Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KELOMPOK

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN


IAS NO 16
PROPERTY, PLANT, AND EQUIPMENT

Nama Anggota
AYU SUHARTINI 1711070045
VERA ADIS LISTIYANI 1711070046
HESTY RATNA SARI 1711070067
A. PENDAHULUAN

Aset tetap atau PPE (Property Plant, and Equiptment) adalah aset berwujud (tangible
assets) yang digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, yang memiliki manfaat lebih
dari satu periode akuntansi. Istilah aset tetap digunakan untuk membedakan dengan aset tidak
berwujud, yang juga memiliki masa manfaat lebih dari satu periode akuntansi tetapi tidak
memiliki wujud fisik, serta nilainya tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh eksistensi fisik dari
aset.

IAS 16 Property, Plant and Equipment diterbitkan pada tanggal 18Desember 2003
dan berlaku efektif untuk periode pelaporan yang dimuali sejak 1 Januari 2005. Tujuan dari
penetapan standard ini adalah untuk memberikan ketentuan perlakuan akuntansi untuk
property, plant, and equipment (property, pabrik dan peralatan) sehingga para pengguna
laporan keuangan dapat mengetahui informasi terkait investasi yang dilakukan suatu entitas
dalam property, plant and equipment serta perubahan-perubahan yang terjadi pada investasi
tersebut. Isu akuntansi mendasar terkait property, plant and equipment adalah pengakuan
asset, penentuan nilai tercatat (carrying amount) dan beban depresiasi serta kerugian akibat
impairment yang harus diakui terkait asset tersebut.

Beberapa kejadian atau transaksi terkait property, plant and equipment antara lain
kejadian saat perolehan asset, alokasi biaya perolehan selama masa manfaat dengan
depresiasi, capital expenditure untuk menambah nilai dan/atau masa manfaat asset,
pertukaran asset, impairment asset, kenaikan nilai asset, dan pelepasan asset.

Depresiasi merupakan suatu alokasi sistematis untuk mengalokasikan nilai yang


dapat disusutkan (depreciable amount) sepanjang masa manfaat asset. Nilai yang dapat
disusutkan diukur dari harga perolehan, atau nilai lain sebagai nilai perolehannya, dikurang
dengan nilai sisa. Nilai sisa ditentukan berdasarkan estimasi yang dibuat oleh entitas terkait
jumlah yang akan diperoleh entitas ketika asset tersebut dilepas pada akhir masa manfaat
setelah dikurang biaya-biaya pelepasannya.

B. RUANG LINGKUP
1. Standar ini harus diterapkan dalam akuntansi untuk property, plant and equipment
kecuali ketika Standar mensyaratkan atau mengizinkan perlakuan akuntansi yang
berbeda.
2. Standar ini tidak berlaku untuk:
a) Aset tetap diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5 Non-
current Assets Held for Sale and Discontinued Operation;
b) Aset biologik terkait aktivitas agrikultur (lihat IAS 41 Agriculture)
c) Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (lihat IFRS 6 Exploration for
and Evaluatiom of Mineral Resources); atau
d) Hak penambangan dan cadangan mineral dari minyak, gas alam dan sumber daya
tidak terbarui lainnya.

Namun demikian, Pernyataan ini berlaku untuk aset tetap yang digunakan untuk
mengembangkan atau memelihara aset yang dijelaskan dalam (b) – (d).

 Pernyataan lain bisa saja mensyaratkan pengakuan aset tetap berdasarkan pendekatan
yang berbeda dari Pernyataan ini. Misalnya, IAS 17 Leases mensyaratkan suatu
entitas untuk mengevaluasi pengakuan aset tetap sewaan atas dasar pemindahan risiko
dan imbalan. Namun demikian, dalam aspek perlakuan akuntansi tertentu lainnya
untuk aset tersebut,termasuk penyusutan, diatur oleh Standar ini.
 Entitas yang menggunakan model biaya (cost model) untuk properti investasi sesuai
IAS 40 Investment Property menggunakan model biaya dalam Standar ini.
C. PENGAKUAN
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai asset jika dan hanya jika:
a) kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset
tersebut; dan
b) biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai
persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun demikian, suku cadang
utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas memperkirakan
akan menggunakan aset tersebut selama lebih dari satu periode. Sama halnya jika suku
cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk suatu aset tetap
tertentu, hal ini juga dicatat sebagai aset tetap.
Pernyataan ini tidak menentukan unit ukuran dalam pengakuan suatu aset tetap. Oleh
karena itu, diperlukan pertimbangan dalam penerapan kriteria pengakuan yang sesuai dengan
kondisi tertentu entitas. Pertimbangan tersebuttepat terhadap agregasi unit-unit yang secara
individual tidak signifikan, seperti cetakan dan perkakas, kemudian menerapkan kriteria atas
nilai agregrat tersebut.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua biaya
perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal untuk
memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang timbul untuk
menambah, mengganti, ataumemperbaikinya.
Berdasarkan waktu timbulnya biaya perolehan property, plant and equipment, dapat
dikategorikan sebagai berikut
a. Biaya Awal
Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap
semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan
dari suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat
ekonomik masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap
semacam itu memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut
memungkinkan entitas memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari
aset-aset terkait dibandingkan dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya aset
tersebut tidak diperoleh. Sebagai contoh, pabrik kimia mungkin menerapkan proses
penanganan kimiawi yang baru dalam rangka memenuhi ketentuan lingkungan yang berlaku
untuk produksi dan penyimpanan zat kimiawi berbahaya; perbaikan pabrik yang terkait
diakui sebagai aset karena tanpa perbaikan tersebut entitas tidak dapat memproduksi dan
menjual zat-zat kimiawi. Namun demikian, jumlah tercatat aset tersebut dan aset lain yang
terkait harus di-review untuk menguji apakah telah terjadi penurunan nilai sesuai dengan IAS
36 Impairment of Assets.
b. Subsequent Cost (Biaya yang timbul setelah asset diperoleh)
Berdasarkan prinsip pengakuan property, plant and equipment yang diatur dalam IAS
16, suatu entitas tidak mengakui biaya perawatan harian suatu item property, plant and
equipment ke dalam nilai terbawa dari item asset tersebut. Biaya perawatan harian tersebut
diakui dalam profit dan loss pada laporan laba rugi. Biaya perawatan harian tersebut berupa
upah tenaga kerja, barang habis pakai, dan suku cadang kecil. Tujuan dari pengeluaran ini
adalah untuk perbaikan dan pemeliharaan item property, plant and equipment.
Suku cadang beberapa item property, plant and equipment mungkin memerlukan
penggantian dalam rentang waktu tertentu dengan frekuensi penggantian yang berbeda-beda
(sering, jarang, atau hanya perlu sekali penggantian suku cadang). Berdasarkan prinsip
pengakuan dalam standard ini, apabila kriteria pengakuan terpenuhi, maka entitas harus
mengakui biaya yang timbul dalam penggantian suku cadang tersebut ke dalam nilai terbawa
suatu item property, plant and equipment ketika biaya tersebut timbul.
Nilai terbawa dari part (suku cadang) yang diganti, harus di-derecognize (dihentikan
pengakuannya) berdasarkan ketentuan derecognition provisions yang diatur dalam paragraf
67 sampai dengan paragraf 72 IAS 16.
Item property, plant and equipment yang digunakan secara terus menerus seperti
pesawat terbang memerlukan inspeksi besar yang rutin untuk mengecek kesalahan mesin,
terlepas apakah terdapat suku cadang mesin yang diganti atau tidak. Apabila inspeksi besar
tersebut dilakukan, maka biaya-biayanya diakui dalam nilai terbawa dari item property,
plant and equipment sebagai biaya penggantian suku cadang (replacement) jika kriteria
pengakuan terpenuhi. Biaya inspeksi sebelumnya (yang dibedakan dari suku cadang), harus
dihentikan pengakuannya/dikeluarkan dari nilai terbawa asset.
Sebagai contoh, entitas memutuskan untuk mengganti pipa besi (part) pada plumbing
system. Nilai buku part lama sebesar $15.000 (harga perolehan $150.000 dikurang
akumulasi depresiasi $135.000) dan scrap value (material sisa) sebesar $1.000. Biaya
yang diperlukan untuk part baru adalah $125.000. Jika entitas membayar $124.000 untuk
pemasangan pipa baru dengan menukarkan pipa lama, maka akan dicatat sebagai berikut:

D. PENGUKURAN PADA SAAT PENGAKUAN


Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya harus
diukur sebesar biaya perolehan.
a. Komponen Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap meliputi:
a) harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-potongan lain;
b) biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen;
c) estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban atas biaya tersebut timbul ketika aset tersebut diperoleh atau karena entitas
menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
a) biaya imbalan kerja (seperti didefinisikan dalam IAS 19 Employee Benefits) yang timbul
secara langsung dari pembangunan atau akuisisi aset tetap;
b) biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
c) biaya handling dan penyerahan awal;
d) biaya perakitan dan instalasi;
e) biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil bersih
penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (misalnya,
contoh produk dihasilkan dari peralatan yangs edang diuji); dan
f) komisi profesional.
Entitas menerapkan IAS 2 Inventrories terhadap biaya-biaya yang terkait dengan
kewajiban untuk membongkar, memindahkan, dan merestorasi lokasi aset yang terjadi dalam
suatu periode tertentu sebagai akibat dari pemakaian aset tersebut untuk menghasilkan
persediaan selama periode tersebut. Biaya-biaya yang terkait dengan IAS 2 atau IAS 16 ini
diukur dan diakui sesuaidengan IAS 37 Provision, Contingent Liabilities and Contingent
Assets.
Contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap adalah:
a) biaya pembukaan fasilitas baru;
b) biaya pengenalan produk baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi);
c) biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru (termasuk
biaya pelatihan staf); dan
d) administrasi dan biaya overhead umum lainnya.

Pengakuan terhadap biaya-biaya dalam jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan ketika
aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai
dengan intensi manajemen. Oleh karena itu, biaya pemakaian dan pengembangan aset tidak
dimasukkan ke dalam jumlah tercatat aset tersebut. Sebagai contoh, biaya-biaya berikut ini
tidak termasuk di dalam jumlah tercatat suatu aset tetap:
a) biaya-biaya yang terjadi ketika suatu aset telah mampu beroperasi sesuai dengan intensi
manajemen namun belum dipakai atau masih beroperasi di bawah kapasitas penuhnya;
b) kerugian awal operasi, seperti ketika permintaan terhadap keluaran (output) masih
rendah; dan
c) biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.
Sebagian kegiatan terjadi sehubungan dengan pembangunan atau pengembangan suatu
aset tetap, tetapi tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang
diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.
Kegiatan insidental ini mungkin terjadi sebelum atau selama kontruksi atau aktivitas
pengembangan.Contoh, penghasilan yang diperoleh dari pengunaan lahan lokasi bangunan
sebagai tempat parkir mobil sampai pembangunan dimulai. Karena kegiatan insidental ini
tidak dimaksudkan untuk membawa aset tersebut ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar
aset siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen,penghasilan dan beban yang terkait
dari kegiatan insidentaldiakui dalam laba rugi dan diklasifikasikan dalam penghasilandan
beban.
Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan
prinsip yang sama sebagaimana perolehan aset dengan pembelian. Jika entitas membuat aset
serupa untuk dijual dalam usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya
pembangunan aset untuk dijual (IAS 2). Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan
maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula jumlah abnormal yang terjadi dalam
pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset
yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset. IAS 23 Borrowing Costs
menetapkan kriteria yang harus dipenuhi sebelum biaya bunga dapat diakui sebagai suatu
komponen biaya perolehan aset tetap.
Contoh soal:
 Perusahaan menyewa sebuah kantor selama 5 tahun pada tahun 2007 dan mengeluarkan
biaya dekorasi senilai $ 500.000,- untuk mendekorasi ruangan kantor.
 Pemberi sewa mensyaratkan penyewa untuk mengembalikan dekorasi (restorasi) kantor
seperti semula di akhir masa sewa.
 Perusahaan mengestimasi biaya restorasi di akhir masa sewa sebesar $ 60.000,- dengan
tingkat diskonto 6%.
 Tentukan biaya dekorasi kantor pada saat awal masa sewa.

Jawab:

 Biaya dekorasi sejumlah $ 500.000,- ditambah estimasi awal biaya dekorasi sejumlah:
$60.000,- ÷ ( 1+ 6 % )5 = $ 44.835,-
 Sehingga jumlah biaya dekorasi keseluruhan adalah $ 544.835,- dan jurnalnya adalah:
Dr Asset Tetap $ 544.835,-
Cr Kas $ 500.000,-
Cr Kewajiban diestimasi $ 44.835,-
PT A sedang meluncurkan lini produksi baru. Biaya terkait peluncuran tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sejumlah $ 50.000,- untuk biaya perbaikan inferior pabrik agar sesuai dengan
lini produksi yang baru.
2. Sejumlah $ 100.000,- untuk menyiapkan lahan pabrik.
3. Sejumlah $ 5.000.000 untuk membeli mesin yang akan digunakan pada lini
produksi baru.
4. Sejumlah $ 60.000,- untuk biaya pengiriman mesin baru.
5. Instalasi dan perakitan mesin memakan biaya sejumlah $ 55.000,-
6. Biaya pengujian mesin baru sejumlah $ 40.000,-
7. Biaya petugas pengawas dalam instalasi dan pengujian sejumlah $ 20.000,-
8. Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,-
9. Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,-
10. Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti proses
instalasi mesin baru sejumlah $ 250.000,-
Tentukan biaya perolehannya!
 Biaya perolehan lini produksi baru yang diakui sebagai aset tetap adalah sejumlah $
5.325.000,-
 Biaya yang tidak dapat diatribusikan secara langsung terhadap perolehan aset dicatat
sebagai beban pada periode terjadinya.
 Sehingga biaya berikut tidak dapat di masukkan sebagai aset tetap:
- Biaya acara peluncuran perdana lini produksi baru sejumlah $ 30.000,-
- Biaya untuk memperkenalkan lini produksi baru sejumlah $ 950.000,-
- Biaya administrasi dan general overhead dalam mempelajari dan mengikuti proses
instalsi mesin baru sejumlah $ 25.000,-
Satu atau lebih item property, plant and equipment dapat saja diakuisisi dalam transaksi
pertukaran dengan asset non moneter, atau kombinasi asset moneter dan asset non moneter.
Jika hal tersebut terjadi, maka harga perolehan asset diukur dengan nilai wajar kecuali jika:
a. Transaksi pertukaran tersebut sangat sedikit memuat substansi komersil; atau
b. Nilai wajar dari asset yang diterima maupun asset yang diberikan keduanya tidak
dapat diukur secara handal. Jika nilai item yang diperoleh/diakuisisi tidak dapat
diukur dengan nilai wajar, maka harga perolehannya ditentukan sebesar nilai terbawa
(carrying amount) dari asset yang diberikan (dilepas).
Suatu entitas dalam menentukan suatu transaksi pertukaran apakah mengandung
substansi komersial, mempertimbangkan sejauh mana arus kas di masa mendatang yang
diharapkan berubah sebagai hasil dari transaksi. Transaksi pertukaran mengandung substansi
komersil apabila:
1. Konfigurasi (risiko, waktu, dan jumlah) arus kas dari asset yang diterima berbeda
dengan konfigurasi arus kas asset yang dialihkan; atau
2. Entity-specific value dari bagian operasi entitas terpengaruh oleh perubahan transaksi
sebagai hasil dari pertukaran; dan
3. Terdapat perbedaan poin 1 dan 2 yang signifikan relative terhadap nilai wajar asset
yang dipertukarkan.
Misalnya suatu entitas melakukan pertukaran mesin lama kepada pihak lain dengan
memuat substansi komersial. Mesin lama memiliki nilai buku $8.000 (harga perolehan
$12.000 dikuran akumulasi depresiasi $4.000), dengan nilai wajar $6.000. Mesin baru
memiliki list price $16.000. Pihak ketiga memberikan trade-in allowance untuk mesin lama
yang ditukar sebesar $7.000. Harga perolehan mesin baru tersebut dihitung sebagai berikut:

Entitas akan melakukan jurnal untuk mencatat transaksi pertukaran tersebut sebagai
berikut:

Kerugian yang timbul akibat pelepasan asset dari pertukaran tersebut dihitung sebagai
berikut:

Nilai wajar suatu asset yang tidak dapat dibandingkan dengan nilai wajar berdasar
transaksi market, dapat diukur dengan handal apabila:
a. Keberagaman estimasi nilai wajar dari asset tersebut tidak signifikan; atau
b. Probabilitas dari estimasi nilai wajar yang beragam masih berada dalam range
penentuan dan penilaian nilai wajar.
Jika suatu entitas dapat menentukan secara handal nilai wajar asset yang diterima maupun
asset yang diberikan, maka nilai wajar yang diberikan digunakan sebagai patokan untuk
mengukur nilai asset yang diterima, kecuali jika nilai wajar dari asset yang diterima
memiliki bukti-bukti yang lebih jelas terkait nilai wajarnya.
Contoh jurnal perolehan gedung dengan tunai:
Contoh jurnal perolehan gedung dengan penerbitan note payable dengan kondisi terdapat
discount:

Untuk tujuan menentukan apakah transaksi pertukaran memiliki substansi komersial,


nilai spesifik entitas dari bagian operasi entitas yang dipengaruhi oleh transaksi
mencerminkan arus kas setelah pajak. Hasil analisis ini dapat menjadi jelas tanpa entitas
melakukan perhitungan lebih rinci.

Nilai wajar aset dapat diukur secara andal meskipun tidak ada transaksi pasar yang
sejenis, jika:

a) variabilitas rentang estimasi nilai wajar yang masuk akal(wajar) untuk aset tersebut tidak
signifikan; atau
b) probabilitas dari berbagai estimasi dalam rentang tersebut dapat dinilai secara rasional
dan digunakan dalam mengestimasi nilai wajar.
Jika entitas dapat menentukan nilai wajar secara andal, baik dari aset yang diterima atau
diserahkan, maka nilai wajar dari aset yang diserahkan digunakan untuk mengukur biaya
perolehan dari aset yang diterima kecuali jika nilai wajar aset yang diterima lebih jelas. Biaya
perolehan aset tetap yang dicatat oleh lessee dalam sewa pembiayaan ditentukan sesuai
dengan IAS 17.Nilai tercatat aset tetap dapat dikurangi dengan hibah pemerintah sesuai
dengan IAS 20 Accounting for Government Asistence.
E. PENGUKURAN SETELAH PENGAKUAN
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya dan
menerapkan kebijakan tersebut terhadapseluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
a. Model Biaya (Cost Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus
dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi
penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa
jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan
menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Menurut IFRS entitas yang memilih untuk menggunakan kerangka revaluasi harus
mengikuti prosedur revaluasi. Apabila perusahaan akan melaksanakan revaluasi , maka hal
itu harus diterapkan pada semua asset yang bersangkutan.
Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan
oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar. Nilai wajar pabrik
dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat dari
aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari bisnis yang
berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar menggunakan
pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement
cost approach).
Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu aset tetap yang
direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan. Beberapa aset tetap mengalami
perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara
tahunan. Revaluasi tahunan seperti itu tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar
tidak signifikan. Namun demikian, aset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau
lima tahun sekali.
Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi
diperlakukan dengan salah satu cara berikut ini:
a) disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto aset
sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
Contoh:
Peralatan senilai $100.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2012 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2012 nilai wajar asset adalah
$90.000.
1 Januari 2012
Aset Tetap $100.000
Kas $100.000
(Mencatat pembelian asset tetap)
31 Desember 2012
Beban Penyusutan $20.000*
Akumulasi Penyusutan $20.000
*($100.000 x 1/5 = $20.000)
(Mencatat beban depresiasi selama setahun)
31 Desember 2012
Aset Tetap $12.500
Akumulasi Penyusutan $2.500*
Surplus Revaluasi $10.000**
*[(Nilai wajar – Nilai Buku):Nilai buku] x akumulasi depersiasi = {[($90.000 -
$80.000) : $80.000] x $20.000 = $2.500}
**Nilai wajar – Nilai buku ($90.000 - $80.000)
(Mencatat asset tetap setelah revaluasi)
b) dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan
Contoh:
Peralatan senilai $100.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2012 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2012 nilai wajar asset adalah
$90.000.
1 Januari 2012
Aset Tetap $100.000
Kas $100.000
31 Desember 2012
Beban Penyusutan $20.000
Akumulasi Penyusutan $20.000
($100.000 x 1/5 = $20.000)
31 Desember 2012
Akumulasi Penyusutan $20.000
Aset Tetap $10.000
Surplus Revaluasi $10.000
($90.000 - $80.000 = $10.000)
Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi
penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat. Jika
suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh asset tetap dalam kelompok yang sama harus
direvaluasi.
Suatu kelompok aset tetap adalah pengelompokkan aset yang memiliki sifat dan
kegunaan yang serupa dalam operasi normal entitas. Berikut adalah contoh dari kelompok
aset yang terpisah:
a) tanah
b) tanah dan bangunan
c) mesin
d) kapal
e) pesawat udara
f) kendaraan bermotor
g) perabotan, dan
h) peralatan kantor
Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk
menghindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai
lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun, suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara
bergantian (rollingbasis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan
secara lengkap dalam waktu yang singkat dansepanjang revaluasi dimutakhirkan.
Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui
dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah
penurunan nilai aset akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi,maka penurunan tersebut diakui dalam
laba rugi. Namun,penurunan nilai tercatat diakui dalam pendapatan komprehensif lain selama
penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi untuk aset tersebut.
Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain mengurangi akumulasi
dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi.
Surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan
langsung ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Hal ini meliputi
pemindahan sekaligus surplus revaluasi pada saat penghentian atau pelepasan aset tersebut.
Namun, sebagian surplus revaluasi tersebut dapat dipindahkan sejalan dengan penggunaan
aset oleh entitas. Dalam hal ini, surplus revaluasi yang dipindahkan ke saldo laba adalah
sebesar perbedaan antara jumlah penyusutan berdasarkan nilai revaluasian aset dengan
jumlah penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset tersebut. Pemindahan surplus revaluasi
ke saldo laba tidak dilakukan melalui laba rugi.
Dampak atas pajak penghasilan, jika ada, yang dihasilkan dari revaluasi aset tetap diakui
dan diungkapkan sesuai dengan IAS 12 Income Taxes.
Contoh
• Aset tetap dengan biaya perolehan $6.000.000 dan akumulasi penyusutan$3.300.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai $3.900.000.
Dr – Akumulasi Penyusutan 3.300.000
Cr – Aset Tetap 3.300.000
Dr – Aset Tetap 1.200.000
Cr – Surplus Revaluasi 1.200.000
• Aset tetap dengan biaya perolehan $6.000.000 dan akumulasi penyusutan $3.300.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai $3.900.000. Sebelumnya pernah direvaluasi
dengan penurunan $400.000.
Dr – Akumulasi Penyusutan 3.300.000
Cr – Aset Tetap 3.300.000
Dr – Aset Tetap 1.200.000
Cr – Keuntungan Revaluasi 400.000
Cr - Surplus Revaluasi 800.000
• Aset tetap dengan biaya perolehan $6.000.000 dan akumulasi penyusutan $3.300.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai $2.000.000.
Dr – Akumulasi Penyusutan 3.300.000
Cr – Aset Tetap 3.300.000
Dr – Rugi Revaluasi 700.000
Cr – Aset Tetap 700.000
• Aset tetap dengan biaya perolehan $6.000.000 dan akumulasi penyusutan $3.300.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai $2.000.000. Sebelumnya pernah direvaluasi
dengan surplus $400.000.
Dr - AkumulasiPenyusutan 3.300.000
Cr – AsetTetap 3.300.000
Dr – RugiRevaluasi 300.000
Dr – Surplus Revaluasi 400.000
Cr – AsetTetap 700.000
F. DEPRESIASI
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biayaperolehan cukup signifikan terhadap
total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah.
Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada bagian aset tetap yang
signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut. Misalnya, adalah tepat
untuk menyusutkan secara terpisah antara badan pesawat dan mesin pada pesawat terbang,
baik yang dimiliki sendiri maupun yang berasal dari sewa pembiayaan. Sama halnya, jika
entitas memperoleh aset tetap yang disewakan dalam sewa operasi, maka entitas sebagai
lessor mungkin akan lebih tepat untuk menyusutkan secara terpisah jumlah yang
terefleksikan dalam biaya perolehan aset tersebut yang dapat diatribusikan langsung kepada
ketentuan sewa, baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan secara relatif terhadap
kondisi pasar.
Suatu bagian yang signifikan dari aset tetap mungkin memiliki umur manfaat dan metode
penyusutan yang sama dengan umur manfaat dan metode penyusutan bagian signifikan
lainnya dari aset tersebut. Bagian-bagian tersebut dapat dikelompokkan menjadi satu dalam
menentukan beban penyusutan.
Sepanjang entitas menyusutkan secara terpisah beberapa bagian dari aset tetap, maka
entitas juga menyusutkan secara terpisah bagian yang tersisa. Bagian yang tersisa terdiri atas
bagian yang tidak signifikan secara individual. Jika entitas memiliki ekspektasi bervariasi
untuk bagian tersebut, maka teknik penaksiran tertentu diperlukan untuk menentukan
penyusutan bagian yang tersisa sehingga mampu mencerminkan pola penggunaan dan atau
umur manfaat dari bagian tersebut.
Entitas dapat juga memilih untuk menyusutkan secara terpisah bagian dari aset yang
biaya perolehannya tidak signifikan terhadap total biaya perolehan aset tersebut. Beban
penyusutan untuk setiap periode harus diakui dalam laba rugi kecuali jika beban tersebut
dimasukkan dalam jumlah tercatat aset lainnya. Beban penyusutan untuk setiap periode
biasanya diakui dalam laba rugi. Namun, manfaat ekonomik di masa depan dari suatu aset
adalah untuk menghasilkan aset lainnya.
Dalam hal ini, beban penyusutan merupakan bagian dari biaya perolehan aset lain dan
dimasukkan dalam jumlah tercatatnya. Misalnya, penyusutan pabrik dan peralatan
dimasukkan dalam biaya konversi dari persediaan (lihat IAS 2). Sama halnya, penyusutan
aset tetap untuk aktivitas pengembangan mungkin dimasukkan dalam biaya perolehan aset
takberwujud yang diakui sesuai dengan IAS 38 Intangible Assets.
Beban depresiasi untuk masing-masing peride harus diakui dalam laporan laba rugi
kecuali beban depresiasi tersebut tercakup dalam nilai tercatat asset lainnya. Beban
depresiasi selama periode pada umumnya diakui dalam laba rugi. Meskipun demikian,
terkadang manfaat ekonomis masa depan dari asset tersebut diserap untuk memproduksi
asset lain. Dalam kasus seperti itu, maka beban depresiasi terdiri dari bagian harga perolehan
asset lainnya dan termasuk dalam nilai tercatat. Misalnya, beban depresiasi pabrik tercatat
sebagai harga perolehan persediaan (inventory) yang diproduksi. Demikian halnya,
depresiasi item property, plant and equipment yang dipakai untuk tujuan riset dan
pengembangan dapat masuk ke harga perolehan asset tidak berwujud.
Nilai yang dapat disusutkan (depreciable amount) dari suatu asset harus dialokasikan
secara sistematis sepanjang masa manfaatnya dan nilai sisa serta masa manfaat suatu asset
harus dikaji kembali paling sedikit setiap akhir tahun. Apabila ekspektasi masa manfaat
berbeda dari estimasi sebelumnya, maka perubahan tersebut harus dihitung dan diungkapkan
sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai ketentuan IAS 8 Accounting Policies, Changes
in Accounting Estimates and Errors. Nilai yang dapat disusutkan ditentukan dengan
mengurangkan nilai sisa dari harga perolehan asset, meskipun dalam praktiknya nilai sisa
tidak signifikan dan tidak material jika dibandingkan
Beban depresiasi diakui meskipun nilai wajar asset melebihi nilai tercatatnya, sepanjang
nilai sisa asset masih di bawah nilai tercatatnya. Perbaikan dan perawatan tidak dapat
menyebabkan depresiasi suatu asset dihentikan.
Nilai sisa dari asset dapat naik hingga sama atau melebihi nilai tercatat asset. Jika hal
tersebut terjadi maka beban depresiasi asset akan nol hingga nilai sisa tersebut secara
subsekuen diturunkan hingga di bawah nilai tercatatnya.
Penyusutan suatu asset dimulai ketika asset tersebut tersedia untuk digunakan, misalnya
pada saat asset tersedia di lokasi dengan kondisi yang mampu beroperasi sesuai dengan
maksud dan keinginan manajemen. Penyusutan asset seketika dihentikan apabila asset
tersebut diklasifikasikan sebagai asset yang dimiliki untuk dijual kembali (held for sale)
pada saat tanggal klasifikasi. Meskipun demikian, depresiasi tidak berhenti hanya karena
asset tersebut tidak digunakan (menganggur) atau dihentikan pemakaiannya, kecuali apabila
asset tersebut telah didepresiasikan secara penuh. Namun apabila penghitungan depresiasi
dilakukan berdasarkan unit pemakaian, maka depresiasi dapat bernilai nol ketika asset
tersebut menganggur.
Dalam menentukan estimasi masa manfaat suatu asset, dipertimbangkan beberapa faktor
berikut ini:
1. Pemakaian yang diharapkan dari suatu asset. Pemakaian yang diharapkan dinilai dari
referensi terkait kapasitas atau output fisik dari asset tersebut.
2. Pemakaian dan pelepasan fisik suatu asset, dimana tergantung dari faktor operasional
seperti jumlah shift pemakaian asset, program perbaikan dan perawatan serta
pemeliharaan ketika asset tidak sedang digunakan.
3. Keusangan yang bersifat teknis maupun komersil yang disebabkan oleh perubahan
atau perkembangan produksi, atau perubahan permintaan pasar terhadap barang dan
jasa yang dihasilkan asset tersebut.
4. Ketentuan legal atau pembatasan serupa terkait pemakaian asset, seperti misalnya
ketentuan mengenai tanggal kadaluwarsa.
Tanah dan bangunan merupakan asset terpisah dan pencatatannya dilakukan
secara terpisah meskipun perolehannya dilakukan secara bersamaan. Pada umumnya,
tanah memiliki masa manfaat yang tidak terbatas sehingga tidak disusutkan. Di sisi lain,
bangunan memiliki masa manfaat yang terbatas sehingga disusutkan. Kenaikan harga
tanah dimana terdapat bangunan yang berdiri di atasnya, tidak mempengaruhi nilai yang
dapat disusutkan dari bangunan tersebut.
G. JUMLAH YANG DAPAT DISUSUTKAN DAN PERIODE PENYUSUTAN
Jumlah tersusutkan dari suatu aset dialokasikan secara sistematis sepanjang umur
manfaatnya. Nilai residu dan umur manfaat setiap aset tetap direview minimum setiap
akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil review berbeda dengan estimasi sebelumnya
maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors.
Penyusutan diakui walaupun nilai wajar aset melebihi jumlah tercatatnya,
sepanjang nilai residu aset tidak melebihi jumlah tercatatnya. Perbaikan dan
pemeliharaan aset tidak meniadakan keharusan untuk menyusutkan aset.
Jumlah tersusutkan suatu aset ditentukan setelah mengurangi nilai residualnya. Dalam
praktik, nilai residu aset terkadang tidak signifikan sehingga tidak material dalam
penghitungan jumlah tersusutkan.
Nilai residu aset dapat meningkat ke suatu jumlah yang setara atau lebih besar dari
jumlah tercatatnya. Jika hal tersebut terjadi, maka beban penyusutan aset tersebut adalah
nol, hingga nilai residu selanjutnya berkurang menjadi lebih rendah dari jumlah
tercatatnya.
Penyusutan aset dimulai pada saat aset tersebut siap untuk digunakan, misalnya pada
saat aset tersebut berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan intensi manajemen. Penyusutan aset dihentikan lebih awal
ketika aset tersebut diklasifikasikan sebagai asset dimiliki untuk dijual (atau aset tersebut
termasuk dalamkelompok aset lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimilikiuntuk dijual)
sesuai dengan IFRS5 dan pada saat aset tersebut dilepaskan. Oleh sebab itu depresiasi
tidak dihentikan pengakuannya ketika aset tidak digunakan atau dihentikan
penggunaannya kecuali telah habis disusutkan. Namun, apabila metode penyusutan yang
digunakanadalah usage method (seperti unit of production method) maka beban
penyusutan menjadi nol bila tidak ada produksi.
Manfaat ekonomi masa depan melekat pada aset yang dikonsumsi oleh entitas
terutama melalui penggunaan aset itu sendiri. Namun, beberapa faktor lain seperti
keusangan teknis,keusangan komersial dan keausan selama aset tersebut tidak terpakai,
sering mengakibatkan menurunnya manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari aset
tersebut. Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas, seluruh faktor berikut ini
diperhitungkan dalam menentukan umur manfaat dari setiap aset:
a) ekspektasi daya pakai dari aset. Daya pakai atau daya guna tersebut dinilai dengan
merujuk pada ekspektasi kapasitas aset atau keluaran fisik dari aset;
b) ekspektasi tingkat keausan fisik, yang tergantung pada faktor pengoperasian aset tersebut
seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program pemeliharaan aset dan
perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset pada saat aset tersebut tidak
digunakan(menganggur);
c) keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh perubahan atau
peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa
yang dihasilkan oleh aset tersebut; dan
d) pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh


entitas. Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang
bersangkutan setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi
tertentu dari manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset. Oleh karena itu,
umur manfaat dari suatu aset dapat lebih pendek dari umur manfaat dari aset tersebut.
Estimasi umur manfaat suatu aset merupakan hal yang membutuhkan pertimbangan
berdasarkan pengalaman entitas terhadap aset yang serupa.

Tanah dan bangunan merupakan aset yang dapat dipisahkan dan harus dicatat
terpisah meskipun keduanya diperoleh sekaligus. Pada umumnya tanah memiliki umur
manfaat tidak terbatas sehingga tidak disusutkan, kecuali entitas meyakini umur manfaat
tanah terbatas misalnya tanah yang ditambang dan tanah digunakan untuk tempat
pembuangan akhir. Bangunan memiliki umur manfaat terbatas sehingga merupakan aset
yang disusutkan. Peningkatan nilai tanah denganbangunan diatasnya tidak memengaruhi
penentuan jumlah yang dapat disusutkan dari bangunan tersebut.
Jika biaya perolehan tanah yang di dalamnya termasuk biaya untuk membongkar,
memindahkan dan memugar, dan manfaat yang diperoleh dari pembongkaran,
pemindahan dan pemugaran tersebut terbatas, maka biaya tersebut harus disusutkan
selama periode manfaat yang diperolehnya. Dalam beberapa kasus, tanah itu sendiri
memiliki umur manfaat yang terbatas, dalam hal ini disusutkan dengan cara yang
mencerminkan manfaat yang diperoleh dari tanah tersebut.
H. Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola konsumsi
manfaat ekonomik masa depandari aset oleh entitas.Metode penyusutan yang digunakan
untuk aset direview minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi perubahan
yang signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan dari aset
tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola tersebut.
Perubahan metode penyusutan diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai
dengan IAS 8.
Berbagai metode penyusutan dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah yang
disusutkan secara sistematis darisuatu aset selama umur manfaatnya. Metode tersebut
antara lain metode garis lurus (straight line method), metode saldo menurun (diminishing
balance method), dan metode jumlah unit (sum of the unit method). Metode garis lurus
menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilairesidunya tidak
berubah. Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur
manfaat aset. Metode jumlah unit menghasilkan pembebanan berdasarkan pada
penggunaan atau output yang diharapkan dari suatu aset. Metode penyusutan aset dipilih
berdasarkan ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dari aset dan
diterapkan secara konsisten dari periode ke periode kecuali ada perubahan dalam
ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomik masa depan dariaset tersebut.

Metode depresiasi yang dapat diterapkan antara lain:


A. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Metode garis lurus menghasilkan nilai beban depresiasi yang konstan selama
masa manfaat asset, sepanjang nilai sisa asset tidak berubah.
Misalnya entitas memiliki mesin dengan harga perolehan $500.000 dengan taksiran nilai
sisa $50.000 dan estimasi masa manfaat 5 tahun, maka beban depresiasi tahunan
dihitung sebagai berikut:

B. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method)


Metode depresiasi saldo menurun menghasilkan beban depresiasi yang relatif menurun
dari periode ke periode selama masa manfaat asset. Sebagai contoh, berdasarkan
informasi pada angka 1 di atas, maka beban depresiasi per tahun dihitung sebagai
berikut:

C. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)


Metode unit produksi menghasilkan beban depresiasi yang besarnya berdasarkan
pemakaian yang diharapkan atau unit output yang dihasilkan. Misalnya entitas memiliki
mesin crane dengan harga perolehan $500.000 dengan estimasi jam pemakaian total
30.000 jam. Pada tahun ini, entitas memakai 4.000 jam. Maka beban depresiasi tahun ini
dihitung sebagai berikut:

Untuk mencatat beban depresiasi yang dihitung dari ketiga metode di atas, entitas akan
mendebet akun beban depresiasi dan mengkredit akun akumulasi depresiasi asset. Misalnya
sebagai berikut:
I. Penurunan Nilai (Impairment)
Dalam menentukan apakah suatu aset tetap mengalamipenurunan nilai, entitas
menerapkan IAS 36 Impairment of Assets. Pernyataan tersebut menjelaskanbagaimana
entitas mereview jumlah tercatat asetnya, bagaimanamenentukan jumlah terpulihkan dari aset
dan kapan mengakuiatau membalik rugi penurunan nilai.

Misalnya entitas memiliki equipment dengan nilai terbawa $600.000 (harga perolehan
$800.000 dikurang akumulasi depresiasi $200.000). Entitas menaksir arus kas masa depan
dari pemakaian dan pelepasan asset tersebut sebesar $580.000. Berdasarkan impairment test,
maka asset tersebut mengalami impairment karena arus kas masa depan yang diharapkan
lebih kecil dari nilai terbawa. Dengan asumsi bahwa nilai wajar asset saat ini adalah
$525.000, maka impairment loss dihitung sebagai berikut:

Entitas harus mencatat kerugian dari impairment tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

Kompensasi untuk Penurunan Nilai

Kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetapyang mengalami penurunan nilai, hilang atau
dihentikandimasukkan dalam laba rugi pada saat kompensasi diakuimenjadi piutang.

Penurunan nilai atau kerugian aset tetap, klaim atas ataupembayaran kompensasi dari pihak
ketiga dan pembelian ataukonstruksi selanjutnya atas penggantian aset adalah
peristiwaekonomi yang terpisah dan dicatat secara terpisah denganketentuan sebagai berikut:

a) penurunan nilai aset tetap diakui sesuai dengan PSAK 48(revisi 2009): Penurunan Nilai
Aset;
b) penghentian pengakuan aset tetap yang usang atau dilepasditentukan sesuai dengan
Pernyataan ini;
c) kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang
atau dihentikan harus dimasukkan dalam penentuan laba rugi pada saatkompensasi diakui
pada saat menjadi piutang; dan
d) biaya perolehan aset tetap yang diperbaiki, dibeli atau dikonstruksi sebagai penggantian
ditentukan sesuai denganPernyataan ini.
J. PENGHENTIAN PENGAKUAN
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:
a) Dilepas; atau
b) ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depanyang diharapkan dari penggunaan
atau pelepasannya.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap
dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya (kecuali IAS
17 mengharuskan perlakuan yang berbedadalam hal transaksi jual dan sewa-balik).
Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.
Namun, entitas yang aktivitas normal rutinnya adalah menjual aset yang sebelumnya
disewakan, maka entitas mentransfer aset tetap tersebut menjadi persediaan sesuai nilai
tercatat ketika aset tidak lagi disewakan dan menjadi aset dimiliki untuk dijual. Imbalan dari
penjualan aset tersebut diakui sebagai pendapatan sesuai dengan IAS 18 Revenue. IFRS 5
tidak diterapkan ketika aset yang dimiliki untuk dijual dalam keadaan bisnis normal
dipindahkan ke persediaan.
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagaicara (misalnya: dijual, disewakan
berdasarkan sewa pembiayaan,atau disumbangkan). Dalam menentukan tanggal pelepasan
aset,entitas menerapkan kriteria dalam IAS 18 Revenue untuk mengakui pendapatan dari
penjualan barang.IAS 17 diterapkan untuk pelepasan melalui jual dan sewa-balik.
Jika suatu entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian sebagian aset tetap dalam
jumlah tercatat aset tetap tersebut,maka selanjutnya entitas tersebut juga menghentikan
pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan tanpa memperhatikan apakah bagian
yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika hal ini tidak praktis bagi entitas untuk
menentukan jumlah tercatat dari bagian yang digantikan, entitas dapat menggunakan biaya
perolehan dari penggantian tersebutsebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang
digantikan pada saat diperoleh atau dikonstruksi.
Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset tetap
ditentukan sebesar pendapatan antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada,dan jumlah
tercatat dari aset tersebut.
Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika
pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada
saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya
diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan IAS 18 yangmencerminkan imbalan efektif
atas piutang.
Contoh:
Suatu peralatan dibeli dengan harga $2.500.000 telah sepenuhnya disusutkan. Pada tanggal
14 Februari 2012, peralatan tersebut dibuang.
14 Februari 2012
Akumulasi Penyusutan $2.500.000
Aset Tetap $2.500.000
Peralatan seharga 1.000.000 didepresiasikan dengan metode tahunan garis lurus 10 tahun.
Peralatan tersebut dijual secara tunai pada tanggal 1 Oktober 2012. AkumulasiPenyusutan
(terakhir disesuaikan tanggal 31 Des 2012 ) memiliki saldo sebesar 700.000.
1 Oktober 2012
Beban Penyusutan 75.000
Akumulasi Penyusutan 75.000
(1.000.000 x 10% x 9/12 = 75.000)
Bila dijual tunai 225.000
1 Oktober 2012
Kas 225.000
Akumulasi Penyusutan 775.000
Peralatan 1.000.000
Bila dijual tunai 100.000
1 Oktober 2012
Kas 100.000
Akumulasi Penyusutan 775.000
Kerugian atas pelepasan asset tetap 125.000
Peralatan 1.000.000

Bila dijual tunai 300.000


1 Oktober 2012
Kas 300.000
Akumulasi Penyusutan 775.000
Keuntungan atas pelepasan asset tetap 75.000
Peralatan 1.000.000
K. PENGUNGKAPAN
Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:
a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;
b) metode penyusutan yang digunakan;
c) umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi
penurekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
e) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periodeyang menunjukkan:
 penambahan;
 aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan
yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58 (revisi 2009):
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikandan
pelepasan lainnya;
 akuisisi melalui kombinasi bisnis;
 peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta
dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan
komprehensif lain sesuai PSAKNo. 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
 rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugisesuai PSAK 48;
 rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam labarugi sesuai PSAK 48;
 penyusutan;
 selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata
uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran
dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor; dan
 perubahan lain.
Laporan keuangan juga mengungkapkan:
a) keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan asettetap yang dijaminkan untuk
liabilitas;
b) jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatataset tetap yang sedang dalam
pembangunan;
c) jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan asettetap; dan
d) jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai,
hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laba rugi, jika tidak diungkapkansecara
terpisah pada pendapatan komprehensif lain.

Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang
memerlukan pertimbangan.Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan
danestimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikaninformasi bagi pengguna
laporan keuangan dalam mereviewkebijakan yang dipilih manajemen dan
memungkinkanperbandingan dengan entitas lain. Untuk alasan yang serupa,juga perlu
diungkapkan:

a) penyusutan, apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya
perolehan aset lain, selama suatuperiode; dan
b) akumulasi penyusutan pada akhir periode.

Sesuai dengan IAS 8 entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan


estimasiakuntansi yang berdampak material pada periode berjalan ataudiperkirakan
berdampak material pada periode berikutnya.Untuk aset tetap, pengungkapan tersebut dapat
muncul dariperubahan estimasi dalam:

a) nilai residu
b) estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap
c) umur manfaat
d) metode penyusutan
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian,hal berikut diungkapkan:
a) tanggal efektif revaluasi
b) apakah penilai independen dilibatkan
c) metode dan asumsu signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset
d) penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan harga
terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar terakhir yang
wajar atau diestimasimenggunakan teknik penilaian lainnya
e) untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat asetseandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya
f) surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasan-
pembatasan distribusi kepadapemegang saham.

Pengguna laporan keuangan juga dapat menemukan informasi berikut yang relevan
dengan kebutuhan mereka:

a. jumlah tercatat dari properti, pabrik dan peralatan yang sementara menganggur;
b. jumlah tercatat bruto dari setiap properti yang disusutkan sepenuhnya, pabrik dan
peralatan yang masih digunakan;
c. jumlah tercatat properti, pabrik dan peralatan yang sudah pensiun dari penggunaan aktif
dan tidak diklasifikasikan sebagaidimiliki untuk dijual sesuai dengan IFRS 5; dan
d. saat model biaya yang digunakan, nilai wajar aset tetap saat ini material berbeda dari
jumlah tercatat.

Oleh karena itu, entitas didorong untuk mengungkapkan jumlah tersebut.


PENUTUP

A. Kesimpulan
Beberapa kesimpulan dari pembahasan di atas antara lain sebagai berikut:
1. Standard IAS 16 bertujuan untuk memberikan ketentuan perlakuan akuntansi untuk
property, plant and equipment sehingga para pengguna laporan keuangan dapat
mengetahui informasi terkait investasi yang dilakukan suatu entitas dalam property,
plant and equipment serta perubahan-perubahan yang terjadi pada investasi tersebut.
Isu akuntansi mendasar terkait property, plant and equipment adalah pengakuan asset,
penentuan nilai tercatat (carrying amount) dan beban depresiasi serta kerugian akibat
impairment yang harus diakui terkait asset tersebut.
2. Harga perolehan suatu item property, plant and equipment harus diakui sebagai asset
hanya jika:
a. Biaya tersebut sangat mungkin (probable) akan memberikan manfaat ekonomis di
masa depan bagi entitas; dan
b. Biaya tersebut dapat diukur secara handal.
3. Pada saat pengakuan, entitas harus mengukur item property, plant and equipment yang
memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai asset sebesar nilai perolehannya (at cost).
4. Setelah tanggal pengakuan, entitas harus memilih metode cost model atau revaluation
model sebagai kebijakan akuntansi dan harus diterapkan kepada seluruh kelas/item
property, plant and equipment
5. Entitas harus melakukan alokasi secara sistematis dari jumlah depreciable amount asset
sepanjang masa manfaat dari asset dengan metode depresiasi:
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method);
b. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method); atau
c. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)

Entitas juga harus mengakui dampak dari impairment asset sesuai IAS 36.

6. Nilai tercatat dari item property, plant and equipment harus dihentikan pengakuannya
apabila:
a. Asset tersebut dilepaskan (disposal);
b. Tidak terdapat manfaat ekonomis yang diharapkan dari pemakaian asset maupun
pelepasannya.
7. Entitas dalam laporan keuangannya harus memenuhi persyaratan pengungkapan
informasi-informasi terkait item property, plant and equipmentsesuai ketentuan standard
IAS 16.
B. Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Penulis dengan sangat terbuka menerima saran dan kritik
dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai