PENDAHULUAN
Dalam menjalankan kegiatan bisnis, perusahaan tidak hanya mementingkan laba yang
diperoleh, namun diperlukan tanggung jawab sosial dan peningkatan kesejahteraan sosial (Loh,
Thomas dan Wang, 2017). Masalah yang berkaitan dengan ethic dan tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap eksistensinya dalam masyarakat, yang dikenal dengan corporate social
responsibility (CSR). CSR ini membuat perusahaan tidak hanya bertanggung jawab kepada
shareholder saja, tetapi juga bertanggung jawab pada seluruh stakeholder (Hu et.al, 2018).
pemberdayaan, penyaluran modal bagi usaha kecil menengah untuk mengembangkan usaha,
hingga kegiatan-kegiatan lingkungan yang bertema Go Green. Dalam pelaksanaan CSR ini,
perusahaan harus mempertimbangkan keadaan SDA dan SDM yang ada disekitar.
Undang nomor 40 Tahun 2007 pasal 74 ayat 4 mengenai perusahaan yang wajib untuk
melaksanakan tanggung jawab social perusahaan, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 pasal 15
huruf b tentang Penanaman Modal yang berbunyi “Setiap penanaman modal berkewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan” dan salah satu peraturan terbaru terdapat
pada industri keuangan peraturan yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu
POJK nomor 51 tahun 2017 mengenai penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa
keuangan, emiten dan perusahaan publik (www.ojk.go.id). Namun dalam praktiknya, beberapa
perusahaan melakukan CSR bukan karena semata-mata untuk kewajiban saja, tetapi untuk
memberikan kesan kepada public bahwa perusahaan peka terhadap tanggungjawab social yang
sehingga nama perusahaan baik di mata public dan dapat meningkatkan citra perusahaan.
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal tahun 1970an,
yang secara umum kemudian dikenal sebagai Stakeholder theory artinya sebagai kumpulan
kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan Stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan
hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk
berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Tujuan CSR ini adalah menarik
perhatian public dan juga demi kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama
(Going Concern). Perusahaan yang melakukan CSR, akan menarik simpati dari masyarakat.
Masyarakat akan menjadi loyal terhadap perusahaan, sehingga akan menyenangi produk dari
perusahaan tersebut. Hal ini dapat menaikkan tingkat profitabilitas perusahaan, dimana
perusahaan akan dapat bertahan hidup lebih lama. Hal ini akan secara signifikan mempengaruhi
kinerja keuangan perusahaan. Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut memiliki
biaya yang harus dikeluarkan terkait dengan aktivitas CSR yang dilakukan, yaitu seperti biaya
bantuan bencana alam, biaya lingkungan, biaya pendidikan, biaya program kemitraan bina
lingkungan, dan lainnya. Berikut contoh perusahaan yang menerapkan CSR, PT Coca Cola
Indonesia melalui Coca-Cola Foundation melakukan serangkaian aktivitas yang terfokus pada
kesehatan, pengembangan UKM, juga pemberian bantuan bagi korban bencana alam.
Sampoerna dan Djarum juga dikenal konsisten dengan program beasiswa yang mutunya dijaga
ketat. Selain itu juga terus meningkatkan prestasi bidang keolahragaan. Selanjutnya Unilever
memperkenalkan nilai-nilai kejujuran, empati kepada sesama, dan pentingnya kebersihan
CSR dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka waktu yang lama
(Going Concern). Hal ini dikarenakan perusahaan melaksanakan tanggungjawab social sehingga
masyarakat percaya terhadap perusahaan dan terus mendukung keberadaan perusahaan serta
banyak investor yang tertarik menanamkan modal diperusahaan tersebut. CSR ini didukung
oleh masyarakat dan investor serta pihak-pihak yang lain. Tetapi masyarakat dan investor ini
juga bisa jadi ancaman untuk perusahaan apabila perusahaan kurang baik dan tidak sesuai
dengan keinginan investor dan masyarakat. Pengungkapan tanggung jawab sosial dalam
laporan keuangan penting karena melalui social reporting disclosure, pemakai laporan
keuangan akan dapat menganalisis sejauh mana perhatian dan tanggung jawab sosial
perusahaan dalam menjalankan bisnis. Pengukuran kinerja CSR yang dilakukan melalui laporan
tahunan memerlukan acuan informasi (information guideline). Acuan informasi laporan CSR
yang saat ini mendominasi adalah Sustainability Reporting Guidelines (SRG), yang dikeluarkan
oleh Global Reporting Initiative (GRI), walaupun ada acuan lain yang dikembangkan oleh
Masalah yang timbul adalah apakah CSR ini dapat menaikkan nilai perusahaan atau
malah sebaliknya menurunkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah gambaran umum
mengenai suatu perusahaan. Investor menjadikan nilai perusahaan sebagai ukuran terhadap
sebuah perusahaan, yang sering berkaitan dengan harga saham. Nilai perusahaan merupakan hal
yang penting karena ketika nilai perusahaan tinggi maka kesejahteraan pemegang saham akan
meningkat[ CITATION Sho021 \l 1033 ]. Hal tersebut memberikan dampak bagi para pemegang saham
untuk tetap mempertahankan investasinya dan juga calon investor agar tertarik menginvestasikan
modalnya kepada perusahaan tersebut [ CITATION Ilm14 \l 1033 ]. CSR merupakan salah satu cara
agar perusahaan dapat going concern karena dengan perusahaan melakukan CSR maka citra
perusahaan akan bagus dimata masyarakat dan investor karena perusahaan telah memenuhi
tanggungjawab sosialnya dan hal ini dapat meningkatkan tambahan modal untuk perusahaan
karena banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya dan masyarakat selalu
dengan banyak investor yang menanamkan modal maka harga saham akan naik. Peningkatan
nilai perusahaan biasanya ditandai dengan naiknya harga saham di pasar [ CITATION Ama12 \l
1033 ].
Tetapi disisi lain, CSR ini merupakan biaya yang harus dicatat dan dikeluarkan
terganggungnya kegiatan operasional perusahaan. Hal ini yang membuat investor juga berpikir
apakah investor akan terus menanamkan modalnya, karena jika laba turun akan mempengaruhi
dividen yang diterima oleh investor dan membuat para investor mundur serta mempengaruhi
harga saham di bursa yang membuat turunnya nilai perusahaan karena harga saham turun.
Penelitian terdahulu yang mengangkat topik mengenai pengaruh CSR terhadap nilai
perusahaan di berbagai negara dengan hasil penelitian yang beragam antara pengungkapan CSR
dan nilai perusahaan. Chung, Jung, dan Young (2018) yang mengatakan bahwa perusahaan yang
melakukan pengungkapan CSR dapat memberikan penilaian positif bagi investor. Investor akan
menilai perusahaan yang melakukan pengungkapan CSR, dianggap perusahaan tersebut memiliki
manajemen keuangan yang baik. Nguyen et al., (2015) menjelaskan perusahaan yang
mengungkapkan informasi CSR mendapatkan nilai perusahaan yang lebih tinggi di tahun
berikutnya. Artinya pengungkapan CSR yang dilakukan sekarang akan berdampak pada nilai
perusahaan kedepannya. Hal ini sesuai dengan kepentingan dan kepuasan stakeholder yang
dapat dicapai dengan berbagai cara dengan salah satunya yaitu peningkatan kinerja dan
mendapat dukungan dalam hal keberlanjutan perusahaan di masa mendatang. Hal ini dapat
memberikan pengaruh bagi nilai perusahaan dimana perusahaan dilihat memiliki citra yang baik
Sedangkan, hasil penelitian Sabatini dan Sudana (2019) menyatakan bahwa banyaknya
pengungkapan CSR dapat menurunkan nilai perusahaan disebabkan Pengungkapan CSR yang
disampaikan oleh perusahaan tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh investor. Hasil
penelitian ini juga tidak sejalan dengan stakeholder theory karena investor melihat bahwa
informasi pengungkapan CSR perusahaan belum menjelaskan sesuai dengan fakta yang
sebenarnya. Hal ini didasari oleh perusahaan yang belum mampu menyampaikan
pengungkapan CSR sesuai dengan ekspektasi investor sehingga investor merasa bahwa
pengungkapan CSR belum menjadi hal yang penting. Siswanto dan Yanti (2018) menjelaskan
semakin tinggi pengungkapan CSR maka akan mempengaruhi penurunan nilai perusahaan. Hal
ini disebabkan oleh pengungkapan CSR yang tinggi dapat menurunkan tingkat laba
perusahaan yang disebabkan semakin besar biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan,
sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah dividen yang diterima oleh investor.
Hasil dari penelitian terdahulu masih belum memperlihatkan hasil yang konsisten
sehingga menyebabkan masih adanya celah untuk melakukan penelitian mengenai topik
“Pengaruh Pengungkapan CSR Terhadap Nilai Perusahaan”. Untuk memastikan pengungkapan
CSR berpengaruh terhadap nilai perusahaan, penelitian ini menggunakan skoring CSR
berdasarkan data Environment, Social and Governance (ESG) Bloomberg yang dinilai memiliki
pengaruh terhadap nilai perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian meliputi
perusahaan dari seluruh sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pemilihan
perusahaan meliputi seluruh sektor industri bertujuan untuk dapat mengetahui perbandingan
pengungkapan CSR antar sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada