Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam menjalankan kegiatan bisnis, perusahaan tidak hanya mementingkan laba yang

diperoleh, namun diperlukan tanggung jawab sosial dan peningkatan kesejahteraan sosial (Loh,

Thomas dan Wang, 2017). Masalah yang berkaitan dengan ethic dan tanggung jawab sosial

perusahaan terhadap eksistensinya dalam masyarakat, yang dikenal dengan corporate social

responsibility (CSR). CSR ini membuat perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada

shareholder saja, tetapi juga bertanggung jawab pada seluruh stakeholder (Hu et.al, 2018).

Implementasi konsep CSR sangat beragam mulai program pendidikan, kesehatan,

pemberdayaan, penyaluran modal bagi usaha kecil menengah untuk mengembangkan usaha,

hingga kegiatan-kegiatan lingkungan yang bertema Go Green. Dalam pelaksanaan CSR ini,

perusahaan harus mempertimbangkan keadaan SDA dan SDM yang ada disekitar.

Pelaksanaan kegiatan CSR tercakup dalam beberapa undang-undang yaitu Undang-

Undang nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 4 mengenai perusahaan yang wajib untuk

melaksanakan tanggung jawab social perusahaan, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pasal 15

huruf b tentang Penanaman Modal yang berbunyi “Setiap penanaman modal berkewajiban

melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan” dan salah satu peraturan terbaru terdapat

pada industri keuangan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu

POJK nomor 51 tahun 2017 mengenai penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa

keuangan, emiten dan perusahaan publik (www.ojk.go.id). Namun dalam praktiknya, beberapa

perusahaan melakukan CSR bukan karena semata-mata untuk kewajiban saja, tetapi untuk
memberikan kesan kepada public bahwa perusahaan peka terhadap tanggungjawab social yang

sehingga nama perusahaan baik di mata public dan dapat meningkatkan citra perusahaan.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an,

yang secara umum kemudian dikenal sebagai Stakeholder theory artinya sebagai kumpulan

kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan Stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan

hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk

berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Tujuan CSR ini adalah menarik

perhatian public dan juga demi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama

(Going Concern). Perusahaan yang melakukan CSR, akan menarik simpati dari masyarakat.

Masyarakat akan menjadi loyal terhadap perusahaan, sehingga akan menyenangi produk dari

perusahaan tersebut. Hal ini dapat menaikkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana

perusahaan akan dapat bertahan hidup lebih lama. Hal ini akan secara signifikan mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan. Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut memiliki

biaya yang harus dikeluarkan terkait dengan aktivitas CSR yang dilakukan, yaitu seperti biaya

bantuan bencana alam, biaya lingkungan, biaya pendidikan, biaya program kemitraan bina

lingkungan, dan lainnya. Berikut contoh perusahaan yang menerapkan CSR, PT Coca Cola

Indonesia melalui Coca-Cola Foundation melakukan serangkaian aktivitas yang terfokus pada

bidang pendidikan, lingkungan, infrastruktur masyarakat, kebudayaan, kepemudaan,

kesehatan, pengembangan UKM, juga pemberian bantuan bagi korban bencana alam.

Sampoerna dan Djarum juga dikenal konsisten dengan program beasiswa yang mutunya dijaga

ketat. Selain itu juga terus meningkatkan prestasi bidang keolahragaan. Selanjutnya Unilever
memperkenalkan nilai-nilai kejujuran, empati kepada sesama, dan pentingnya kebersihan

dalam hidup sehari-hari.

CSR dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama

(Going Concern). Hal ini dikarenakan perusahaan melaksanakan tanggungjawab social sehingga

masyarakat percaya terhadap perusahaan dan terus mendukung keberadaan perusahaan serta

banyak investor yang tertarik menanamkan modal diperusahaan tersebut. CSR ini didukung

oleh masyarakat dan investor serta pihak-pihak yang lain. Tetapi masyarakat dan investor ini

juga bisa jadi ancaman untuk perusahaan apabila perusahaan kurang baik dan tidak sesuai

dengan keinginan investor dan masyarakat. Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam

laporan keuangan penting karena melalui social reporting disclosure, pemakai laporan

keuangan akan dapat menganalisis sejauh mana perhatian dan tanggung jawab sosial

perusahaan dalam menjalankan bisnis. Pengukuran kinerja CSR yang dilakukan melalui laporan

tahunan memerlukan acuan informasi (information guideline). Acuan informasi laporan CSR

yang saat ini mendominasi adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan

oleh Global Reporting Initiative (GRI), walaupun ada acuan lain yang dikembangkan oleh

beberapa akademisi melalui kajian literature.

Masalah yang timbul adalah apakah CSR ini dapat menaikkan nilai perusahaan atau

malah sebaliknya menurunkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah gambaran umum

mengenai suatu perusahaan. Investor menjadikan nilai perusahaan sebagai ukuran terhadap

sebuah perusahaan, yang sering berkaitan dengan harga saham. Nilai perusahaan merupakan hal

yang penting karena ketika nilai perusahaan tinggi maka kesejahteraan pemegang saham akan

meningkat[ CITATION Sho021 \l 1033 ]. Hal tersebut memberikan dampak bagi para pemegang saham
untuk tetap mempertahankan investasinya dan juga calon investor agar tertarik menginvestasikan

modalnya kepada perusahaan tersebut [ CITATION Ilm14 \l 1033 ]. CSR merupakan salah satu cara

agar perusahaan dapat going concern karena dengan perusahaan melakukan CSR maka citra

perusahaan akan bagus dimata masyarakat dan investor karena perusahaan telah memenuhi

tanggungjawab sosialnya dan hal ini dapat meningkatkan tambahan modal untuk perusahaan

karena banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya dan masyarakat selalu

menggunakan produk perusahaan yang dapat meningkatkan revenue perusahaan. Seiring

dengan banyak investor yang menanamkan modal maka harga saham akan naik. Peningkatan

nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar [ CITATION Ama12 \l

1033 ].

Tetapi disisi lain, CSR ini merupakan biaya yang harus dicatat dan dikeluarkan

perusahaan, yang dapat menurunkan laba perusahaan sehingga memungkinkan

terganggungnya kegiatan operasional perusahaan. Hal ini yang membuat investor juga berpikir

apakah investor akan terus menanamkan modalnya, karena jika laba turun akan mempengaruhi

dividen yang diterima oleh investor dan membuat para investor mundur serta mempengaruhi

harga saham di bursa yang membuat turunnya nilai perusahaan karena harga saham turun.

Penelitian terdahulu yang mengangkat topik mengenai pengaruh CSR terhadap nilai

perusahaan di berbagai negara dengan hasil penelitian yang beragam antara pengungkapan CSR

dan nilai perusahaan. Chung, Jung, dan Young (2018) yang mengatakan bahwa perusahaan yang

melakukan pengungkapan CSR dapat memberikan penilaian positif bagi investor. Investor akan

menilai perusahaan yang melakukan pengungkapan CSR, dianggap perusahaan tersebut memiliki

manajemen keuangan yang baik. Nguyen et al., (2015) menjelaskan perusahaan yang
mengungkapkan informasi CSR mendapatkan nilai perusahaan yang lebih tinggi di tahun

berikutnya. Artinya pengungkapan CSR yang dilakukan sekarang akan berdampak pada nilai

perusahaan kedepannya. Hal ini sesuai dengan kepentingan dan kepuasan stakeholder yang

dapat dicapai dengan berbagai cara dengan salah satunya yaitu peningkatan kinerja dan

pengungkapan lingkungan. Perusahaan yang memberikan kepuasan kepada stakeholder, akan

mendapat dukungan dalam hal keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Hal ini dapat

memberikan pengaruh bagi nilai perusahaan dimana perusahaan dilihat memiliki citra yang baik

dimata stakeholder (Orlitzky, Schmidt dan Rynes, 2003).

Sedangkan, hasil penelitian Sabatini dan Sudana (2019) menyatakan bahwa banyaknya

pengungkapan CSR dapat menurunkan nilai perusahaan disebabkan Pengungkapan CSR yang

disampaikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh investor. Hasil

penelitian ini juga tidak sejalan dengan stakeholder theory karena investor melihat bahwa

informasi pengungkapan CSR perusahaan belum menjelaskan sesuai dengan fakta yang

sebenarnya. Hal ini didasari oleh perusahaan yang belum mampu menyampaikan

pengungkapan CSR sesuai dengan ekspektasi investor sehingga investor merasa bahwa

pengungkapan CSR belum menjadi hal yang penting. Siswanto dan Yanti (2018) menjelaskan

semakin tinggi pengungkapan CSR maka akan mempengaruhi penurunan nilai perusahaan. Hal

ini disebabkan oleh pengungkapan CSR yang tinggi dapat menurunkan tingkat laba

perusahaan yang disebabkan semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,

sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah dividen yang diterima oleh investor.

Hasil dari penelitian terdahulu masih belum memperlihatkan hasil yang konsisten

sehingga menyebabkan masih adanya celah untuk melakukan penelitian mengenai topik
“Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan”. Untuk memastikan pengungkapan

CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan, penelitian ini menggunakan skoring CSR

berdasarkan data Environment, Social and Governance (ESG) Bloomberg yang dinilai memiliki

pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian meliputi

perusahaan dari seluruh sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan

perusahaan meliputi seluruh sektor industri bertujuan untuk dapat mengetahui perbandingan

pengungkapan CSR antar sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2016 - 2018.

Anda mungkin juga menyukai