut seharusnya perawat lebih
aktif dalam memberikan asuhan serta mampu untuk berinteraksi kepada
pasien dalam melakukan orientasi untuk membangun kepercayaan.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kebutuhan rasa aman dan nyaman.
2. Mendalami konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman.
C. Manfaat
Dengan mengetahui cara atau pola asuh keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan rasa aman dan nyaman kita sebagai seorang perawat akan lebih
peduli dan mengerjakan pekerjaan dengan tulus kepada pasien. Agar
menimbulkan rasa aman dan nyaman demi kebaikan kondisi seorang klien
yang kita asuh. Karena kita sebagai seorang perawat tidak hanya membantu
penyembuhan klien yang sakit secara fisik saja namun juga secara
psikologisnya dan menciptakan lingkungan yang damai. Karena lingkungan
yang damai dapat membuat pasien merasakan aman dan nyaman secara utuh
dan menyeluruh.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
E. Nyeri
1. Definisi Nyeri
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa salah satu kondisi
yang mempengaruhi perasaan ketidaknyamanan pada pasien adalah
perasan nyeri yang timbul akibat gejala ataupun tanda pada pasien.
Nyeri sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya.
Menurut International Association for Study of Pain (IASP),
nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri tidaklah selalu
berhubungan dengan derajat kerusakan jaringan yang dijumpai. Nyeri
bersifat individual yang dipengaruhi oleh genetik, latar belakang
kultural, umur dan jenis kelamin. Pada anak mereka belum bisa untuk
mengungkapkan nyeri sedangkan orang dewasa mengungkapkan nyeri
jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pengalaman masa
lalu dengan juga dapat memberikan pengaruh terhadap rasa nyeri.
2. Penyebab Rasa Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan
dengan psikis. Secara fisik misalnya, penyebab nyeri adalah trauma
(baik trauma mekanik, termis, kimiawi maupun elektrik), neoplasma,
peradangan, gangguan sirkulasi darah dan lain-lain. Secara psikis,
penyebab nyeri dapat terjadi oleh karena adanya trauma psikologis.
(Asmadi. 2008)
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf
bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
Trauma termis menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor
mendapat rangsangan akibat panas, dingin. Trauma kimiawi terjadi
karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat. Trauma eletrik dapat
menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat megenai
reseptor nyeri. (Asmadi. 2008)
Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau
kerusakan jaringa yang mengandung reseptor nyeri dan juga karena
tarikan, jepitan, atau metastase. Nyeri pada peradangan terjadi karena
kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan atau
terjepit oleh pembengkakan. (Asmadi. 2008)
Dengan demikan, dapat disimpulkan bahwa nyeri yang
disebabkan oleh faktor fisik berkaitan dengan terganggunya serabut
saraf reseptor nyeri. Serabut saraf ini terletak dan tersebar pada lapisan
kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu yang terletak lebih dalam.
(Asmadi. 2008)
Nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma
psikologis dan pengaruh terhadap fisik. Kasus ini dapat dijumpai pada
kasus yang termasuk kategori psikosomatik. Nyeri karena faktor ini
disebut pula psychogenic pain. (Asmadi. 2008)
3. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan berdasarkan
pada tempat, sifat, berat dan ringannya nyeri, dan waktu lamanya
serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya :
1) Pheriperal Pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh misalnya pada kulit, mukosa.
2) Deep Pain, yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh
yang lebih dalam atau pada organ-organ tubuh visceral.
3) Refered Pain, yaitu nyeri yang disebabkan karena penyakit
organ/struktur dalam tubuh yang ditransmisikan ke bagian
tubuh di daerah yang berbeda, bukan daerah asal nyeri.
4) Central Pain, yaitu nyeri yang terjadi karena perangsangan
pada sitem saraf pusat, spinal cord, batang otak, talamus,
dan lain-lain. (Asmadi. 2008)
b. Nyeri berdasarkan sifatnya :
1) Incidental Pain, yaitu nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu
menghilang.
2) Steady Pain, yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta
dirasakan dalam waktu yang lama.
3) Paroxymal Pain, yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas
tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut menetap biasanya ±
10-15 menit, lalu menghilang, kemudian timbul lagi.
(Asmadi. 2008)
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya :
1) Nyeri ringan, yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang, yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat, yaitu myeri dengan intensitas yang tinggi.
(Asmadi. 2008)
Daya hantar sinyal relatif cepat Daya hantar sinyal lebih lambat
Bermielin halus dengan Tidak bermielin dengan diamter
diameter 2-5 mm 0,4-1,2 mm
Membawa rangsangan nyeri Membawa rangsangan nyeri
yang menusuk terbakar dan tumpul
Serabut saraf tipe ini berakhir di Serabut saraf tipe ini berakhir di
kornudorsalis dan lamina 1. lamina II, III, dan IV
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri
berhubungan dengan pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas
oleh perubahan mekanik, rangsangan kimia, atau temperatur yang
berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf nyeri
diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di
talamus. (Asmadi. 2008)
b. The Intensity Theory (Teori Intensitas)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada
reseptor. Setiap rangsangan sensori punya potensi untuk
menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat. (Asmadi. 2008)
c. The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)
Teori ini menjelaskan mekanisme transmisi nyeri.
Kegiatannya bergantung pada aktivitas serat saraf afren
berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel saraf di
substansia gelatinosa. Aktivitas serat yang berdiameter besar
menghambat transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan
serat saraf yang berdiameter kecil mempengaruhi transmisi yang
artinya “pintu dibuka”.
Tetapi menurut penelitian tearkhir, tidak ditemukan
hambatan presinaptik. Hambatan oleh presinaptik pada serat
berdiameter besar maupun kecil hanya terjadi bila serat tersebut
dirangsang secara berturut-turut. Oleh karena tidak semua sel saraf
di substansia gelatinosa menerima input konvergen dari sel saraf
besar maupun kecil baik yang membahayakan atau tidak, maka
peranan kontrol pintu ini menjadi tidak jelas. (Asmadi. 2008)
5. Fisiologi Nyeri
Fisiologi nyeri termasuk suatu rangkaian proses neurofisiologis
kompleks yang disebut sebagai nosiseptif (nociception) yang
merefleksikan empat proses komponen yang nyata yaitu transduksi,
transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat
diperifer sampai dirasakannya nyeri di susunan saraf pusat (cortex
cerebri). (Asmadi. 2008).
a. Proses Transduksi
Suatu proses dimana akhiran saraf aferen menerjemahkan
stimulus (misalnya tusukan jarum) ke dalam impuls nosiseptif.
Ada tiga tipe serabut saraf yang terlibat dalam proses ini, yaitu
serabut A-beta, A-delta, dan C. Serabut yang berespon secara
maksimal terhadap stimulasi non noksius dikelompokkan sebagai
serabut penghantar nyeri, atau nosiseptor. Serabut ini adalah A-
delta dan C. Silent nociceptor, juga terlibat dalam proses
transduksi, merupakan serabut saraf aferen yang tidak bersepon
terhadap stimulasi eksternal tanpa adanya mediator inflamasi.
(Tamsuri, 2007)
b. Proses Transmisi
Suatu proses dimana impuls disalurkan menuju kornu
dorsalis medula spinalis, kemudian sepanjang traktus sensorik
menuju otak. Neuron aferen primer merupakan pengirim dan
penerima aktif dari sinyal elektrik dan kimiawi. Aksonnya
berakhir di kornu dorsalis medula spinalis dan selanjutnya
berhubungan dengan banyak neuron spinal. (Tamsuri, 2007)
c. Proses Modulasi
Proses amplifikasi sinyal neural terkait nyeri (pain related
neural signals). Proses ini terutama terjadi di kornu dorsalis
medula spinalis, dan mungkin juga terjadi di level lainnya.
Serangkaian reseptor opioid seperti mu, kappa, dan delta dapat
ditemukan di kornu dorsalis. Sistem nosiseptif juga mempunyai
jalur desending berasal dari korteks frontalis, hipotalamus, dan
area otak lainnya ke otak tengah (midbrain) dan medula oblongata,
selanjutnya menuju medula spinalis. Hasil dari proses inhibisi
desendens ini adalah penguatan, atau bahkan penghambatan (blok)
sinyal nosiseptif di kornu dorsalis. (Tamsuri, 2007)
d. Persepsi
Nyeri adalah kesadaran akan pengalaman nyeri. Persepsi
merupakan hasil dari interaksi proses transduksi, transmisi,
modulasi, aspek psikologis, dan karakteristik individu lainnya.
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri
adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secaara potensial merusak. Reseptor
nyeri disebut juga Nociseptor. Secara anatomis, reseptor nyeri
(nociseptor) ada yang bermiyelin dan ada juga yang tidak
bermiyelin dari syaraf aferen. (Tamsuri, 2007).
6. Upaya Mengatasi Ketidaknyamanan (Nyeri)
Metode dan teknik yang dapat dilakukan dalam upaya untuk
mengatasi nyeri antara lain sebagai berikut :
a. Distraksi
Distraksi adalah mengalihkan perhatian klien dari nyeri.
Teknik distraksi yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
1) Bernapas lambat dan berirama secara teratur
2) Menyanyi berirama dan menghitung ketukannya
3) Mendengarkan musik
4) Mendorong untuk mengkhayal (guided imagery) yaitu
melakukan bimbingan yang baik kepada klien untuk
mengkhayal. Tekniknya sebagai berikut :
a) Atur posisi yang nyaman pada klien
b) Dengan suara yang lembut, mintakan klien untuk
memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau
pengalaman yang membantu penggunaan semua indra.
c) Mintakan klien untuk tetap berfokus pada bayangan
yang menyenagkan sambil merelaksikan tubuhnya.
d) Bila klien tampak relaks, perawat tidak perlu bicara
lagi.
e) Jika klien menunjukan tanda-tanda agitasi, gelisah,
atau tidak nyaman, perawat harus menghentikan
latihan dan memulainya lagi ketika klien siap.
5) Massage
Ada beberapa teknik massage yang dapat dilakukan untuk
distraksi seperti yang tergambar berikut ini :
a) Remasan, dengan cara mengusap otot bahu yang
dikerjakan secara bersama.
b. Teknik Relaksasi
Teknik relaksasi ini dapat menurunkan ketegangan
fisiologis. Teknik ini dapat dilakukan dengn kepala ditopang
dalam posisi berbaring atau duduk dikursi. Hal utama yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan teknik relaksasi adalah klien
dengan posisi yang nyaman, klien dengan pikiran yang beristirahat
dan lingkungan yang tenang.
Teknik relaksasi banyak jenisnya, salah satunya dalah
relaksasi autogenik. Relaksasi ini mudah dilakukan dan tidak
berisiko. Prinsipnya klien harus mampu berkonstrasi sambil
membaca doa/dzikir dalam hati seiring dengan ekspirasi udara
paru.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebutuhan akan keselamatan atau keamanan adalah kebutuhan untuk
melindungi diri dari bahaya fisik. Sementara kenyamanan/rasa nyaman adalah
suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-
hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transeden (keadaan tentang
sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).
Nyeri adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak
menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Dengan berdasarkan pada
tempat, sifat, berat dan ringannya nyeri, dan waktu lamanya serangan nyeri.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Sebagai seorang perawat seharusnya sudah sepantasnya untuk
menjaga keamanan dan kenyamanan klien dan perawat itu sendiri. Dan
mampu memberikan asuhan keperawatan terhadap pasien yang memiliki
gangguan terhadap rasa aman dan nyaman.
2. Bagi Pembaca
Sebaiknya pembaca dapat memahami dan menerapkan konsep
kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam kehidupan sehari-hari.
3.
DAFTAR PUSTAKA